Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast :
·
Lee
Joon/Changsun (Mblaq)
·
Lee
Minhyuk (BtoB)
·
Jung
Yong Hwa (CN Blue)
Original cast :
Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support cast :
·
Im
Siwan (Ze:a)
·
Nichkhun
Horvejkul (2PM)
·
Yoon
Doojoon (Beast/B2ST)
·
Luhan
(Exo-M)
·
Im
Yoona (SNSD)
·
Choi
Minho (SHINee)
·
Choi
Sulli (F(x))
Genre :
romance
Length :
part
***
“Akh!
MINHO OPPA!”
“Hye
Ra, maaf.” Minho yang panic, segera mencari tissue di meja makan karena minuman
yang ada dalam genggamannya tumpah mengenai gaun biru muda yang dikenakan Hye
Ra malam itu, namun masih beruntung karena jas Minho tidak ikut menjadi korban.
Hanya saja bisa di pastikan Minho menjadi sasaran empuk kemarahan adiknya.
Karena malam ini mereka akan menghadiri resepsi pernikahan Nichkhun dan
Minjung.
“Oppa
sejak kapan kau menyukai susu coklat seperti ini?” desis Hye Ra masih sambil
menahan kesal. Sementara Minho tetap berusaha menghilangkan noda di gaun Hye Ra
yang sebenarnya sangat sulit dihilangkan untuk saat itu.
Minho
sendiri tak langsung menjawab pertanyaan Hye Ra. Bukan karena sulit di jawab,
tapi karena Minho memang harus memikirkan alasan yang logis. Padahal ia sendiri
kurang mengerti dengan kebiasaan barunya itu.
“Oppa,
kenapa dengan baju Hye Ra?” suara Yoona membuat Minho menghentikan
pekerjaannya.
“Aku
tidak sengaja menumpahkan susu coklat,” kata Minho terbata.
“Sudahlah,
oppa,” seru Hye Ra lemas dan tak ingin kakaknya semakin merasa bersalah. Kemudian
ia menoleh pada Yoona untuk meminta saran. “Eonnie, bagaimana ini? Joon pasti
membunuhku,” ujarnya semakin cemas.
Yoona
ikut tegang karena Hye Ra. Terlebih gaun itu adalah permberian Joon sebagai
hadiah pertunangan ‘dadakan dan rahasia’ yang mereka jalani di Jepang.
“Hye
Ra, nanti aku akan…”
“Sssttt…!”
desis Yoona membungkam mulut Minho yang menurutnya sedikit membuat ia
kehilangan konstrasi untuk memecahkan masalah Hye Ra. “Sepertinya aku tau,”
pekik Yoona akhirnya. “Ayo ikut aku.”
Tanpa meminta persetujuan,
Yoona menarik tangan Hye Ra dan membawa adik iparnya itu ke kamarnya. Di sana
Yoona mengeluarkan sebuah kotak berwarna perak.
“Di
kamarmu saja,” bisik Yoona seolah di dalam kotak itu berisi sebuah rahasia
besar yang tidak boleh diketahui orang banyak. Setelah itu, Yoona dan Hye Ra
bergegas pindah ke kamar Hye Ra sambil mengawasi sekitar. Beruntung Minho masih
berada di dapur.
Sesampainya
di kamar Hye Ra, Yoona berinisiatif untuk mengunci pintu. Setelah itu ia
membuka kotak yang ia bawa tadi. Isinya adalah sebuah gaun malam panjang tanpa
lengan berwarna merah.
Hye
Ra langsung menghela napas lega melihat gaun di tangan Yoona. “Eonnie kau
penyelamatku. Karena kau sudah mau meminjamkan gaun secantik ini untukku,”
ujarnya sambil melihat tiap detail gaun yang kemungkinan besar akan ia kenakan
ke pesta. “Walau sebenarnya, aku tidak terlalu suka warnanya.”
Di
saat Hye Ra kembali merasa memiliki harapan, kini justru Yoona yang dilanda
kecemasan. “Apa kau tidak akan marah jika mengetahui sejarah gaun ini?” Tanya
Yoona ragu.
Hye
Ra membulatkan mata karena terlalu terkejut mendengar pertanyaan Yoona. “Waah…
jadi gaun ini juga memiliki nilai sejarah yang tinggi?” serunya terpukau.
Yoona
menggeleng lemah. “Bukan seperti itu, tapi…” gadis itu tak langsung
menyelesaikan perkataannya.
“Tapi
kenapa, eonnie?” Tanya Hye Ra lebih sedikit berhati-hati karena dilihatnya
Yoona sangat berusaha untuk bercerita.
“Sebenarnya,
ini juga gaun pemberian Joon beberapa tahun yang lalu,” ujar Yoon akhirnya.
“Tapi aku sama sekali belum pernah memakainya,” lanjutnya cepat-cepat sebelum
Hye Ra sempat salah sangka padanya.
“Kenapa?”
Hye Ra tidak bisa menahan rasa penasarannya. Ia bahkan sama sekali tak
berpikiran seperti apa yang ditakutkan Yoona. “Gaunnya cantik sekali, eonnie.
Hanya saja…”
Yoona
menunggu dengan gusar perkataan Hye Ra yang sempat menggantung sesaat.
“Hanya
saja aku kurang percaya kalau selera Joon sebagus ini,” sambung Hye Ra
akhirnya.
“Jahat
sekali kau berkata seperti itu? Joon kan kekasihmu?”
Hye
Ra terkekeh lalu membawa gaun di tangan Yoona menuju kamar mandi.
“Tapi
ku rasa kau memang sudah sangat mengerti Joon,” kata Yoona yang sudah duduk di
tepi ranjang Hye Ra sambil menunggu gadis itu mengganti pakaian.
“Maksud
eonnie?” terdengar teriakan suara Hye Ra dari dalam kamar mandi.
“Kau
benar. Sebenarnya gaun pemberian Joon untukmu itu adalah pilihanku. Dia memang
sengaja memintanya,” jelas Yoona.
Tak
berapa lama, Hye Ra sudah ke luar dari kamar mandi dengan memagai gaun merah
pemberian Joon untuk Yoona dulu. “Dan Minho oppa tau?” Hye Ra melempar gaun
birunya yang sudah kotor ke dalam keranjang.
Yoona
hanya mengangguk menjawab pertanyaan Hye Ra karena ia sudah terlanjur terpesona
dengan penampilan baru Hye Ra. Gaun itu sangat pas membungkus tubuh Hye Ra
meski badan gadis itu sebenarnya tidak seproporsional tubuh Yoona yang notabene
seorang model. Hye Ra sendiri tampaknya tak menyadari perubahan sikap Yoona
yang terpesona karenanya.
“Kalian
sudah siap?” kata Minho yang tiba-tiba menerobos pintu kamar Hye Ra.
“Aku
hanya tinggal merapihkan rambutku saja,” ujar Hye Ra yang tetap focus
bercermin. Dan ketika berbalik, ia mendapati sepasang suami istri tersebut
tengah menatapnya, masih terpesona. “Jangan melihatku seperti itu!” protes Hye
Ra yang kemudian menyambar tas tangan dan sepatu heels-nya.
“Bisa
ku pastikan Joon akan mengajaknya menikah malam ini juga,” bisik Yoona jahil
pada Minho ketika Hye Ra sudah meninggalkan kamarnya.
Minho sendiri hanya
terkekeh mendengarnya sambil mengajak Yoona untuk segera menyusul Hye Ra
sebelum adiknya kembali kesal.
***
Resepsi
pernikahan Nichkhun dan Minjung. Member ‘Blue Flame’ seperti Siwan, Doojoon dan
Luhan tampak bersama para pasangan mereka. Soo In, Sung Hye serta Han Yoo.
Sementara Joon masih dengan gelisah menunggu Hye Ra. Gadis itu menolak untuk di
jemput karena ia bisa pergi dengan kakaknya, Minho.
“Itu
Minho hyung dan Yoona noona,” kata Luhan ketika melihat sepasang suami istri
itu memasuki gedung.
“Hyung!”
teriak Siwan yang sudah melambaikan tangannya sebagai isyarat untuk Minho.
Yoona
yang pertama kali menyadari keberadaan Siwan dan lainnya langsung mengajak
Minho ke sana. Mereka hanya saling bertegur sapa sesaat karena setelah itu,
Minho dan Yoona ingin segera menemui dua mempelai yang berbahagia. Nichkhun
serta Minjung.
“Kenapa
mereka tidak bersama Hye Ra?” gumam Joon serorang diri yang kebingungan mencari
kekasihnya. Ia juga lupa menanyakan hal itu pada Minho atau Yoona tadi.
Tiba-tiba,
ada seorang gadis menepuk pundak Joon hingga sukses membuat pemuda itu
terlonjak sekaligus membeku seketika karena mendapati seorang gadis cantik
dengan gaun merahnya.
“Kau
mencari Hye Ra?” Tanya gadis itu.
“Kau
mengenalnya juga?” Joon justru balik bertanya dengan gugupnya.
Gadis
itu membulatkan mata. Dan… BUUUK! Satu pukulan menggunakan tak tangan mendarat
di tubuh Joon. “Rasakan!” desis gadis itu tepat di depan wajah Joon.
“Hei!
Tunggu! Kenapa kau memukulku?” teriak Joon berusaha menghentikan gadis tadi.
“Itu
Hye Ra? Astaga, dia cantik sekali.”
Mendengar
itu, Joon menoleh. Ia mendapati Soo In mengarahkan tatapannya pada gadis yang
baru saja menyakiti salah satu anggota tubuhnya itu. Sementara kekasihnya,
Siwan, menatap Joon sambil menggelengkan kepala.
“Jadi
itu tadi…” Joon menggantungkan ucapannya. Dan tanpa pikir panjang, ia mengejar
gadis tadi yang ternyata adalah Hye Ra. Joon mengedarkan pandangan mencari
kekasih, maksudnya tunangannya. “Kau liat Hye Ra?” Tanya Joon yang kebetulan
bertemu Luhan bersama Han Yoo di sana.
“Itu
hyung, yang pakai gaun merah,” tunjuk Luhan pada gadis yang ia maksud.
Hye
Ra sudah berada cukup jauh dari pandangan Joon. Sementara itu, Hye Ra sendiri
berjalan dengan sedikit cepat untuk berusaha mengejar Minho dan Yoona yang
sekarang sudah bersama Nichkhun dan Minjung. Gadis itu tak menyadari bahwa ada
seorang pemuda yang tiba-tiba berbalik hingga membuat Hye Ra justru
menabraknya.
“Akh!”
pekik Hye Ra yang nyaris terjatuh. Beruntung pemuda itu dengan sigap menahan
tubuhnya hingga kini membuat wajah mereka cukup dekat.
“Hye
Ra?” desis Joon yang sudah tidak bisa berbuat apa-apa.
“Hyung,
ini kekasihmu hampir jatuh,” seru Doojoon yang ternyata adalah pemuda yang
bertabrakan dengan Hye Ra tersebut. Iapun langsung membantu Hye Ra berdiri lalu
menyerahkan gadis itu pada kekasihnya, Joon.
“Doojoon,
maaf aku tak se…”
“Sudahlah,”
potong Doojoon. “Aku juga minta maaf tidak menyadari keberadaanmu,” sesalnya.
“Terimakasih
kau telah menyelamatkan Hye Ra,” kata Joon yang mulai merasakan ada yang aneh
pada Hye Ra. Itu juga sebagai usaha agar masalah cepat selesai.
“Hye
Ra juga temanku, hyung. Ya sudah, aku tinggal ya,” pamit Doojoon setengah
menggoda karena Joon meletakkan tangannya di pinggang Hye Ra. Ia dan yang lain
memang sangat senang jika menjahili leader ‘Blue Flame’ tersebut.
Setelah
sosok Doojoon sudah sedikit menjauh, Hye Ra mendorong tubuh Joon juga agar
sedikit menjauhinya.
“Kau
marah?” Tanya Joon melihat tatapan membunuh dari Hye Ra.
“Menurutmu?”
Hye Ra justru membalas pertanyaan Joon. “Joon! Bagaimana bisa kau tak
mengenaliku?” lanjutnya masih dengan kekesalan yang membuncah. Tadi Minho, dan
kini Joon. Semoga setelah ini tidak ada lagi yang kembali membuatnya kesal.
***
Sementara
itu di tempat berbeda, tepatnya di bandara international Korea. Seorang pemuda
tinggi berkacamata hitam dan mengenakan headphone
tengah kirinya menarik koper besarnya ke luar dari pintu kedatangan
international. Sedangkan tangan kanannya sibuk mengutak-atik ponsel canggihnya.
Pemuda
itu menarik headphone hingga akhirnya
hanya menjuntai di leher. Kemudian ia menempelkan ponsel ke telingga. Sambil
menunggu panggilannya terjawab. Pemuda itu berkeliling untuk mencari kursi yang
bisa ia gunakan untuk beristirahat sebentar.
“Aish…
punya hyung satu-satunya di sini, justru tak bisa di harapkan!” desisnya sambil
menatap kesal ponsel di tangannya. “Apa dia lupa aku pulang ke Korea hari ini?”
serunya lagi yang kemudian kembali mencoba menghubungi seseorang. Kembali
merasa tidak ada jawaban, pemuda itu memilih masuk ke dalam café bandara.
***
Joon
membimbing Hye Ra duduk di sebuah kursi di belakang gedung. Pemuda itu membuka
jasnya lalu ia sampirkan di pundak kekasihnya itu. Hye Ra yang sejak awal di
ajak ke sana kurang bisa berkonsentrasi, hanya tersenyum singkat atas perlakuan
Joon padanya. Namun setelah itu, ia kembali tercenung memikirkan sesuatu.
Joon
menghela napas melihat Hye Ra hanya diam sejak tadi. Ia lalu melingkarkan
tangannya di pundak Hye Ra sebagai usaha agar gadis itu menyadari bahwa ia
tidak sendiri di sana.
“Ada
yang kau pikirkan?” bisik Joon lembut.
Hye
Ra tak menjawab, ia malah menyandarkan kepalanya ke pundak Joon hingga membuat
pemuda itu semakin erat merangkulnya. Belum lagi tangan Hye Ra yang melingkar
di pinggang Joon. Tentu saja Joon tersenyum bahagia dengan perlakukan gadis
yang ia cintai seperti ini.
Namun
di balik perlakuan manisnya, ternyata ada hal yang Hye Ra sembunyikan dari
Joon. Tentang Doojoon. Kejadian yang mereka alami beberapa menit yang lalu
membuat Hye Ra sangat sulit melupakannya. Terutama ketika Doojoon menangkap
tubuhnya yang nyaris terjatuh dan ketika itu wajah mereka menjadi lebih dekat.
Dan tak mungkin ia mengakui itu semua dari Joon. Yang bisa ia lakukan hanyalah
semakin mempererat pelukannya pada Joon.
Di
saat yang bersamaan, Joon merasakan ponsel dalam saku jasnya bergetar. Joon
meraih benda itu tanpa ingin merubah posisi Hye Ra sedikitpun. Sebuah panggilan
dari kontak dengan nama ‘Lee Minhyuk’. “Mengganggu
saja,” desis Joon dalam hati. Namun
ia sendiri sama sekali tak ada niatan untuk menjawabnya.
Hye
Ra sendiri juga sama sekali tak terganggu dengan ponsel Joon. Ia masih tetap di
posisi yang sama sebagai cara untuk mengalihkan rasa bersalahnya pada Joon.
Hanya karena hal kecil tadi, perasaannya pada Joon yang belum lama terbentuk
kembali goyah.
Lagi.
Kontak di ponsel Joon dengan nama ‘Lee Minhyuk’ kembali menelpon. Dan Joon
sendiri kembali mengabaikannya.
“Akh,
ternyata sudah ada yang mendahului kita,” ujar seorang pemuda yang sontak saja
membuat Joon dan tak terkecuali Hye Ra menoleh ke arah sepasang kekasih yang
ternyata adalah Doojoon dan tunangannya, Sung Hye.
Hye
Ra yang menyadari pemuda itu adalah Doojoon, langsung kembali menenggelamkan
kepalanya ke pundak Joon. Ia tak ingin rasa bersalahnya semakin membesar pada
Joon jika berlama-lama bertemu dengan Doojoon.
“Sudahlah,
ayo kita kembali ke dalam saja,” ajak Sung Hye setengah memaksa pada
kekasihnya.
Joon
terkekeh melihat pemandangan di depannya itu. “Cepat sana masuk. Mengganggu
saja,” canda Joon sambil mengibaskan tangannya sebagai tanda mengusir sepasang
kekasih itu.
“Jangan
macam-macam pada temanku!” seru Doojoon sedikit mengancam sebelum Sung Hye
benar-benar menariknya kembali ke dalam.
Setelah
pasangan Doojoon dan Sung Hye pergi, Joon menolehkan wajahnya ke arah Hye Ra.
Kekasihnya sama sekali tak bereaksi apapun ketika Doojoon datang tadi. Ia
bahkan sampai memiringkan kepala agar bisa dengan jelas wajah kekasihnya itu.
“Kau
sakit?” Tanya Joon cemas. Ia bahkan buru-buru memasukkan ponsel agar tangannya
terbebas dan bisa memeriksa kening Hye Ra. “Suhu
badannya normal,” pikir Joon. Sementara Hye Ra sudah menggeleng sejak tadi.
Tanpa sepengetahuan Hye Ra, Joon tampak menyeringai. “Kau pasti sangat
merindukanku, bukan?” seru Joon penuh percaya diri.
Hye
Ra memutar bola matanya. “Kenapa aku bisa
memiliki kekasih macam dirimu, Joon?” rutuknya dalam hati. Namun tetap
saja, setitik rasa bersalah itu masih belum hilang sampai sekarang. Maka dari
itu, Hye Ra hanya bisa semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Joon. Meski
akhirnya, rasa bersalah itu kembali membuncah.
Joon
hanya terkekeh mendapati reaksi dari Hye Ra. “Aku mencintaimu Hye Ra,” bisik
Joon.
“Iya,
aku tau!”
“Kenapa
kau tak bisa beromantis denganku sedikit saja?” protes Joon yang tak puas
dengan jawaban Hye Ra. Ia sudah berusaha menjauhkan tubuh Hye Ra agar bisa
melihat wajah kekasihnya itu. Namun Hye Ra justru bertekad tak ingin
melepaskannya. Dan dengan terpaksa Joonpun mengalah sampai nanti Hye Ra merasa
pegal dengan sendirinya karena sejak tadi bertahan di posisi seperti tadi.
***
Pemuda
tampan itu masih duduk di café bandara dan menikmati secangkir espresso hangat. Berulang-ulang kali ia
menghubungi nomor yang sama, dan hasilnya selalu nihil. Ia melirik jam di
tangannya. Sudah menunjukkan pukul 9 malam. Lalu mengetuk-ngetukkan jari ke
atas meja seraya berpikir.
“Sebaiknya
ke mana aku setelah ini?” gumamnya seorang diri. Ia lalu berdiri sambil
menyabar ponsel dan kacamata hitam yang langsung ia masukkan ke saku kemejanya.
Setelah membayar, pemuda itu meninggalkan café.
Ketika
baru saja menutup pintu taksi, sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Dari ‘Changsun
hyung’. “Susah payah aku menghubunginga,
ternyata dia hanya mengirimiku pesan agar aku ke apartmen barunya. Kenapa ku
membuatku menunggu selama ini, hyung?” geramnya.
Pemuda
itu memerintahkan supir taksi menuju tempat yang ia katakan. Cukup memakan
waktu sampai tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam 11 malam. Belum lagi,
sang supir masih merasa kesulitan untuk menemukan apartmen yang di cari
penumpangnya. Terlebih pemuda itu
juga baru kembali ke Seoul setelah beberapa tahun kuliah di Jepang.
“Di
depan ada orang, biar aku tanyakan dulu,” seru pemuda itu yang sudah cukup
frustasi sejak tadi. Ia hanya berharap semoga ini salah satu jalan keluar
menemukan apartmen kakaknya. “Terima kasih, pak,” ujarnya sopan setelah urusannya
selesai meski sebenarnya ia sendiri belum mendapatkan apa yang ia cari.
Terpaksa pemuda itu kembali ke dalam taksi. Namun tiba-tiba saja ada seorang
pemuda yang menabraknya. “Maaf,” serunya sopan.
Pemuda tadi awalnya tidak
berpikir yang macam-macam. Mungkin orang yang menabraknya tadi benar-benar
tidak sengaja. Tapi setelah menyadari ponsel di tangannya lenyap, ia menoleh
tajam ke arah orang yang menabraknya sedang berjalan santai. Tidak salah lagi…
“Copet!” teriaknya yang langsung saja mengejar.
Merasa
ketahuan, pencopet tadi segera melarikan diri. Namun kaki panjang pemuda itu
sangat membantunya untuk berlari dengan cepat sehingga ia bisa mengejar
pencopet tadi. Setelah jarak di antara mereka hanya tinggal beberapa meter
saja, pemuda itu melayangkan tendangan hingga membuat pencopet tadi tersungkur.
Lalu buru-buru ia merebut kembali ponselnya.
Pemuda
itu berniat meninggalkan pencopet tadi yang masih tersungkur di trotoar jalan.
Namun sayang, ada 3 orang yang kemungkinan teman-teman dari pencopet tadi sudah
menghalangi jalannya. Tanpa buang waktu, mereka merebut ponsel pemuda itu
sambil melayangkan beberapa pukulannya. Setelah mendapatkan barang mahal itu,
mereka pergi begitu saja meninggalkan sang pemilik ponsel yang sudah hampir
babak belur.
“Anda
baik-baik saja, tuan?”
Pemuda
itu mendongak dan mendapati supir taksi yang ia tumpangi sudah berjongkok di
hadapannya. “Aku baik-baik saja paman,” ujarnya sambil menyeka tepi bibirnya
yang berdarah. “Satu-satunya keluarga yang ku punya di kota ini hanya hyungku.
Sedangkan nomor ponselnya yang bisa ku hibungi ada di ponsel itu. Aku di
menghafalnya.” Pemuda itu menghela napas sambil berusaha berdiri.
“Tapi
dompetmu tidak hilang, kan?” Tanya sang supir. Bukan karena takut ongkos
taksinya tidak di bayar, namun ia hanya kasihan jika penumpangnya itu semakin
menderita karena ia baru saja kehilangan alat komunikasinya yang sangat
berharga itu.
“Masih
ada, paman. Buku tabunganku juga masih ada di ransel.”
“Bagaimana
kalau kau ku antar ke rumah sakit dulu. Lukamu harus segera di obati. Aku
khawatir jika kita hanya membeli obat sekedarnya di apotik,” tawar sang supir
taksi. Ia ternyata sempat mengikuti pemuda itu ketika mengejar sang pencopet
karena koper dan ransel yang di bawanya masih tertinggal di dalam taksi.
“Kebetulan di depan sana ada rumah sakit.”
Mereka
akhirnya kembali ke taksi dan melanjutkan perjalanan. Sang supir sudah hendak
membelokkan mobilnya. “Jangan ke sana paman,” cegah pemuda itu sebelum taksi
yang ia tumpangi benar-benar berbelok. “Ke rumah sakit pusat kota aja. Semoga
temanku masik bekerja di sana.”
***
Joon
melirik arloji yang melingkar di tangannya. Sudah hampir setengah jam Hye Ra
masih dalam posisi memeluknya sejak tadi. Ia berusaha melihat wajah kekasihnya.
Ternyata Hye Ra sudah tertidur namun sama sekali tidak mengurangi sedikitpun
kekuatan pelukannya itu.
“Kalau
saja kita masih di sini lima menit lagi, mungkin aku akan segera di pecat
sebagai leader ‘Blue Flame’,” bisik Joon.
Sontak Hye Ra menegakkan
tubuh dan melepaskan pelukannya. Hal pertama yang ia lihat adalah senyuman
kekasihnya itu. “Memang kau melakukan kesalahan apa?” Tanya Hye Ra polos dengan
wajah mengantuknya.
Joon
terkekeh melihat wajah lucu kekasihnya. “Ayo ke dalam. ‘Blue Flame’ akan tampil
sebentar lagi.” Ia lalu berdiri dan tak lupa menarik lembut tangan Hye Ra dan
mengajak gadis itu ke dalam.
Sebelum
naik ke atas panggung, Joon meninggalkan Hye Ra bersama Sung Hye, Soo In dan
Han Yoo.
“Hyung,
cepet!” teriak Luhan ketika melihat Joon baru saja muncul. Ia sudah gemas sejak
tadi karena Joon belum juga muncul. Bahkan Nichkhun saja sudah ada di sana
bersiap-siap dengan keyboard di depannya.
Joon
segera menyambar mic di hadapannya. “Lagu ini…” ujarnya yang tak langsung ia
lanjutkan karena suaranya muncul bersamaan dengan suara seseorang. Saat
menoleh, ternyata Nichkhun juga ikut bicara melalui mic di depannya. Mereka
lalu terkekeh bersama.
“Kau
saja, hyung,” kata Nichkhun mengalah.
“Jangan.
Ini hari bahagiamu,” balas Joon yang ikut mengalah.
Akhirnya
Nichkhun mengangguk dan siap memberikan kata sambutan sebelum ‘Blue Flame’
menghibur tamu undangannya. “Lagu ini ku persembahkan untuk istriku tercinta,
Minjung. Karena… ‘You’re My +’, Lee Minjung.” Sementara tamu undangan bersorak
iri melihat perlakuan Nichkhun, di tempatnya Minjung tersenyum malu.
“Aku
jadi ingin cepat-cepat menikah,” kata Luhan pelan membuat Joon dan Doojoon
melotot galak padanya.
Neoneun naui Sugar (sugar) naman balaboneun geol
Pretty baby my girl (neoneun naui ma love)
Naemam neodo aljanh-a neowa naha na janh-a naemam heundeuneungeol
You know I (I love you) you & I (I need you)
Ijeseoya nege gobaeg hal kkeoya
You know I (I love you) you & I (I need you)
Niga nae eokkaee gidael su-issge
When I fall in love love oh baby love love
Nan neoleul joh-ahandan mal-ya
When I fall in love love so many love love
Nan nisalang-i pil-yohae nuga mwo laedoi (say I love you girl)
Pretty baby my girl (neoneun naui ma love)
Naemam neodo aljanh-a neowa naha na janh-a naemam heundeuneungeol
You know I (I love you) you & I (I need you)
Ijeseoya nege gobaeg hal kkeoya
You know I (I love you) you & I (I need you)
Niga nae eokkaee gidael su-issge
When I fall in love love oh baby love love
Nan neoleul joh-ahandan mal-ya
When I fall in love love so many love love
Nan nisalang-i pil-yohae nuga mwo laedoi (say I love you girl)
(You’re My + : ‘MBLAQ’)
***
bener2 ngakak yang ini :
BalasHapus“Kau mencari Hye Ra?” Tanya gadis itu.
“Kau mengenalnya juga?” Joon justru balik bertanya dengan gugupnya.
Gadis itu membulatkan mata. Dan… BUUUK! Satu pukulan menggunakan tak tangan mendarat di tubuh Joon. “Rasakan!” desis gadis itu tepat di depan wajah Joon.
“Hei! Tunggu! Kenapa kau memukulku?” teriak Joon berusaha menghentikan gadis tadi.
dasar Lee Joon...
pacarnya sendiri aja ga ngenalin sangking cakepnya.. akakaka :D
apalagi yang ini :
Kenapa kau tak bisa beromantis denganku sedikit saja?” protes Joon yang tak puas dengan jawaban Hye Ra.
hahaha
Joon di pukul Hye Ra???
BalasHapusjangan kaget,,, Hye Ra emang agak nyeremin di sini.... kekeke
nyium aja di injek kan kakinya???
hahahahaha
BalasHapusiya sih ga nyeremin, tapi tampangnya Joon tuh kayanya melas banget.. wkwkwkwk :D
iye bener.. hahahaha
#miris banget sih tuh yang namanya Lee Changsun.. wkwkwkwk :D