Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast :
·
B2ST/Beast Lee Gikwang
·
Infinite Lee Howon (Hoya)
·
SNSD Im Yoona
Support cast :
·
Other member B2ST/Beast
·
Other member Infinite
·
Yong Hwa CN Blue
·
Siwan Ze:a
·
Jonghyun, Minho Shinee
·
All member A-Pink
·
Hara KARA
·
Sulli F(x)
Genre
: romance, family,
friendship
Length : chapter
***
Yoochun
yang menutup pintu ruang kesehatan, tapi Gikwang langsung menahan tangannya
sebelum dua siswa SMA Sun Moon itu benar-benar membawanya pergi dari sana.
“Eh,
cewek tadi siapa namanya?” Tanya Gikwang penasaran sekaligus setengah berbisik membuat
Yoochun dan Jaejong meliriknya dengan tatapan menggoda. Gikwang langsung salah
tingkah di buatnya. “Gue Cuma nanya aja kok. Nggak ada…”
“Ada
maksud tertentu juga boleh kok,” goda Jaejong dengan penuh semangat memotong
perkataan Gikwang.
“Namanya Yoona,” kata Yoochun. “Dia temen sekelas gue. Kalo
lo mau nomor telpon…”
“Udah udah udah,” sela Gikwang yang sudah setengah malu
sebelum Yoochun menyelesaikan ucapannya. “Gue Cuma pengen tau nama doank. Dia
tuh temennya adik kelas gue di Paradise. Ayo pergi,” ajaknya sambil menarik
tangan Yoochun dan Jaejong sebelum keduanya semakin memojokkan Gikwang.
Yoochun dan Jaejong hanya terkekeh melihat Gikwang yang salah
tingkah seperti tadi.
***
Tak lama setelah Gikwang, Jaejong dan Yoochun meninggalkan
ruang kesehatan, Sulli menegakkan badannya dan mendapati Yoona baru saja
selesai mengembalikan kotak P3K ke tempatnya.
“Kak, tadi yang luka itu anak dari SMA Paradise, ya?” Tanya Sulli
yang membuat Yoona sedikit terkejut.
“Eh? Maksud kamu yang pake seragam bola itu, kan?” Yoona
balik bertanya untuk memastikan. Sulli hanya mengangguk, membuat Yoona
menatapnya bingung. “Memangnya kenapa?”
“Nggak.” Sulli tersenyum malu. “Kakak kenal sama dia?”
Yoona tak langsung menjawab. Ia memilih kembali duduk di
tempatnya tadi dengan posisi membelakangi Sulli.
“Gapapa kok kalo emang nggak tau,” kata Sulli karena Yoona
tak kunjung memberikan jawaban padanya. “Nanti aku tanyain ke mas Minho aja. Dan
kalo nggak salah, tadi dia pake baju nomor 10, kan?” Sulli tampak seperti
bicara seorang diri. Meski tengah dalam kondisi kurang sehat, nada suaranya
tetap terdengar ceria.
Yoona hanya tertunduk menahan sesak di dadanya. Ia menatap
pintu tempat Gikwang menghilang tadi. Rasanya tak ikhlas jika ada yang
mengagumi Gikwang di depan matanya meski ia sendiri tak terlalu mengenal cowok
tadi. Bahkan tau namanya juga, nggak.
Tak lama, pintu ruang kesehatan kembali terbuka. Yoona
buru-buru menoleh dan sangat berharap yang kembali datang adalah Gikwang. Namun
nyatanya tidak.
“Kak Tiffany?” seru Sulli riang.
Tiffany langsung mengahmpiri Sulli. “Kamu baik-baik aja?”
ujarnya khawatir. Sulli hanya menggangguk sambil tersenyum. “Yoon, makasih
banget ya lo udah nemenin Sulli.”
Yoona menoleh. “Iya, santai aja.” Yoona tertawa kaku. “Sulli
kan calon adik ipar lo,” lanjutnya setengah menggoda. Tentu saja ia melakukan
itu dengan terpaksa.
“Gimana pertandingannya?” Tanya Sulli antusias pada Tiffany.
“Tadi sih kita kalah 0-1, tapi tenang aja. Minho sama Howon
pasti bisa bawa sekolah kita untuk menang.”
***
4 hari kemudian.
Pagi
itu Gikwang mengendarai mobil mewahnya seorang diri setelah sejak beberapa hari
yang lalu ia di jemput Yong Hwa, atau bahkan sesekali di antar ayahnya. Ketika
di perjalanan, ia melihat seorang cewek yang sudah tak asing lagi untuknya.
Cewek itu berdiri di pinggir jalan, dekat dengan sebuah mobil yang sepertinya
mogok di jalan. Tanpa pikir panjang, Gikwang langsung menepikan mobilnya.
“Hara!”
teriak Gikwang setelah membuka pintu mobilnya.
Merasa
terpanggil, cewek yang ternyata Hara itu mendekat ke tempat Gikwang berada.
“Kenapa, Kwang?”
“Mobil
lo mogok?” Tanya Gikwang sambil melirik ke arah mobil yang kap depannya
terbuka.
“Iya,”
kata Hara pendek.
“Ya
udah, ikut gue aja,” putus Gikwang santai. Ia bahkan sudah bersiap masuk
kembali ke dalam mobilnya.
“Tunggu,
Kwang!” cegah Hara. “Tapi gue…”
“Ra!
Hari ini kita tuh ujian Negara, loh. Emangnya lo mau gitu, telat masuk? Udah
ayo. Gapapa kok,” ajak Gikwang lagi.
Hara
sempat melirik sekilas ke tempat sopirnya berada yang sibuk mengutak-atik mesin
mobil yang entah sampai kapan. Setelah menatap jam yang melingkar di tangan
kirinya, Hara sedikit terkejut. Taksi yang sejak tadi ia tunggupun tak kunjung datang.
Mau tidak mau, ia harus menerima tawaran Gikwang.
“Maaf
ya, Kwang. Aku ngerepotin,” kata Hara tak lama setelah masuk ke dalam mobil
Gikwang. “Apa lagi kita juga belum lama deket.”
Gikwang
mulai menjalankan mobilnya. Berusaha tak terlalu memikirkan perasaan Hara yang
merasa tak enak padanya. “Ya ampun Hara, sekalipun kita belum saling kenal,
kalo gue tau lo satu sekolah sama gue ya pasti gue tetep melakukan hal yang
sama, lah.”
Setelah
itu, suasana cukup hening.
“Gimana
kabar lo sama Junhyung?” Gikwang memulai pembicaraan.
“Gimana
apanya? Kamu suka bercanda gitu deh, Kwang.” Hara terkekeh canggung sambil
meninju pelan lengan Gikwang untuk menutupi kegugupannya.
“Akh!”
Gikwang meringis karena tangan Hara mengenai luka di siku kirinya yang ia dapati
ketika menjalani pertandingan beberapa hari yang lalu.
“Eh,
maaf Kwang. Aku lupa kalo…”
“Gapapa
kok, Ra. Gue Cuma bercanda.” Gikwang terkekeh melihat ekspresi khawatir
sekaligus bersalah yang ditunjukkan Hara. “Emang sih, kalo di lapangan tuh
Junhyung keliatan kasar. Tapi dia sebenernya baik banget, kok,” lanjutnya membicarakan
Junhyung.
“Aku
tau,” kata Hara pendek. “Tapi, kamu sama sekali nggak dendam kan ke Junhyung?”
Tanya cewek itu dengan nada takut. Biar bagaimanapun ia tau kalau ada hubungan kurang
baik antara Gikwang dengan Junhyung. Dan kini ia justru semakin memperkeruh
keadaan meski ia sendiri kurang tau masalah tentang Junhyung yang terlihat tak
suka jika dekat dengan Gikwang.
Gikwang
masih mempertahankan tawanya. “Ya nggak lah. Kan gue udah bilang. Junhyung tuh
cemburu karena gue bisa deket sama lo. Dan untuk masalah di pertandingan
kemaren, gue yakin dia nggak sengaja kok. Kondisi kayak gitu udah biasa
terjadi.”
“Udah
akh, Kwang. Jangan bahas Junhyung dulu,” ujar Hara seakan tak suka jika Gikwang
sudah mulai menyinggung hal tadi. Tapi tak bisa di pungkiri juga kalau Hara
sebenarnya cukup senang jika ternyata apa yang di katakan Gikwang tentang
Junhyung bukan sekedar untuk menghiburnya semata.
“Nanti
siang mau pulang bareng gue lagi?” tawar Gikwang tak lama setelah ia
memarkirkan mobilnya di area parkir sekolah.
“Nggak
usah, Kwang. Aku berterimakasih banget sama kamu hari ini. Nanti siang aku
yakin mobilnya juga udah selesai dibenerin kok. Sekali lagi makasih banyak ya,
Kwang.” Hara berujar dengan cukup canggung. Dan setelah itu ia benar-benar
memilih untuk lebih dulu meninggalkan mobil Gikwang sebelum menyulut sesuatu
yang tak di inginkan jika ia berlama-lama bersama Gikwang.
***
“Woooy!
Gikwang!” seru Jonghyun sambil merangkul Gikwang. Ia bahkan sampai mengejutkan
Gikwang yang baru saja meninggalkan kelasnya seusai ujian tadi.
“Lo
ngagetin aja sih, Jong!” protes Gikwang yang sibuk menetralkan kerja jantungnya
akibat terkejut. Sementara sang pelaku justru terkekeh melihat raut kesal yang
ditunjukkan Gikwang.
“Gimana
ujian? Lancar?” Tanya Jonghyung basa-basi. Atau lebih tepatnya mengalihkan
pikiran Gikwang agar tak marah berkelanjutan.
“Alhamdulillah
deh,” kata Gikwang kurang yakin. “Eh, yang lain mana?” Gikwang mengedarkan
pandangannya kepenjuru koridor.
“Jong!
Kwang!”
Tiba-tiba
terdengar teriakan dua pemuda yang ternyata adalah Yong Hwa dan Sunggyu sambil
setengah berlari menghampiri tempat Jonghyun dan Gikwang berada.
“Kenapa
sih?” Tanya Gikwang cemas karena dua temannya datang dengan terburu-buru.
“Tadi
pagi lo berangkat sama Hara?” Tanya Yong Hwa to the point.
Gikwang
mengangguk. “Nggak sengaja ketemu di jalan. Mobilnya mogok. Ya gue nggak tega
aja. Dari pada dia telat.”
“Kita
sih nggak masalah apapun alasannya. Tapi yang bermasalah itu para penggemar lo.
Mereka nunggu di deket mobil lo tuh. Nggak tau pada mau ngapain,” jelas
Sunggyu.
Gikwang
langsung melesat ke tempat yang di maksud Sunggyu. Sementara yang lain tanpa
perintah mengikuti langkah Gikwang yang bahkan sampai setengah berlari itu. Dan
benar saja. Di sana sudah berkumpul para siswi SMA Paradise yang berdiri
mengelilingi bahkan hampir menutupi seluruh badan mobil Gikwang. Gikwang
sendiri hanya bisa menelan ludah melihat gerombolan cewek-cewek yang hampir
kesemuanya adalah cewek yang pernah melakukan ‘kencan’ dengannya.
“Ada
apaan nih?” Tanya Gikwang sedikit takut-takut.
Salah
satu dari mereka mendekat ke arah Gikwang selayaknya seorang pemimpin. “Kita
semua mau protes sama lo!” ujar cewek bernama Bomi itu sambil melipat tangan di
depan dada dan menatap Gikwang, angkuh.
“Protes
masalah apa, sih?” Yong Hwa yang berdiri tepat di samping Gikwang, ikut bicara.
“Lagian, kenapa lo yang ribet? Seinget gue, lo nggak pernah deh ‘kencan’ sama
Gikwang.”
Cewek
bernama Bomi tadi langsung diam.
“Iya
bener,” Seru Jonghyun menimpali. “Nah, lo juga,” tunjuknya pada seorang cewek
lagi yang berdiri tak jauh dari tempat Bomi. “Kalian kan nggak seangkatan sama
kita.”
“Lo
bukannya Chorong ya?” Tanya Sunggyu yang tampak mengenali cewek yang di tunjuk Jonghyun
tadi. “Lo ceweknya Woohyun, kan? Ngapain ikut-ikut? Lo juga, Bomi! Gue bilangin
Dongwoo, loh!” lanjut Sunggyu setengah mengancam dan sukses membuat dua cewek
tadi sedikit gemetaran.
“Lagian,
ini kan ujian Negara untuk anak kelas 3. Bukannya kalian libur?” Yong Hwa
menimpali.
Mereka—Bomi
dan Chorong—saling tatap, seolah berbicara lewat tatapan mata. “Kakak-kakak
yang cantik. Maap ya kita nolongnya sampe di sini aja,” ujar Chorong yang juga
di respon anggukan oleh Bomi. Sedetik kemudian, mereka langsung kabur sebelum
diprotes yang macam-macam oleh semua kakak kelasnya.
Tersisa
sekitar 9 orang. Dan kembali, salah satu dari mereka maju layaknya pemimpin
seperti yang dilakukan Bomi tadi. “Kita sebagai fans yang pernah ‘kencan’ sama
lo, butuh kepastian,” ujarnya tegas. Terlebih ketika menyindir kata ‘kencan’.
“Butuh
kepastian apa lagi sih, Hyuna?” tantang Gikwang. “Lagian, gue dengar lo udah
pacaran sama Hyunseung, kan? Apa lo mau bahas masalah ‘kencan’ kita yang dulu? Itu kan udah lama
banget, Hyun.”
Cewek
bernama Hyuna tadi menggerak-gerakkan matanya, panic. Ia juga berusaha berpikir
dengan jernih apa yang bisa ia jadikan alasan di depan Gikwang. “Bukan itu
juga, Kwang! Tapi, apa lo mau kehilangan banyak fans lo di sekolah ini?”
Gikwang
memutar bola matanya. Sebenarnya ia tak terlalu mau ambil pusing masalah jumlah
fansnya yang semakin bertambah atau bahkan berkurang drastis sekalipun.
“Kita
Cuma pengen tau. Apa lo beneran pacaran sama ‘Hara’?” Tanya Hyuna akhirnya
dengan memberi penekanan ketika menyebut nama cewek yang ia maksud.
Ketika
Hyuna menyebut nama ‘Hara’, cewek itu kebetulan melintas tak jauh dari sana. Ia
bahkan sampai menghentikan langkah yang kebetulan juga tengah melalui jalan
itu. Sementara Yong Hwa, Sunggyu dan Jonghyun saling melempar tatapan bingung.
Pasalnya, Gikwang tak pernah bercerita ia ingin mendekati Hara meski mereka
pernah memergoki secara langsung saat Gikwang makan berdua dengan Hara di
kantin.
“Bagaimana
bisa lo memberikan kesimpulan kalo gue jadian sama Hara?” Tanya Gikwang,
dingin.
“Jangan
lo pikir, cerita malam minggu waktu itu nggak menyebar di sekolah. Dan apa yang
lo lakuin ke Hara itu beda dengan apa yang lo lakuian ke kita pas ‘kencan’.
Terlebih, pagi ini kalian datang bareng naik mobil lo. Padahal selama ini lo
pasti pake motor kalo pergi ‘kencan’ sama kita,” ujar Hyuna panjang lebar.
Gikwang
tersenyum geli menanggapi protes Hyuna yang mewakili teman-temannya itu. “Jadi
sebenernya kalian Cuma pengen nyobain mobil gue atau apa, sih? Yaudah, gue
bakal nganterin kalian naik mobil gue. Gitu aja ribet. Tapi gantian ya, soalnya
mobil gue paling banyak Cuma bisa buat berlima,” ketus Gikwang yang udah siap
meninggalkan tempatnya berdiri sekarang.
“Gue
belom selesai ngomong,” kata Hyuna tak kalah ketus yang benar-benar menjadi
juru bicara di sana. “Kita Cuma butuh pertanggung jawaban dari semua ucapan lo
kalo lo Cuma mau pergi ‘kencan’ dengan teman seangkatan aja.”
“Tapi
Gikwang emang nggak pernah ‘kencan’ sama adek kelas. Semua juga pada tau, kan?”
sela Sunggyu membela temannya itu.
Hyuna
dan pasukannya tersenyum meremehkan atas pembelaan dari Sunggyu. “Gimana kalo
ternyata Gikwang ngelakuin ‘kencan’ sama kakak kelas? Namanya TAEYEON!”
Gikwang
membeku di tempat. Berbeda dengan reaksi sebelumnya terhadap tuduhan-tuduhan
Hyuna.
“Lo
mau nyangkal apalagi, Kwang?” tantang Hyuna yang merasa di atas angin.
“Sebenernya
apa yang kalian omongin itu udah nggak penting lagi. Kalian juga nggak perlu
tau urusan gue sama Hara. Dan untuk masalah Taeyeon…” Gikwang memberi jeda
sesaat pada ucapannya. “…gue emang pernah suka sama dia. Dan gue udah bukan
anak orang kaya seperti apa yang kalian tau selama ini. Sekarang terserah
kalian. Mau tetep mau jadi fans gue atau sebaliknya, gue-udah-nggak-peduli!”
ujar Gikwang tajam. Ia lalu menggeser paksa barisan cewek yang menutupi
jalannya.
Ketika
Gikwang sudah masuk ke dalam bahkan sudah menyalakan mesin mobil, cewek-cewek
tadi sontak menyingkir. Dan benar-benar untuk membuktikan ketidakpeduliannya,
Gikwang sengaja berhenti tepat di depan Hara berada. Gikwang menurunkan kaca
mobilnya.
“Ra,
gue tau mobil lo masih di bengel. Ayo pulang sama gue,” ajak Gikwang dengan
nada yang tak ingin ada penolakan.
Hara
tak langsung menyetujui. “Tapi…”
“Gue
nyimpen rahasia terbesar dari lo,” kata Gikwang pelan, namun untuk Hara itu
adalah sebuah ancaman besar.
Hara
tersentak. Akan sangat memalukan jika Gikwang benar-benar membongkar rahasianya
di depan umum seperti saat ia mengaku memiliki perasaan pada seorang kakak
kelasnya yang bernama ‘Taeyeon’ tersebut di depan warga SMA Paradise. Saat
menoleh, sekilas ia melihat sosok Junhyung yang baru saja pergi dari tempat
itu. Hara menghela napas sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi dengan
Gikwang.
Yong
Hwa, Sunggyu dan Jonghyun tersenyum puas kala mobil Gikwang melintas di depan
mereka. Gikwang juga hanya sempat pamitan melalui gerakan mata.
“Terus,
apa itu artinya agenda ini udah nggak berguna?” Tanya Sunggyu meminta saran dua
temannya terhadap buku agenda jadwal ‘kencan’ Gikwang yang sudah ada di
tangannya. Ia bahkan tak ragu lagi mengatakan hal itu di saat cewek-cewek tadi
masih di sana.
“Gue
rasa begitu.” Jonghyun sangat mendukung saran Sunggyu. “Apa perlu di bakar
sekalian?”
“Biar
Gikwang aja yang bakar,” ujar Yong Hwa menutup pembicaraan mereka yang setelah
itu pergi dari sana meninggalkan para cewek tadi.
***
“Ra,
lo nggak tiba-tiba beneran takut sama gue, kan?” tegur Gikwang ketika di
perjalanan. Sejak tadi ia sudah mengawasi Hara yang seperti tak tenang meski ia
hanya diam.
“Maksud
kamu?” Tanya Hara, bingung.
Gikwang
tetap menatap lurus ke arah jalanan. “Gue tiba-tiba galak kayak tadi tuh Cuma
acting doank. Soalnya gue udah capek sama ‘kencan’ begituan. Mereka makin nggak
jelas.”
“Jadi,
kamu mau nyudahin itu?”
“Kalo
begitu terus, yang ada gue nggak dapet-dapet pacar, Ra.” Gikwang terkekeh
sendiri dengan jawaban yang ia lontarkan.
Hara
ikut tersenyum. “Emang, siapa cewek yang lagi kamu suka sekarang ini? Masih
suka sama kakaknya Junhyung? Atau jangan-jangan, kamu udah punya pacar, ya?”
Hara yang sudah merasa terlanjur dekat dengan Gikwang, sedikit penasaran dengan
kisah cinta cowok di sampingnya itu.
Gikwang
menoleh cepat dengan mata yang sedikit membulat. “Gue belom punya pacar, kok.
Tapi, kakaknya Junghyung?” Ia mengulagi ucapan Hara dengan nada bingung.
“Jangan bilang yang lo maksud itu Taeyeon?”
Hara
mengangguk, polos. “Emang Junhyung punya berapa kakak cewek? Cuma kak Taeyeon
aja, kan? Ada juga paling cowok dan setau aku namanya Kyuhyun.”
Gikwang
tertegun mendengar cerita Hara. “Kenapa
gue nggak pernah tau sih kalo Taeyeon sama Junhyung itu adik kakak?”
“Kwang!”
suara Hara membuyarkan lamunan Gikwang. “Kamu beneran nggak tau kalau Junhyung
itu adiknya kak Taeyeon?”
Gikwang
menggaruk belakang kepalanya yang nggak gatal sambil menggeleng. “Oiya, tadi
udah ketemu Junhyung?” Tanya Gikwang mengalihkan pembicaraan mereka.
Hara
menggangguk. “Di parkiran tadi, pas aku baru mau masuk ke mobil kamu. Itu juga
Cuma ngelihat Junhyung dari jauh.”
“Dia
ada di sekitar parkiran juga?” Tanya Gikwang penuh minat.
“Iya.
Tapi nggak tau dari kapan. Pas aku nengok, dia udah jalan ngejauh.”
Gikwang
hanya manggut-manggut seolah mengerti apa yang terjadi pada Junhyung. Sedetik
kemudian, ia tersenyum jahil karena pikirannya sendiri.
“Eh,
tadi pertanyaan aku belom di jawab. Siapa cewek yang lagi kamu suka?” Hara
mengulangi pertanyaannya.
Gikwang
tak langsung menjawab. Ia tersenyum geli. “Malu akh, Ra.”
“Cewek
yang malem minggu waktu itu, ya?” tebak Hara.
“Duh,
ketebak ya?” Gikwang mengusap tengkuknya gugup.
Hara
menatap Gikwang tak percaya. “Jadi bener dia? Padahal aku Cuma asal tebak aja,
loh.”
“Jadi
sebenernya lo nggak tau?” Tanya Gikwang panic.
Hara
justru terkekeh melihatnya. “Kenapa nggak bilang? Tau gitu, aku kan bisa
pura-pura ngajak dia ngobrol. Terus gimana? Udah ketemu lagi sama dia?”
“Waktu
tangan gue luka, dia yang pertama ngobatin. Ternyata dia anak SMA Sun Moon,”
Gikwang bercerita dengan cukup antusias. “Eh, tapi jangan cerita-cerita ke Jonghyun,
Sunggyu sama Yong Hwa ya,” pintanya cepat-cepat.
“Iya,”
Hara hanya menjawab singkat.
***
Lewat
seminggu setelah ujian Negara berlangsung. Siang itu setelah mengantar Hara
pulang, Gikwang membelokkan mobilnya ke arah berlawanan seperti biasa karena ia
sudah tak tinggal di rumah lamanya. Terlebih Gikwang harus melintasi sekolah
SMA Sun Moon. Ia hanya menoleh sekilas menatap gerbangnya.
“Apa lo
lagi ada di sana sekarang?” Gikwang terkekeh karena sadar ia bicara sendiri. Cukup
jauh dari sana, Gikwang menghentikan mobilnya karena ada sebuah mobil yang
dengan tiba-tiba menyalip lalu berhenti tepat di depannya. Gikwang mengerutkan
dahinya sambil sesekali mengingat siapa pemilik mobil tersebut. “Junhyung!”
pekiknya karena melihat cowok itu ke luar dari mobil. Mau tak mau, Gikwangpun menemui
Junhyung.
Junhyung
menunggu sambil tersenyum sinis seolah memamerkan beberapa luka di sekitar
wajahnya. “Sudah merasa hebatkah, ‘pangeran’?” Tanya Junhyung setengah mengejek
karena ia memang sering menyebut Gikwang dengan nama ‘pangeran’.
Gikwang
merasa Junhyung membawa suasana buruk siang itu. Ingin sekali ia bertanya
tentang asal luka di wajah Junhyung. Tapi tampaknya percuma. Hanya satu yang
bisa ia simpulkan, luka Junhyung ada kaitannya dengan kedatangan cowok itu
padanya.
“Ingin
tau dari mana luka-luka ini?” Tanya Junhyung seolah bisa menebak isi kepala
Gikwang.
Gikwang
hanya menatap datar untuk menyembunyikan ekspresi yang sebenarnya.
Junhyung
maju beberapa langkah hingga menyisakan jarak beberapa meter saja. Ia masih
menunjukkan senyuman sinisnya. Sesekali Junhyung mengawasi sekitar yang
kebetulan cukup sepi. “Tentu saja ini perbuatan para ‘pengawal’ setiamu.”
Selama
ini Gikwang bisa cukup sabar menghadapi sikap Junhyung padanya. Kecuali jika
sudah menyangkut tiga temannya—Yong Hwa, Sunggyu dan Jonghyun—yang di panggil
oleh Junhyung dengan sebutan ‘pengawal’. Untuk Gikwang, masalah antara dirinya
dan Junhyung, tidak boleh melibatkan siapapun juga. Dengan sembunyi-sembunyi,
Gikwang mengepalkan tangannya untuk mengontrol emosi.
“Apa
luka itu ‘nggak’ terlalu parah sampe lo nggak butuh untuk ngelawan gue?” seru
Junhyung penuh rahasia.
Gikwang
melirik ke bawah lengan kiri kemeja sekolahnya yang tergulung hingga siku dan
menunjukkan bekas lukanya yang masih cukup terlihat jelas. “Jadi lo sengaja
mencelakai gue?” Tanya Gikwang dingin. Setelah itu ia baru kembali mendongak
dan menatap Junhyung, tajam.
Junhyung
berdecak meremehkan. “Jadi lo baru nyadar?”
“Apa
maksud lo? Kenapa lo ngelakuin itu ke gue?” Gikwang masih berusaha menahan
amarahnya, meski tak di pungkiri nada bicaranya penuh dengan penekanan.
“Lo
pikir Cuma lo aja yang layak jadi kapten? Sedangkan gue nggak? Dan apa lo
pikir, lo benar-benar udah ngerasa kayak ‘pangeran’ sungguhan karena banyak
cewek cantik yang ngejar-ngejar lo? Lalu setelah itu, dengan bangganya lo
ngegandeng Hara di hadapan para fans lo? Apa lo nggak mikirin perasaan mereka?”
Gikwang
mengerutkan dahi karena bingung menanggapi penuturan Junhyung. “Tunggu deh.
Kenapa jadi bawa-bawa Hara, sih? Apa hubungannya? Lo nggak rela kalo Hara jalan
sama gue?” Tanya Gikwang dengan tatapan polosnya.
Namun tak di sangka,
Junhyung justru tersentak mendengar pertanyaan seperti itu yang sukses
membuatnya bungkam.
“Eh,
jadi lo beneran cemburu liat gue…” Gikwang belum selesai bicara karena setelah
itu… ‘BUUUK!’ Satu pukulan mendarat di wajanya hingga ia tersungkur.
Junhyung
menarik kerah seragam Gikwang yang masih tertidur di aspal. “Kalo emang gue bener
‘cemburu’ ngeliat lo sama Hara, apa lo mau ngelepas Hara buat gue? NGGAK, KAN?”
bentak Junhyung.
Gikwang
justru terkekeh melihat kekesalan di wajah Junhyung. “Lo salah paham, Jun.”
Cowok itu berusaha untuk terlihat tenang. “Gue emang ada maksud ngedeketin
Hara, tapi itu semua…”
“Cukup!”
Junhyung menghentikan ucapan Gikwang. Matanya berkilat penuh amarah. “Apa lo
udah bahagia ngeliat gue seperti ini?”
Gikwang
berdecak kecewa. “Bahagia dari mananya, sih? Lo Cuma nggak tau aja. Udah deh,
ntar juga lo bakal ngerti. Dan untuk masalah jabatan gue, lo nggak perlu ngiri.
Itu Cuma sekedar ‘status’ di lapangan. Kapten sebenarnya itu muncul dari hati.
Lo juga bisa ngelakuin itu.” Gikwang berusaha memberikan pengertian.
Junhyung
melepaskan kerah kemeja Gikwang dengan sedikit kasar. Namun bukan berarti ia
mengalah karena tersentuh dengan ucapan Gikwang tadi.
“Lo
nggak perlu ceramahin gue,” kata Junhyung ketus yang masih mempertahankan
egonya.
“Terus
lo perlunya apa? Cintanya Hara, kan?” goda Gikwang sambil berusaha bangkit,
namun Junhyung justru kembali mendorong tubuh Gikwang hingga kembali tersungkur
di tanah. Ia lalu kembali berusaha berdiri ketika Junhyung sudah pergi bersama
mobilnya. “Akh! Udah ketauan cemburu, masih aja galak sama gue.” Gikwang
mencibir sambil menahan rasa sakit luka di tangan kirinya yang masih saja
terasa.
***