Taemin
masuk ke dalam rumahnya dengan langkah gontai. Ia menenteng jas sekolahnya di
tangan kiri. Lengan kemejanya ia gulung hingga siku. Di ruang tamu ada Kyuhyun
dan Eun Gee yang duduk saling diam. Taemin pun sama sekali tak menyapa mereka.
Sampai akhirnya Taemin tiba di ruang keluarga. Di sana sudah ada ayah dan
ibunya.
“Taemin?
Kenapa kau baru pulang?” ujar Soo Ra yang langsung bangkit dan menghampiri anak
bungsunya.
Taemin
merasa risih dengan perlakuan ibunya. “Aku lelah, bu.” Lalu tatapan Taemin
terhenti ke sosok ayahnya. Ia menghela napas berat. “Ayah beruntung hari ini.”
Jung Soo menatap anaknya penuh Tanya. “Aku sudah sangat lelah sekarang. Tapi
besok, aku tak akan membiarkan ayah menghindar lagi.” Taemin langsung bergegas
menuju kamarnya sebelum ayah atau ibunya menghalangi.
Soo
Ra menatap Jung Soo penuh arti. Seolah mengerti maksud istrinya, Jung Soo hanya
mengangguk sebagai jawaban.
@@@
Hari
sudah hampir gelap. Joon dan Seungho masih saling diam bahkan hingga mereka
tiba di pelataran parkir.
“Bodoh kalian!”
Joon dan Seungho kompak berhenti dan saling
melempar tatapan penuh arti. Mereka menajamkan pendengaran masing-masing.
“Tapi kami yakin telah menembak Joon, bahkan
dia sampai tersungkur.”
“Kalau memang Joon mati, berita pasti
sudah sangat cepat menyebar.”
Seungho mengikuti Joon yang menyelinap di antara
mobil-mobil yang terparkir di sana. Sampai akhirnya mereka berhenti dan
menyembunyikan diri di belakang mobil yang tak jauh dari tempat orang-orang itu
berada.
“Harusnya aku sadar bahwa
mereka anak buah…”
“Zhoumi…?”
pekik Seungho di belakang Joon hingga membuatnya menoleh seketika.
“Siapa
maksudmu?” selidik Joon.
“Pria
bertubuh tinggi itu…” tunjuk Seungho melalui matanya. “…aku yakin dia yang
telah membunuh kekasihku.”
“Jung
Han Yoo?” tebak Joon namun tak sempat di jawab oleh Seungho karena pemuda itu
menarik tangan Joon untuk bersembunyi lebih dalam ketika tiga diantara lima
pria tadi beranjak dari sana.
Seungho
hampir saja mengejar tiga orang itu jika Joon tak menahan tangannya. “Kita
lumpuhkan dulu anak buahnya.”
@@@
Letak
kamar Taemin tak jauh dari kamar yang dihuni oleh Yoo Ra. Tiap kali menuju
sana, Taemin pasti akan melewati pintu kamar adik dari ayahnya, Jung Soo. Tak
terkecuali malam ini. Namun Taemin berhenti tepat di depan pintu kamar Yoo Ra
seolah ada magnet besar yang membuat Taemin malah semakin mendekati.
“Jika
keluargaku punya, tante juga pasti memilikinya.” Ujar Taemin meyakinkan diri
sebelum akhirnya memutuskan untuk mengetuk pintu kamar Yoo Ra.
@@@
Cheondung,
Yong Hwa dan Kibum langsung bergegas masuk ke dalam mobil Jinyoung ketika
pemuda itu tiba di tempat yang mereka janjikan sebelumnya.
“Kita
ke arah mana?” Tanya Jinyoung saat ketiga temannya telah masuk ke dalam mobil.
“Apa
kau tak bisa melacak keberadaan Haesa menggunakan nomor ponselnya?” desak
Cheondung yang duduk di samping Jinyoung.
“Tidak
bisa.” Jawab Jinyoung singkat. “Bukankah kau bilang ponsel Haesa tidak aktiv?”
“Jinyoung…
AWAS!” pekik Yong Hwa membuat Jinyoung menginjak pedal rem tiba-tiba.
Perbincangan
dengan Cheondung tadi, membuat Jinyoung sedikit kehilangan konsentrasi. Dan
akibatnya ia hampir saja menabrak seseorang.
“Taemin?”
pekik Cheondung karena pemuda yang tadi hampir di tabrak oleh Jinyoung kini
berdiri sambil merentangkan kedua tangannya tepat di depan mobil Jinyoung.
Mereka
kompak bergegas keluar menemui Taemin.
“Kau
mau mati, hah?” protes Jinyoung tegas.
Taemin
tak mempedulikan omelan Jinyoung. “Aku butuh bantuan kalian untuk mengantarku
ke apartmen Haesa.”
Cheondung
menatap Taemin cerah. “Apa Haesa pulang ke sana?” ujarnya tak sabar.
Taemin
menggeleng. “Aku mau menemui orang yang menyewa apartmen itu.”
@@@
Joon
telah berganti pakaian dengan yang lebih kering pemberian dari Seungho. Memang
sedikit terlihat kebesaran di tubuh Joon. Ia juga telah membantu Seungho
melumpuhkan Sunghyun dan Kyungjae di pantai tadi. Dua orang itu memang buronan
yang sejak lama diincar polisi.
Pemuda
itu membuka pintu apartmennya yang ternyata tak terkunci. Ruangan di sana
gelap. Joon meraba dinding untuk mencari saklar lampu. Setelah lampu menyala,
Joon mendapati ruangan itu kosong. Ia pun melangkah pasti menuju dapur. Di atas
meja makan sudah tersedia beberapa menu masakan. Tapi Joon tak menemui Haesa di
sana.
Setelah
itu Joon memeriksa kamar tidur hingga kamar mandi, namun ia sama sekali tak
menemukan Haesa. Joon diam sejenak. Ada hal aneh yang terjadi. Mengapa pintu
apartmennya tak terkunci padahal tak ada seorang pun yang tinggal di dalamnya.
Joon
kembali ke dapur. Niatnya untuk mengambil segelas air, tapi justru ia
dikejutkan dengan seseorang yang terbaring di lantai. Joon memang sempat tak
melihat tubuh Haesa ketika ia baru pulang tadi.
‘Apa dia benar-benar
menungguku hingga tertidur di lantai seperti ini?’ Joon berniat untuk
membangunkan Haesa. Ia menarik kembali tangannya yang telah terjulur dan hampir
menyentuh pipi Haesa. Dengan sangat hati-hati, Joon mengangkat tubuh Haesa dan
membawa gadis itu ke kamarnya.
Baru beberapa langkah,
Haesa membuka mata. “Apa yang kau lakukan?” Haesa berontak hingga membuat Joon
menurunkannya. Dan sialnya bagi pria itu, karena Haesa menyikut wajah Joon
hingga pemuda itu terjungkal kebelakang.
“Aww…!” jerit Joon sambil
memegangi pipinya.
Haesa berdiri sigap sambil
mengepalkan kedua tangannya di depan dada. “Apa setelah ini kau akan
membunuhku?”
Joon menyeka tepi bibirnya
yang telah mengeluarkan darah lalu bersandar pada tembok terdekat. Ia tersenyum
tanpa menatap Haesa. Joon sama sekali tak terkejut dengan ucapan Haesa karena
ia memang sudah mempersiapkan diri untuk hari ini sejak pertama kali bertemu dengan
Haesa.
“Kau boleh menyebutku
apapun yang kau mau.” Joon menghela napas lalu melirik Haesa yang sama sekali
tak merespon ucapannya. “Aku tak bisa membela diri sebelum memastikan sendiri
bahwa aku bukanlah seorang pembunuh.”
Sekuat tenaga Haesa
mempertahankan dirinya. Namun semuanya hancur ketika air mangalir di kedua
belah pipinya. Haesa menjatuhkan badan dan terduduk tepat di hadapan Joon.
Joon ingin sekali meraih
Haesa dan merengkuh gadis itu ke dalam pelukannya. Tapi ia tak sanggup
melakukan itu semua. Ia hanya takut untuk menghadapi sebuah penolakkan dari
Haesa. Karena Joon sadar, statusnya masih belum benar-benar bersih dari kata
‘pembunuh’.
Joon tak mampu untuk
menatap Haesa. “Berhenti menangis, karena aku tak bisa memeluk untuk
menghentikan tangisanmu.” Pinta Joon yang sedikit terdengar seperti perintah.
“Kenapa?” Haesa menantang.
Joon menoleh. Sekuat
tenaga ia masih berusaha menahan diri untuk tidak menghapus air mata Haesa
dengan tangan dan memeluk gadis itu untuk meredam tangisnya.
“Apa kau mau dipeluk oleh
seorang pembunuh sepertiku?” seru Joon dengan nada tinggi dan langsung
mengalihkan pandangan dari Haesa, namun terdengar ada sedikit rasa penyesalan di
dalamnya.
Haesa tersenyum di tengah
air matanya. Perlahan Haesa memajukan badannya dan menenggelamkan diri di dada
bidang milik Joon.
Joon meringis tanpa suara
karena Haesa membentur lukanya. Tapi sedetik kemudian, Joon sangat tenang
dengan apa yang dilakukan Haesa padanya, meski Joon sendiri masih membentengi
diri untuk tidak balas memeluk Haesa.
“Tolong katakan padaku
bahwa kau bukan pembunuh.” Ujar Haesa di telinga Joon. “Karena setelah itu, aku
akan percaya bahwa kau memang bukan pembunuh.”
Pertahanan Joon runtuh
seketika. “Aku bukan pembunuh.” Kata Joon sambil balas memeluk Haesa. “Aku
bukan pembunuh.” Tegasnya sekali lagi membuat Haesa semakin menguatkan
pelukannya.
@@@
Sun
Woo membukakan pintu apartmennya karena ada seseorang yang mengetuknya. “Kau?”
kejut Sun Woo mendapati Taemin bersama beberapa orang di sana.
“Ada
sesuatu yang ingin ku bicarakan dengan mu.”
“Masuklah…”
ajak Sun Woo.
Yong
Hwa membatalkan niat untuk masuk karena ia mendapati Kibum masih diam di
tempatnya. Memang berat untuk Kibum karena tempat yang mereka kunjungin adalah
tempat tinggal Kibum yang dulu. Yong Hwa berusaha meyakinkan Kibum untuk masuk.
Kibum menghela napas berat sebelum akhirnya menguatkan diri untuk masuk.
Kibum
duduk di samping Cheondung. Tidak ada yang berubah di sana. Bahkan
barang-barangnya pun masih miliknya yang dulu. Tak lama, Siwon dan Jung Woon
ikut bergabung di sana.
“Sun
Woo…” teriak seseorang dari arah dapur, pasti itu Ryeowook. “Di mana kau
letakkan pembuka botol?”
Sun
Woo belum sempat menjawab karena Kibum telah berdiri dan menuju dapur membuat
semua mata tak lepas menatapnya. Ryeowook juga menatap Kibum aneh ketika pemuda
itu membuka sebuah laci dan mengeluarkan benda yang di maksud Ryeowoo lalu
memberikan padanya.
“Ini
yang kau maksud?” Ryeowook ragu-ragu meraih benda itu dari tangan Kibum tanpa
berkata apapun.
“Taemin,
cepat selesaikan keperluanmu.” Perintah Yong Hwa. “Aku tak mau Kibum
berlama-lama di tempat ini.”
Taemin
mengangguk menuruti. “Meski kemungkinannya kecil…” Taemin mengeluarkan sesuatu
dari dalam saku jaketnya. “…tapi hati ku mengatakan memang benar kalian.”
Selembar foto di letakkan Taemin di tengah-tengah meja yang mereka kelilingi.
@@@
Perlahan,
Haesa mengendurkan pelukkannya. Mata gadis itu masih basah. Joon menyeka air mata
di pipi Haesa hingga membuat gadis itu mendongak menatapnya.
“Lebih
baik aku tak mengetahui kebenaran tentangmu, Joon.” Lirih Haesa yang dibalas
dengan senyuman oleh Joon.
“Apa
kau akan pergi?”
Cepat-cepat
Haesa menggeleng. “Bukan aku. Tapi kau.” Haesa berdiri dan Joon mengikuti gadis
itu yang telah masuk ke dalam kamarnya. “Kau harus meninggalkan kota ini.” Kata
Haesa yang sudah kembali keluar sambil memberikan ransel secara paksa ke Joon.
“Apa
maksudmu?” Tanya Joon bingung sambil menahan Haesa yang sudah akan melangkah ke
pintu apartmen.
“Kau
tak tau bahwa aku adalah anggota sebuah agensi yang sedang memburu mu.” Ucapan
Haesa membuat Joon menatapnya tak percaya.
“Tapi
kenapa kau…” Joon tak melanjutkan ucapannya.
“Bukankah
kau sendiri yang bilang bahwa kau bukan pembunuh.” Haesa menatap Joon, berusaha
membuat pemuda itu percaya padanya. “Aku percaya padamu, Joon. Dan sekarang kau
harus pergi sebelum anggotaku yang lain menyadari keberadaanmu.” Kali ini
giliran Haesa yang menarik tangan Joon.
Namun
ketika membuka pintu, Haesa dan Joon dibuat membeku dengan kehadiran tiga orang
pemuda di sana.
@@@
“Park
Yoo Ra adalah adik ayahku, Park Jung Soo.”
Jung
Woon, Siwon, Ryeowook dan Sun Woo memekik kaget dengan ucapan Taemin setelah
sebelumnya, empat pria bersaudara itu telah membenarkan bahwa foto wanita yang
dibawa oleh Taemin adalah ibu kandung mereka.
“Dari
mana kau tau tentang semua ini?” cetus Siwon untuk memastikan kebenaran ucapan
Taemin.
“Wanita
itu ada di rumahku sekarang.”
Sun
Woo sontak berdiri seolah akan menghajar Taemin. “Kenapa tak kau katakan sejak
awal…!” protesnya yang langsung di halangi oleh beberapa orang di sana.
Taemin
masih duduk tenang di kursinya. Perlahan Taemin ikut berdiri sambil membuka
kancing kemejanya. “Tapi, apa kalian mempunyai ini…” lalu ia membalikkan badan
membelakangi keluarga Jung Woon sambil menurunkan sedikit kemejanya hingga
menampakkan gambar yang sejak tadi menjadi pembahasan sejak masih di café
Jinyoung.
“Siapa
kau?” cetus Siwon yang kini sudah berdiri sambil menatap tajam ke arah Taemin.
“Kalau memang orang tua kita bersaudara, kenapa milik kami berwarna hitam?”
Taemin
telah kembali berbalik sambil mengancingkan kembali kemejanya, namun tak
menjawab pertanyaan Siwon.
“Tunggu…”
Sun Woo menyeruak ke samping Siwon dan ikut menatap Taemin sama tajamnya. “Bukankah
Joon memiliki gambar seperti miliknya.” Sun Woo menunjuk Taemin, tapi
tatapannya bergantian melirik Jung Woon dan Ryeowook.
“Joon?”
gumam Taemin. Diliriknya Yong Hwa yang saat itu juga tengah menatapnya.
“Bukankah
itu bossnya Haesa?” kali ini Kibum yang langsung menjadi pusat perhatian.
“Itu
pemuda yang tadi aku dan Sandeul temui.” Kata Taemin dengan tatapan
mengeliling.
“Yang
tertembak oleh temannya Jaeseop?” tebak Cheondung yang langsung di balas
anggukan oleh Taemin.
“Apa
maksudmu?” Siwon menjulurkan tangannya sambil meraih kerah kemeja Taemin. Semua
berusaha membebaskan Taemin dari cengkeraman Siwon. “Apa kau salah satu anggota
sebuah agensi yang sedang memburu Joon?”
“Mungkin
sekarang Haesa telah membawa Joon ke kantor polisi.” Seru Yong Hwa santai.
Siwon
melirik Yong Hwa dengan tatapan membunuh dan hanya dibalas senyuman sinis dari
Yong Hwa.
“Bukan
Joon yang membunuh selama ini!” sergah Sun Woo membela kakaknya.
“Katakan,
apa Joon adalah salah satu pemuda yang berada di foto itu.” Jinyoung yang
tiba-tiba teringat dengan foto pada ponsel Yong Hwa ikut bicara.
“Bukan.”
Jawab Taemin dan Kibum bersamaan.
Taemin
menepiskan tangan Siwon dari kerah kemejanya.
Yong
Hwa terlihat memasukan ponsel ke dalam saku jeansnya. "Kita harus pergi
sekarang. Jonghyun bilang, dua anak buah dari pembunuh itu telah tertangkap,
tapi mereka berhasil kabur.”
“Zhoumi?”
seru Jung Woon yang saat itu juga tengah membaca pesan yang masuk ke dalam
ponselnya.
“Ada
apa?” desak Sun Woo.
“Pemuda
itu ternyata benar masih memiliki dendam terhadap Joon.”
@@@
“Apa
kabar, Joon?”
“Zhoumi?”
gumam Joon pelan lalu melirik Haesa yang juga tengah menatap balik ke arahnya.
“Apa
kau tak mengingatku?” ucap seorang pemuda bertubuh paling kecil dengan tatapan
kecewa.
Joon
masih membeku di sana. Ia kembali melirik Haesa ketika gadis itu menguatkan
genggaman tangannya yang sejak tadi belum terlepas dari Joon. Pemuda ini juga
balas menguatkan genggaman tangannya sebagai ungkapan bahwa ia akan melindungi
gadis itu. Joon menutup pintu dibelakangnya setelah melangkah keluar.
“Jadi,
ini kekasih barumu?” ledek pria berkaca mata bernama Dong Woo.
“Sudahlah…
jangan terlalu lama berbasa-basi.” Henry, pemuda bertubuh paling kecil itu mengingatkan.
“Kita sudah terlalu lama di kota ini. Secepatnya kita bereskan saja mereka. Aku
ingin cepat pulang.”
Zhoumi
dan Joon saling tatap penuh kebencian. “Apa kau ingin gadismu selamat?”
Joon
tersenyum pahit. “Apa dendam mu terhadap seorang gadis tidak akan pernah
berhenti?”
Zhoumi
perlahan mengangkat tangan kanannya yang tengah menggenggam pistol dan
mengarahkannya tepat ke wajah Joon. “Tentu saja jika kau telah mati.”
Haesa
dua kali lipat bersikap waspada terhadap Zhoumi sambil mengawasi Dong Woo dan
Henry. Mereka berdua terlihat santai dan sangat meremehkan Joon yang dalam
posisi tersudut. Haesa kembali menguatkan pegangan tangannya terhadap Joon.
Dengan bertumpu
menggunakan genggaman tangannya terhadap tangan Joon, Haesa dengan mudah
menepis pistol dari tangan Zhoumi menggunakan kaki hingga benda tersebut terlempar
jatuh dari balkon hingga lantai bawah. Zhoumi memang hanya terfokus ke Joon. Ia
tak menyangka jika Haesa bisa melakukan hal itu.
Ketika Zhoumi masih dalam
keadaan tercengang, Henry buru-buru mengeluarkan pistol dari balik jaketnya. Lagi-lagi
Haesa yang paling cepat bereaksi untuk menahan tangan Henry. Gadis itu juga
sebelumnya telah melepaskan tangannya dari Joon.
“Cepat pergi dan cari
bantuan.” Perintah Haesa sesaat sebelum akhirny terdengar bunyi sebuah peluru
lepas landas dari pistolnya.
“Aarrrggg…!” jerit Dong
Woo sambil memegangi pahanya yang tak sengaja terkena serempetan peluru dari
pistol yang digenggam Henry. Saat focus mereka buyar karena insiden tadi, Joon
tak menyia-nyiakan untuk pergi dari tempat itu.
“Dong Woo…!” Teriak Henry
histeris dan langsung melepaskan pistolnya untuk bergegas medekati Dong Woo
yang sudah terbaring di lantai.
Zhoumi berkali-kali
menatap dua adiknya dan Joon yang sudah semakin jauh keberadaannya. Ia ingin
menolong Dong Woo, tapi ia juga tak ingin melepaskan Joon yang sudah ada di
depan mata. Namun Zhoumi tersadar bahwa ada seseorang lagi di sana. Saat ia
melirik tajam ke arah Haesa, gadis itu sudah menutup kembali pintu apartmen
Joon setelah sebelumnya melempar pistol milik Henry ke dalam sana.
“Apa yang kau lakukan?”
protes Dong Woo karena mendapati Zhoumi tengah membuka paksa jaketnya dan
mengeluarkan sebuah pistol dari sana.
Beberapa kali Zhoumi masih
mengawasi keberadaan Joon. Setelah mendapatkan apa yang ia cari, Zhoumi berdiri
dan menodongkan pistol yang ia temukan tepat ke wajah Haesa. Namun karena
target utamanya adalah Joon, Zhoumi memutuskan untuk pergi dan melepaskan Haesa
begitu saja.
@@@
Joon
berlari menyeberang ketika sampai di jalan raya tak jauh dari kompleks
apartmennya. Sesekali ia merutuki diri karena dengan bodohnya meninggalkan
Haesa bersama tiga pemuda yang kapan saja bisa merenggut nyawa gadis itu. Tapi
ia kini juga berada dalam sebuah masalah. Di depan sana ada tiga pemuda yang
menghalangi langkahnya.
“Kiseop…?
Dong Ho…? Hoon…?”
“Ternyata
kau masih mengingat kami, Joon?” ujar pemuda bertubuh paling tinggi sambil
membuang puntung rokok, lalu menginjak hingga apinya mati.
Joon
melempar tatapan dan tersenyum pahit. “Jadi kalian masih menjadi anak buah
Zhoumi?” ujarnya dengan nada meremehkan.
“Kami
memiliki misi yang sama.” Tegas Kiseop.
Joon
melirik Dong Ho, pemuda yang sama sekali tak menunjukkan reaksi melawan seperti
Hoon dan Kiseop. “Kau juga di sini, hah?” tegur Joon membuat Dong Ho mengangkat
wajahnya dan menatap Joon penuh arti.
“Kau
tak mengerti apa-apa!” teriak Dong Ho penuh emosi dan langsung melayangkan
tinjuan yang tak terhindarkan tepat ke wajah Joon hingga pemuda itu terjungkal.
Sebenarnya tinjuan Dong Ho dapat terbaca oleh Joon, tapi pemuda itu lebih
memilih diam dan mengalah.
Joon
kembali tersenyum sinis. “Kau yang tak mengerti apa-apa…” ujar Joon lembut dan
tak berniat membalas.
Tiba-tiba,
Dong Ho ikut tersungkur ke samping Joon karena seseorang menendangnya dari
belakang. “Kau tidak akan bisa menyakiti kakakku!” teriak Taemin yang kini
sudah berada di sana bersama Cheondung, Kibum, Yong Hwa, Jinyoung, Jung Woon,
Siwon, Ryeowook dan Sun Woo. Joon menatap Taemin penuh arti karena pemuda itu
menyebutkan bahwa ia adalah kakaknya.
“Kalian
juga tidak bisa menyakiti teman kami…!”
Bug!
Yong Hwa yang berdiri paling belakang tak menyadari bahwa ada dua orang telah
berdiri dibelakangnya. Bahkan salah satunya telah memukul tepat di bagian
wajah.
Cheondung
yang tak terima kakaknya di serang, balik menyerang Kyungjae, namun Sunghyun
menghalangi dan akhirnya Cheondung harus berkelahi dengan Sunghyun. Sementara
Yong Hwa langsung balas menghajar Kyungjae meski pemuda itu berhasil menangkis
serangannya.
“Cepat
ke apartmenku! Fleur dalam bahaya!” teriak Joon yang langsung mendapat anggukan
dari Jung Woon bersaudara.
Kibum
sendiri harus menjauhkan diri dari kerumunan orang yang sedang berkelahi karena
kondisinya belum memungkinkan untuk ikut membantu. Taemin juga harus bertarung
dengan Kiseop yang membela Dong Woo. Sedangkan Jinyoung harus menghadapi Hoon
yang bertubuh lebih besar darinya.
Dong
Ho telah kembali bangkit dan melayangkan sebuah tinjuan untuk Joon yang dapat
dengan mudah ditepisnya. “Dong Ho! Berhenti kataku!” teriak Joon untuk
menghentikan Dong Ho. Ia sama sekali tak ingin menyerang dan hanya melakukan
pertahanan.
“Kau
tidak akan pernah bisa menghentikanku!” balas Dong Ho dengan kilatan kebencian
pada matanya.
Joon
dan Dong Ho telah berteman baik sejak kecil. Namun ada suatu kejadian yang
membuat Dong Ho membenci Joon. Salah satunya karena ia mengetahui Joon adalah
seorang pembunuh. Dan masih banyak alasan lain yang tidak pernah diketahui Joon
secara pasti.
@@@
Belum
sampai di apartmen tempat tinggal Joon, Jung Woon dan ketiga adiknya
menghentikan langkah karena kemunculan seseorang yang menodongkan pistol pada
mereka.
“Ternyata
benar bahwa kau adalah orang dibalik semua tuduhan pembunuh terhadap Joon.”
Seru Sun Woo setelah mengetahui siapa orang yang mengahalangi jalannya.
Zhoumi
tertawa meremehkan empat orang dihadapannya. “Tentu saja.” Ujarnya penuh
percaya diri. “Bukankah sudah jelas bahwa aku lebih hebat dari Joon.” Seru Zhoumi
sambil perlahan melangkah mundur.
Jung
Woon, Siwon dan Ryeowook tidak terpengaruh dengan apa yang dilakukan Zhoumi.
Mereka tetap berjaga-jaga dengan kemungkinan apapun yang akan terjadi. Benar
saja. Tak lama muncul tujuh orang preman dari arah belakang Zhoumi yang
langsung menyerang mereka sehingga membuat Zhoumi leluasa untuk melepaskan
diri.
@@@
Haesa
menyambar ponsel pada saku jaket yang dikenakan Henry hingga membuat pemuda itu
sontak menoleh padanya. Namun Haesa sama sekali tak peduli sambil menekankan
sederetan angka dan melukan panggilan terhadap nomor itu.
“Apa
yang kau lakukan?” protes Henry.
Haesa
melirik kesal. “Apa kau tak ingin dia segera diobati?” balasnya menunjuk Dong
Woo. “Dokter Kibum?” kata Haesa setelah mendapat jawaban dari orang diseberang
telponnya. “Aku membutuhkan bantuanmu. Datang ke apartmen sekarang.”
Haesa
menutup telpon dan segera mengembalikan ponsel itu ke Henry, lalu ia menekan
password untuk membuka pintu apartmen Joon. Pistol yang tadi ia lempar ke dalam
masih tergeletak di sana. Haesa langsung mengamankannya sebeluh memaksa Henry
untuk membawa Dong Woo masuk ke dalam apartmen Joon.
“Sebentar
lagi akan ada dokter yang datang untuk mengobatinya.” Ujar Haesa dengan sikap
waspada. Meski ia tau bahwa Joon seorang pembunuh, tapi Haesa merasa dua orang
dihadapannya dan termasuk Zhoumi adalah orang yang cukup berbahaya.
@@@
Joon
tetap mengawasi sekitar sambil berusaha mengimbangi perlawanan dari Dong Ho. Mata
Joon sontak membulat ketika melihat seseorang siap menyerang Kibum dengan
sebuah papan. Kelengahan Joon sama sekali tak disia-siakan oleh Dong Ho yang
dengan mudah membuat Joon terjungkal.
Joon
benar-benar menghindari kontak fisik dengan Dong Ho. Setelah berhasil bangkit,
ia justru berlari mengejar Kibum dan menghalangi tubuh Kibum hingga tubuhnya
lah yang menjadi korban pukulan papan dari orang yang tak ia kenal itu. Tapi
itu masih bisa diatasinya.
Ada
sedikit rasa balas budi. Kibum yang menyadari kemunculan Dong Ho yang masih
menyimpan obsesi terhadap Joon, menendang dada pemuda itu menggunakan kaki yang
masih bisa ia gunakan untuk melindungi dirinya. Cheondung dan yang lain juga
masih terus berkutat dengan lawan masing-masing. Terlebih, mereka mendapat
tambahan lawan yang harus di hadapi.
Joon kembali harus
menghadapi serangan Dong Ho yang masih belum ingin ia lawan dan belum lagi ia
juga harus melindungi Kibum. Bukan karena meremehkan Dong Ho. Tapi karena Joon
sangat tau karakter Dong Ho di masal lalu. Pemuda itu sangat baik dan sopan.
Wajah lugunya membuat orang lain tak akan tega untuk menyakitinya.
“Sun Woo? Siwon?” pekik
Taemin dan membuat satu persatu dari mereka menghentikan perlawanan. Mereka
semua, tak terkecuali anak buah Zhoumi menatap kedatangan gerombolan orang yang
tiap dua orang menahan tubuh Jung Woon, Siwon, Ryeowook dan Sun Woo di kanan
dan kirinya.
Perlahan, gerombolan yang
membawa Jung Woon dan ketiga adiknya menyingkir untuk memberi jalan kepada
seorang pria bertubuh tinggi yang membawa seorang gadis sebagai korban
sanderaannya.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar