Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast :
·
Lee Joon/Changsun (Mblaq)
·
Siwan (Ze:a)
·
Nichkhun (2PM)
·
Doojoon (Beast/B2ST)
·
Luhan (Exo-M)
Original cast :
Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support
cast :
·
Yong Hwa (CN Blue)
·
Yoona (SNSD)
·
Minho (SHINee)
·
Yunho (TVXQ)
·
Dongho (U-Kiss)
Genre : romance
Length : part
***
Setelah
berhasil membawa Sung Hye ke luar dari dorm ‘Blue Flame’, Doojoon kini mengajak
kekasihnya itu ke sebuah taman. Sesampainya di sana, pemuda itu memeluk Sung
Hye dan seakan tak ingin melepaskan gadis itu lagi.
“Doojoon
lepas,” pinta Sung Hye sambil berusaha memberontak.
“Aku
merindukanmu. Ku mohon jangan paksa aku untuk melakukan itu,” ujar Doojoon
tepat di telinga gadis itu. “Aku tak peduli jika setelah ini kau akan
membenciku. Tapi aku ingin tetap memelukmu seperti ini.” Doojoon semakin
mempererat pelukannya ketika merasakan pundaknya basah dan samar-samar ia
mendengar isakan tangis seseorang yang tentu saja berasal dari bibir Sung Hye.
“Cintai
Hye Ra seperti kau mencintaiku, Doojoon.”
Doojoon
dengan kasar melepaskan pelukannya. “Apa kau pikir semudah itu?” serunya dengan
memberikan tatapan tajam pada Sung Hye. “Jangan membuatku semakin tersiksa. Aku
akan berusaha merebutmu kembali. Jika memang tidak bisa, ku mohon bahagialah,”
ujar Doojoon kali ini dengan nada lembut sambil menghilangkan sisa-sisa air
mata di pipi Sung Hye menggunakan tangannya.
Gadis
itu justru semakin deras menangis lalu menenggelamkan wajahnya ke dada bidang
milik Doojoon.
Doojoon
mencium puncak kepala Sung Hye lalu berbisik, “aku mencintaimu.”
***
Sementara
itu di salah satu ruangan yang terdapat di dorm ‘Blue Flame’, Joon tampak
tengah melipat selimut yang semalam digunakan Hye Ra tidur di kamarnya. Ketika
ingin memindahkan selimut itu ke dalam lemari, ada sebuah benda kecil yang
jatuh dan menimpa kakinya. Ketika menunduk, Joon menemukan sebuah kalung dengan
cincin sebagai liontinnya. Di dalam cincin itu terpahat nama ‘Hye Ra’. Dan bisa
dipastikan benda itu milik Hye Ra. Joon memungut benda itu, bersamaan dengan
pintu kamarnya yang terbuka.
“Apa
kau sibuk?”
Joon
menegakkan kembali badannya lalu menoleh. Ternyata Nichkhun yang berdiri di
ambang pintu kamarnya. Joon hanya menggerakan kepalanya sebagai tanda ia tak
keberatan dengan kehadiran Nichkhun dan menyuruhnya masuk.
Nichkhun
duduk di tepi ranjang, tepat di samping Joon yang sudah lebih dulu duduk di
sana. “Bisa ceritakan padaku yang kau ketahui tentang gadis tadi.”
Joon
meremas kalung dalam genggaman tangannya.
*flashback on*
Hye Ra menghentikan
langkah karena ia menyadari Doojoon masih mengikutinya di belakang. “Mau apa
lagi?”
“Aku
hanya ingin mengantarmu pulang,” jawab Doojoon santai.
“Tak
udah sok baik padaku,” balas Hye Ra malas.
“Biar
bagaimanapun, kau sudah menyelamatkanku hari ini. Ayo cepat,” paksa Doojoon
yang kini bahkan sudah menarik tangan Hye Ra.
“Anggap
saja kita sudah impas karena kau juga telah menepati janji untuk
mempertemukanku dengan Siwan.”
Doojoon
berhenti dan menatap Hye Ra datar. “Apa aku ini bukan sahabatmu?” sebelum Hye
Ra menjawab, Doojoon sudah lebih dulu menariknya.
“Jangan
bawa-bawa nama sahabat!” protes Hye Ra sambil bersusah payah berlari sambil
menggunakan heels.
“Jangan
cerewet!” balas Doojoon yang kini sudah bersikap nekad dengan menggotong tubuh
Hye Ra sampai mobil meski gadis itu terus memberontak minta diturunkan.
Tanpa
diketahui dua orang tadi, Joon ternyata berada tak jauh di belakang mereka. Dan
bisa dipastikan dia mendengar semua pembicaraan Doojoon dan Hye Ra.
*flashback off*
Joon
bangkit lalu berjalan menuju laci meja di samping tempat tidurnya. Dari dalam
sana ia mengambil selembar foto yang langsung ia serahkan pada Nichkhun.
Belum
usai keterkejutan Nichkhun tentang apa yang baru saja diceritakan Joon padanya
tentang hubungan Doojoon dan Hye Ra sebenarnya, kini ia harus kembali
dikejutkan dengan selembar foto yang Joon tunjukkan padanya. Itu foto
kebersamaan Doojoon dengan gadis yang tadi datang ke dorm mereka. Di balik foto
tersebut terselip sebuah tulisan tangan nama Doojoon dan Sung Hye.
Joon
sudah kembali duduk di samping Nichkhun yang masih membeku. Ia lalu menghela
napas. “Terus terang saja, Hye Ra sudah menarik perhatianku sejak kami pertama
kali bertemu di acara fans sign waktu itu. Dan aku cukup terkejut saat Doojoon
membawa bahkan mengakui Hye Ra sebagai kekasihnya. Padalah aku sudah menemukan
foto itu lebih dulu.” Joon tampak tersenyum pahit.
“Pantas
saja cara Doojoon memperlakukan Hye Ra tak terlihat seperti Luhan ataupun
diriku saat bersama kekasih kami.”
Joon
tak merespon apapun.
Nichkhun
melirik Joon saat teringat sesuatu. “Bagaimana dengan Yoona? Apa kau akan
datang ke acara pertunangannya?”
Joon
tampak tak terkejut. Ia hanya terlihat menghela napas. Lalu dengan ragu-ragu
melirik Nichkhun. “Kau tau, aku bahkan pernah mengakui Hye Ra sebagai kekasihku
di hadapan Yoona.”
Jelas
saja Nichkhun langsung membulatkan matanya setelah mendengar pengakuan Joon.
“Kau gila?” protesnya, namun itu tak berpengaruh apapun. “Lalu? Bagaimana
reaksi Yoona dan Hye Ra sendiri?”
Joon
mengangkat bahu, ragu. “Yang ku tau, Yoona memang tak memiliki perasaan apapun
padaku. Jadi ku anggap itu bukan hal yang patut untuk dikhawatirkan. Tapi Hye
Ra…” Joon sempat diam sesaat. “Dia justru menolongku untuk pergi dari sana,”
lanjutnya.
“Apa
kau sudah benar-benar yakin dengan Hye Ra?” Tanya Nichkhun sambil menatap Joon,
khawatir.
Joon
justru merespon itu dengan tatapan bingung.
“Aku
bukan ingin mempengaruhimu, tapi sikap Siwan terhadap Hye Ra cukup aneh
akhir-akhir ini.”
Cukup
lama Joon perpikir. Yang ia tau, Siwan memang sedang mendekati gadis yang
berprofesi sebagai chef itu. Tapi apa yang ia lihat semalam saat Siwan bersama
Hye Ra, rasanya patut untuk dipertimbangkan. “Nanti akan ku cari tau,” hanya
itu yang dikatakan Joon sebelum meninggalkan Nichkhun di dalam kamarnya.
***
Tiga
hari setelahnya. Dan ini juga sudah hari ke tiga bagi Siwan yang sedang
berusaha untuk bisa bertemu dengan Soo In di restoran tempat gadis itu bekerja.
Namun jawaban yang ia terima selalu sama. Soo In sedang cuti sampai batas waktu
yang belum di tentukan. Tapi Siwan tidak bisa mendapatkan alasan kenapa Soo In
sampai harus cuti bekerja.
Siwan
memberikan sepotong kertas yang hanya bertuliskan sederetan nomor pada seorang
pelayan yang tadi ia tanyai tentang Soo In. “Jika Soo In sudah kembali bekerja,
tolong suruh gadis itu untuk menghubungiku,” pinta Siwan yang terlihat tak
ingin ada penolakan di sana. Ia juga sampai menghafal nama pelayan tadi. “Aku
akan mengingat namamu, Dongho!” serunya dingin lalu pergi meninggalkan restoran
itu sambil mengenakan kacamata hitamnya.
Di
saat yang bersamaan ketika Siwan berjalan ke luar dari pintu utama restoran,
Soo In tampak akan menuju tempat yang baru saja ditinggalkan Siwan. Tentu saja
gadis itu lebih memilih bersembunyi sebelum Siwan juga menyadari keberadaannya.
Saat di rasa sudah aman, Soo In ke luar dari tempat persembunyiannya dan segera
bergegas masuk ke dalam sambil memegangi tangan kirinya yang masih di pen.
“Noona!”
Soo
In sedikit terkejut karena ada seseorang yang tiba-tiba berdiri menghalangi
langkahnya. “Dongho!”
“Tadi
ada pemuda yang mencarimu?”
“Siapa?”
Tanya Soo In ragu-ragu. Perasaannya mengatakan bahwa orang itu adalah Siwan.
“Lebih
baik kau hubungi sendiri orang itu,” kata Dongho yang kini sudah menyodorkan
kertas titipan Siwan pada Soo In.
Dengan
terpaksa ia menerima kertas itu sambil menatap Dongho penuh selidik.
“Soo In?”
Gadis
itu menoleh saat mendengar ada seseorang yang menyebut namanya. Sementara
Dongho sudah kembali bekerja. “Sung Hye?” seru Soo In sambil berusaha
menyembunyikan kertas tadi dari Sung Hye. “Kau di sini?”
Sung
Hye tak terlalu memperhatikan apa yang baru saja diucapkan Soo In. Tatapannya
justru tertancap lurus pada tangan Soo In. “Kau membohongiku?”
Soo
In tampak bingung dengan pertanyaan Sung Hye. “Membohongi apa?” ia balik
bertanya.
“Tanganmu
pasti masih sakit? Kenapa kau tak mengaku sejak awal?” desak Sung Hye yang kini
kembali menjadi merasa bersalah tentang cedera tangan yang dialami Soo In.
“Sudahlah.
Sebentar lagi juga akan sembuh,” seru Soo In sambil sedikit tertawa agar Sung Hye
melupakan rasa bersalahnya.
Tak
lama ada seorang pemuda muncul di antara mereka. Pemuda itu berdiri di belakang
Sung Hye dan berusaha merangkul pundak gadis itu, tapi Sung Hye justru tak
terlalu senang dengan perlakuan itu dan berusaha menepiskan tangan pemuda itu
dari pundaknya.
“Kau?”
seru Soo In yang sejak tadi memperhatikan sosok pemuda di samping Sung Hye.
Sung
Hye tak kalah terkejutnya dari Soo In karena gadis itu mengenal sosok pemuda
yang tak lain adalah Yunho.
***
Sementara
di luar restoran, dari kejauhan Siwan melihat Hye Ra yang berjalan ke arahnya.
Namun tampaknya gadis itu tidak terlalu menyadari keberadaan Siwan.
“Hye
Ra?” teriak Siwan saat posisi Hye Ra semakin dekat dengan tempat ia berada.
“Siwan
oppa? Kau di sini?” Tanya Hye Ra bingung. “Sudah bertemu dengan Soo In?”
Siwan
menggeleng, kecewa. “Dia masih cuti.”
Hye
Ra menatap Siwan, bingung. “Kemarin dia menelponku, tapi seperti tidak terjadi
apa-apa.”
“Sudahlah,”
seru Siwan enggan melanjutkan pembahasan mengenai Soo In. “Kau sendiri sedang
apa di sini? Kau mencari Soo In juga?”
“Bukan,”
kata Hye Ra cepat-cepat. “Itu…” gadis ini menunjuk ke belakang dan sedikit
memutar tubuhnya. Sekilas ia menangkap sosok seorang yang seperti dikenalnya.
“Doojoon?” seru Hye Ra nyaris tanpa suara.
“Kau
kenapa?” Siwan tampak bingung dengan perubahan sikap Hye Ra yang kini tiba-tiba
panic. “Eh, bukankah itu Doo…”
Cepat-cepat
Hye Ra menyeret tubuh Siwan untuk menyingkir. Atau dengan kata lain untuk
bersembunyi dari Doojoon. Beruntung tak jauh dari sana ada sebuah mobil yang
terparkir. Mereka mengawasi Doojoon sampai pemuda itu melewati pintu masuk.
Setelah
dirasa aman, Hye Ra ke luar dari tempat persembunyiannya, diikuti Siwan di
belakangnya. Hye Ra menghela napas. Sejauh ini berjalan sesuai rencana. “Semoga
Doojoon mendapatkan kembali cintanya.”
Hye
Ra menoleh karena Siwan mengacak lembut kepalanya sambil tersenyum. Gadis itu
hanya menatapnya, bingung.
“Kau
gadis hebat!” puji Siwan sambil mengacungkan ke dua ibu jari tangannya lalu ia
mengedipkan mata kirinya. “Aku mendukung sepenuhnya rencanamu ini.”
“Maksudmu?”
Hye Ra malah semakin bingung dengan ucapan Siwan.
“Jangan
kau pikir aku tidak tau,” ujar Siwan yang tentu saja membuat kebingungan Hye Ra
semakin bertambah. “Dua hari lalu aku memergoki Doojoon melamun di balkon dorm.
Setelah ku paksa bercerita, akhirnya Doojoon mau mengakui bahwa gadis yang
bernama Sung Hye itu adalah kekasihnya bukan dirimu seperti apa yang selama ini
ku ketahui.”
Ketika
mendengar cerita Siwan, Hye Ra tampak berusaha menyembunyikan raut wajahnya
dari Siwan. Rasa sakit dan bahagia yang bercampur. Namun yang ia sesali adalah
karena rasa sakit itu yang lebih dominan ia rasakan.
“Dia
menyesal karena selama ini dia telah bersikap tidak adil padamu,” lanjut Siwan.
“Selama
ini Doojoon selalu bersikap sewajarnya terhadapku.”
Siwan
tersenyum menanggapi komentar Hye Ra. “Itu karena dia tidak tau kalau kau
menyukainya,” seru Siwan enteng.
Tentu
saja ucapan Siwan tadi membuat Hye Ra membulatkan matanya. Kesal karena ternyata
rahasia besarnya tehadap Doojoon terbongkar bahkan telah sampai ke telinga
Siwan. Setelah ini, akan berapa banyak orang lagi yang tau hal tersebut?
“Aku
tidak akan menyalahkanmu,” bisik Siwan untuk membuat Hye Ra tenang. “Seperti
yang ku katakan tadi, aku mendukung sepenuhnya semua rencanamu. Kau ingin
mempertemukan Doojoon dan Sung Hye, bukan? Tadi ku lihat gadis itu sudah
datang.”
Hye
Ra tak terlalu mempedulikan ucapan Siwan. Yang ia pikirkan saat ini adalah,
siapa yang telah memberi tau Doojoon tentang rahasia ini? Minho? Itu tidak
mungkin. Atau Luhan? Hye Ra merasa tidak pernah memberitau pemuda itu. Hanya
tersisa satu nama lagi dan tebakannya kali ini tidak akan meleset.
“Yong
Hwa!!!” pekik Hye Ra kesal setengah mati.
***
Yunho
menarik paksa tangan Soo In. “Aku ingin bicara!” Ia bahkan tak mempedulikan
saat pundaknya sedikit menabrak seseorang. Dan orang itu hanya menatap sinis
padanya. Bukan karena tak terima dengan apa yang baru saja diperbuat Yunho.
Tapi karena ia mengenal bahkan memiliki masa lalu yang kurang baik dengan
Yunho. Tentu saja karena pemuda itu adalah Doojoon.
Di
sana Doojoon bertemu dengan Sung Hye yang masih berdiri di tempatnya. Suasana
canggungpun jelas sekali terjadi. Dan yang membuat suasana sedikit mencair
adalah ketika ponsel mereka bergetar dalam waktu yang hampir bersamaan.
Lucunya, pesan masuk ke
dalam ponsel Doojoon dan Sung Hye sama-sama dari Hye Ra. Tidak hanya sampai di
situ, isi pesannya pun tak jauh berbeda. Gadis itu mengatakan tiba-tiba tidak
bisa menepati janji pada Doojoon dan Sung Hye dengan alasan Minho sakit, jadi
ia harus menemani kakaknya itu.
Sung
Hye membalas pesan itu dengan ucapan agar Minho bisa cepat sembuh dan ia juga
tidak mempermasalahkan kabar dari Hye Ra yang sangat mendadak seperti ini.
Tapi
tidak untuk Doojoon, pemuda itu justru langsung mencari kontak di ponselnya
atas nama ‘Minho’, lalu ia menekan tombol telpon. Cukup lama karena Minho tak
langsung menjawab. Doojoon bahkan sampai mencoba menelpon Minho sekali lagi
karena ia merasakan ada yang janggal di sana.
“Minho?
Kau baik-baik saja? Hye Ra bilang kau sakit. Memangnya sakit apa?” Tanya
Doojoon bertubi-tubi setelah mendengar suara Minho yang menjawab telponnya.
Setelah itu Doojoon terdiam sambil mendengarkan apa yang dikatakan Minho. Tak
ada respon apapun dari Doojoon. Pemuda itu lantas menutup sepihak panggilannya.
Di
saat yang bersamaan, Sung Hye sudah akan meninggalkan tempat itu. Namun tangan
Doojoon bereaksi lebih cepat menahan tangan Sung Hye sebelum gadis itu
benar-benar pergi.
“Kenapa
terburu-buru?”
Sung
Hye menoleh dan mendapati Doojoon menatapnya lembut. “Aku mau pulang. Hye Ra
tidak jadi datang.”
Doojoon
tersenyum puas. Sementara Sung Hye tertegun karena cukup lama ia tidak melihat
senyuman itu. Senyuman yang sangat dirindukannya. “Seharusnya aku menyadari
sejak awal.”
Jelas
saja Sung Hye tak mengerti dengan maksud ucapan Doojoon. Ia juga tak ingin
ambil pusing akan hal itu. Tapi yang harus ia sadari adalah, Doojoon sama
sekali tak melepaskan tangannya sedikitpun. Sung Hye sudah memberi kode melalui
tatapan mata agar Doojoon mau melepaskan tangannya.
Dengan
tegas Doojoon menolak permintaan Sung Hye. “Kita harus memanfaatkan ini,” ujar
Doojoon lalu membawa Sung Hye pergi dari sana tanpa membiarkan gadis itu
bertanya sedikitpun.
***
Beberapa
menit yang lalu saat Yunho membawa paksa Soo In ke luar dari restoran, Hye Ra
dan Siwan masih berada di sana. Tentu saja kejadian itu sukses membuat Siwan
cemburu bahkan sudah hampir akan mengejar Yunho jika Hye Ra tak menahannya.
“Sudah
tiga hari aku mencari Soo In, tapi apa yang ku dapat? Dia malah pergi bersama pemuda
lain,” protes Siwan.
Sekuat
tenaga Hye Ra menahan tangan Siwan. “Dengarkan aku dulu!” teriaknya dengan
kondisi tubuhnya sedikit terseret karena tentu saja tenaga Siwan lebih besar
darinya.
“Kakakku
hamil! Dan itu semua karena, kau!”
Siwan
akhirnya membeku karena mendengar Soo In berteriak seperti itu pada Yunho.
Kesempatan itu tak di sia-siakan Hye Ra untuk mendorong tubuh Siwan dan mereka
sedikit bersembunyi di balik pilar.
“Dia
bahkan hampir bunuh diri karena mendengar kau akan bertunangan!” maki Soo In
lagi.
Hye
Ra menggenggam tangan Siwan untuk membantu pemuda itu menenangkan diri karena
melihat Soo In yang hampir menangis. Tidak, gadis itu bahkan sudah menangis
saat ini.
Di
sisi lain, Yunho tampak semakin tertunduk. Pemuda itu juga tak berani menatap
apa lagi menyangkal semua ucapan Soo In.
Soo
In menyeka matanya yang basah dengan kasar menggunakan ujung lengan pakaiannya.
“Ku pikir kau pemuda baik-baik,” ucapan Soo In membuat Yunho mendngak. “Jika ku
tau seperti ini akhirnya, tak akan ku biarkan kakakku menjalin hubungan
denganmu dulu!”
Yunho
tersenyum, pahit. “Kau benar. Aku memang bukan pemuda baik. Aku meninggalkan
kakakmu agar di bahagia tanpaku…”
“Tapi
apa akhirnya?” Soo In tak membiarkan Yunho membela diri.
Pemuda
itu mengusap wajahnya, frustasi. “Lalu apa yang kau inginkan dari ku?” Tanya
Yunho yang sudah tidak tau harus melakukan apa lagi.
“Tinggalkan
kekasihmu dan bertanggung jawab atas apa yang kau lakukan pada kakakku,” jelas
Soo In yang langsung saja pergi dari sana.
“Tunggu!”
pekik Yunho sambil menahan tangan Soo In. “Kau pikir bisa semudah itu?” serunya
yang tampak cukup keberatan dengan permintaan Soo In.
Gadis
itu menepiskan tangannya sambil tersenyum sinis. “Kau yang seharusnya
berpikir!” balas Soo In. “Jika kau tak menuruti permintaanku, akan ada dua
gadis yang kau sakiti sekaligus!” Soo In buru-buru meninggalkan Yunho sebelum
pemuda itu bicara yang lain-lain lagi. Beruntung Yunho juga tak berniat untuk
mengejar karena kini ia sibuk dengan pikirannya sendiri.
Setelah
Soo In pergi, Hye Ra dan Siwan ke luar dari tempat persembunyiannya. Tatapan
mereka kosong karena terlalu terkejut dengan apa yang mereka dengar tadi.
“Astaga,
jadi selama ini Yunho…” Hye Ra sudah tak sanggup melanjutkan ucapannya.
“Kau
mengenal pemuda tadi?”
Hye
Ra menatap Siwan penuh arti. “Yunho adalah calon tunangan Sung Hye. Dia juga
yang telah merebut Sung Hye dari Doojoon.”
Siwan
mengepalkan tangannya. Terlalu sakit melihat keluarga Soo In dan kekasih
sahabatnya, Doojoon, harus hancur hanya karena satu orang yang bahkan baru ia
ketahui hari ini. Pemuda ini bergegas mengejar Yunho. Bahkan teriakan Hye Ra
tak mampu menghentikannya.
Siwan
menepuk pundak Yunho. Ketika pemuda itu berbalik, ia memberikan satu pukulan
tepat di wajah Yunho hingga pemuda itu sedikit terjungkal ke belakang.
“Apa-apaan
kau!” protes Yunho yang tak terima di serang tanpa alasan. Terlebih oleh
seorang yang tidak ia kenal. Tapi tentu saja Yunho tau kalau Siwan adalah
anggota band terkenal di kota ini. “Apa artis sepertimu tidak memiliki etika
pada orang yang bahkan tidak dikenalnya?”
Siwan
tersenyum meremehkan. Ia masih tak mempedulikan Hye Ra yang berusaha
mencegahnya, apalagi tatapan ingin tau dari orang-orang yang mulai
mengerubunginya. Siwan menganggap itu seperti hanya angin lalu dan bukan hal
penting yang perlu di khawatirkan.
“Apa
kau pikir kau adalah orang yang tak memiliki kekurangan sedikitpun?”
Yunho
membalas Siwan dengan tatapan yang tak kalah meremehkan sambil menyeka tepi
bibirnya yang berdarah. “Apa yang kau ketahui tentang diriku?”
Siwan
tak menjawab, tapi Hye Ra juga tampak tak ingin tinggal diam. Gadis itu maju
selangkah dan berdiri di depan Siwan.
“Kami
memang tidak tau apa-apa tentangmu. Tapi satu yang ku tau…” Hye Ra memberi jeda
sesaat dalam ucapannya. “… Sung Hye sangat tidak bahagia bersamamu.” Hanya itu
yang Hye Ra katakan. Ia berbalik lalu mengajak Siwan pergi dari sana
meninggalkan Yunho dengan pikirannya sendiri.
***