“Maaf
adikku sangat menyusahkanmu.” Sesal Kibum saat mengembalikan ponsel milik
Cheondung. Di saat yang bersamaan, Jinyoung juga menjulurkan tangan untuk
memberikan ponsel kepada Yong Hwa. Taemin yang hendak mengambil minuman di
meja, sedikit menggerakan badan memberi ruang hingga tanpa sadar tangannya
menyenggol gelas di dekat Cheondung dan isinya pun tumpah sampai mengenai kaos
Cheondung.
“Cheondung,
maaf…” ujar Taemin penuh penyesalan. “Aku tidak sengaja.” Lanjutnya sambil
mengulurkan beberapa lembar tissue kepada Cheondung untuk membersihkan sisa
minuman.
“Sudahlah…
tak apa.” Ujar Cheondung singkat.
“Kau
ganti pakaian saja.” Saran Jinyoung. “Di ruangan ku ada kaos yang bisa kau
gunakan.”
Cheondung
hanya mengangguk sekali lalu bangkit dan menuju ruangan yang di maksud
Jinyoung.
Yong
Hwa ikut bangkit tak lama setelah itu. “Aku ingin ke toilet.” Ujarnya kemudian
sebelum ada yang bertanya.
Taemin
sangat bertanggung jawab atas perbuatannya. Ia masih sigap membersihkan sisa
minuman Cheondung yang tumpah.
“Sepertinya
kau sangat pantas bekerja di sini setelah lulus sekolah.” Ejek Jonghyun yang
membuat Taemin hanya meliriknya kesal.
@@@
Joon
melirik jam dinding di ruangan dokter Kibum. “Sepertinya aku harus pergi.” Ujar
Joon sebelum akhirnya berbalik sambil mengenakan jaketnya.
Sekilas,
dokter Kibum melihat sebuah tanda di kiri atas punggung Joon. Sepertinya ia
pernah melihat lambang seperti itu. Sedetik kemudian, dokter Kibum sudah melayang
dengan pikirannya sendiri. Namun ia tak bisa menemukan apapun yang mengganjal
di hatinya.
“Joon…”
panggil dokter Kibum sebelum Joon sempat menyentuh knop pintu. Setelah Joon
berbalik, dokter Kibum pun bangkit dari kursi dan melangkah mendekati Joon. “Lambang
apa yang ada di punggungmu?” selidiknya.
Joon
menatap dokter Kibum bingung. Sebenarnya Joon menyadari bahwa ada sebuah gambar
yang tidak ia ketahui bentuknya tertera di bagian kiri atas punggungnya. Namun,
ia tak pernah tau arti dari lambang itu.
“Aku
pernah melihat itu…” ujar dokter Kibum lagi karena Joon tak kunjung memberikan
jawaban. Ia kembali berfikir keras. “Tapi kenapa punyamu berwarna putih?” heran
dokter Kibum.
“Apa
yang sebenarnya sedang kau bicarakan?” kesal Joon.
“Seorang
pasienku. Dia…” dokter Kibum berusaha mengucapkan sesuatu, namun sangat sulit
keluar dari kerongkongannya. Seperti ada sesuatu yang menahan kata-katanya agar
tidak sampai terdengar oleh Joon. “…dia juga memiliki gambar itu di
punggungnya.” Lanjut dokter Kibum akhirnya.
Joon
merespon datar. Tidak ada yang menarik menurutnya dengan semua yang dikatakan
dokter Kibum. “Siapa saja bisa memiliki tattoo yang bergambar sama seperti yang
ada pada punggungku.” Balas Joon santai. Seolah itu bukan sesuatu yang penting
untuk di bahas.
“Jadi,
itu hanya tattoo?” Tanya dokter Kibum untuk memastikan.
Joon
sedikit berfikir. “Tentu saja bukan…” kata Joon meyakinkan. “Sudahlah… aku
ingin pulang.” Ujarnya lagi sambil membuka pintu ruangan dokter Kibum. Namun,
dokter muda itu cepat-cepat menahan tangan Joon.
“Yang
dimiliki pasienku berwarna hitam, namun punya mu berwarna putih.” Jelas dokter
Kibum.
Joon
lurus-lurus menatap mata dokter Kibum. Sepertinya itu memang bukan sekedar
tattoo atau apapun itu sebutannya. Ada sebuah rahasia besar dari sebuah lambang
aneh yang tak terlihat seperti itu.
“Apa
maksudmu?” kata Joon akhirnya sambil menutup kembali pintu dibelakangnya.
Dokter
Kibum menceritakan kejadian beberapa jam yang lalu saat ia akan masuk ke dalam
kamar pasien yang memili nama sama sepertinya, Kim Kibum. Dokter Kibum
mengurungkan niat untuk masuk bukan karena Kibum sedang bersama temannya duduk
di sofa, tapi karena pembicaraan antara Kibum dan Yong Hwa yang membuat dirinya
tak bisa meninggalkan tempat itu.
@@@
Yong
Hwa keluar dari toilet. Ketika berjalan untuk kembali ke tempat Jinyoung dan
yang lainnya berada, ia melirik ke sebuah ruangan yang pintunya tak tertutup.
Sedetik kemudian, Yong Hwa justru semakin menajamkan penglihatannya dan
mengintip ke dalam ruangan itu. Ada seseorang di dalam yang berdiri
bertelanjang dada dan membelakangi Yong Hwa yang berdiri di ambang pintu. Namun
yang membuatnya terkejut adalah sebuah gambar di punggung kiri atas pemuda itu.
Sama persis seperti yang dimiliki Kibum.
“Cheondung?”
pekik Yong Hwa pelan, namun tetap bisa di dengar oleh adiknya itu yang kini
telah berbalik sambil memakai kaos yang sejak tadi berada di tangannya.
@@@
Dokter
Kibum dan Joon sudah kembali duduk di kursi seperti tadi. “Bukankah Lee Hyukjae
nama ayahmu?” Tanya dokter Kibum memastikan.
Joon
mengangguk sekilas. “Tapi ada sangat banyak orang yang memiliki nama sama
seperti ayahku.”
Dokter
Kibum menatap Joon dalam. “Ada berapa banyak orang di dunia ini yang bernama
Lee Hyukjae, seorang pembunuh bayaran yang keberadaannya tak terlacak sejak 19
tahun yang lalu.” Tegasnya mengatakan lebih rinci lagi semua yang ia dengar
dari Kibum, pasiennya. “Kemungkinannya sangat sedikit.”
“Kenapa
harus seperti ini?” geram Joon terdengar frustasi sambil mengacak-ngacak
rambutnya. Raut wajah Joon berubah ketika mendapati dokter Kibum terlihat sama
frustasi dengan dirinya. “Kenapa kau malah terlihat lebih terpuruk dariku?”
protesnya.
“Bagaimana
tidak?” balas dokter Kibum tak terima. “Ku pikir itu hanya tattoo biasa. Tapi
aku melihatnya tak hanya pada satu orang saja.” Dokter Kibum diam sesaat.
“Sepertinya lambang itu memiliki keterkaitan bagi para pemiliknya.”
Joon
menegakkan badan dan menatap dokter Kibum serius. “Siapa saja yang kau ketahui
memiliki gambar seperti yang ku punya?” Tanya Joon penasaran.
Dokter
Kibum melepaskan kacamatanya karena ia sudah sangat pusing menghadapi ini. “Dua
pasienku, Kim Kibum dan seorang pemain sepakbola bernama Choi Minho.”
Mata
Joon membulat seketika saat dokter Kibum menyebutkan sebuah nama lagi selain
Kim Kibum. ‘Bagaimana bisa Choi Minho…’ Joon sudah sangat bingung hingga ia tak
bisa memikirkan apapun lagi.
“Astaga…!”
pekik dokter Kibum yang tiba-tiba teringat seseorang. Kim Haesa, seorang gadis
yang ia ketahui adik dari Kim Kibum. “Gadis itu adiknya Kibum?” serunya membuat
Joon menatapnya tajam. “Serta nyonya Kim Soo In, ibu dari Kibum dan gadis itu.”
Joon
menyandarkan punggungnya lelah. “Aku tau bahwa Kibum dan gadis itu adalah anak
ayahku juga dari seorang wanita bernama Kim Soo In.” ia memberi jeda sesaat
pada ucapannya. “Tapi Minho…” Joon sudah tak sanggup lagi melanjutkan ucapannya.
@@@
Yong
Hwa kembali ke ruangan tempat Jinyoung dan yang lain berada. Dengan langkah
yang tergesa-gesa, orang pertama yang dihampiri Yong Hwa adalah Kibum.
Cheondung juga muncul tak lama kemudian.
“Tolong
kembali jelaskan padaku arti dari lambang yang tertera di punggungmu.” Desak
Yong Hwa yang langsung dihadiahi tatapan oleh orang-orang yang berada di sana.
Awalnya
Kibum juga bingung harus melakukan apa, namun akhirnya ia pun menceritakan pula
arti lambang pada punggungnya yang ia ketahui. “Setauku, lambang itu hanya
dimiliki istri dan keturunan langsung dari keluarga Lee Hyukjae.” Kibum
menghela napas panjang. “Dan aku salah satu anak dari Lee Hyukjae.” Ujarnya
lirih seolah tak ingin kenyataan itu benar-benar terjadi padanya.
“Tapi
tak mungkin aku juga anaknya Lee Hyukjae!” Cheondung menolak dengan tegas
kenyataan lain yang akan menimpa hidupnya.
Jinyoung
menatap Yong Hwa dan Cheondung bergantian. “Bukankah kalian bersudara?” ujarnya
menengahi, dan kini fokusnya hanya untuk Yong Hwa. “Berarti kau…”
Yong
Hwa siap menolak pernyataan Jinyoung meski masih mengambang. Namun Jonghyun
sudah lebih dulu menarik kerah kaosnya sehingga membuat Yong Hwa tak bisa
mengelak. Jonghyun mengintip punggung Yong Hwa yang tertutup kaos dan perlahan
mata Jonghyun menyipit karena ia tak mengerti dengan apa yang dilihatnya.
Jonghyun
memaksa tubuh Yong Hwa untuk berbalik. Dan di sana ia mengangkat tinggi kaos
Yong Hwa hingga menampakkan gambar yang mungkin di maksudkan. Sandeul juga
berinisiatif melakukan hal yang sama pada Cheondung.
“Bagaimana
bisa kalian…” Kibum tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Dan itu sudah bisa
memberikan kesimpulan bahwa tanda pada punggung Hong Hwa dan Cheondung sama
persis seperti miliknya.
“Jika
terdapat gambar yang sama, namun berwarna putih, apa itu ada kaitannya?” Tanya
Taemin takut-takut yang sejak beberapa saat lalu.
Semua
mata menatap Taemin. Cheondung dan Yong Hwa merapihkan pakaiannya, lalu mereka
saling tatap satu sama lain.
“Setauku…”
semua menoleh ke arah Sandeul yang berbicara. “…lambang itu memang terdapat dua
warna, hitam dan putih. Yang hitam milik keluarga Hyukjae, dan yang putih…” Sandeul
berhenti bicara sesaat. Tak lama ia pun menggeleng. “…aku tidak tau siapa yang
memilikinya, tapi yang pasti keluarga itu termasuk saingan terberat keluarga
Hyukjae hingga akhirnya menyulutkan dendam terutama bagi keluarga Hyukjae.”
“Tapi
aku tak ingin menjadi musuh Cheondung, Yong Hwa dan Kibum.” Seru Taemin yang
lagi-lagi langsung menjadi pusat perhatian.
Jonghyun
yang menatap paling dalam. “Apa kau memiliki lambang itu juga?” selidiknya lalu
mendekati Taemin. “Coba perlihatkan.”
“Aku
bisa memperlihatkan tanpa perlu kau paksa!” protes Taemin yang mendapat firasat
buruk bahwa Jonghyun akan bersikap kasar padanya. Taemin pun melepaskan jas
sekolahnya lalu melonggarkan dasinya. Dan perlahan, ia pun membuka satu persatu
kancing yang saling bertautan pada kemejanya sambil berbalik.
Semua
menajamkan mata, tak terkecuali ketika Taemin menurunkan sedikit kemejanya
hingga menampakkan lambang berwarna putih yang sejak tadi diperdebatkan.
@@@
Haesa
menaiki lift menuju apartmen Joon. Ketika sampai di lantai apartmen Joon
berada, Haesa menghentikan langkah karena ada orang yang baru saja keluar dari
apartmen Joon. Haesa tak mengenal dua orang itu yang adalah Siwon dan Sun Woo. Saat
keduanya hampir mendekat ke tempat Haesa berdiri, gadis itu langsung berjongkok
pura-pura membenarkan tali di sepatu ketsnya.
“Joon
harus tau kalau Zhoumi, Dong Woo dan Henry ada di sini.” Ujar Siwon kepada
adiknya.
“Aku
curiga kalau ternyata Zhoumi masih memiliki dendam ke Joon.” Tandas Sun Woo.
Meski
Haesa pura-pura tak menyadari keberadaan dua orang itu, namun ia menajamkan
pendengarannya untuk dapat menangkap ucapan Siwon dan Sun Woo.
“Aku
benar-benar ingin menemukan bukti bahwa Joon bukan pembunuh.” Kata Sun Woo
penuh tekad.
Haesa
berdiri dan perlahan berbalik ketika Siwon dan Sun Woo telah melewatinya. Gadis
itu menatap dua orang yang telah melangkah cukup jauh itu dengan sorot tajam.
“Joon pembunuh?” ujarnya yang sama sekali tak ingin mempercayai semua yang
telah ia dengar.
@@@
Joon
keluar dari mobilnya yang telah terparkir di basement apartmen tempat
tinggalnya. Ia melangkah santai sampai akhirnya di kejauhan, Joon melihat dua
orang yang ia kenal keluar dari basement.
“Jung
Woon dan Ryeowook?” pekiknya pelan kemudian menyusul dua saudara Siwon dan Sun
Woo yang lain.
“Siwon…!
Sun Woo…!” Joon melihat Jung Woon meneriaki seseorang.
“Kalian?
Kenapa bisa sampai di sini?” terdengar Sun Woo bertanya dengan nada curiga.
“Iya.”
Siwon pun menimpali. “Siapa yang menjaga tuan Hyukjae?”
Joon
berhenti ketika mendengar Siwon menyebut ayahnya. Ia mengurungkan niat untuk
mendekati empat orang terdekatnya itu. ‘Bukankah ayah…’ Joon tersentak dengan
pikirannya sendiri. ‘Jadi mereka membohongiku?’
“Ayah
menyuruh orang untuk menjaganya.” Ryeowook terdengar menengahi. “Kami membawa
berita penting untuk kalian.”
“Nyonya
Park Yoo Ra adalah ibu kandung kita.” Perkataan Jung Woon membuat mata Siwon
dan Sun Woo membulat seketika. Tak terkecuali Joon yang sangat terpukul
mendengar ucapan Jung Woon.
“Tapi
dia ibunya Joon.” Protes Sun Woo yang tak percaya begitu saja dengan berita
yang disampaikan dua kakaknya itu.
Jung
Woon melirik adik bungsunya tajam. “Tapi nyonya Yoo Ra adalah istri ayah.”
Tegasnya lagi. “Semua bukti sudah ada. Dia benar-benar ibu kandung kita.”
“Aku
masih memiliki ibu?” lirih Sun Woo dengan suara pelan dan matanya menatap tak
focus ke suatu arah.
Siwon
menghela napas panjang. Sangat rumit untuk menyatukan kenyataan dan perasaannya
saat ini. “Lantas, bagaimana nasib Joon selanjutnya.”
“Kita
temui Joon sekarang.” Kata Ryeowook tak tenang namun Siwon telah mencekal
tangannya sebelum ia sempat melangkah dari sana.
“Joon
tak ada di apartmennya sekarang.” Jelas Siwon sambil melepaskan tangan Ryeowook.
“Di
mana dia?”
Siwon
menggeleng lemah. “Entahlah…”
“Kita
harus berada di samping Joon sekarang juga.” Perintah Jung Woon.
“Kenapa
dengan Joon?” paksa Sun Woon karena mendapat sinyal tak baik dari kakak
sulungnya itu.
“Joon
bukan anak kandung tuan Lee Hyukjae.”
“Tidak
mungkin!” seru Sun Woo.
“Kami
juga tak ingin mempercayai itu. Makanya sekarang kita harus segera menemui
Joon. Dia pasti terpuruk jika mendengar berita ini.”
Joon
yang bersembunyi di balik pilar tak jauh dari Jung Woon dan yang lain berada,
mengepalkan tangan untuk meredamkan emosi. Ia belum menemukan keberadaan Yoo
Ra. Dan kini, ia juga harus menerima kenyataan bahwa wanita yang selama ini ia
panggil dengan sebutan ‘ibu’, ternyata bukanlah ibu kandungnya. Joon memaksa
diri untuk pergi dari sana.
@@@
“Sebaiknya
malam ini kau menginap di tempatku.” Tawar Yong Hwa kepada Kibum saat mereka
menunggu Jinyoung mengunci pintu belakang cafenya.
Kibum
melirik Cheondung meminta saran. “Kau selalu baik pada kami. Dan kakakku hanya
ingin membalas kebaikanmu.”
Kibum
menunduk mendengar ucapan Cheondung. “Apa Haesa sangat menderita karena ku
selama ini?” ujar Kibum lirih dan merasa sangat bersalah.
Cheondung
tersenyum memberi semangat. “Adikmu adalah gadis yang kuat.”
“Maaf
aku ikut campur.” Semua mata melirik Taemin yang bersuara. “Tapi sebaiknya kau
memang ikut bersama Cheondung. Apa kau tak ingin sembuh, lalu bekerja dan
akhirnya bisa membeli apartmen mu kembali dari ku?”
Sebelum
ini, Kibum memang telah mengetahui berita tentang Haesa selama dirinya di rawat
di rumah sakit. Mulai dari menjual apartmen hingga bekerja di tempat seseorang.
Jonghyun
mengacak gemas rambut Taemin. “Ternyata kau sudah besar.” Ujarnya dan lagi-lagi
membuat Taemin menatapnya tak ramah.
@@@
Haesa
yang telah mengetahui password apartmen Joon segera masuk ke dalam dan tempat
pertama yang ia tuju adalah kamar Joon. Namun Haesa mengurungkan niat untuk
masuk ke dalam. Ia hanya berdiri di ambang pintu serta membayangkan akan
menemukan banyak sekali senjata dan dokumen berisi daftar para korban yang
telah atau akan di bunuh oleh pemuda itu. Tapi sedetik kemudian, Haesa
menggeleng.
“Joon
bukan pembunuh.” Haesa meyakinkan hatinya. Bagaimana tidak, bahkan seorang Joon
pernah menangis dipelukkannya.
Cepat-cepat
Haesa menutu pintu kamar Joon sebelum pertahanannya runtuh lalu ia melangkah ke
dapur dan duduk di kursi makan. Haesa termenung di sana. Ia juga tak berniat
menyalakan lampu meski suasana ruangan sedikit lebih gelap.
Banyak
kenangan bersama Joon yang gadis ini lalui selama tinggal di apartmen itu.
Semua tak akan berubah untuk Haesa meski dengan satu kenyataan bahwa Joon
adalah seorang pembunuh.
@@@
Kyuhyun
menghentikan mobilnya ketika melintasi kantor kepolisian tempat Donghae
bekerja. Tangannya menggenggam stir dengan erat. Matanya menatap dua orang yang
berdiri tak jauh dari sana dengan sorot kekecewaan. Tak lama, Kyuhyun keluar
dari mobil dan mendekati kekasihnya, Jung Eun Gee yang sedang bersama seorang
anggota kepolisian bernama Donghae.
“Aku
ingin mengatakan sesuatu padamu.” Kata Donghae sambil mendekatkan wajahnya ke telinga
Eun Gee.
Eun
Gee tersenyum terpesona mendengar suara Donghae yang terdengar begitu lembut di
telinganya. “Apa?”
“Kau…”
Donghae diam sesaat untuk mengatur napasnya. “…mau menjadi kekasihku?” Tanya
Donghae gugup yang ternyata tengah menyatakan cintanya.
Eun
Gee melirik Donghae penuh Tanya. “Tapi…” ucapnya terputus. Buug!! Tiba-tiba
gadis ini melihat Donghae sudah terjungkal akibat perbuatan seseorang.
“Donghae!” pekik Eun Gee. Belum sempat ia mendekati Donghae, seseorang telah
berdiri membelakanginya.
“Jangan
pernah mendekati kekasihku!” ancam orang itu tepat di depan wajah Donghae.
“Kyu?”
seru Eun Gee membuat orang di depannya berbalik.
Kyuhyun
menatap tajam mata kekasihnya. “Ternyata ini yang kau lakukan di kantor
polisi?” tuduhnya. Kyuhyun menarik tangan Eun Gee sebelum kekasihnya itu sempat
membela diri.
Donghae
bangkit dan mengejar Kyuhyun. “Kyu!” teriaknya. “Ini tak seperti yang kau
bayangkan.” Tangan Donghae terjulur dan meraih tangan Eun Gee yang terbebas.
Kyuhyun
berbalik. “Lepaskan kekasihku!” perintahnya sambil menjauhkan tangan Donghae
dari tangan Eun Gee.
Gadis itu hanya menatap
Donghae penuh rasa bersalah dan membiarkan Kyuhyun membawanya ke dalam mobil.
@@@
Yong
Hwa menghentikan langkah ketika bersama-sama menelusuri gang sempit itu. Ia
melirik ke bawah. Cheondung yang menyadari apa yang kakaknya lakukan, ikut
berhenti lalu berbalik. Cheondung mendapati Yong Hwa tengah memungut sesuatu.
Tak lama, yang lain pun ikut berhenti setelah mendapat isyarat dari Jonghyun.
“Apa
di antara kalian ada yang menjatuhkan ponsel?” Tanya Yong Hwa sambil mengangkat
tinggi benda yang ia temukan.
Taemin
dan Sandeul saling melirik satu sama lain. Mereka seperti memikirkan hal yang
sama. “Mungkin itu milik salah satu dari tiga orang yang aku dan Taemin temui.”
Yong
Hwa melirik Jinyoung penuh arti. “Biar aku periksa. Mungkin ada petunjuk di
dalamnya.” Jinyoung mendekati Yong Hwa dan mengambil alih ponsel itu. Setelah
beberapa lama, Jinyoung mendongak. “Tak ada yang aneh. Tapi pada kontaknya
hanya terdapat nama-nama yang asing.” Ujarnya sambil menyodorkan ponsel itu ke
orang yang pertama kali menemukannya, Yong Hwa. “Kau saja yang simpan. Mungkin
pemiliknya akan menghubungimu.”
@@@
Joon
menginjak pedal gas lebih dalam lagi membuat mobilnya melaju dengan kecepatan
tinggi membelah jalan kota. Tangannya kuat-kuat memegang stir. Matanya menatap
lurus ke depan.
“Tidak
mungkin ini terjadi. Hyukjae adalah ayahku dan Yoo Ra adalah ibuku! Tidak ada
yang bisa merebut mereka dari ku!” geram Joon penuh emosi. Matanya pun mulai
memerah menahan tangis.
Baru
saja Joon terbebas dari kata ‘pembunuh’, namun kenyataan lain yang tak kalah
pahit menghampiri dirinya.
@@@
Yong
Hwa membuka pintu utama rumahnya. Heechul yang kebetulan lewat, langsung
menghampiri kedua adiknya yang datang bersama Kibum.
“Syukurlah
kau sudah bisa pulang dari rumah sakit.” Ujar Heechul sambil melangkah ke arah
Kibum. Heechul melirik Cheondung yang tengah menutup pintu dibelakangnya. “Ajak
Kibum istirahat.” Serunya.
“Istirahatlah
di kamarku.” Ajak Yong Hwa dan Kibum mengikutinya dari belakang.
Setelah
sampai di kamar Yong Hwa, Kibum langsung duduk di tepi ranjang dan Yong Hwa
beralih menuju lemari untuk berganti pakaian. Tak lama, Cheondung muncul untuk
mengantarkan ransel milik Kibum bersamaan dengan dering ponsel di saku jeans
Yong Hwa.
Chendung
tak buru-buru pergi dari kamar kakaknya karena Yong Hwa mengeluarkan ponsel
yang ia temukan. “Siapa?”
Yong
Hwa melirik lalu mengangkat bahu. Sementara Kibum sudah berdiri di sampingnya sambil
menatap layar ponsel di tangan Yong Hwa. Tertera penelpon dengan nama kontak
‘Fleur’.
“Bukankah
itu nomor milik Haesa?” seru Kibum yang langsung membuat Cheondung merebut
ponsel dari tangan Yong Hwa untuk memastikan perkataan Kibum.
Cheondung
menerima panggilan dan langsung menekan tombol loadspeaker agar Yong Hwa dan
Kibum bisa ikut mendengar. Tak ada yang bersuara satupun.
“Joon?”
pekik suara seseorang dari ponsel. “Katakan padaku yang sebenarnya! Katakan
bahwa kau bukan pembunuh. Joon bukan seorang pembunuh!”
Cheondung
melirik Kibum dan Yong Hwa bergantian. Namun mata kakaknya menatap tak focus ke
satu titik.
“Joon…
jawab! Kau bisa mendengarku, kan?” seru Haesa karena tak mendapat respon apapun
dari orang yang menjawab panggilannya. “Joon… tolong katakan kau benar bukan
seorang pembunuh, Joon. Karena aku tak akan percaya itu. Joon yang ku kenal
bukanlah pembunuh.”
Klik…
Cheondung yang tak tahan mendengar suara Haesa, memutuskan untuk mematikan
ponsel secara sepihak. “Kenapa tak pernah terfikirkan oleh ku!” Cheondung
memaki dirinya sendiri. Tapi kemudian, ia menatap Yong Hwa penuh arti. “Majikan
Haesa mungkin salah satu dari tiga orang yang kau temui di café.”
“Bukan.”
Potong Kibum. “Joon orang yang berbeda.”
Tak
lama, ponsel yang masih dalam genggaman Cheondung kembali bergetar. Dari
seseorang dengan nama kontak ‘Andrew’.
“Jangan
di angkat.” Kata Yong Hwa cepat sebelum Cheondung menekan tombol jawab pada
ponsel.
@@@
Haesa
terduduk di lantai dapur sambil menatap layar ponselnya yang kini hanya
menampilkan foto kekasihnya, Minho. Ia tak mengetahui bahwa seseorang yang
menjawab telponnya tadi bukanlah Joon, melainkan Cheondung.
“Minho…”
seru Haesa diiringi buliran air mata yang mulai membasahi kedus pipinya. “Kau
juga percaya kan kalau Joon bukan pembunuh?” ujar Haesa seolah sedang berbicara
dengan kekasihnya. “Joon bukan orang jahat. Dia bahkan tidak pernah
menyakitiku. Kau harus percaya itu.” Lanjutnya. “Minho… kau dengar aku kan?”
Layar
di ponsel Haesa perlahan meredup, lalu akhirnya hanya gelap yang mendominasi
membuat Haesa menyadari bahwa ia berbicara seorang diri. Haesa memeluk lutut
dan menenggelamkan wajahnya di sana sambil menangis.
“Joon…”
seru Haesa lirih dalam tangisnya.
@@@
Seungho
berjalan seorang diri menelusuri bibir pantai yang tenang sore itu. Ia terus
berjalan mencari tempat yang cukup sepi untuk menyendiri. Sampai akhirnya ia
tiba di dermaga. Seungho menyandarkan badan di kayu pembatas. Perlahan ia
mengeluarkan sebuah kalung dari saku celana seragam polisinya. Kalung dengan
bandul berbentuk lambang air itu adalah kenangan terakhir Seungho dari sang
kekasih, Jung Han Yoo.
Seungho
memaksakan senyumnya sambil menatap bandul pada kalung itu. “Sayang, bagaimana
kau di sana? Apa kau tak merindukanku?” Tanya Seungho bicara sendiri. “Kau
pasti kini sangat bahagia.” Seungho menghela napas sesaat. “Aku telah
merelakanmu pergi.” Ia pun berbalik menghadap hamparan laut di depan matanya.
“Kau sangat suka air dan renang, kan?” Tanya Seungho lagi masih bicara pada
bandul kalung ditangannya.
Seungho
menutup mata sambil mencium bandul kalung miliknya. “Berenanglah ke manapun kau
inginkan.” Ujar Seungho sebelum akhirnya melempar kalung itu hingga tenggelam
di tengah laut.
Salah
satu anggota kepolisian ini kembali menghela napas panjang untuk menangkan
diri. Membiarkan wajahnya di terpa angin senja yang berhembus kencang.
Seungho mengedarkan
pandangan, dan akhirnya tatapan itu terhenti ke ujung dermaga. Ada seorang
pemuda di sana. Pemuda itu perlahan melepas jaketnya yang tak menyisakan apapun
untuk menutupi bagian badannya.
Jarak antara mereka yang
tak terlalu jauh membuat Seungho memicingkan mata agar bisa lebih jelas melihat
sesuatu pada punggung pemuda itu. “Jangan…!” teriak Seungho sambil berlai
mengejar pemuda itu yang kini telah melemparkan badannya ke laut. Seungho
melepas jaket serta sepatu di dekat jaket milik pemuda itu lalu ikut
menjatuhkan badan ke dalam laut.
Kepala Seungho akhirnya
muncul di permukaan. Ia mengedarkan pandangan mencari sosok pemuda tadi. Entah
hal apa yang membawanya melakukan hal bodoh seperti itu. Karena kini, pemuda
yang ia kejar itu justru telah berada kembali di pinggir dermaga sambil
berusaha naik. Seungho pun kembali berenang hingga tepi dan pemuda itu
mengulurkan tangan untuk membantu Seungho.
“Apa yang kau lakukan?”
Tanya Joon heran ketika berhasil menarik tangan Seungho ke atas dermaga.
“Kau sendiri?”
Joon tersenyum memungut
kedua jaket yang tergeletak di dekat kakinya dan memberikan jaket milik Seungho
pada pemiliknya. “Aku hanya ingin menenangkan diri.”
Setelah
itu, mereka berjalan beriringan meninggalkan dermaga tanpa sepatah katapun
terucap dari mereka masing-masing.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar