“Kau
ingin gadis ini mati, Joon?” ancam Zhoumi yang telah menodongkan pistolnya
tepat di kepala Haesa. Gadis itu tertangkap oleh Zhoumi ketika keluar dari
apartmen Joon setelah dokter Kibum datang untuk memberi perawatan terhadap Dong
Woo.
Dengan
serempak, seluruh anak buah Zhoumi, kecuali Dong Ho yang tersisa menahan Yong
Hwa, Kibum dan yang lain seperti yang dilakukan anak buah Zhoumi terhadap Jung
Woon dan tiga adiknya. Tersisa Joon yang dibiarkan bebas, seperti yang telah
mereka rencanakan.
Haesa
berusaha bersikap tenang. Tapi tidak buat Cheondung yang selalu saja berusaha
untuk melepaskan diri. Berkali-kali Haesa berkomunikasi dengan Cheondung
melalui mata, namun pemuda itu tak bisa memahami maksud tatapan Haesa karena ia
terlalu khawatir akan keselamatan gadis itu.
Tak
ingin menyerah begitu saja. Kini Haesa melirik Yong Hwa yang berada tak jauh
dari Cheondung. Beruntung Yong Hwa juga menangkap tatapan dari Haesa. Kembali
Haesa melakukan hal yang sama untuk Yong Hwa.
“Jonghyun?”
kata Yong Hwa tanpa suara. Mengerti maksud ucapan Yong Hwa, Haesa mengangguk
samar. Artinya, Haesa membenarkan bahwa Jonghyun akan segera datang bersama
orang-orang yang akan membantunya menyelamatkan mereka.
Dong
Ho mengedarkan pandangan. Karena hanya dia yang tak melakukan apapun. “Apa
sekarang sudah saatnya?” Tanya Dong Ho sambil menatap Zhoumi penuh arti.
“Ayolah…” rengek Dong Ho karena tak mendapat jawaban dari Zhoumi. “Aku masih
ingin bermain dengan Joon. Kami bahkan belum mencapai klimaks.”
“Dong
Ho! Hentikan!” teriak Joon namun tak digubris sedikitpun oleh Dong Ho. Pemuda
itu justru menyuruh Joon untuk tenang.
“Lima
menit.”
Dong
Ho terlihat berdecak kecewa karena keputusan Zhoumi yang tak mungkin bisa
ditolerir lagi. “Oke…” ujar Dong Ho akhirnya. Namun sedetik kemudian ia
menyeringai penuh arti ketika tatapannya terhenti pada Haesa. “Tapi setelah
ini, gadis itu boleh menjadi milikku.”
“Kau
tidak akan bisa melakukan itu terhadap adikku!” marah Joon sambil menarik tubuh
Dong Ho lalu memukulnya tepat di wajah hingga pemuda itu terjungkal ke
belakang.
“Adik?”
gumam Yong Hwa, Cheondung, Kibum, Taemin dan Jinyoung pelan seakaan tak percaya
dengan apa yang dikatakan Joon. Begitu pula dengan Haesa.
Dong
Ho tersenyum penuh kemenangan lalu bangkit sambil menyeka tepi bibirnya yang
mengeluarkan darah segar. “Whoah… menarik sekali.” Ujarnya meremehkan.
Sampai
detik ini, Joon sama sekali belum ingin melakukan adu fisik kepada Dong Ho. Ia
tetap menahan serangan demi serangan yang dilancarkan Dong Ho. Hingga akhirnya
Dong Ho mendapati celah untuk menendang Joon dan akhirnya pemuda itupun
terjungkal kebelakang.
“Waktumu
habis.” Tegas Zhoumi sesaat sebelum Dong Ho kembali melancarkan serangannya.
“Dan sepertinya, aku juga tertarik dengan gadis ini.”
Joon
sudah ingin bangkit untuk menghajar Zhoumi, tapi Dong Ho sudah lebih dulu
menahannya dengan kaki. Yang lain pun ikut berontak untuk menolong Joon dan
Haesa. Terutama Cheondung dan Kibum yang paling menyesal tak bisa melindungi
Haesa.
“Aku
akan pergi dan tidak akan mengganggu kalian. Selamat bersenang-senang.” Ujar
Zhoumi diiringi tawanya.
@@@
“Sepertinya
kau sama sekali tak merasa ketakutan?” bisik Zhoumi masih sambil menggiring
Haesa.
“Terhadap
orang sepertimu?” Haesa tersenyum meremehkan. “Tidak akan.”
“Kau
tau, Joon dan temanmu yang lain tidak akan selamat.”
“Itu
menurutmu.” Ujar Haesa masih dengan nada meremehkan.
Tak
lama setelah Zhoumi membawa Haesa berbelok, dari arah depan perlahan sederetan
lampu menyorot mereka dengan tajam. Zhoumi pun berhenti karena matanya silau terkena
pantulan cahaya yang muncul dari lampu mobil polisi yang menghalangi jalan
mereka.
Zhoumi
menodongkan pistol ke arah orang-orang yang turun dari mobil. Satu persatu,
kepala polisi Jinki dan ketiga putranya muncul disusul beberapa anggota
kepolisian yang lain termasuk Seungho. Zhoumi semakin panic. Dan kelengahannya
saat ini tak di sia-siakan oleh seseorang. Tiba-tiba sebuah bola sepak meluncur
dengan deras dan tepat mengenai tangah Zhoumi.
Haesa
cepat-cepat menendang pistol Zhoumi jauh-jauh yang jatuh di dekat kakinya. Lagi,
gadis itu tak membuang kesempatan, ditendangnya kaki dan disikutnya wajah
Zhoumi hingga pria itu meringsis kesakitan. Lalu Haesa segera menjauhkan
dirinya dan berlari menuju Seungho yang menyambutnya dan membawa gadis itu
berdiri dibelakangnya.
“Tangkap
dia!” perintah Jinki yang langsung dituruti dua anak buahnya, Changmin dan
Yunho yang segera menyergap tubuh Zhoumi.
@@@
Yong
Hwa, Cheondung dan Joon sesekali mengalihkan perhatian mereka ke arah Kibum. Seperti
saat ini, ketika seseorang akan menyerang Kibum dari belakang, Joon langsung
menyerang orang tersebut dengan kaki.
Dong
Ho menarik tubuh Joon untuk kembali melawannya. Karena hanya mereka yang
bertarung satu lawan satu. Dong Ho memberikan sebuah pukulan telak di wajah
Joon hingga membuat pemuda itu tersungkur kebelakang dan menabrak tubuh
Jinyoung.
“Kau
baik-baik saja?” Jinyoung mengulurkan tangan untuk membantu Joon yang hampir
terjatuh.
“Terima
kasih.” Kata Joon setelah kembali berdiri tegak.
Jinyoung
masih sangat terjaga konsentrasinya. Karena begitu berbalik, ia berhasil
menangkis serangan dari Hoon. Meski pertandingan sangat tak berimbang karena
pihak yang membela Joon kalah jumlah dari anak buah Zhoumi yang jumlahnya dua
kali lipat dari mereka.
“Cheondung!”
teriak Yong Hwa karena ada seseorang yang ingin menyerang adiknya dari
belakang. Cheondung berbalik, namun sayang, ia terkena pukulan tepat di
wajahnya. Yong Hwa yang tak terima adiknya di sakiti, balas memukul Sunghyun.
Joon
dan yang lain ternyata sanggup menghadapi anak buah Zhoumi meski jumlah mereka
lebih sedikit.
Dong
Ho semakin geram karena Joon masih mengalah untuknya. “Kenapa kau tak melawan?”
seru Dong Ho sambil menendang Joon hingga kali ini pemuda itu benar-benar
tersungkur ke belakang.
“Jangan sakiti kakakku!” pekik
Taemin di tengah-tengah pertarungannya.
Dengan satu kaki Dong Ho
melangkahi Joon dan kini pemuda itu berada di atas Joon. “Apa kau tidak
menyesal mengakui pembunuh ini sebagai kakakmu?” sinis Dong Ho, tapi Taemin tak
menggubris karena terlalu sibuk dengan urusannya bersama Kiseop.
Taemin berbalik dan
memberikan satu tinjuan untuk Dong Ho. “Dia bukan pembunuh!” tegas Taemin yang
masih bisa mendengar ucapan Dong Ho. Kiseop menarik tubuh Taemin yang hendak
akan melancarkan serangan lagi terhadap Dong Ho.
Dua lawan Siwon sudah tak
berkutik. Siwon yang sudah geram dengan Dong Ho langsung menghampiri pemuda itu
yang masih tersungkur. Ia melakukan hal yang sama seperti yang di dapat Joon
dari Dong Ho. Siwon menarik kerah pakaian Dong Ho yang kini tak berkutik dalam
kekangannya.
“Joon bukan pembunuh! Yang
membunuh ibu dan kekasih kakakmu Soohyun adalah Zhoumi…!” kesal Siwon untuk
membela Joon.
Dalam keadaan terpojokkan,
Dong Ho masih bisa memberikan senyuman meremehkan untuk Siwon.
Di saat yang bersamaan,
Jonghyun, Donghae dan Sungmin muncul. Ternyata dari arah berlawanan dengan
mereka, sudah berjejer mobil polisi yang siap membawa anak buah Zhoumi yang
sudah cukup babak belur.
“Cheondung berhenti…!”
teriak Jonghyun sesaat sebelum Cheondung mendaratkan pukulan pamungkasnya
kepada Sunghyun yang sudah tak berkutik sama sekali. “Cukup! Kau bisa
membunuhnya!” sekuat tenanga Jonghyun menahan tubuh Cheondung sampai salah
seorang anggota kepolisian membawa Sunghyun.
“Akhirnya… selesai sudah…”
seru Jinyoung dengan napas yang terengah-engah.
Jonghyun menoleh dan menghampiri
Yong Hwa ketika telah menemukan keberadaan temannya yang satu itu. “Kau
baik-baik saja?”
Yong Hwa hanya mengangguk
lemah.
“Kau akan menyesal jika
benar-benar membunuh Joon!” Siwon masih berada di posisi yang sama sampai
akhirnya Joon muncul dan dengan sigap menahan Siwon yang siap menghajar wajah
Dong Ho.
“Kau yang akan menyesal
jika membunuh Dong Ho!” teriak Joon. Dengan bantuan dari Jung Woon dan Sun Woo,
Siwon pun bisa dipisahkan dari Dong Ho.
Joon membantu Dong Ho
untuk berdiri sebelum akhirnya di bawa oleh Sungmin dan Donghae. Joon hanya
menatap nanar tubuh Dong Ho dari belakang yang sudah berjalan semakin jauh.
@@@
“Kalian
salah orang jika menangkapku!” protes Zhoumi memberontak ketika polisi Yunho
memasangkan borgol ke tangannya.
“Kau
adalah pembunuh yang sebenarnya Zhoumi.”
Semua
orang menoleh ke arah sumber suara. Seseorang tengah berjalan mendekat ke
tempat Zhoumi berada.
“Tapi
kau tidak punya bukti…” ucapan Zhoumi terputus ketika mendapati wajah orah
tersebut yang semakin mendekat dan jelas. “Kau?” ujarnya tercekat. Tak percaya
bahwa adiknya sendirilah yang akhirnya membawa Zhoumi ke dalam jurang penjara.
“Mungkin
kau kecewa denganku.” Seru Gongchan ketika telah berhadapan dengan kakaknya. “Tapi
aku, beribu-ribu kali lipat lebih kecewa dengan mu!” tegasnya. Gongchan
menghela napas sesaat. “Apa kau pikir selama ini Dong Woo dan Henry berdiri di
pihakmu?”
Zhoumi
menatap Gongchan penuh kebencian. Tak menyangka bahwa adiknya sendiri telah
berkhianat darinya.
“Kami
bahkan bekerja sama untuk menjatuhkanmu!”
“Bawa
dia!” perintah kepala polisi Jinki. Tanpa protes, Changmin dan Yunho membawa
Zhoumi dari sana.
Gongchan
menunduk ketika kakaknya di bawa dua orang polisi. Penyesalan dan kekecewaan
yang saat ini mengganggu pikirannya. Menyesal karena telah membuat kakaknya di
bawa polisi, dan kecewa karena pekerjaan kotor kakaknya selama ini.
Perlahan
Seungho menurunkan pistol yang sejak tadi tajam menyorot Zhoumi. Begitu
menoleh, ia sangat tenang karena Haesa masih selamat dan kiri berada di
sampingnya. Seungho menghela napas setelah Haesa berada di pelukannya.
“Sampai
kapan kalian akan melakukan hal itu di depanku?”
Seungho
dan Haesa melepaskan pelukan mereka dan sama-sama menoleh ke arah sumber suara.
“Minho?” pekik Haesa tak percaya.
“Sejak
kapan kau di sana?”
Minho
tak menjawab. Ia memungut bola sepak yang berada di dekat kaki Seungho. “Kalian
pikir ini milik siapa?” sinisnya sambil mengangkat tinggi bola sepak yang kini
sudah berada dalam genggamannya. “Apa kalian ingin mengkhianatiku?”
Seungho
dan Haesa saling tatap. “Haesa sudah seperti adikku sendiri.” Tegas Seungho
membela diri.
@@@
Ryeowook
menepuk pundak Joon untuk menenangkannya. Joon menoleh dengan tatapan penuh
terima kasih. Lalu Joon menatap berkeliling. Ketika ia menemukan sosok Taemin,
Joon pun langsung menghampirinya.
“Terima
kasih kau telah kembali membantuku.” Ujar Joon canggung.
Taemin menoleh sambil
memegangi tepi bibirnya yang berdarah. Ia memaksakan untuk tersenyum sambil
menahan rasa sakit. “Itu sudah menjadi kewajibanku sebagai seorang adik.”
Kening Joon sontak
berkerut mendengar ucapan Taemin. “Kenapa kau selalu mengatakan aku adalah
kakakmu?” Tanya Joon ingin tau.
Taemin tak menjawab. Ia
menoleh ke kiri. Sebuah mobil muncul menggantikan deretan mobi polisi yang
telah lebih dulu meninggalkan lokasi. Kyuhyun dan Jung Soo terlihat turun dari
pintu depan mobil, setelah itu menyusul Soo Ra dan Hyun Rae dari pintu
belakang. Mereka semua langsung berhamburan menghampiri Taemin.
“Ayah, aku minta maaf.”
Ujar Taemin sambil memeluk Jung Soo.
Jung Soo mengusap punggung
putranya. “Kau tidak salah, ayahlah yang salah.” Ujarnya menyalahkan diri.
Kyuhyun ikut mengusap lembut puncak kepala Taemin.
Lalu Taemin melepaskan
pelukan ayahnya dan beralih memeluk ibunya yang sudah menangis. “Aku juga minta
maaf padamu, bu.” Ujar Taemin, namun Soo Ra tak sanggup menjawab. Taemin ingin
melepaskan pelukannya, tapi nampaknya Soo Ra menolak. “Ibu, jangan seperti
ini.” Kata Taemin lembut sambil mengusap punggung Soo Ra.
Sementara Hyun Rae tampak
menyeka darah yang mengalir di sekitar bibir Taemin menggunakan sapu tangan dan
Taemin hanya tersenyum menanggapinya. “Aku membawa seseorang untuk kalian.”
Taemin sedikit memaksa Soo Ra untuk melepaskan pelukannya.
“Ibu…” pekik Joon membuat Taemin
menoleh seketika. Namun tampaknya bukan seperti yang Taemin bayangkan. Joon
justru telah tenggelam dalam pelukan Yoo Ra yang sebenarnya datang bersama Jung
Soo dan keluarga.
Insiden antara Joon dan
Yoo Ra sangat menarik perhatian. Terutama untuk Jung Woon, Siwon, Ryeowook dan
Sun Woo. Ketiganya menatap Yoo Ra nanar, karena wanita itu terlihat sangat
menyanyangi Joon. Meski kenyataannya merekalah anak Yoo Ra yang sebenarnya.
“Tante maaf. Aku sangat
menyesal melakukan ini. Tapi bukankah aku telah berjanji membawa Sun Woo,
Siwon, Ryeowook dan Jung Woon kembali padamu.”
Yoo Ra dan Joon menatap
Taemin penuh arti. Taeminpun balas menatap Joon penuh rasa bersalah. “Maaf
Joon, aku terpaksa melakukan ini.” Ujar Taemin sambil perlahan menarik tangan
Yoo Ra untuk menjauhi Joon.
Joon
hanya mampu menatap kepergian Taemin yang membawa serta Yoo Ra, seorang wanita
yang hingga detik ini diyakini sebagai ibu kandungnya. Sampai akhirnya, Soo Ra
mendekati Joon.
“Changsun?”
lirih Soo Ra membuat Joon menoleh. Ketika menatap Joon melalui matanya yang
basah, Soo Ra mendekap mulut lalu memeluk tubuh tinggi Joon.
Joon
sama sekali tak membalas pelukan Soo Ra, tapi ia juga tak melakukan penolakan
untuk membebaskan diri.
@@@
Jung
Woon, Siwon, Ryeowook dan Sun Woo berdiri berdampingan. Jantung mereka berdegup
kencang ketika menunggu Taemin yang akan membawa Yoo Ra kembali untuk mereka.
Ketika
sampai ke hadapan putranya, Yoo Ra menatap mereka satu-persatu. “Jung Woon… Sun
Woo… Siwon… Ryeowook…” ucapnya perlahan, namun nalurinya sebagai seorang ibu
sama sekali tak bisa terelakkan. Roo Ya menyebut nama anaknya dengan benar
tanpa tertukar. Meski mereka terpisah lebih dari 19 tahun yang lalu.
“Ibu…”
ujar Sun Woo yang sudah tak bisa menahan
gejolak dadanya dan langsung melesat memeluk Yoo Ra. Mungkin Sun Woo dan ketiga
kakaknya mengetahui wanita tersebut sebagai ibu kandung Joon. Tapi ini pertama
kalinya mereka bertemu secara langsung bersama dengan kenyataan lain.
Mulai
dari Jung Woon, Ryeowook hingga Siwon ikut memeluk ibu mereka dan Sun Woo
bersama-sama.
@@@
Tanpa
berkata-kata lagi, Minho langsung menarik tubuh Haesa dan memeluk gadis itu.
Seungho yang semula cukup terkejut, langsung tersenyum menyaksikan pemandangan
itu.
“Maaf,
aku tak bisa menjagamu.”
Haesa
menjauhkan tubuhnya dari Minho dan menatap mata bulat kekasihnya dalam-dalam. “Tidak,
Minho. Aku yang seharusnya meminta maaf.”
“Jika
kalian saling menyalahkan diri, ini tidak akan pernah selesai.” Tegur Seungho
yang masih berada di sana. Mengawasi Minho dan Haesa. “Ayo kalian ikut aku.
Kita akan menemui yang lain.” Ujar Seungho yang langsung berjalan terlebih
dahulu.
@@@
Akhirnya,
semua kenyataan yang tersembunyi rapat-rapat sejak 19 tahun yang lalu
terbongkar dalam satu malam. Mulai dari kenyataan bahwa Lee Joon adalah anak
kandung dari Park Jung Soo dengan nama Park Changsun.
Penculik
bayi Changsun memang benar Shin Donghee. Tapi ia sama sekali tak tau bahwa
Zhoumi, anaknya, menjadi seorang pembunuh ketika dewasa. Faktapun menunjukkan
bahwa tak ada korban meninggal akibat tembakan dari senjata milik Joon.
Dan
pada malam itu pula, ketiga mantan istri Lee Hyukjae muncul bersamaan. Choi
Hyosun, istri pertama Hyukjae dan merupakan ibu dari Seungho dan Minho. Lalu Song
Hyera, ibu dari Heechul, Yong Hwa dan Cheondung. Terakhir Kim Soo In, yang tak
lain adalah ibu dari Kim Kibum dan Kim Haesa.
“Tidak!”
pekik Minho kepada ibunya yang langsung menjadi pusat perhatian dari
orang-orang di sana. “Ibu pasti bohong. Aku sangat mencintai Haesa. Dan tak
mungkin bahwa kami adalah saudara.”
Hyosun
mencoba memberi pengertian terhadap anak bungsunya. “Ibu tidak bisa berbuat
apa-apa. Maafkan ibu. Tapi kenyataannya…”
“Aku
tidak akan mempercayai hal ini.” Tegas Minho yang bersikeras dengan apa yang
ada di dalam pikirannya.
Haesa
menangis sambil duduk bersimpuh di kaki ibunya yang harus duduk di kursi roda.
Hatinya pun ikut sakit mendengar penolakan secara tegas dari Minho.
Minho
menarik tangan Haesa hingga gadis itu berdiri di hadapannya. Orang-orang yang
berada di sana sampai harus menahan napas menunggu apa yang akan di lakukan
Minho terhadap Haesa.
Terutama Joon yang harus
menghadapi hati dan pikirannya yang tak sejalan. Jujur saja, Joon memang jatuh
hati terhadap gadis yang pertama kali ia kenal di kota itu. Dan ia cukup lega
karena Haesa dan Minho tidak mungkin bisa sampai menikah. Tapi ia tak tega
melihat kesedihan Haesa yang harus berpisah dengan Minho sebagai sepasang
kekasih.
“Status kita tidak akan
pernah berubah.” Tegas Minho sekali lagi.
“Minho tapi…” ucapan Haesa
terpotong karena ia melihat Joon tak menatap ke arahnya seperti yang lain.
@@@
Dua
hari berlalu sejak kejadian itu. Haesa, Kibum dan Soo In kembali tinggal di
apartmen mereka. Uang tabungan Haesa dari hasil penjualan apartmen ia pakai
untuk membeli kembali apartmennya dari Taemin. Dan kekurangan uangnya dilunasi
oleh Joon dengan alibi itu adalah gaji Haesa selama bekerja di tempatnya. Tentu
saja awalnya Haesa menolak. Tapi Joon bersikeras melakukan hal itu dan
mengatakan bahwa Haesa akan tetap bekerja untuknya tanpa gaji sampai uang Joon
kembali.
Joon
sendiri masih tetap tinggal di apartmen lamanya bersama Hyukjae yang datang
keesokan harinya setelah insiden malam itu. Hubungan antara Hyukjae dan Jung
Soo pun kembali baik setelah itu.
Sementara
Yoo Ra kembali ke kota asalnya bersama keempat putranya dan berkumpul kembali
bersama Hangeng juga. Karena Hyukjae memutuskan untuk bercerai dengannya.
@@@
“Biar
aku yang buka, yah.” Ujar Joon bergegas keluar dari dapur ketika ada seseorang
yang menekan bel apartmennya. Hyukjae menuruti perkataan anaknya lalu kembali
duduk di sofa.
“Pagi,
Joon.” Seru Haesa penuh semangat.
Joon
hampir saja menunjukkan senyumannya ketika mendapati gadis itu lah yang muncul
di aprtmennya. Namun ditahannya kuat-kuat senyuman itu agar jangan sampai
muncul. “Oh, kau?” ujar Joon dingin.
“Kau
kenapa…? Ucapan Haesa terhenti ketika melirik dan mendapati Hyukjae duduk di
sana. “Ayah…” serunya tak mempedulikan Joon yang masih berdiri mematung di
dekat pintu.
Haesa
langsung memeluk Hyukjae dan mencium pipi ayahnya. “Apa ibumu sehat?”
“Iya
ayah. Ibu sehat.” Haesa perlahan menjauhkan tubuhnya dari sang ayah. “Aku akan
membuatkan sesuatu untuk ayah.” Ujarnya yang langsung melesat menuju dapur.
Di
sana Joon terlihat sedang menenggak minumnya. “Kau ingin makan apa Joon untuk
sarapan?” Tanya Haesa. Joon tak menjawab. Pemuda itu justru meninggalkan Haesa
begitu saja lalu masuk ke dalam kamarnya yang selama ini ia tempati saat Haesa
tinggal di sana.
@@@
“Siapa
yang akan mengantarkan undangan untuk keluarga polisi Jinki?” Tanya Sandeul
kepada Jinyoung ketika mereka sedang mendata tamu undangan pernikahan Sung
Chulyong dengan Jung Ji Woon. Jinyoung meletakkan dua kaleng minuman di hadapan
Sandeul.
“Berikan satu. Biar aku
yang mengantarkannya.”
Jinyoung dan Sandeul
menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Eun Gee, yang telah lebih dulu menyambar
sebuah undangan tanpa nama penerima. Lalu Eun Gee membubuhkan tulisan dengan
nama kepala polisi Lee Jinki di atasnya. Kemudian pergi tanpa pamit.
Jinyoung melirik Sandeul.
Begitu pula sebaliknya. Jinyoung menghela napas keras.
“Kenapa?” selidik Sandeul.
Jinyoung mengangkat bahu.
“Anak kepala polisi Jinki yang bernama Donghae menyatakan cinta kepada
kakakku.”
“Bukankah Eun Gee
berpacaran dengan Kyuhyun?” ujar Sandeul memastikan.
Jinyoung mengangguk
membenarkan ucapan Sandeul. “Bahkan ku dengar Kyuhyun menghajar Donghae karena
kejadian itu.”
Sandeul membulatkan mata
mendengar ucapan Jinyoung. “Kenapa kau biarkan kakakmu pergi ke tempat Donghae?”
“Sudahlah biarkan saja.”
Kata Jinyoung enggan mencampuri kisah cinta segitiga antara kakaknya, Kyuhyun
dan Donghae.
@@@
“Kenapa
kau mengikutiku?” seru Hyo Min ketika mendapati Chulyong yang sama-sama turun
dari mobil mereka masing-masing.
“Kau
yang mengikutiku…” balas Chulyong tak terima. “Kau masih belum terima bahwa aku
akan menikah lebih dulu?” lanjut Chulyong saat mereka sudah memasuki gerbang
sebuah rumah.
“Bahkan
kekasihmu lebih muda dariku.” Hyo Min juga tampak tak mau mengalah. “Harusnya
aku yang menikah duluan.”
“Tapi
aku kakakmu!”
“Tapi…”
“Berhenti…!”
teriak seseorang membuat Hyo Min dan Chulyong akhirnya menghentikan
pertengkaran mereka dan melirik Sandeul yang sudah berdiri di depan pintu.
“Kenapa kalian rebut-ribut di rumah orang? Bikin malu saja!” protes Sandeul
terhadap kedua kakaknya.
“Jinyoung
maaf.” Ujar Hyo Min saat menyadari Jinyoung juga telah berada di sana. “Aku
hanya ingin bertemu Eun Gee.”
“Tidak
apa.” Jinyoung hanya mengangguk. “Tapi kakakku baru saja pergi.”
“Ya
sudah, terima kasih.” Hyo Min lalu berbalik dan melirik tajam ke Chulyong.
“Awas kau!” cibirnya.
“Kalian
akan menikah. Kenapa masih bersikap seperti anak kecil?”
“Aku
yang akan menikah lebih dulu.”
Sandeul
memutar bola matanya. “Terserahlah…” ujarnya enggan lalu berbalik dan kembali
ke dalam meninggalkan Jinyoung dan Chulyong.
@@@
Hingga
malam, Joon belum kembali ke apartmennya. Di ruang tamu telah berkumpul
Hyukjae, Seungho dan Kibum yang sedang menanggapi cerita Yong Hwa tentang
karirnya di dunia music. Sementara Haesa hanya diam tenggelam dengan pikirannya
sendiri meski Cheondung berada di sana menemaninya.
Tak
lama Kibum muncul. “Apa kau tak ingin pulang?” tegur Kibum kepada Haesa. Gadis
itu menggeleng. Kibum mengangguk tanpa berkomentar lalu pergi dari sana.
Haesa
menghela napas cukup keras. “Minho… Joon… kenapa kalian melakukan ini padaku?”
keluhnya. Bagaimana tidak, ponsel milik kedua pemuda itu tidak bisa dihubungi.
Meski ia tahu Minho sedang menjalani pertandingan, tapi ini sangat janggal.
Bahkan Seungho sendiri tidak tau apa yang sedang dialami adiknya.
Sementara
Joon? Dia bahkan lebih parah dari Minho. Tanpa ada alasan yang jelas pemuda itu
menghilang tanpa jejak dari mata Haesa. Cheondung juga tak bisa mengatakan
apapun. Ia hanya mengusap kepala Haesa sebagai usaha menenangkan gadis itu.
@@@
Jonghyun
hanya memperhatikan kakaknya, Donghae, memasukkan barang belanjaan mereka ke
dalam troly. “Yang itu juga.” Tunjuk Jonghyun kepada sebuah makanan kemasan.
Donghae
tak menggubris ucapan Jonghyun, namun ia tetap menuruti permintaan adiknya itu.
“Apa
kau masih ingin berbelanja?” protes Jonghyun ketika Donghae meneruskan
berjalan. Padalah isi troly mereka sudah hampir penuh. Lagi-lagi Donghae tak
menjawab. Jonghyun cukup kesal mendapat perlakuan seperti itu. Entah dari mana
asalnya, terlintas sebuah ide jahil di benaknya.
Jonghyun
memandang berkeliling supermarket. Tak jauh dari sana, ada seorang gadis
seorang diri dan tengah memilih-milih bahan makanan. “Kak, bukankah itu Eun
Gee?” tebak Jonghyun asal sambil menunjuk gadis itu.
“Di
mana?” sentak Donghae dan langsung mengikuti arah tangan Jonghyun.
Jonghyun
tiba-tiba tertawa cukup keras karena berhasil mengerjai kakaknya. Donghae hanya
melirik kesal ke arah adiknya. Namun ia kembali melirik gadis itu. Menurutnya,
Jonghyun mungkin hanya ingin mengerjai, tapi target yang dipilih Jonghyun tepat
sasaran.
“Eun
Gee?” gumam Donghae sambil berjalan mendekati gadis itu.
Di
saat bersamaan, gadis itu juga hendak berbalik. “Donghae?” serunya tak percaya
karena bertemu Donghae di sini.
Jonghyun
sendiri terperangah dengan apa yang dilihatnya. Tak di sangka, ternyata gadis
yang ia tunjuk benar-benar seorang Jung Eun Gee.
“Aku
ingin minta maaf karena…”
“Tidak.”
Potong Donghae. “Aku yang seharusnya meminta maaf karena aku tidak tau bahwa
kau dan Kyuhyun…” Donghae tak melanjutkan kata-katanya.
“Apa
kita masih bisa berteman?” Tanya Eun Gee sambil mengulurkan tangan kanannya.
Tanpa
ragu, Donghae membalas uluran tangan Eun Gee. “Tentu.” Ujarnya tegas.
Eun
Gee tiba-tiba teringat sesuatu. “Oiya…” gadis itu mencari-cari sesuatu di dalam
tasnya. “Ini.” Ujar Eun Gee sambil menyodorkan sebuah undangan ke hadapan
Donghae.
Donghae
memaksakan diri untuk meraih benda tersebut. pikiran-pikiran aneh mulai
menyerang kepalanya. Donghae berpikir bahwa itu adalah undangan pernikahan Eun
Gee dengan Kyuhyun.
“Itu
undangan pernikahan kakakku Ji Woon dengan Sung Chulyong anak pak Sung Byunghae
untuk keluarga polisi Lee Jinki.” Jelas Eun Gee seolah bisa menebak pikiran
Donghae.
Donghae
tersenyum malu karena Eun Gee dengan tepat menebak isi kepalanya. “Tentu. Akan
ku sampaikan kepada ayah.”
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar