Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast :
·
Lee
Joon/Changsun (Mblaq)
·
Lee
Minhyuk (BtoB)
·
Jung
Yong Hwa (CN Blue)
Original cast :
Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support cast :
·
Im
Siwan (Ze:a)
·
Nichkhun
Horvejkul (2PM)
·
Yoon
Doojoon (Beast/B2ST)
·
Luhan
(Exo-M)
·
Im
Yoona (SNSD)
·
Choi
Minho (SHINee)
·
Choi
Sulli (F(x))
Genre :
romance
Length :
part
***
Seluruh
tamu undangan tak sedikitpun memalingkan pandangan mereka pada 5 pemuda tampan
yang tergabung dalam sebuah band besar bernama ‘Blue Flame’. Tak terkecuali
Minho. Ia hanya sesekali memperhatikan adiknya dari jauh. Pemuda itu bahkan tak
menyadari bahwa telah terjadi sesuatu pada istrinya, Yoona. Sampai akhirnya
Yoona menyambar tangan Minho dengan tiba-tiba.
Minho
langsung menoleh. “Kau kenapa?” serunya cemas melihat wajah Yoona yang pucat
dan seperti tengah menahan sebuah rasa sakit. “Kau sakit? Apa yang kau
rasakan?”
“Aku
ingin pulang saja,” kata Yoona lemah.
Minho
hanya mengangguk dan segera menolehkan pandangannya ke tempat Hye Ra berada.
Ternyata beberapa saat yang lalu ‘Blue Flame’ baru saja menyelesaikan
penampilan mereka. “Hye Ra!” Minho berusaha meneriaki adiknya sambil
melambaikan tangan. Ia tak mungkin meninggalkan apalagi mengajak Yoona untuk
menghampiri Hye Ra dengan kondisi seperti itu.
“Sepertinya
Minho hyung memanggilmu,” kata Luhan di sana yang menyadari perlakuan Minho.
Hye
Ra langsung saja menoleh. Diikuti Joon serta yang lainnya. Kecuali Nichkhun
yang tentu saja kembali ke tempat Minjung berada. Mereka segera menghampiri ke
tempat Minho berada karena melihat kondisi Yoona.
“Noona
kenapa, hyung?” Tanya Siwan, namun Minho hanya menggeleng.
“Ayo
cepat bawa ke rumah sakit, hyung,” saran Doojoon yang langsung di setujui yang
lain.
Setelah
itu, Minho membopong istrinya di tangan. Hye Ra langsung mengikuti di belakang
Minho.
“Hyung!”
Joon menahan tangan Minho yang akan membawa Yoona masuk ke dalam mobil setelah
Siwan membukakan pintu mobil. “Ku sarankan bawa Yoona ke rumah sakit di pusat
kota. Kebetulan juga tidak terlalu jauh dari sini. Di sana ada sepupuku. Nanti
akan ku kabari dia agar merawat Yoona di sana.”
Minho
tampak mengangguk sekilas lalu menepuk pundak Joon sebagai ungkapan terima
kasih yang tidak bisa ia katakan secara langsung.
“Kau
tidak mau ikut, hyung?” Tanya Luhan polos. “Akh!” ia lalu melotot galak ke arah
Doojoon yang baru saja menginjak kakinya. Sementara Hye Ra sendiri langsung
membatalkan niat untuk masuk ke dalam mobil
“Iya,
aku akan ikut. Tentu saja,” kata Joon yang tidak bisa menyembunyikan
kegugupannya. Ia lalu berniat untuk ikut ke mobil Minho, namun tangannya di
tahan oleh Hye Ra.
“Jangan
memaksakan diri, Joon. Aku tau kau tidak bisa berada di sana,” ujar Hye Ra
lembut.
Joon paling tidak bisa
menginjak rumah sakit. Ia akan ikut pusing karena mencium aromanya. Kecuali
jika ia yang menjadi pasiennya seperti yang terjadi beberapa bulan lalu. Tentu
saja itu sangat terpaksa ia jalani.
“Biar
aku dan Sung Hye saja yang ikut menggantikan Joon.” Doojoon tampak menawarkan
diri. Dan sebelum ada yang menolaknya, ia sudah membawa Sung Hye menuju
mobilnya untuk mengikuti Minho.
“Hati-hati,
hyung.” Luhan melambaikan tangan setelah Minho berpamitan dan masuk ke dalam
mobil.
“Apa
yang kau pikirkan?” seru Joon membuyarkan lamunan Hye Ra sambil membukakan
pintu mobil lalu mendorong lembut pundak gadis itu agar masuk ke dalam mobil.
Hye
Ra menahan tubuhnya sebelum benar-benar di dorong masuk oleh kekasihnya
sendiri. “Jas mu…”
“Pakai
saja,” sela Joon memotong ucapan Hye Ra. “Dan kabari aku apapun yang terjadi,”
pesannya sebelum menutup pintu untuk Hye Ra.
Tapi Hye Ra kembali
menahan tangan Joon. Ia menyerahkan dengan paksa jas milik Joon. “Aku bawa
blazer di mobil. Kau pakai lagi saja.”
Joon
hanya tersenyum sambil mengangguk setelah menerima jas miliknya lalu menutup
pintu mobil untuk Hye Ra. “Hati-hati, hyung!”
“Ayo
kembali ke dalam,” ajak Siwan pada Joon ketika mobil Minho serta Doojoon sudah
meninggalkan parkiran. Sementara Luhan, Han Yoo dan Soo In sudah lebih dulu berjalan.
***
Seseorang
menuliskan deretan huruf yang membentuk nama ‘Lee Minhyuk’ di selembar formulir
rumah sakit. Itu yang dilakukan pemuda tampan yang baru saja kehilangan
ponselnya karena kecopetan bahkan sampai mendapati beberapa luka di sekitar
wajahnya.
“Apa
Dokter bernama Song Joongki sedang bertugas malam ini?” Tanya pemuda bernama
Minhyuk tadi pada seorang suster reseptionis di sela-sela ia menuliskan biodata
di kertas pendaftaran. Resiko yang harus ia ambil karena berobat di rumah sakit
meski hanya untuk luka seperti itu.
“Iya,
ada. Beliau sedang ada pasien di ruangannya,” kata sang reseptionis tersebut.
“Bisa
tolong katakan padanya bahwa aku ingin ia yang merawatku? Bilang saja namaku
Lee Minhyuk, adik dari Lee Changsun,” pinta Minhyuk yang tentu saja dengan
tatapan penuh permohonan.
“Apa
anda sudah membuat janji sebelumnya?”
“Aku
baru saja mendapat musibah. Ponselku di curi orang dan luka yang ku dapat ini
karena berkelahi dengan pencuri itu. Jadi aku tidak bisa menghubunginya,” jelas
Minhyuk lalu menyerahkan formulirnya.
“Akan
ku usahakan. Dan anda bisa menunggu di ruang UGD dengan menunjukkan ini.”
Suster di receptionis itu memberikan selembar kertas kecil pada Minhyuk.
Minhyukpun
mengangguk pasrah lalu berjalan ke tempat yang di maksud suster tadi. Ia
terpaksa berjalan sedikit menunduk karena orang-orang tak melepaskan tatapan
mereka padanya. Tentu saja Minhyuk menjadi pusat perhatian karena luka-luka
yang mencolok di sekitar wajahnya. Tapi ia berusaha untuk tidak mempedulikan
itu. Ia berusaha berjalan secepat mungkin ke UGD.
***
Doojoon
yang duduk di tengah-tengah antara Hye Ra dan Sung Hye, merangkul dua gadis itu
masing-masing dengan salah satu tangannya. Mereka juga sama-sama menoleh. Sung
Hye menunjukkan senyuman lembutnya ketika Doojoon menoleh pertama kali padanya,
dan Doojoonpun membalas senyuman itu. Gadis itu tidak merasa keberatan jika
Doojoon melakukan hal yang sama karena ia tau siapa Hye Ra di mata Doojoon.
Namun
ketika Doojoon beralih menatap Hye Ra, gadis itu justru sudah membuang
pandangannya ke tempat lain. Tidak kuat berlama-lama beradu pandangan dengan
pemuda yang kembali mengacaukan perasaannya sejak beberapa waktu yang lalu.
“Doojoon,”
Hye Ra berujar pelan sambil menyingkirkan tangan Doojoon yang menempel pada
bagian pundak di balik blazernya. Gadis itu masih tak mau menatap Doojoon. “Aku
ingin ke toilet,” serunya beralasan untuk menghindari keberadaan pemuda itu.
Belum
sempat Doojoon mencegah, Hye Ra sudah lebih dulu menjauh. Selain itu, juga
karena Minho yang sudah lebih dulu muncul dari dalam sebuah ruangan bersama
seorang dokter muda dan tampan yang diketahui bernama Song Joongki.
“Tolong
lebih intens lagi menjaga istri
anda,” pesan dokter Joongki sambil menepuk pundak Minho.
“Tentu
saja dokter,” kata Minho menyanggupi permintaan dokter Joongki dengan sedikit
bersemangat sebelum dokter tampan itu meninggalkannya di sana.
“Oppa,
sebenarnya eonnie sakit apa?” desak Sung Hye sedikit cemas. Doojoon juga
menunggu dengan cukup khawatir.
Minho
tersenyum, misterius. Sama sekali tidak ada raut wajah kesedihan di sana. Minho
sedikit mengulurkan kepalanya dan otomatis Doojoon dan Sung Hye-pun ikut
mendekat. “Yoona hamil,” bisiknya dengan penuh semangat.
“Benarkah?”
Sung Hye tidak bisa menyembunyikan ekspresi keterkejutannya. Tepat ketika Minho
mengangguk sebagai tanda membenarkan ucapannya, Sung Hye sudah berhamburan
memeluk Minho.
“Sung
Hye! Hyung!” desis Doojoon yang bahkan sudah menjauhkan tubuh kekasihnya dari
Minho. “Kalian seperti tidak menghargai keberadaanku,” protes Doojoon dan
menunjukkan perasaan tak sukanya.
Minho
dan Sung Hye justru terkekeh. Bahkan Minho sampai merangkul Sung Hye dengan
satu tangan untuk menggoda Doojoon. “Sung Hye bahkan sudah seperti adikku
sendiri. Lagipula, saat kau melakukan hal seperti ini…” Minho mempererat
rangkulannya, “…pada Hye Ra, kau tidak memikirkan perasaan Sung Hye, kan?”
Doojoon
yang merasa terpojokkan, hanya bisa bungkam.
Sung
Hye menjauhkan tubuh Minho dengan lembut. “Hye Ra sudah seperti saudaraku
sendiri.”
Perkataan
Sung Hye tadi membuat Minho tersadar bahwa Hye Ra tidak berada di sana lalu
mengedarkan pandangannya. “Ngomong-ngomong, ke mana Hye Ra?”
“Dia
ingin ke toilet katanya,” jawab Sung Hye.
***
“Joongki
hyung!” panggil Minhyuk ketika melihat seorang dokter muda dari kejauhan.
“Dokter Song Joongki,” ulangnya karena tersadar bahwa ini di rumah sakit. Sudah
selayaknya Minhyuk menyebut Joongki dengan sebutan ‘dokter’, bukan memanggilnya
‘hyung’. Namun sepertinya Joongki belum menyadari keberadaan Minhyuk. Pemuda
itupun mengejar lalu menahan tangan Joongki tepat sebelum dokter muda itu
membuka knop pintu ruangannya.
“Astaga!
Minhyuk?” seru Joongki yang terkejut. Selain karena kedatangan Minhyuk yang
tidak ia duga sebelumnya, Joongki juga terkejut dengan luka di sekitar wajah
Minhyuk. Bahkan darah di beberapa tempat tampak sudah mulai mongering. Tanpa
basa-basi lagi, Joongki langsung membawa Minhyuk masuk ke dalam ruangannya.
Sambil
Joongki membersihkan lukanya, Minhyukpun menceritakan kronologi kejadian mulai
ia sampai di bandara hingga kejadian yang membuatnya mendapatkan luka-luka itu.
“Akh!”
Minhyuk meringis ketika Joongki menempelkan plester di keningnya. “Pelan,
hyung!” protesnya. Namun Joongki seperti tak peduli.
“Lalu,
kau mau pulang ke mana malam ini?” Tanya Joongki santai.
Minhyuk
mengangkat bahu, pasrah. “Kau tau ‘Phenix’ apartmen?”
“Aku
pernah denagar. Tapi kurang tau letak pastinya.” Joongki duduk di kursi
kerjanya lalu menggeleng, sementara Minhyuk masih duduk di tepi tempat tidur.
“Kau memiliki teman yang tinggal di sana?”
“Changsun hyung tinggal di
sana sekarang. Tapi aku sulit menemukannya.”
“Kau menginap di rumahku
saja,” tawar Joongki.
“Jangan,
hyung. Aku tak enak dengan istrimu. Lagipula, ini juga sudah malam.” Minhyuk
menolak dengan halus meski ia tidak tau lagi harus ke mana setelah ini.
Joongki
memastikan jam didinding ruangannya saat ini yang sudah menunjukkan tengah
malam. “Kau benar. Lagipula, setelah menikah, aku pindah rumah. Tidak mungkin
kau mencarinya tengah malam begini.” Joongki sibuk memikirkan cara untuk tempat
tinggal adik sepupunya itu malam ini.
“Jam
kerjamu sampai kapan, hyung?” Minhyuk bersuara.
“Besok
siang,” jawab Joongki.
Minhyuk
tersenyum penuh arti sambil melangkah lalu duduk di kursi dan berhadapan dengan
Joongki. Sementara Joongki sendiri menatap Minhyuk takut-takut. “Bagaimana
kalau aku menginap di sini saja, hyung?” pinta Minhyuk.
Joongki
melebarkan matanya, tak yakin dengan keputusan Minhyuk. “Kau akan tidur di
mana? Tidak mungkin di kamar pasien, kan?”
“Di
situ juga gapapa, hyung.” Minhyuk menunjuk dengan dagu tempat tidur yang ada di
ruangan Joongki. Namun Joongki tak langsung memutuskan. “Kalau tidak boleh, di
sofa juga boleh.” Kali ini Minhyuk menunjuk sofa yang juga berada di ruangan
itu.
Dokter
muda itu menghela napas, pasrah. “Terserah kau saja,” ujarnya membuat Minhyuk
tersenyum penuh kemenangan.
***
Setelah
kembali dari toilet, Hye Ra mengintip dari ujung koridor sambil menenteng sepatu
heels-nya. Memastikan siapa saja yang
masih di sana. Kosong. “Mungkin Doojoon
sudah di dalam.”
Tak lama
terlihat pintu kamar tempat Yoona di rawat terbuka dan memunculkan Doojoon, Sung
Hye, serta Minho. Mereka tampak sedikit berbincang-bincang, namun suara mereka
tak dapat di dengar oleh Hye Ra. Sementara Hye Ra sendiri sama sekali tak
berniat untuk mendekat. Ia masih mengawasi dari tempatnya berdiri. Tampaknya Doojoon
dan Sung Hye hendak berpamitan dengan Minho.
Akhirnyaa
Hye Ra benar-benar bisa bernapas lega ketika Doojoon dan Sung Hye melangkah
meninggalkan Minho. Mereka berjalan ke tempat Hye Ra berada. Gadis itu
buru-buru menyembunyikan diri. Tak jauh dari sana, ada sebuah ruangan. Dengan memberanikan
diri, Hye Ra terpaksa masuk untuk bersembunyi sebentar.
“Bagus, ruangannya kosong.” Gadis itu
menutup pintu dengan pelan agar tidak menimbulkan kecurigaan. Ia mengintip dari
jendela kaca di tengah pintu. Dapat jelas terlihat ketika Doojoon dan Sung Hye
melintas.
“Syukurlah
mereka tidak melihatku,” desis Hye Ra pelan. Setelah itu ia tak bisa menahan
diri untuk tidak menoleh ke belakang hanya untuk sekedar memastikan tempat ia
berada sekarang.
Hanya
sebuah ruang kerja dokter. Di sana juga dilengkapi sebuah tempat tidur untuk
memeriksa pasien. Tampak juga lemari-lemari tempat menyimpan arsip yang menjadi
background meja kerja dengan papan
nama ‘Dokter Song Joongki’ di atasnya.
Saat menoleh
ke salah satu sudut ruangan, Hye Ra menemukan satu set sofa lengkap dengan meja
serta... ada seseorang yang tertidur di sana lengkap dengan headphone yang menutupi kedua
telinganya.
“Itu siapa? Nampaknya bukan dokter pemilik
ruangan ini,” Hye Ra menarik kesimpulan dengan berujar dalam hati.
Samar-samar,
pemuda itu seperti melakukan sedikit pergerakan. Kakinya yang panjang melebihi
lengan sofa tampak bergerak ke bawah. Hye Ra yang sudah menegang, berniat untuk
pergi dari sana. Namun entah mengapa, knop pintu seakan sulit terbuka.
“Siapa
kau?”
Hye Ra
membeku di tempat. Tamatlah riwayatnya. Hye Ra berusaha memberanikan diri untuk
menoleh. Tapi akhirnya ia hanya bisa menunduk. “Maaf, aku tidak sengaja masuk
karena…”
“Hye
Ra?”
Mendengar
namanya di sebut, Hye Ra mengangkat kepalanya yang tadi tertunduk. Suara itu terdengar
familiar, hanya saja ia sudah lama sekali tidak mendengarnya. Sepasang kaki itu
kini sudah berdiri beberapa meter saja darinya. “Mi… Minhyuk?” ujar Hye Ra
terbata.
“Jadi
ini benar kau, Hye Ra?” seru pemuda itu penuh semangat yang ternyata memang benar
adalah seorang Lee Minhyuk. “Kenapa kau bisa di sini? Tengah malam pula?” Tanya
Minhyuk tak bisa menyembunyikan keterkejutan dan rasa penasarannya karena bisa
kembali bertemu dengan teman lamanya tersebut.
“Kakak
iparku masuk rumah sakit,” jawab Hye Ra.
Minhyuk
tak langsung kembali bicara. Ia sibuk memperhatikan penampilan Hye Ra. Sebuah dress merah panjang yang di padukan dengan blazer
hitam. Serta sepati heels yang masih
berada di tangan Hye Ra. Tapi bukan itu yang menarik perhatiannya. Melainkan dress yang dikenakan Hye Ra.
“Aku seperti pernah melihatnya…” gumam
Minhyuk dalam hati.
*flashback 4
tahun lalu*
Minhyuk
yang tengah berada di sebuah butik khusus pakaian wanita, tampak terpesona
dengan sebuah gaun berwarna merah tanpa lengan. Sederhana tapi sangat cantik
dan masih terpajang di sebuah patung di salah satu sudut butik. Gaun itu persis
seperti yang dikenakan Hye Ra sekarang.
“Minhyuk…”
seorang pemuda menepuk pelan pundak Minhyuk yang sejak tadi tak melepaskan
pandangannya dari gaun tersebut.
“Kenapa,
hyung?” Tanya Minhyuk yang hanya melirik sekilas pada pemuda di sampingnya yang
menutupi wajah dengan topi serta kacamata dan masker.
“Tidak
ada gaun yang menarik perhatianku. Aku juga bingung seperti apa selera Yoona,”
bisiknya dari balik masker.
“Ya
sudah, hyung. Ayo kita cari di tempat lain.” Minhyuk membalikkan badan dan berniat
meninggalkan tempat itu. Namun sepertinya ia tak terlalu menyadari bahwa pemuda
yang ia panggil ‘hyung’ tadi tidak mengikuti langkahnya.
“Kenapa
aku tak melihat gaun ini sejak tadi?”
Minhyuk
buru-buru menoleh. “Hyung!” Cepat-cepat Minhyuk menarik tangan pemuda itu agar
menjauhi gaun incarannya sebelum pemuda itu juga tertarik pada gaun tersebut. “Cari
yang lain saja.”
“Tunggu,
Minhyuk!” pemuda itu menahan tangan Minhyuk agar berhenti menariknya. “Ini
gaunnya bagus.” Ia menunjuk gaun merah yang sejak tadi menarik perhatian
Minhyuk.
“Itu
jelek, hyung. Warnanya norak. Yoona-mu itu pasti tidak akan menyukainya,” ujar
Minhyuk berusaha mempengaruhi hyungnya itu.
“Aku
tau, kau pasti juga menyukai gaun itu, kan?”
Minhyuk
berhenti menarik tangan hyungnya.
“Noona…”
pemuda itu mencari keberadaan pelayan butik. “Aku pesan gaun seperti ini, dua.”
“Hyung…”
Minhyuk hendak memprotes.
“Maaf,
tuan. Hanya ada satu,” kata pelayan tersebut memotong ucapan Minhyuk.
Pemuda
itu melirik Minhyuk seolah meminta persetujuan. “Minhyuk. Maaf sekali. Aku benar-benar
membutuhkan itu saat ini. Dan kalau kau mau, nanti aku akan menemanimu mencari
gaun lain untuk kekasihmu itu.”
Minhyuk
meneguk ludah ketika pemuda itu menyebut kata ‘kekasih’. Ia menimbang-nimbang
sesaat. Lagipula, ia memang tak terlalu membutuhkannya. “Ya sudah, hyung. Untukmu
saja,” ujar Minhyuk akhirnya dengan sedikit terpaksa.
“Terima
kasih, Minhyuk,” seru pemuda itu girang dan tanpa sadar memeluk Minhyuk.
“Maaf Hye Ra, seharusnya gaun itu ku berikan
untukmu.” Minhyuk hanya menatap nanar gaun yang mulai di lepaskan dari
patung oleh sang pelayan. Dan membiarkannya dimiliki oleh pemuda tadi. Setidaknya,
ia bisa melihat kebahagiaan hyungnya itu.
*flashback
end*
“Minhyuk…”
Hye Ra melambaikan tangannya di depan wajah Minhyuk. “Lee Minhyuk?”
“Akh,
iya. Maaf Hye Ra,” seru Minhyuk sedikit gugup karena ketahuan melamun. “Kau
masih lama di sini?”
Hye Ra
mengangguk cepat. “Aku menemani Minho oppa di sini.”
“Sudah
lama kita tidak bertemu. Bagaimana kalau kita mengobrol di kantin?” tawar
Minhyuk dan berharap Hye Ra tidak menolaknya.
“Ku
rasa bukan ide yang buruk.”
Minhyuk
tersenyum lega. Ia bahkan sampai lupa bahwa masih memiliki luka-luka di sekitar
wajahnya. “Ayo,” ajaknya yang mendahului Hye Ra untuk membukakan pintu. “Sini,
biar ku bantu.” Minhyuk berinisiatif membawakan sepatu heels Hye Ra karena gadis itu juga sedikit mengalami kesulitan
dengan gaun panjangnya.
Minhyuk
dan Hye Ra berjalan beriringan menuju kantin yang letaknya di luar gedung.
“Wajahmu
kenapa?” Tanya Hye Ra memulai pembicaraan mereka.
Minhyuk
mengusap tengkuknya. Sedikit malu untuk menceritakan kejadian sebenarnya. Ia tak
langsung menjawab karena mereka sudah hampir sampai kantin. “Aku berkelahi
dengan pencuri karena mereka mengambil ponselku,” cerita Minhyuk akhirnya
setelah memilih kursi yang sedikit dalam di kantin rumah sakit.
“Lalu,
ponselmu kembali?”
Minhyuk
terkekeh sambil menggeleng. “Akh, iya. Kau ingin pesan apa? Teh hangat?” tawar
Minhyuk yang sudah kembali berdiri dari kursinya.
Hye Ra
memeriksa saku blazernya. “Iya, tapi sepertinya aku tidak membawa uang. Dompetku
tertinggal di mobil oppa. Minhyuk, aku ingin mengambil…” ucapan Hye Ra terputus
karena Minhyuk sudah tidak berada di sana. Pemuda itu bahkan sudah sedang dalam
perjalanan kembali ke meja mereka setelah memesan minuman.
“Tak
bisakah aku yang mentraktirmu?”
“Oke,”
ujar Hye Ra tak enak. “Ke mana saja kau selama ini? Ku dengar dari Luhan, kau
kuliah di luar negeri? Di mana?”
“Oh,
kau sempat bertemu dengan Luhan? Dia sudah menjadi artis kan sekarang? Hmm… aku
kuliah di Jepang. Dan baru saja kembali ke Korea hari ini.”
“Jepang?”
Hye Ra memastikan kebenaran apa yang ia dengar. “Kalau kau selama ini di
Jepang, berarti sekitar enam bulan yang lalu…”
Seolah
mengerti maksud ucapan Hye Ra, Minhyuk mengangguk sambil menerima pesanannya
yang baru saja di antar pelayan. “Ya… aku masih Jepang. Aku juga sempat datang
ke konser ‘Blue Flame’ di sana,” ujar Minhyuk. “Jika tidak, mungkin hyung akan memecatku menjadi adik,” lanjut
Minhyuk dalam hati.
“Kenapa
tidak pernah mengabariku?” protes Hye Ra. “Apa kau sudah tidak menganggapku
sebagai teman?”
Minhyuk
menyesap tehnya sedikit lalu tersenyum. Bahkan tidak ada rasa bersalah darinya.
“Dulu ponselku juga hilang saat baru sampai di Jepang. Dan semuanya ikut
hilang. Nomor ponsel bahkan alamat e-mail mu.”
Hye Ra
memutar bola matanya, kesal. “Kau tau? Aku sempat kursus desain di Jepang
selama enam bulan. Dan ketika ‘Blue Flame’ ke sana, aku juga masih berada di
Jepang.”
Minhyuk
terhenyak mendengar cerita Hye Ra. Dan tiba-tiba, rasa penyesalan-penyesalan
itu entah dari mana bisa muncul. Ia menatap gadis di hadapannya lekat-lekat. “Hye
Ra…”
“Hmm?”
hanya itu kata yang ke luar dari bibir Hye Ra setelah meletakkan cangkir
tehnya.
“Apa
kau sudah punya…” Minhyuk tak melanjutnya ucapannya.
“Apa?”
“Akh,
tidak jadi. Lupakan.” Minhyuk buru-buru menyambar cangkir tehnya untuk menutupi
kegugupan di hadapan Hye Ra.
***
yyyaaahhhh...
BalasHapuskebiasaan... lagi baca enak2 putus.... hummmmm.... hahahaha
tuh kan bener yang kena copet Lee Minhyuk adenya Lee Changsun.... ahahahaiiiii.... ye ye ye ye ye.... ^_^
oh jadi Minhyuk dulu suka sama Hye Ra??
bahkan rela2in gaun buat dia, di suruh ikhlasin aja buat Joon buat kasih ke Yoona??
aish... adik yang pengertian... tapi sebenernya dia juga pengen beli gaun itu... hehehe
ahahaha... liat nanti aja... ini kan baru part 2...
BalasHapusinget, yong hwa blom muncul loh...
iya Yong Hwa belum muncul di part 2...
BalasHapusHye Ra ketemu temen lamanya yah si Minhyuk...