Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu,
Myungsoo,
Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast :
Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast :
Boy Friend (Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
Donghyun, Youngmin, Kwangmin)
Genre
: teen romance, family
Length : part
***
Dongwoo
dan Minwoo baru saja sampai di depan café milik Sunggyu. Tak lama, ada sebuah
motor berhenti tak jauh di belakang mereka. Tapi ada satupun yang menyadari hal
itu. Sampai akhirnya si pemilik motor justru mengejar Minwoo dan Dongwoo.
“Minwoo!”
Merasa
terpanggil, Minwoopun menoleh. Begitu pula dengan Dongwoo meski hanya nama
Minwoo yang tersebut oleh orang itu.
“Bagaimana
keadaan Hye Ra?” desak orang itu yang ternyata adalah Sungyeol sebelum Minwoo
merespon panggilannya tadi.
“Noona
baik-baik saja kok, hyung. Tidak ada sesuatu yang serius terjadi padanya,”
jelas Minwoo yang sama sekali tak menaruh curiga sedikitpun pada Sungyeol yang
sebenarnya sangat-sangat mengkhawatirkan gadis itu.
Di
saat Sungyeol dan Minwoo sibuk dengan obrolan mereka, mata Dongwoo jatuh pada
sebuah mobil yang belum lama pergi dari sana. Ia mengenali mobil itu yang
selalu dikendari Sungjong dan Haesa ke sekolah. Dia tidak mungkin salah. Saat
di sekolah tadi, ia melihat Sungyeol yang membawa mobil itu pergi bersama
Haesa.
“Syukurlah,”
ada secercah rasa lega pada diri Sungyeol. “Apa kau ingin menemui Sunggyu
hyung? Tapi aku tidak yakin ia sudah kembali ke café.”
“Tidak
kok, hyung,” Minwoo buru-buru mengelak. Karena tujuannya ke sana memang bukan
untuk menemui Sunggyu hyung. “Dan kalau bisa, tolong jangan katakan apapun dulu
pada Sunggyu hyung tentang noona.”
Sungyeol
langsung mengangguk tanpa pikir panjang terlebih dahulu. “Aku mengerti.”
“Ayo
ke dalam. Aku takut Hye Ra dan Hoya lama menunggu di rumah,” suara Dongwoo
terdengar mengintimidasi. Namun tampaknya Minwoo tak merasa seperti itu.
“Akh,
iya,” pekik Minwoo setelah menyadari sesuatu. “Hyung, aku hanya ingin mengambil
makanan pesanan noona.” Setelah itu, ia dan Dongwoo meninggalkan Sungyeol di
sana seorang diri.
Mereka
hanya tidak terlalu menyadari apa yang dipikirkan Sungyeol saat itu. Tentu saja
apa yang baru dikatakan Dongwoo sukses meracuni otaknya. Hye Ra dan Hoya. Tidak
ada nama lain yang disebutkan Dongwoo tadi.
Sungyeol
mengepalkan tangannya, menahan emosi. “Kenapa harus Hoya? Kenapa bukan Myungsoo
saja yang menemani Hye Ra. Ke mana pemuda itu?” desisnya tajam. Tak terima jika
Hye Ra hanya bersama pemuda yang bahkan tidak ia kenal. Sebelum memutuskan
untuk masuk ke dalam, Sungyeol lebih dulu menghela napas panjang. Setidaknya ia
bisa sedikit tenang karena masih banyak tanggung jawabnya terhadap café.
Terlebih setelah ia sempat meninggalkannya beberapa jam.
Di
dalam sana Minwoo menunggu makanan sambil duduk di kursi yang biasa di tempati
Hye Ra. Di hadapan pemuda itu terbuka sebuah halaman di salah satu buku. Dan
tentu saja bukan buku pelajaran milik Hye Ra karena jelas-jelas mereka berbeda
angkatan. Sementara Dongwoo duduk di luar meja bar. Dan setelah kembali,
Sungyeol langsung mengenakan celemeknya karena ia harus kembali bekerja.
“Minwoo…”
Tanpa
harus menoleh, Sungyeol yakin bahwa itu adalah suara Woohyun yang memanggil
dari dalam dapur melalui jendela. Ia juga tak berniat ikut campur karena ia
sendiri juga sibuk meracik sebuah minuman di tangannya.
Minwoo
menerima bungkusan yang di sodorkan Woohyun. “Terima kasih, hyung.”
“Sampaikan
salamku padanya, ya.”
Minwoo
hanya mengangguk menanggapi permintaan Woohyun. “Aku langsung pulang ya,
hyung,” pamit Minwoo. Woohyun dan Dongwoo juga saling menggangguk ketika
pandangan mereka bertemu. “Hyung, aku duluan.” Tak lupa, Minwoo juga menyapa
Sungyeol.
Beberapa
saat, Sungyeol tampak tak menghiraukan jika Minwoo mengajaknya bicara. Tapi
setelah itu, ia langsung mencegah Minwoo ke luar dari meja bar. “Minwoo
tunggu.”
“Ada
apa, hyung?”
“Hmm…”
Sungyeol berusaha mengumpulkan keberanian. “Bisa tolong berikan ini pada Hye
Ra?” pemuda itu menyodorkan sebuah tempat minum ke hadapan Minwoo. “Katakan
saja itu dari Hyunseong atau Jeongmin.” Sungyeol memang bebicara pada Minwoo,
tapi matanya sesekali mengawasi Dongwoo. Ia masih kesal dengan ucapan Dongwoo
di depan café tadi meski tidak secara langsung. Tapi tetap saja membuatnya kesal.
Terlebih, ia juga masih mengingat kejadian yang dilakukan Dongwoo beberapa
waktu lalu di café ini. Kejadian yang membuatnya terpaksa merasa bersalah.
“Kenapa
harus berbohong, hyung? Ini kan memang kau yang membuatnya.”
“Ku
mohon katakan saja seperti itu,” paksa Sungyeol. Dan dengan sangat terpaksa
juga, Minwoo menyetujui permintaan Sungyeol meski harus sedikit terbohong.
“Minwoo!
Ayo!” suara Dongwoo membuyarkan pikiran Minwoo tentang kebohongan kecil yang
harus ia lakukan di depan Hye Ra. Dongwoo lebih dulu berbalik agar Minwoo juga
segera meninggalkan tempat itu. Ia juga sama sekali tak berniat untuk pamitan
dengan Sungyeol.
“Akan
ku sampaikan pada noona,” ujar Minwoo terburu-buru lalu menyusul Dongwoo yang
sudah menghilang di balik pintu.
“Hye Ra juga tidak akan percaya jika
Hyunseong atau Jeongmin yang membuat minuman itu. Dia pasti akan menebak bahwa
aku yang membuatkannya.” Sungyeol tersenyum sendiri dengan rencananya. Dan
sedetik kemudian, makna senyuman itu berubah. Ia cukup menertawai dalam hati
karena bisa memiliki pikiran licik seperti tadi. Hingga tanpa sadar, tatapannya
jatuh pada sesuatu di kolong meja bar.
“Kenapa
seperti ada yang janggal?” gumam Sungyeol pelan. Tentu saja tidak ada yang
mencurigainya karena berbicara sendiri. Mata pemuda itu tak lepas dari tumpukan
buku pelajaran milik Hye Ra. Dan yang berada di tumpukan teratas itu adalah
buku kesenian. Itu artinya… “Astaga!” pekik Sungyeol setelah menyadari sesuatu
yang janggal itu. Pemuda itu segera berjongkok di sana dan meraba-raba bagian
teratas tumpukan buku tersebut.
Sampai akhirnya Sungyeol
kembali teringat sesuatu. Seingatnya saat baru sampai, ia tak melihat Minwoo
membawa-bawa sesuatu dalam tangannya. Namun ketika menunggu makanan, di hadapan
Minwoo…
Tanpa
pikir panjang, Sungyeol berlari meninggalkan meja bar untuk menyusul Minwoo dan
Dongwoo. Kali ini ia merasa terancam karena rahasia terbesarnya akan
terbongkar. Harusnya itu menjadi saat-saat yang di tunggu-tunggu oleh Sungyeol.
Tapi nampaknya tidak untuk sekarang-sekarang ini.
“Minwoo!”
teriak Sungyeol sambil berusaha mengejar mobil Dongwoo yang baru saja
meninggalkan area parkir café. Namun sayang, ia tak berhasil mengejarnya. Dan
pemuda itu hanya mampu menendang angin. Perasaannya semakin tak enak setelah
itu.
Meski tidak melihat Minwoo
membawa buku tersebut, tapi ia yakin bahwa salah satu dari mereka yang
membawanya. Mungkin saja Minwoo meminta tolong Dongwoo untuk membawakannya
karena Minwoo harus menerima bungkusan makanan dari Woohyun.
Buku
itu mungkin hanya buku biasa. Tapi tidak untuk Sungyeol. Karena buku itu
memiliki goresan tangan Hye Ra tentang pemuda yang menyelamatkannya dari kolam
renang 2 tahun lalu. Dan itu adalah dirinya.
Dengan
langkah gontai, Sungyeol terpaksa kembali ke dalam.
***
Myungsoo
dan Eun Gi telah sampai di rumah Hye Ra. Myungsoo segera mengajak Eun Gi masuk
tanpa perlu mngetuk pintu dulu selayaknya tamu. Rumah Hye Ra yang tidak terlalu
besar, memungkinkan seseorang bisa mendengar suara-suara dari arah dapur meski
saat itu Myungsoo dan Eun Gi baru memasuki ruang tengah. Seperti saat ini,
mereka mendengar suara tawa seorang pemuda dan seorang gadis dari dapur.
Myungsoo pun mengajak kekasihnya ke sana.
“Baru
di tinggal sebentar saja sudah melupakan ku,” kata Myungsoo yang mengira bahwa
Hye Ra tengah asik bersama Minwoo.
Hoya
dan Hye Ra tiba-tiba menghentikan tawa mereka setelah menyadari kedatangan
Myungsoo bersama Eun Gi. Begitu pula dengan sepasang kekasih yang baru saja
tiba di sana. Mereka juga terkejut karena mendapati Hye Ra bersama Hoya, bukan
bersama Minwoo seperti ketika Myungsoo dan Eun Gi meninggalkan rumah itu.
“Mana
Minwoo?” Tanya Myungsoo dengan tatapan lurus pada Hye Ra. Namun ia tetap
mengawasi keberadaan Hoya. Yang ada di pikiran Myungsoo saat itu adalah,
bagaimana bisa seorang Hoya yang sudah memiliki kekasih tapi masih bisa
bercengkerama bersama gadis lain. Terlebih mereka hanya berdua di sana. Apa
Hoya tidak memikirkan perasaan Haesa jika gadis itu tau?
“Minwoo
ditemani Dongwoo pergi ke café mengambil makanan pesananku,” jelas Hye Ra.
Myungsoo
menghela napas berat. Sementara Eun Gi yang merasa suasana semakin tak enak,
segera mendekati Hye Ra untuk memecah keheningan.
“Kau
baik-baik saja?” seru Eun Gi setelah memeluk Hye Ra dengan riang.
***
“Noona
aku pulang!” seru Minwoo riang setelah sampai kembali di rumah Hye Ra. “Aku
juga bawa…” ucapan pemuda itu terputus ketikan mendapati Myungsoo, Eun Gi, Hye
Ra serta Hoya di ruang tamu dengan keadaan sedikit kaku.
“Kok
pada diem-dieman?” tegur Dongwoo sambil meletakkan kantong-kantong makanan yang
ia bawa, sama seperti yang dilakukan Minwoo tadi.
“Nggak
kok, kebetulan kalian datang pas kita lagi diam.” Myungsoo yang buka mulut.
“Ya
udahlah, hyung. Kenapa jadi dipermasalahin,” seru Minwoo berusaha menengahi. Ia
lalu melirik ke tempat Hye Ra berada yang duduk bersama Eun Gi di sofa panjang.
“Oiya noona, Jeongmin hyung memberikan ini untukmu,” ujarnya sambil
mengeluarkan tempat minum dari salah satu kantong plastic dan langsung ia
sodorkan ke Hye Ra.
Hye
Ra menerima dengan tatapan bingung. Ia membuka penutupnya dan terciumlah aroma
stroberi milk shake yang sangat kentara. “Kau yakin ini buatan
Jeongmin? Bukan Sungyeol oppa?”
Minwoo
sedikit tercengang dengan tebakan Hye Ra. “Kenapa
tebakan noona bisa benar begitu?”
Di sisi lain, Dongwoo juga tak kalah terkejutnya
dengan apa yang di katakan Hye Ra. “Jadi
si karyawan café itu mau pamer kalo dia udah bisa deket banget sama Hye Ra?” sinisnya
dalam hati yang langsung di tatap curiga oleh Hoya. “Hye Ra, sepertinya aku
harus pulang. Dan baru inget juga kalo Hoya tadi bilang ia tak bisa pulang
sore,” kata Hoya.
“Ah,
iya benar,” sambung Hoya seolah mengerti dengan apa yang dipikirkan Dongwoo.
Hye
Ra mengangguk. “Terima kasih kalian sudah menjengukku.”
Setelah
berpamitan dengan Myungsoo, Eun Gi dan Minwoo juga, Hoya dan Dongwoo segera
pergi dari rumah Hye Ra. Sepeninggal dua pemuda tadi, suasana kembali hening.
“Ini
terakhir kalinya ya, aku liat kau berdua dengan Hoya,” seru Myungsoo dingin
tanpa menatap Hye Ra. Sementara gadis itu sampai membatalkan niat membuka
makanannya setelah mendengar suara Myungsoo. “Dia udah punya kekasih. Pikirkan
juga perasaan Haesa jika tau kau hanya berdua bersama Hoya di rumah,”
lanjutnya.
“Jangan
seperti itu, hyung. Hoya hyung datang dengan niat baik. Lagipula, dia datang
tidak sendiri,” jelas Minwoo yang berusaha membela Hye Ra.
Myungsoo
menghela napas lalu melirik adiknya. “Aku hanya ingin menjaga perasaan Hye Ra.
Kesannya Hoya memberikan harapan palsu pada Hye Ra. Kau ingin melihat noona
kesayanganmu itu bersedih?” Minwoo bungkam dan sedikit tertunduk mendengar
omelan kakaknya. “Aku lebih baik melihat Hye Ra bersama Sungyeol hyung dari
pada harus ku tinggalkan bersama Hoya walau dalam keadaan terpaksa,” lanjut
Myungsoo.
Hye
Ra mendongak dengan tatapan yang sulit di artikan pada Myungsoo. Mendengar
Myungsoo bicara seperti itu, membuat Hye Ra seperti merasa ada sebuah getaran
dalam dadanya ketika sepupunya itu menyebut nama ‘Sungyeol’. Tak lama
Myungsoopun balas menatap Hye Ra. Bukan karena menyadari ia tengah
diperhatikan, tapi karena ia merasa ada sesuatu pada ucapannya.
***
“Oppa,
kenapa kau ada di sini?” omel Haesa saat mendapati Sunggyu di depan pintu
rumahnya.
“Aku
hanya mampir sebentar. Apa tidak boleh?”
Haesa
menghela napas. “Bukannya seperti itu. Tapi, apakah kau tidak menemani Hye Ra? Hari
juga sudah mulai gelap. Dia pasti sangat membutuhkanmu, oppa. Oiya, bagaimana
keadaannya?”
Sunggyu
mengerutkan keningnya. Bingung dengan ucapan Haesa yang tiba-tiba menanyakan
keadaan adiknya. “Kenapa kau bisa bertanya seperti itu?” Sunggyu justru balik
bertanya.
“Apa
Hye Ra tidak memberitahumu? Tadi siang Hoya tercebur ke kolam renang lalu…”
Dengan
reflex, Sunggyu memegang ke dua pundak Haesa. “Apa Hye Ra juga tercebur? Lalu,
bagaimana keadaannya? Dia baik-baik saja, kan?” Tanya Sunggyu bertubi-tubi.
Haesa
menatap Sunggyu nanar. Cemburu karena Sunggyu sangat mengkhawatirkan adiknya.
Meski seharusnya ia tak bersikap demikian. Sementara Sunggyu sendiri sudah
bungkam seperti merasa salah bicara. Dengan perlahan cewek itu menyingkirkan
tangan Sunggyu dari pundaknya.
“Kenapa
semua orang terlalu mengkhawatirkan Hye Ra? Hoya, Myungsoo, kau, bahkan
Sungyeol oppa!”
“Su… Sungyeol
a… ada di sana?” Tanya Sunggyu terbata.
Haesa
menyeka tepi matanya yang mulai basah sebelum air matanya benar-benar jatuh.
“Oppa, apa Hye Ra memiliki suatu penya…”
Buru-buru
Sunggyu menggeleng bahkan sebelum Haesa menyelesaikan ucapannya. “Hye Ra punya
terauma karena tercebur kolam renang waktu SMA. Makanya aku khawatir banget
kalau mendengar seseorang juga tercebur. Aku langsung teringat Hye Ra.”
“Kapan?”
“Sekitar
dua tahun lalu waktu Hye Ra masih sekolah di SMA Paradise. Dia bilang seorang
pemuda yang menolongnya. Tapi dia juga tidak tau itu siapa.”
*flashback, 2 tahun lalu*
Haesa
tengah duduk di depan sebuah rumah mewah. Di sampingnya tergeletak sebuah koper
besar. Tak lama, berhenti sebuah mobil dan memunculkan sosok Sungyeol dari
dalamnya yang masih berseragam SMA. Melihat kedatangan kakaknya, Haesa langsung
berdiri.
“Oppa!”
serunya yang segera menghampiri Sungyeol. Ia berniat memeluk pemuda itu, tapi
tak jadi karena ada sesuatu yang aneh dengan seragam kakaknya itu. “Kenapa baju
oppa basah?”
Sungyeol
sudah ingin bercerita, namun tak ada kata yang bisa ia ucapkan.
Tatapan
Haesa sendiri sudah beralih pada sesuatu yang menjuntai dari genggaman tangan
Sungyeol. “Itu apa?” tanyanya bahkan sebelum Sungyeol sempat menjawab
pertanyaan sebelumnya. “Sejak kapan oppa punya benda itu?”
Sungyeol
membuka telapak tangannya yang menggenggam kalung berbandul cincin itu. Ia
menggeleng sebelum akhirnya melirik adiknya. “Ini punya gadis yang sering oppa
certain ke kamu.”
Mata
Haesa membulat. “Gadis yang oppa sukain itu? Tapi kenapa bisa ada sama oppa?
Dan kenapa oppa malah sedih begitu?”
“Kemarin
Hye Ra tercebur di kolam dan kebetulan oppa yang berada di sana. Dia sampai
pingsan bahkan belum sadar setelah oppa bawa ke ruang kesehatan. Setelah itu
oppa tidak tau bagaimana keadaannya. Dan hari ini dia sudah tidak bersekolah di
SMA Paradise. Oppa hanya menemukan ini yang masih ada di dasar kolam.”
“Apa
dia tau kalau oppa yang menolongnya?”
Sungyeol
menggeleng lemas.
Haesa
mengusap lengan kakaknya. “Oppa maaf aku tidak bisa menemanimu lagi. Ayah
mengajak pindah ke luar kota.”
Sungyeol
memaksakan untuk tersenyum. Ia tidak ingin adiknya semakin sedih karena harus
meninggalkannya, terlebih dengan perasaan kacau seperti tadi.
*Flashback
end*
“Haesa,
kau kenapa?” Suara Sunggyu menyadarkan gadis dihadapannya.
“Tidak,
oppa,” kata Haesa sedikit gugup. Ia berusaha mengambil keputusan untuk bercerita
tentang Sungyeol atau tidak.
Sunggyu
meraih kedua tangan Haesa dan digenggamnya dengan erat. “Maaf karena aku belum
bisa memberikan seluruh perhatianku hanya untukmu.”
“Jangan
bicara begitu!” protes Haesa seakan tak terima. “Ingat, Hye Ra sangat
membutuhkanmu. Jangan pernah bicara seperti itu. Aku juga memiliki saudara yang
harus kuperhatikan. Aku sayang oppa. Tapi aku juga akan kecewa jika oppa
mengabaikan Hye Ra.”
“Aku
tidak tau bagaimana jadinya jika bukan kau yang menjadi kekasihku.”
“Eh?
Kekasihmu?” Tanya Haesa memastikan dengan wajah yang hampir memerah. “Sejak
kapan, oppa?” lanjutnya dengan nada berhati-hati. Ia sangat ingin mengakui itu,
tapi di sisi lain ia juga takut jika ternyata Sunggyu salah bicara. Itu pasti
akan sangat memalukan.
“Bukankah
tadi kau bilang menyayangiku?” Sunggyu balik bertanya dengan nada menggoda.
Haesa
yang gugup berusaha berpikir dengan keras alasan yang ingin ia katakan. Semuanya
menjadi tidak terkendali karena jantung Haesa yang membuatnya semakin tidak
bisa berpikir dengan jernih. Dan semakin lama, semakin tidak ada satu katapun
yang terucap dari bibir Haesa.
Sunggyu
terkekeh melihat raut wajah gadis di hadapannya ini. “Aku akan memberikanmu
waktu untuk berpikir,” ujarnya sambil mengcak lembut rambut Haesa. Sama persis
seperti apa yang biasa ia lakukan pada Hye Ra. “Aku pulang dulu,” pamit Sunggyu
setelah itu.
Haesa
hanya mengangguk samar. Ada sedikit rasa tidak ikhlas melepas Sunggyu secepat
ini. Tapi setidaknya jika Hye Ra tau bahwa ia justru sempat secara tidak
langsung menyuruh Sunggyu untuk pulang, mungkin Hye Ra bisa sedikit
memaafkannya karena sudah berpura-pura menjadi kekasih Hoya. Apapun kondisinya,
Haesa tetap menyunggingkan senyumnya mengiringi langkah Sunggyu yang semakin menjauhinya.
***
“Hye
Ra, aku mau numpang ke toilet,” kata Eun Gi.
“Iya,”
ujar Hye Ra pendek karena ia tengah sibuk mengunyah makanannya.
Myungsoo
memperhatikan langkah kekasihnya yang sudah menghilang di balik pintu toilet.
Ia sempat melirik Minwoo yang tengah asik membaca buku sebelum akhirnya pindak
ke sofa yang tadi ditempati Eun Gi.
“Kau
pasti senang bisa di temani Hoya tadi?” tebak Myungsoo setengah berbisik dengan
nada tak suka.
Hye
Ra membatalkan menyuap makanannya dan meletakkan sendokknya di atas piring
dengan kasar. Ia melirik Myungsoo dengan malas sambil menghela napas. “Kalau
memang tak suka, jangan membahas itu,” desis Hye Ra dengan balas berbisik namun
penuh penekanan di tiap katanya.
Myungsoo
terkekeh pelan. “Aku memang tak suka jika Hoya mendekatimu. Dasar tak punya
perasaan. Kalau dia berani melakukan hal seperti itu lagi. Sumpah, aku akan
melaporkannya pada Haesa.”
Mendengar
Myungsoo menyebut nama Haesa, Hye Ra langsung teringat pada Sunggyu. Ia lantas
menatap Myungsoo penuh harap. “Kau tidak mengabari oppaku?”
Myungsoo
langsung membeku. “Jadi aku boleh mengabari Sunggyu hyung?” pemuda itu balik
bertanya dengan polosnya.
Hye
Ra tak menjawab. Ia bahkan sudah kembali sibuk dengan makanannya sambil
sesekali mengawasi Minwoo yang sejak tadi sama sekali tidak beralih dari
bukunya. Setelah mengamati beberapa saat, Hye Ra baru menyadari buku apa yang
tengah di baca Minwoo. “Itu novelku yang ada di café, ya?”
Minwoo
segera menoleh karena ia yakin hanya dirinya yang tengah memegang sebuah buku.
“Iya, noona. Aku pinjam, ya?”
“Harusnya
kau mint ijin dulu, baru membacanya,” seru Eun Gi yang baru saja kembali dan
membuat Myungsoo menyingkir dari sofa yang sejak tadi di tempati Eun Gi.
“Yang
penting aku sudah mengatakannya tadi. Yak an, noona?” lirik Minwoo pada Hye Ra
sebagai usaha mendapat pembelaan.
“Minwoo
biasanya meminjam bukuku tanpa ijin.”
Pengakuan
Hye Ra membuat Minwoo cemberut dan berniat tak menghiraukan tawa Myungsoo dan
Eun Gi yang sudah terlanjur meledak.
***
Sunggyu
yang baru saja tiba di rumahnya, segera melesat masuk. Rumahnya sudah sedikit
sepi. Dan tujuan utamanya adalah kamar Hye Ra. Tanpa mengetuk pintu terlebih
dahulu, pemuda itu langsung saja membuka pintu kamar adiknya dengan sedikit
kasar.
“Oppa!”
protes Hye Ra yang sampai terlonjak dan mata yang sedikit membulat karena
kedatangan Sunggyu yang tiba-tiba. Terlebih kakaknya itu juga seenaknya masuk
ke dalam kamarnya.
Sunggyu
segera menghampiri adiknya yang sudah bersiap tidur itu. Karena Hye Ra juga
sudah mengenakan piyama dan tadi tengah menyiapkan selimutnya.
“Kau
baik-baik saja?”
“Oppa
kau kenapa?” Hye Ra balik bertanya karena merasa sedikit tak nyaman dengan
tatapan Sunggyu.
“Kalian
kenapa tak ada yang mengabari oppa? Kau tercebur kan di kolam sekolah?”
“Dari mana oppa tau?” cibirnya dalam
hati. Sedetik kemudian, ia memutar bola matanya. Kesal karena di pikirannya
pasti Myungsoo yang membocorkan hal tersebut pada kakaknya.
Sunggyu
terlihat tak menuntut jawaban dari Hye Ra. Ia bahkan sudah membimbing adiknya
untuk segera tidur. Sunggyu menarik selimut. Meski bingung, Hye Ra tetap
menuruti apa yang diperintahkan kakaknya. Setelah kembali menapatkan selimut ke
tubuh Hye Ra, Sunggyu segera meninggalkan kamar adiknya tanpa pamit.
Sepeninggal
Sunggyu, Hye Ra memiringkan tubuhnya ke kiri. Menghadap sisi ranjangnya yang
kosong. Dalam beberapa menit, Hye Ra sama sekali belum bisa memejamkan matanya.
Padahal sebelumnya ia juga telah mematikan lampu hingga cahaya yang ada hanya
berasal dari lampu kecil di samping tempat tidurnya.
“Kok
belum tidur?”
Hye
Ra segera menoleh dan samar-samar mendapati sosok Sunggyu dalam gelap. Belum
sampat Hye Ra merespon, Sunggyu sudah lebih dulu duduk di sisi kosong tempat
tidur yang bisa menampung seseorang lagi di sana.
Sunggyu
bersandar di sandaran tempat tidur, namun tatapannya tak terlepas dari wajah
Hye Ra. Ia mengusap lembut puncak kepala Hye Ra yang masih terbaring di atas
bantal sambil menatap adiknya penuh rasa bersalah.
“Maafin
oppa, Hye Ra. Oppa tidak bisa menjagamu dengan baik.”
Bukannya
merasa tersentuh, Hye Ra justru merasa tak nyaman mendengar kalimat itu. “Oppa
aku baik-baik saja!” protesnya. Bosan memastikan keadan dirinya sendiri.
Sunggyu
hanya menghela napas dan tak berniat membalas ucapan adiknya. Ia kini bahkan
sudah membaringkan diri di sana. Berniat menemani sampai adiknya tertidur untuk
menebus hilangnya waktu kebersamaan mereka akhir-akhir ini.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar