Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast :
·
Lee Joon/Changsun (Mblaq)
·
Siwan (Ze:a)
·
Nichkhun (2PM)
·
Doojoon (Beast/B2ST)
·
Luhan (Exo-M)
Original cast :
Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support cast :
·
Yoona (SNSD)
·
Minho (SHINee)
·
Yunho (TVXQ)
·
Yong Hwa (CN Blue)
Genre : romance
Length : part
***
Yong
Hwa menutup pintu mobil setelah berhasil memaksa Hye Ra masuk ke dalamnya. “Aku
antar kau pulang sekarang,” seru Yong Hwa sebelum meninggalkan area parkir
restoran.
Selama
perjalanan, tak ada satupun yang berbicara. Hye Ra sibuk dengan pikirannya
sendiri. Sementara Yong Hwa sibuk mengatur perasaannya ketika melihat gadis
yang ia cintai sakit hati karena pemuda lain.
Begitu
sampai, Yong Hwa memaksa untuk mengantar Hye Ra sampai depan pintu apartmen
gadis itu. Hye Ra hanya bisa menuruti tanpa ingin memprotes sedikitpun.
“Besok
aku akan datang menemuimu,” ujar Yong Hwa setelah memastikan Hye Ra benar-benar
ia antar sampai depan pintu apartmen gadis itu. Hye Ra hanya mengangguk samar
dan itu membuat Yong Hwa tenang untuk meninggalkan gadis itu sendiri. “Jaga
diri,” serunya sambil mengacak lembut puncak kepala Hye Ra, lalu berbalik dan
benar-benar meninggalkan tempat itu.
Hye
Ra menutup pintu dari dalam lalu menyandarkan badannya di sana. Dadanya masih
cukup sesak untuk membayangkan Doojoon jika pemuda itu mengetahui apa yang
dialami Sung Hye. Yang bisa membuatnya tersadar dari lamunan adalah ketika
ponselnya bergetar dan ada satu nomor asing yang masuk.
“Halo…”
sapa Hye Ra.
“Hye
Ra, ini aku Siwan,” kata pemuda itu yang saat ini berdiri cemas di dapur dorm
milik ‘Blue Flame’. “Bisakah kau datang ke dorm sekarang? Doojoon sakit, dan
setelah ini aku akan menjemputmu di apartmen,” lanjut Siwan sebelum Hye Ra
sempat menanyakan maksud pemuda itu menelponnya.
“Iya,
aku akan siap-siap,” seru Hye Ra tanpa pikir panjang. Suasana hatinya berubah
karena yang menelpon adalah ‘Siwan’ meski berita yang ia dengar adalah tentang
Doojoon.
“Setengah
jam lagi aku akan sampai,” kata Siwan sebelum mengakhiri telponnya.
***
Sementara
di tempat berbeda, Joon seorang diri menyetir di hari yang sudah beranjak
malam. Langit sangat gelap, segelap perasaannya saat ini. Beribu penyesalan
muncul. Andai saja ia telah mengatakan hal itu sejak lama. Yoona kini pasti
telah menjadi kekasihnya. Dan mungkin Yoona akan bertunangan dengannya sebentar
lagi. Bukan dengan Minho.
*flashback
on*
“Kenapa
tak kau katakan sejak dulu sebelum aku mencintai Minho seperti sekarang ini?”
tegas Yoona dengan nada meninggi. “Aku mencintaimu, Joon! Sebelum aku mencintai
Minho, aku sudah lebih dulu mencintaimu, Joon! Aku mencintai seorang pemuda
bernama Lee Changsun!”
Ternyata
selama ini… Joon hanya bisa membeku dan berusaha mencerna semua kata yang ke
luar dari bibir Yoona. Joon tersenyum getir. “Tidak mungkin kau mencintaiku,”
ujarnya yang tak menerima kenyataan bahwa Yoona juga juga memiliki rasa yang
sama. Hanya saja, Joon terlalu pengecut untuk mengatakan hal itu sejak lama.
Hingga akhirnya Yoona jatuh kepelukan pemuda lain.
“Katakan
padaku kau bohong, Yoona!” seru Joon dengan nada tinggi. Ia masih belum bisa
menerima kenyataan dan berharap Yoona memang hanya bergurau ketika mengatakan
bahwa ia juga mencintai Joon.
Yoona
memejamkan mata dan menguras sisa-sisa air matanya untuk ke luar. “Kau ingin
dengar bahwa aku berbohong?” Tanya Yoona yang sudah kembali menatap Joon. Namun
pemuda itu tak membalas tatapannya. Lantas gadis itu meraih dagu Joon lalu
menangkup wajah pemuda itu agar tak berpaling lagi. “Aku tidak pernah
mencintaimu, Joon!” lirih Yoona.
Segera
saja Joon melepaskan wajahnya dari kuncian Yoona. Ia sudah tak sanggup menatap
wajah gadis itu. Seperti apa yang ia inginkan. Yoona berbohong. Yoona telah
berbohong saat mengatakan gadis itu tidak pernah mencintai Joon. Terlihat jelas
dari sorot matanya, Yoona terlihat sakit saat terpaksa berbohong di hadapan
Joon.
Sebelum pertahanannya
goyah, Joon lebih memilih meninggalkan Yoona. Membiarkan gadis itu seorang diri
bersama tangisannya.
“Jika
kau masih mencintaiku, ku mohon lepaskan aku dan temukan gadis lain yang bisa
mencintaimu dengan tulus!” jerit Yoona mengiringi kepergian Joon.
*flashback off*
Joon
mencengkeram kuat stir dan mempercepat laju mobilnya. Pikirannya yang kacau
hampir saja membuat dirinya celaka. Joon nyaris menabrak sebuah motor sport.
Beruntung itu semua tidak sampai terjadi karena Joon bisa menghentikan mobil
tepat waktu dan pengendara motor itupun masih bisa mengendalikan motor agar
tidak sampai terjatuh.
Joon
ke luar dari mobil saat melihat motor dan pengendara masih diam di tempat. Sang
pengendara seperti ingin menemui Joon juga, tapi pelukan dari seorang gadis
bersamanya seperti tak mengijinkan pengendara itu untuk turun dari motor.
“Joon!”
pekik sang pengendara motor lalu segera melepaskan helmnya.
“Siwan?
Kau?” pekik Joon sama terkejutnya.
Siwan
menghela napas panjang. “Kenapa kau kebut-kebutan di jalan? Jika saja yang
hampir kau tabrak bukan aku, habislah kau!” omel Siwan karena ia hampir saja
menjadi korban kecelakaan akibat rekan satu grupnya sendiri. “Kau mabuk, huh?”
tuduhnya masih dengan nada tinggi.
Joon
sendiri seperti tak menghiraukan semua kata yang dilontarkan Siwan.
Perhatiannya tertuju pada seorang gadis bersama Siwan. Ia masih merasa janggal
melihat Siwan bersama seorang gadis selain saudaranya. Gadis itu mengenakan
helm hadiah dari fans milik Luhan. Tangannya tanpa perintah terjulur lalu
membuka kaca helm tersebut.
Setelah
kaca helm yang menutupi wajahnya terangkat, gadis itu sontak mengendurkan
tangannya yang melingkari pinggang Siwan dan menatap Joon terkejut. Joon
sendiri tak kalah terkejutnya karena gadis itu ternyata Hye Ra.
“Sudahlah,”
ujar Siwan membuyarkan lamunan Joon dan Hye Ra. “Cepat kau kembali ke dorm,” perintah
Siwan sambil mendorong pelang tubuh Joon untuk kembali ke mobilnya. “Doojoon
sakit.”
“Doojoon
sakit?” gumam Joon pelan. Namun saat mendongak, ia menemukan motor Siwan sudah
meninggalkannya. Segera saja Joon kembali ke mobil.
***
Hye
Ra hanya bisa mengukuti langkah Siwan bahkan saat mereka sampai di dorm ‘Blue
Flame’. Siwan segera mengajak Hye Ra menuju sebuah kamar. Di saat yang
bersamaan, Nichkhun muncul dari ruangan itu dan terkejut mendapati Siwan sudah
bersama Hye Ra sekarang.
“Bagaimana
keadaan Doojoon?” Tanya Siwan panic.
Nichkhun
menggeleng. “Masih seperti yang kau tau terakhir kali. Belum ada perubahan,”
jelasnya lalu melirik Hye Ra yang berdiri sedikit di belakang Siwan. “Temui
Doojoon di dalam,” ujar Nichkhun sambil menggerakkan kepalanya ke arah dalam
tempat Doojoon berada.
Siwan
membukakan pintu dan mempersilahkan Hye Ra untuk masuk. Sementara dia dan
Nichkhun hanya mengawasi dari pintu. “Bujuk dia untuk makan dan meminum
obatnya,” bisik Nichkhun ketika Hye Ra lewat dihadapannya.
“Luhan
belum pulang?” bisik Siwan pada Nichkhun, namun masih bisa terdengar sampai
telinga Hye Ra.
“Dia
masih ada kerjaan sampai malam,” kata Nichkhun.
Hye
Ra berdiri di tengah ruangan dan menatap lurus pemuda yang terbaring di tempat
tidur. Gadis itu memejamkan matanya untuk menguatkan hati. Terlalu sakit
melihat kondisi Doojoon yang lemah seperti sekarang ini.
Perlahan
Hye Ra mendekat lalu duduk di tepi ranjang yang ditempati Doojoon. Ia mengganti
handuk dingin di kening Doojoon. Suhu badan pemuda itu sangat tinggi.
“Doojoon pasti sangat merindukan Sung Hye,” batin
Hye Ra. Namun gadis itu tetap berusaha merawat Doojoon sebaik mungkin. Ia
menggenggam tangan Doojoon yang penuh keringat. Tapi pemuda itu masih
senantiasa memejamkan matanya. Beberapa saat kemudian, Hye Ra kembali mengganti
handuk dingin di kening Doojoon.
Nichkhun
melirik Siwan saat mereka masih berad di ambang pintu kamar Doojoon. Siwan yang
merasa Nichkhun menatapnya balas menoleh. Lalu tampak Nichkhun seperti
memberikan isyarat pada Siwan agar mereka membiarkan Doojoon berdua dengan Hye
Ra. Siwanpun tampak mengangguk lalu bersama Nichkhun meninggalkan tempat itu
tanpa menutup pintu.
Cukup
lama Doojoon masih terlelap dalam tidurnya yang terlihat tak tenang. Selagi
menunggu Doojoon sampai terjaga, Hye Ra menatap ke sekeliling kamar. Cukup
rapih meski masih ada beberapa helai pakaian yang berserakan di atas tempat
tidur milik Luhan di sudut ruangan.
Untuk
kesekian kalinya Hye Ra mengganti handuk dingin untuk Doojoon, namun pemuda itu
masih belum ingin membuka mata. Gadis itu sedikit mencari kesibukan dengan
merapikan beberapa barang yang bisa ia lakukan. Salah satunya merapihkan
pakaian yang berserakan di atas tempat tidur Luhan.
***
Joon
menyandarkan tubuhnya di kap mobil. “Doojoon
sakit.” Ucapan Siwan tadi masih terngiang di telinganya. Tapi pemuda itu seperti
belum ingin kembali ke dorm. Terlebih di sana pasti masih ada Hye Ra.
Joon
masih belum habis pikir kenapa Hye Ra bisa bersama Siwan. Padahal bisa saja
Siwan hanya ingin berbaik hati menjemput Hye Ra untuk menjenguk Doojoon yang
sakit. Tapi kenapa hatinya seakan tak bisa terima semua kejadian itu.
Satu
demi satu tetesan hujan mulai jatuh di bumi. Saat menengadahkan wajahnya ke
langit, setetes air hujan mendarat di wajah Joon dan mengalir menelusuri pipi
seolah air itu ke luar dari matanya. Hujan seakan ingin membantu Joon untuk
menangis, tapi hujan pula yang menyembunyikan tangisan Joon malam itu.
***
Setelah
kegiatannya selesai, Hye Ra kembali duduk di tepi ranjang yang ditempati
Doojoon sambil menggenggam tanga pemuda itu. “Ku mohon jangan seperti ini,”
ujar Hye Ra pelan sambil menatap wajah Doojoon yang pucat. “Jika kau sembuh,
aku berjanji akan mempertemukanmu dengan Sung Hye.”
Hye
Ra memalingkan wajahnya ke arah lain sebagai usaha untuk menahan air matanya
agar tidak terjatuh. Setelah itu, ia tersentak karena merasakan Doojoon meremas
tangannya. Dengan segera Hye Ra memastikan sendiri keadaan Doojoon.
“Kau
baik-baik saja?” Tanya Hye Ra, namun Doojoon belum membuka matanya. Pemuda itu
tampak semakin resah.
“Sung
Hye…” lirih Doojoon dengan wajah penuh keringat.
Hye
Ra ingin kembali menggantikan handuk basah di kening Doojoon, namun tangan
pemuda itu menghalanginya.
Perlahan
Doojoon tampak membuka matanya. “Hye Ra?” serunya dengan suara pelan dan
sedikit terkejut mendapati Hye Ra yang berada di sana. “Sejak kapan, kau…”
“Apa
yang terjadi padamu?” selak Hye Ra sebelum Doojoon menyelesaikan ucapannya.
“Aku…”
Doojoon tak bisa melanjutkan kata-katanya.
Hye
Ra menghela napas. Saat ia mendengar Doojoon menyebut nama Sung Hye, bisa
dipastikan Doojoon sangat merindukan kekasihnya itu. Apa yang terjadi pada
Doojoon sekarang adalah karena ia belum bisa mengetahui keberadaan bahkan kabar
terbaru dari Sung Hye. Dan tentu saja Hye Ra tidak akan mengatakan apapun
karena ia telah berjanji pada Sung Hye.
“Aku
akan mengawasimu makan dan minum obat,” seru Hye Ra mengalihkan pembicaraan
mereka sambil membantu Doojoon untuk duduk. Lalu ia mengambil mangkuk berisi
bubur yang telah berada di atas meja bahkan sebelum ia sampai.
Doojoon
mendorong pelan tangan Hye Ra yang hendak menyuapinya. “Aku tidak lapar,”
ujarnya yang sudah menolehkan wajah ke arah lain.
Dengan
kasar Hye Ra meletakkan sendok kembali ke atas mangkuk sambil menatap Doojoon
tajam. “Sampai kapan kau akan menyiksa diri seperti ini?” desisnya tajam. “Apa
kau yakin Sung Hye akan datang begitu saja padamu? Tidak akan jika kau tidak
mencarinya!”
“Apa
kau mengancamku?” protes Doojoon.
Hye
Ra menarik kerah baju Doojoon sambil tetap menatap tajam. “Statusku di depan
member ‘Blue Flame’ adalah kekasihmu. Mereka menghubungiku karena menurut
mereka aku pasti bisa membujukmu untuk makan dan minum obat. Jadi, ku mohon
jangan mempersulitku,” tegasnya sambil melepaskan kembali kerah baju Doojoon
lalu kembali berusaha untuk menyuapi Doojoon.
Lagi-lagi
Doojoon menjauhkan wajahnya. “Sudah ku bilang aku tidak lapar,” seru Doojoon
mengingatkan.
“Kau
ingin makan atau aku membongkar rahasia kita di depan teman-temanmu.” Doojoon
melotot saat Hye Ra mendengar mengancamnya.
***
“Di
luar hujan,” lapor Siwan saat melihat suasana luar dorm mereka melalui jendela.
Lalu ia menutup kembali tirai dan kembali duduk di samping Nichkhun yang tampak
tengah menelpon seseorang.
Dengan
kesal Nichkhun menjauhkan ponselnya dari telinga karena lagi-lagi panggilannya
tak terjawab. “Joon tidak mengangkat telponku!”
“Apa
mungkin Joon ada kerjaan lagi?” tebah Siwan yang bisa dipastikan langsung dibantah
oleh Nihckhun.
“Aku
sempat memeriksa jadwalnya hari ini. Dan sekarang sudah tidak ada kegiatan
lagi,” jelasnya masih sambil tetap berusaha menghubungin nomor Joon.
“Berarti
Joon masih bersama temannya,” ujar Siwan santai yang kini tatapannya sudah lurus
ke arah televisi.
Dengan
cepat Nichkhun melirik Siwan masih dengan posisi ponsel berada ditelinganya.
“Kau melihat Joon pergi dengan seseorang? Siapa?”
Siwan
menoleh karena merasakan Nichkhun sangat penasaran dengan apa yang dilihatnya.
“Tidak tau. Aku hanya melihat Joon di taman dengan seorang gadis. Tapi aku
tidak menghampirinya karena aku juga sedang buru-buru tadi. Lagipula, aku juga
berada di dalam mobil,” jelas Siwan.
Tiba-tiba
Nichkhun merasa tidak tenang setelah mendengar penjelasan dari Siwan. “Apa kau
tidak memperhatikan apa yang terjadi di sana? Mungkin Joon sedang bercanda,
bermesraan, atau yang lainnya?”
“Apa
maksudmu?” Siwan balik bertanya karena tidak mengerti dengan maksud ucapa
Nichkhun.
“Jawab
saja seperti apa yang kau lihat!” paksa Nichkhun tak sabar.
“Mereka
hanya duduk berdua dan saling diam. Setelah itu aku tidak tau lagi apa yang
mereka lakukan.”
Nichkhun
hampir kembali buka mulut ketika mendengar pintu kamar Doojoon terbuka. Ia dan
Siwan segera menoleh lalu berdiri saat mendapati Hye Ra muncul di sana.
“Bagaimana
keadaan Doojoon?” Tanya Siwan.
“Dia
sudah makan dan minum obat. Sekarang Doojoon sedang istirahat,” jelas Hye Ra.
“Syukurlah,”
ujar Nichkhun dan Siwan bersamaan. Lega mendengar keadaan Doojoon yang semakin
membaik.
“Ku
ingin pulang? Biar ku antar,” tawar Siwan yang sudah menyambar jaketnya.
“Tidak
usah. Aku bisa pulang sendiri,” Hye Ra menolak dengan lembut tawaran Siwan.
“Tapi
di luar hujan. Siwan akan mengantarmu dengan mobil,” timpal Nichkhun.
Siwan
mengangguk dan kini sudah melangkah sambil menyambar sebuah kunci mobil di atas
meja.
“Aku
ingin pulang sendiri. Aku akan naik taksi. Aku juga akan pastikan tidak akan terjadi
apapun padaku. Dan aku akan segera menghubungimu saat sampai apartmen,” seru
Hye Ra masih masih tetap pada pendiriannya.
Nichkhun
dan Siwan saling melempar tatapan dan terpaksa menuruti permintaan Hye Ra.
“Aku
akan menunggu kabar darimu,” ujar Siwan akhirnya sebelum melepaskan Hye Ra
meninggalkan dorm mereka.
***
Hujan
semakin deras membuat Yong Hwa buru-buru menutupi pandangannya yang ke luar
jendela menggunakan tirai. Lalu ia mengeluarkan ponsel dan menghubungi Hye Ra. Cukup
lama Yong Hwa menunggu sampai akhirnya di jawab oleh gadis itu. “Kau sudah…”
ucapan Yong Hwa terputus karena sambungan telpon tiba-tiba mati. “Halo…! Hye
Ra… kau dengar aku?”
Sementara
di tempat lain, Hye Ra sudah berdiri di pintu utama apartmen tempat member
‘Blue Flame’ tinggal. “Halo, Yong Hwa!” gadis itu sedikit meninggikan suaranya.
Saat menatap layar, ternyata ponselnya mati. “Bateraiku habis,” keluhnya dan
terpaksa menyimpan kembali ponsel itu ke dalam saku jinsnya. Hye Ra menoleh ke
kanan dan ke kiri. Hujan sangat deras mengguyur kota.
Tak lama kemudian, muncul
seorang pemuda dari dalam derasnya hujan. Pemuda itu menggunakan jaketnya
sebagai pengganti payung. Ia lalu berhenti tak jauh dari tempat Hye Ra berada
sambil mengibas-ngibaskan jaketnya yang basah. Tak hanya jaket, tapi rambut dan
seluruh pakaiannya basah. Merasa diperhatikan, pemuda yang ternyata Luhan itu
mendongak.
Setelah
menyadari seseorang yang memperhatikannya itu adalah Hye Ra, Luhanpun bergegas
menghampirinya. “Kau pasti habis menjenguk Doojoon hyung, kan? Bagaimana
keadaannya?” todong Luhan dengan pertanyaan mengenai Doojoon.
Hye
Ra menatap Luhan sedikit aneh. Tak biasanya pemuda itu bersikap baik seperti
sekarang ini. Mungkin karena Luhan juga mendapat kabar bahwa Doojoon sakit. Hye
Ra menghembuskan napasnya untuk sedikit menghilangkan sesak ketika mengingat
bahwa Doojoon sedang sakit. “Dia sudah lebih baik. Cepat sana kau temui Doojoon
dan rawat dia dengan baik.”
Tanpa
berkata-kata lagi, Luhan sudah melesat pergi meninggalkan Hye Ra yang lagi-lagi
hanya bisa menghela napas. Gadis itu kembali menatap guyuran hujan yang sama
sekali tak mereda. “Sepertinya hujan akan turun cukup lama,” gumam Hye Ra
seorang diri. Ia memaksakan diri menerobos hujan dan membiarkan pakaiannya
basah kuyup.
Selang
beberapa saat, Luhan kembali ke tempat di mana ia bertemu bahkan berbicara
dengan Hye Ra. Namun gadis itu sudah tidak ada di lokasi.
“Ke
mana Hye Ra?” Tanya Luhan seorang diri karena memang tidak ada siapa-siapa lagi
di sana. Ia juga menajamkan matanya ke dalam derasnya hujan. Luhan tak melihat
siapapun di sana. Kemudian ponselnya bergetar karena mendapat sebuah panggilan
dari Nichkhun. Segera saja Luhan menjawabnya. “Iya, hyung. Aku baru saja sampai
dan ini akan segera naik,” ujarnya pada Nichkhun melalui telpon.
***
ya ampun changsun...
BalasHapuskenapa dy galau stadium akhir??
untung ga tabrakan sama siwan and hye ra..
ya ampun kasian doojoon nya sakit gara-gara kangen sama sung hye..
aaaa.... co cwittt...
mmmaaauuuuuuuuuuu dikasih perhatian kaya gtu sama doojoon.. :)
mau pake acara pake tarik kerah baju juga kayak yg dialami Doojoon? ahahaha... kalo Joon atau Siwan yg ngelakuin gue juga mau... *plak* author eror...
BalasHapushahahaha
BalasHapusakh lu juga kalo ini sering narik kerah baju kaya Doojoon.. weee..
jiah...
mau juga kan?? makanya jangan lah kau sok jaim.. hahaha :P
siapa yg jaim?? kan gue bilang MAUUUU...
BalasHapushahaha
BalasHapusMAUUUUU nya ampe digedeiin gtu.. wkwkwkwk
emang dasar author eror.. hahaha
kalo author error? readersnya apa???
BalasHapus