Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast :
·
Lee Joon/Changsun (Mblaq)
·
Siwan (Ze:a)
·
Nichkhun (2PM)
·
Doojoon (Beast/B2ST)
·
Luhan (Exo-M)
Original cast :
Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support
cast :
·
Yong Hwa (CN Blue)
·
Yoona (SNSD)
·
Minho (SHINee)
·
Yunho (TVXQ)
·
Sungmin (Super Junior)
Genre : romance
Length : part
***
Sejak
gerimis hingga hujan deras, Joon masih berada di tempat tadi. Ia sama sekali
tak berniat menyingkir dari sana. Bahkan untuk sekedar berteduh di mobilpun ia
enggan. Padahal jaraknya saat ini dengan dorm sudah dekat. Sementara itu,
dikejauhan tampak seorang gadis seorang diri menerobos derasnya hujan. Joon
menegakkan badan saat mengetahui gadis itu adalah Hye Ra. Ia tak mungkin salah.
Sejak malam hingga seharian ini gadis itu memang tak mengganti pakaiannya.
Tapi tampaknya Hye Ra sama
sekali tak menyadari Joon memperhatikannya dari jauh. Gadis itu masih sibuk
dengan pikirannya yang memutar kembali tentang apa yang diucapkan Doojoon
sesaat sebelum ia pergi dari kamar pemuda itu.
*flashback on*
Doojoon
menahan tangan Hye Ra yang sudah hampir memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
“Ku mohon jangan paksa aku untuk menghabiskan itu. Aku sudah kenyang,” pintanya
yang sudah tidak ingin menatap apalagi memakan bubur dalam mangkuk yang
dipegang Hye Ra.
“Setidaknya
ini sudah lebih baik,” ujar Hye Ra mengalah lalu menyingkirkan mangkuk bubur
dari hadapannya. Lalu ia mengambil beberapa butir obat dan memberikannya kepada
Doojoon.
“Apa
setelah ini kau akan meninggalkanku?”
“Aku
harus pulang, Doojoon. Besok aku akan menjengukmu lagi,” jawab Hye Ra tanpa
beban. Memang itu rencana yang akan ia lakukan. Ketika hendak berdiri, Doojoon
sudah lebih dulu menahan tangannya dan membuat gadis itu sama sekali tidak bisa
berontak.
“Ku
mohon jangan tinggalkan aku,” pinta Doojoon sungguh-sungguh.
Tentu
saja Hye Ra sangat ingin mengabulkan permintaan Doojoon. Tapi itu tidak
mungkin. Ia harus segera pulang demi menahan perasaannya saat ini. Gadis itu
hanya tak ingin tiba-tiba mengungkapkan apa yang ia rasakan selama ini pada
Doojoon. Dan itu sama saja membuat keadaan semakin kacau.
Dengan
lembut Hye Ra menyingkirkan tangan Doojoon dari tangannya. “Aku hanya pulang,
bukan ingin meninggalkanmu.”
Doojoon
menghela napas, pasrah. Dan terpaksa membiarkan Hye Ra pergi.
“Andai saja aku juga menganggapmu hanya
sebatas sahabat seperti apa yang kau lakukan padaku, mungkin aku bisa tetap
berada di sini dan menjagamu,” ujar Hye Ra dalam hati sambil melangkah
meninggalkan kamar Doojoon.
*flashback off*
Hye
Ra melangkah seperti tanpa arah. Ia juga belum menyadari bahwa ia semakin dekat
dengan tempat Joon berada. Hye Ra akhirnya menghentikan langkah saat menyadari
ada sepasang kaki berdiri dihadapannya. Saat mendongak, ia terkejut karena mendapati
Joon yang berada di sana.
“Kau…”
ingin rasanya Joon menanyakan keadaan gadis itu yang sejak bersama Siwan di
atas motor seperti menyimpan suatu kesedihan. Meski air mata Hye Ra terurai
dengan air hujan, tapi Joon sangat menyadari jika gadis itu tengah menangis.
“Apa
ada seseorang yang kau cintai?” Tanya Hye Ra.
Joon
diam membeku mendengar Hye Ra bertanya seperti itu. Ia seperti terjebak dalam
permainannya sendiri. Dipikiran Joon saat ini, Hye Ra mungkin telah mengetahui
tentang dirinya dan Yoona, gadis yang ia kenalkan pada Hye Ra saat ia mengakui
Hye Ra sebagai kekasihnya tanpa ijin. Dan kini Hye Ra marah padanya karena
merasa seperti dipermainkan oleh Joon.
“Jawab
Joon!” paksa Hye Ra, namun pemuda itu masih bungkam. “Apa ada seseorang yang
kau cintai tapi kau tidak bisa mendapatkan cinta darinya? Apa kau tau bahwa dia
telah mencintai orang lain? Dan apa kini kau sendirian menikmati cinta yang tak
terbalas itu?” seru Hye Ra dengan nada tinggi karena suaranya teredam hujan.
Semua
pertanyaan Hye Ra seolah mengintimidasi Joon. “Tapi bagaimana bisa pertanyaan Hye Ra benar-benar mengarah padaku?” pikir
Joon.
“Ku
harap kau bisa mendapatkan cinta itu,” seru Hye Ra lagi karena Joon tak kunjung
memberikan respon. “Ku harap tidak ada lagi orang merasakan hal itu seperti
diriku. Termasuk kau, Joon!”
“Hye Ra? Gadis ini juga…” Joon tak
sanggup melanjutkan spekulasi-spekulasi tentang Hye Ra. Ia lebih memilih
menarik gadis itu ke dalam pelukannya.
“Kau
tidak sendiri,” bisik Joon tepat ditelinga gadis itu.
Awalnya
Hye Ra cukup nyaman berada dipelukan Joon. Ia seperti tak merasa sendiri. Tapi
saat mendengar suara Joon benar-benar tepat ditelinganya, Hye Ra seperti
tersadar dan segera menjauhkan tubuhnya dari pelukan Joon. Apapun keadaannya,
di mata member ‘Blue Flame’ yang lain Hye Ra adalah kekasihnya Doojoon. Tapi
kini Joon justru berani memeluknya.
“Kau
lupa jika aku kekasihnya Doojoon?” teriak Hye Ra. “Dan kau malah
berani-beraninya memelukku! Apa kau tidak menghargai perasaan temanmu sendiri
jika Doojoon tau?”
Joon
tampak berdecak sambil menatap ke arah lain. Ia seperti meremehkan apa yang
diucapkan Hye Ra. Joon kembali menatap gadis itu. Kali ini Hye Ra tengah
memeluk tubuhnya sendiri karena ia sudah merasa kedinginan. Dan tatapan gadis
itu terlihat kosong. Segera saja Joon menarik tangan gadis itu dan membawanya masuk
ke dalam mobil.
***
Siwan
membuka matanya perlahan. Di sampingnya, tampak Nichkhun yang masih terlelap
dengan pulas. Siwan duduk dan mengusap matanya yang pedas karena masih sangat mengantuk
tapi ia harus tetap bangun pagi. Tiba-tiba saja Siwan seperti teringat sesuatu.
“Ponselku!”
pekik Siwan yang segera saja mulai melempari bantal dan gulingnya ke lantai
untuk mencari ponsel. Ia juga menarik paksa selimut yang ia dan Nichkhun gunakan
saat tidur.
“Kenapa
pagi-pagi sudah bikin rusuh?” protes Nichkhun yang tidurnya merasa terganggu
dengan ulah Siwan.
“Kau
lihat ponselku? Aku menunggu berita dari Hye Ra,” Tanya Siwan dengan panic dan
masih mencari-cari. Kini tujuannya adalah meja rias.
“Kenapa
memangnya?” Nichkhun balik bertanya tanpa membantu. “Dan kenapa kau malah
tiba-tiba menyinggung soal Hye Ra. Biarkan saja dia menjadi urusan Doojoon.”
Kini
Siwan sudah berdiri di tengah ruangan dan menatap Nichkhun dalam-dalam. “Apa
kau lupa jika semalam Hye Ra berjanji akan mengabariku jika sampai di apartmennya?
Aku merasa bertanggung jawab karena aku yang menjemputnya untuk datang ke
sini.”
“Kau
benar,” ujar Nichkhun lalu turun dari ranjangnya.
“Mungkin
di luar,” tebak Siwan yang langsung saja menuju ruang tivi tempat ia biasa
berkumpul bersama member ‘Blue Flame’ yang lain.
Nichkhun
mengikuti Siwan dari belakang. Dan benar saja, ponsel Siwan tergeletak di atas meja.
“Apa Hye Ra menghubungimu?” Tanya Nichkhun penasaran.
Siwan
menolehkan wajahnya dari layar ponsel dan menatap Nichkhun, suram. Ia hanya
menggeleng karena tidak ada satupun tanda-tanda Hye Ra menepati janjinya.
Sementara
itu di tempat berbeda, Doojoon tengah menatap wajahnya sendiri dicermin dengan
tangan bertumpu pada tepi meja rias. Ia menghembuskan napasnya keras. “Hye Ra benar. Jika Sung Hye tau keadaanku,
dia juga pasti akan sedih,” ujar Doojoon dalam hati. “Apa tidak ada yang
bisa ku lakukan untuk merebutmu kembali, Sung Hye?” Tanya Doojoon seorang diri
seperti ia sedang bicara pada seseorang. Lalu ia menoleh karena ada yang
membuka pintu kamarnya. Ternyata Siwan dan Nichkhun.
“Apa
Hye Ra mengabarimu sesuatu?” Tanya Siwan tanpa basa-basi.
Doojoon
tak langsung menjawab. Ia justru melirik ke tempat Luhan berada. Pemuda itu
masih terlelap di dalam selimut tebalnya.
Nichkhun
menatap Doojoon dan Siwan, khawatir. Ini pertama kalinya ia mengetahui Doojoon
memiliki kekasih. Ia juga tidak tau seberapa sensitivkah Doojoon perihal
masalah percintaannya.
“Tidak
ada.”
Mendengar
jawaban Doojoon yang seperti itu, membuat Siwan membeku. Ia semakin merasa
bersalah karena semalam telah membiarkan Hye Ra pulang seorang diri.
“Tadi
pagi aku mencoba menghubunginya, tapi ponsel Hye Ra mati,” lanjut Doojoon.
“Bagaimana
kalau kita coba lihat di apartmennya?” seru Siwan memberikan saran. Nichkhun
tampak memprotes melalui tatapannya. Sedangkan Doojoon segera mengangguk lalu
menyambar kunci mobilnya.
Siwan
mengikuti langkah Doojoon yang kini sudah mendahuluinya. Nichkhun sendiri juga
ikut bergerak menyusul di belakang Siwan. Di saat yang bersamaan, Joon muncul
dari dalam kamarnya dan berhasil menyambar lengan baju Nichkhun.
“Kalian
mau ke mana?” tegur Joon. Sebagai seorang leader, sudah tugasnya untuk
mengetahui apa saja kegiatan yang dilakukan semua anggotanya jika tidak ada
jadwal bersama ‘Blue Flame’.
“Kami ingin ke luar sebentar.” Nichkhun
berhasil melepaskan diri dari tangan Joon. “Tolong jaga Luhan. Dia masih tidur
di dalam,” seru Nichkhun setengah berteriak karena ia juga harus mengimbangi
lari Siwan yang sudah lebih dulu menyusul Doojoon.
Saat
Nichkhun sudah menutup pintu dorm dari luar, Joon hanya melirik sesaat ke arah
pintu kamar yang ditempati Luhan dan Doojoon.
***
Doojoon
berjalan lebih dulu saat mereka telah sampai di gedung apartmen tempat Hye Ra
tinggal. Sementara di belakangnya, Nichkhun tampak menahan tubuh Siwan agar
berjalan sedikit lambat.
“Kenapa
kau tampak aneh sekali hari ini?” bisik Nichkhun penuh selidik.
“Bukahkah
sudah ku bilang? Aku yang menjemput Hye Ra di sini. Dan sekarang aku ikut
bertanggung jawab dengan apa yang terjadi pada Hye Ra,” balas Siwan dengan nada
sedikit tinggi.
“Tapi
kau terlalu berlebihan!” seru Nichkhun yang masih memprotes apa yang dilakukan
Siwan. “Hye Ra kekasih Doojoon. Biarkan Doojoon yang memastikan sendiri keadaan
Hye Ra.”
Siwan
yang sudah tidak tahan dengan ucapan-ucapan Nichkhun yang seakan menuduhnya,
menghentikan langkah dan menatap rekan bandnya itu, tajam.
“Jika
itu terjadi pada Minjung, apa kau pikir aku akan tinggal diam?” desis Siwan. Ia
lalu tersenyum pahit karena Nichkhun tak bisa menjawab pertanyaannya. “Minjung,
Han Yoo, Hye Ra. Mereka sudah menjadi bagian dari ‘Blue Flame’ juga. Sudah
seharusnya aku ikut andil dalam menjaga mereka juga.”
Tanpa
mempedulikan keributan kecil yang terjadi di belakangnya, Doojoon tetap lurus
berjalan. Ketika hampir sampai, Doojoon memperlambat langkahnya karena ada
seorang pemuda di depan pintu apartmen Hye Ra dan berdiri membelakanginya.
“Yong
Hwa?” gumam Doojoon masih sambil menatap pemuda itu. Tidak mungkin pemuda itu
adalah Minho. Karena Minho pasti akan leluasa ke luar dan masuk ke apartmen
adiknya sendiri.
Perlahan
pemuda di depan Doojoon membalikkan badan. Tebakan Doojoon benar. Pemuda itu
memang Yong Hwa.
“Mau apa kau di sini?” Tanya Doojoon ketus.
Yong
Hwa berdecak meremehkan. “Harusnya aku yang bertanya seperti itu. Mau apa kau
di sini?” Yong Hwa mengulangi pertanyaan Doojoon padanya.
Doojoon
tak langsung menjawab. Ia menoleh ke samping karena keberadaan Nichkhun dan
Siwan semakin dekat padanya.
“Dan
harusnya kau ingat apa statusku dan Hye Ra,” ujar Yong Hwa dingin.
“Apa
Hye Ra sudah sampai di apartmennya?” Tanya Siwan yang tak sabar.
Doojoon
tak menjawab dan justru malah menekan-nekan bel apartmen Hye Ra. “Hye Ra ini
aku Doojoon. Kau ada di dalam? Tolong buka pintunya,” teriak Doojoon sambil
sesekali menggedor pintu.
Sementara
Yong Hwa kini dengan santainya bersandar di tembok sambil menenggelamkan
tangannya ke saku celana. “Aku bahkan sudah hampir satu jam melakukan itu. Tapi
tidak ada yang ku dapat,” serunya santai.
Dengan
kasar Doojoon meraih kerah baju Yong Hwa. “Apa maksudmu? Dan di mana Hye Ra?”
teriak Doojoon tepat di depan wajah Yong Hwa.
Yong Hwa
dengan santainya tertawa saat menanggapi perilaku Doojoon padanya. “Bukankah
kau kekasihnya? Kenapa bertanya padaku?” Tanya Yong Hwa seakan menjebak Doojoon
dalam permainannya sendiri. Diam-diam Yong Hwa juga sempat melirik Siwan dan
Nichkhun.
Doojoon
melepaskan cengkramannya dengan kasar sehingga membuat Yong Hwa sedikit
terdorong ke belakang. Dan tanpa berkata-kata lagi, ia meninggalkan tempat itu.
“Doojoon
tunggu!” teriak Siwan sambil menyusul Doojoon dan Nichkhun mengikuti di
belakangannya.
Yong
Hwa menghela napas. Ada sedikit penyesalan saat bersikap tak ramah ke Doojoon
seperti tadi. Ia juga masih berada di sana saat Doojoon, Siwan dan Nichkhun
sudah tak terlihat di ujung koridor sana.
“Yong
Hwa?”
Saat
merasa ada seseorang yang menyebut namanya, Yong Hwa langsung menegakkan badan
dan menoleh ke arah pemuda yang memanggilnya tadi. Yong Hwa meneguk ludah saat
mengetahui bahwa yang datang adalah Minho.
“Apa
Hye Ra masih tidur dan tak mengetahui bahwa kau datang?” Tanya Minho, dan ia
sendiri sudah membuka pintu karena tentu saja ia tau kode apartmen Hye Ra.
Yong
Hwa tak tau harus menjawab apa jika ternyata Hye Ra benar-benar tak ada di
apartmennya. Setedik kemudian pemuda itu tersadar jika Minho sudah melesat ke
dalam. Yong Hwa pun segera menyusulnya. Suasa apartmen Hye Ra tak ada yang
berubah sejak ia dan Hye Ra tinggalkan kemarin pagi. Bahkan piring kotor di
atas mejapun belum ada yang memindahkan.
“Hye
Ra kau di mana?” teriak Minho sambil memeriksa tiap sudut ruangan yang ada.
Namun ia tak menemukan di mana adiknya berada. “Apa kau tak bersama Hye Ra
kemarin?” Tanya Minho pada Yong Hwa karena memang hanya pemuda itu yang berada
di sana dan bisa ia tanyai. Minho juga mencoba menghubungi nomor Hye Ra.
“Ponsel Hye Ra tidak aktiv!” kesal Minho.
Yong
Hwa masih bungkam. Karena memang ia tidak tau di mana keberadaan Hye Ra saat
ini.
“Tidak
mungkin Hye Ra kuliah. Ini sudah hari Sabtu,” ujar Minho namun ia menyibukkan
diri dengan ponselnya. “Kau tau nomor seseorang yang dekat dengan Hye Ra selain
dirimu?”
Yong
Hwa membulatkan mata karena mendengar pertanyaan Minho. Selama ia menjalin
hubungan dengan Hye Ra, hanya ada ia dan gadis itu. Jadi Yong Hwa tidak terlalu
tau siapa-siapa saja yang dekat ataupun tidak dengan Hye Ra.
Beruntung
bagi Yong Hwa karena tak lama Minho menerima sebuah panggilan dari seseorang
dan sedikit memberi jarak dengan posisi Yong Hwa berada. Tapi tentu saja Yong
Hwa masih bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Minho pada si
penelpon.
“Apa
tidak bisa ditunda sampai besok? Aku harus mencari adikku. Sepertinya semalam
ia tidak pulang,” seru Minho. “Ku mohon tolong carikan penggantiku untuk
sementara waktu, karena…” ucapan Minho terputus karena Yong Hwa telah lebih
dulu menyambar ponselnya.
“Tunggu
saja. Tuan Minho akan segera datang,” ujar Yong Hwa seenaknya pada seseorang
yang menelpon Minho. Setelah selesai, Yong Hwa mengembalikan ponsel pada Minho.
“Apa
maksudmu?” marah Minho karena Yong Hwa telah lancang mengambil alih
pembicaraannya.
Yong
Hwa menepuk pundak Minho. “Aku akan mencari Hye Ra sampai dapat. Aku juga akan
sesering mungkin mengabarimu. Jadi kau bisa tenang mengurus profesimu,” ujarnya
sungguh-sungguh. Meski ia dan Hye Ra menjalin hubungan yang tak serius, tapi
pemuda ini seolah memiliki sebuah tanggung jawab atas Hye Ra.
Minho
menghempaskan tubuhnya ke atas sofa ketika Yong Hwa meninggalkannya seorang
diri di sana.
***
Luhan
turun dari tempat tidurnya sambil mengusap matanya yang masih terpejam.
Sesekali ia memaksa untuk membuka mata agar tubuhnya tidak menabrak barang-barang
yang ada di dalam kamarnya saat berjalan dalam keadaan yang masih sangat
mengantuk. “Hyung…” seru Luhan dengan suara yang masih berat. Tidak ada yang
menjawab karena Doojoon sudah meninggalkan kamar sejak tadi.
Segera
Luhan ke luar kamarnya untuk mencari member ‘Blue Flame’ yang lain. Ruangan
pertama yang ia kunjungi adalah kamar mandi. “Joonie hyung!” seru Luhan sambil
membuka pintu. Tidak ada siapapun di sana. Bahkan bathtub masih dalam keadaan
bersih seperti belum ada yang menggunakannya hari ini. “Ternyata Joonie hyung
tidak pulang dalam keadaan mabuk semalam.”
Setelah
itu Luhan menuju kamar yang ditempati Siwan dan Nichkhun. “Hyung…” teriaknya.
Lagi-lagi tidak ada yang menjawab karena saat membuka pintu, kamar itu dalam
keadaan kosong.
Luhan
mengacak rambutnya, frustasi. “Hyung pada ke mana?” serunya bingung karena ia
ditinggal sendiri di dalam dorm. Selain itu, tidak biasanya member yang lain
tak bilang jika ingin pergi. Tak terkecuali Doojoon. Ia seperti dicampakkan
oleh teman sekamarnya itu.
Ada
seseorang yang membuka pintu utama. Luhan segera menoleh dan mendapati
menejernya yang datang. “Oh, Sungmin hyung?”
“Kenapa
dorm sangat sepi?” Tanya Sungmin heran. Belum sempat Luhan menjawab, Sungmin
sudah lebih dulu menyodorkan selembar kertas. “Itu jadwal utama ‘Blue Flame’
untuk sebulan ke depan. Besok aku baru akan memberikan jadwal tambahan di luar
‘Blue Flame’ karena beberapa jadwal kalian masih banyak yang bentrok.
Luhan
mengangguk tanda mengerti. “Akan aku kabari yang lain.”
***
Sung
Hye mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Saat itu matanya tak sengaja
melirik ke arah samping dan di sana Sung Hye melihat tiga orang pemuda dalam
satu mobil. Pemuda yang duduk di kursi belakang adalah pemuda yang ia rindukan
selama ini. Doojoon.
Ketika
mobil yang dikendarai Nichkhun itu sudah melaju mendahuluinya, Sung Hye segera
tersadar lalu kembali focus menyetir. Dan si saat yang bersamaan gadis itu
menginjak dalam-dalam pedal rem mobilnya karena ada seseorang yang ternyata
melintas. Beruntung gadis itu tidak sampai tertabrak.
Sung
Hye segera turun dan menghampiri gadis itu. “Maafkan aku! Kau baik-baik saja?”
Tanya Sung Hye sambil membantu gadis itu berdiri. Beberapa orang juga sudah
mengerumuni mereka.
Gadis
yang ternyata adalah Soo In, memegangi tangannya yang kesakitan. “Aku baik-baik
saja,” serunya berbohong.
“Akan
aku antar kau ke rumah sakit,” paksa Sung Hye yang kini sudah membawa Soo In
untuk masuk ke dalam mobilnya.
Saat
di rumah sakit, Sung Hye menunggu Soo In di luar. “Bagaimana keadaanmu?” Tanya
Sung Hye saat Soo In baru saja muncul dari dalam ruangan.
“Aku
hanya terkilir saat mencoba menahan tubuhku agar tidak terjatuh ke aspal,”
jelasnya dengan pergelangan tangan yang di pen.
“Sekali
lagi aku mohon maaf padamu,” ujar Sung Hye.
Soo
In menatap Sung Hye lirih. “Kau baik-baik saja?” Tanya Soo In karena ia
merasakan ada yang janggal dari raut wajah Sung Hye. Gadis itu hanya menatapnya
bingung. “Bagaimana kalau kau ku traktir. Kebetulan aku juga belum sempat
sarapan,” tawar Soo In mencoba mencairkan suasana.
Sung
Hye berusaha memunculkan senyumnya meski masih terlihat sangat berat untuk di
lakukan. “Aku yang sudah membuatmu terluka seperti itu…”
Soo
In tampak menyambar ucapan Sung Hye. “Bagaimana kalau kau yang traktir?”
“Aku
setuju.”
Akhirnya
Soo In dan Sung Hye meninggalkan rumah sakit menuju restoran yang kebetulan
tempat Soo In bekerja. Namun karena keadaan tangannya yang tidak memungkinkan
untuk memasak, Sung Hye meminta ijin pada menejer agar Soo In mendapatkan cuti.
Setelah itu mereka melanjutkan perbincangan mereka sambil sarapan di restoran
tersebut.
Beberapa
kali Sung Hye membantu Soo In yang sedikit kesulitan melakukan kegiatannya
karena masih merasakan sakit dipergelangan tangan kanannya.
“Kau
baik-baik saja?” tegur Soo In setelah cukup lama mereka saling diam.
Sung
Hye melirik Soo In dan tak langsung menjawab pertanyaan Soo In. “Aku sangat
membutuhkan seseorang yang bisa mendengarkan tentang apa yang aku rasakan
akhir-akhir ini.”
“Kalau
kau tak keberatan, aku bisa menjadi pendengarmu.”
“Sungguh?
Kau mau mendengarkan semua ceritaku?”
Soo
In mengangguk sebagai upaya untuk meyakinkan Sung Hye.
Sung
Hye tersenyum lega sebelum akhirnya menceritakan seperti apa yang ia rasakan
akhir-akhir ini. Tentang Doojoon, pemuda yang sangat ia cintai. Juga tentang
Yunho, pemuda yang dijodohkan orang tuanya. Betapa Sung Hye cukup menderita
menjalani ini semua, terlebih Yunho juga kerap kali bersikap seenaknya pada
Sung Hye. Tapi tentu saja Sung Hye tak menyebutkan nama ke dua pemuda itu.
Orang tua Sung Hye juga membuat gadis itu hilang kontak dengan Doojoon.
“Kau
sudah coba cari tau melalui teman-temannya, mungkin?” ujar Soo In mencoba
memberikan solusi atas masalah Sung Hye.
“Sangat
sulit untuk bertemu dengannya.”
Soo
In menautkan alisnya, bingung. “Apa dia seorang pengusaha muda? Atau…”
“Kau
tau ‘Blue Flame?” Tanya Sung Hye sebelum Soo In sempat menyelesaikan ucapannya
tadi.
Jika
di Tanya seperti itu, tentu saja jawaban Soo In adalah ‘ya’. Tidak mungkin ia
tak mengenal ‘Blue Flame’. Terlebih salah satu anggotanya itu, Siwan, sedang
mencoba mendekatinya.
“Apa
member ‘Blue Flame’ selalu seperti itu?” seru Soo In sinis. Tentu saja karena
ia masih terbawa suasana hatinya yang kesal dengan sikap Siwan yang suka seenaknya.
Sung
Hye menertawai pertanyaan Soo In, karena sedikit banyak ia sudah cukup tau
tentang kepribadian seluruh anggota ‘Blue Flame’ dari cerita-cerita Doojoon
selama ini.
“Aku
tidak tau apa masalahmu dengan mereka. Tapi yang pasti, salah satu dari mereka
adalah pemuda yang ku cintai.”
Soo
In menghela napas. Tiba-tiba saja ia teringat Siwan. Sudah dua hari ini ia
tidak mendapat ‘gangguan’ dari drummer ‘Blue Flame’ itu. “Ku rasa kau harus
bertemu dengannya.”
“Bagaimana
caranya? Aku bahkan tidak memiliki… nomor ponselnya,” sesal Sung Hye. Padahal
kemarin Hye Ra sudah akan memberikan nomor Doojoon padanya.
“Aku
akan menemanimu ke dorm mereka. Jika tidak bisa bertemu dengan dia, kau bisa
menitip pesan. Dan jangan lupa kau cantumkan nomor ponselmu,” seru Soo In penuh
semangat. Seharusnya Soo In tidak sesemangat ini. Terlebih ia masih merasa
Siwan adalah ‘pengganggu’ hidupnya. Tapi… nampaknya gadis ini tidak terlalu
peduli. Ia hanya simpatik dengan Sung Hye.
Sung
Hye pun mengangguk sebagai jawaban bahwa ia menyetujui saran dari Soo In.
***
wwwwaaaahhhhh.....
BalasHapusDoojoon sama Yog Hwa berantem...
hmmm....
itu doank komennya?
BalasHapusada yang bingung ga?
hehehehe
BalasHapusiya.. abis bingung mau comment apa?? hihihi
sejauh ini , masih belum bingung kok..