Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast :
·
Lee Joon/Changsun (Mblaq)
·
Siwan (Ze:a)
·
Nichkhun (2PM)
·
Doojoon (Beast/B2ST)
·
Luhan (Exo-M)
Original cast :
Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support cast :
·
Yoona (SNSD)
·
Minho (SHINee)
·
Yunho (TVXQ)
·
Yong Hwa (CN Blue)
Genre : romance
Length : part
@@@
“Aku
mau pergi ke lapangan klub voliku. Akan ada sparing sore ini,” seru Hye Ra pada
seseorang melalui ponsel. Ia mengenakan headshet saat menerima telpon karena ke
dua tangannya sibuk mengikat tali sepatu sport yang biasa ia gunakan saat
berolahraga.
Setelah
mengakhiri obrolannya melalui telpon, Hye Ra bergegas meninggalkan apartmennya.
Tujuannya setelah itu adalah sebuah café tak jauh dari gedung olahraga tempat
ia biasa latihan voli. Saat menunggu minumannya datang, perhatian Hye Ra sempat
tersita karena suara riuh dari sebuah meja yang berisi empat orang, dua
laki-laki dan dua wanita.
Salah
seorang pemuda di sana tampak tertawa lepas dan satu tangannya merangkul
seorang gadis. Gadis itu hanya tersenyum singkat dan terlihat tak banyak
bicara.
Hye
Ra mempertegas pandangannya pada gadis itu. “Sung Hye?” gumamnya pelan.
Gadis
itu yang telah membuat Doojoon patah hati. Dan entah kenapa, Hye Ra merasa
sakit melihat sosok Sung Hye di depan matanya. Terlebih jika teringat dengan
apa yang dialami Doojoon.
“Noona,
ini pesananmu,” tegur seorang pelayan café sambil meletakkan minuman milik Hye
Ra di atas meja.
“Terima
kasih,” seru Hye Ra setelah kembali dari lamunannya.
@@@
Sore
itu Luhan tampak keluar dari mobil yang ia parkirkan di pelataran sebuah
restoran. Ia menganakan topi, masker dan kaca mata hitam yang menutupi hampir
seluruh wajahnya. Lalu Luhan memutari mobil dan membukakan pintu untuk seorang
gadis yang bersamanya dalam mobil itu.
Dengan
berani Luhan merangkul gadis yang saat itu mengenakan rok jins di atas lutut
dan blazer putih. Tampak elegan dan cantik. Dan merekapun memasuki resto
tersebut.
“Oppa…”
seru gadis menahan tangan Luhan yang ingin duduk.
Luhan
menatap kekasihnya heran. “Ada apa?” lalu ikut memandang ke arah yang
ditunjukkan Han Yoo.
“Bukankah
itu Siwan oppa? Kenapa dia kasar sekali pada gadis itu?” protes Han Yoo yang
sudah ingin menghampiri tempat Siwan berada.
“Jangan,”
buru-buru Luhan menahan tangan kekasihnya. Ia teringat kejadian malam itu di
mana Siwan melancarkan protes pada chef yang bertanggung jawab atas semua
makanan yang tersaji dalam acara ulang tahun ‘Blue Flame’ tersebut.
Meski
jarak mereka cukup jauh, Luhan yakin itu gadis yang sama. Ia juga teringat
ucapan Joon yang mengatakan bahwa Siwan hanya ingin mendekati chef cantik itu.
“Itu
gadis incaran Siwan,” ujar Luhan santai. “Sudahlah, jangan mengurusi mereka.”
“Iya aku tau, tapi…” Han
Yoo tak melanjutkan ucapannya karena Luhan lebih dulu menyambarnya.
“Apa kau tidak
merindukanku?” pertanyaan Luhan hanya di balas desahan napas oleh Han Yoo.
Dengan
berat hati, Han Yoopun duduk berhadapan dengan Luhan. Bukan ingin ikut campur
urusan orang lain, tapi ia hanya simpatik terhadap gadis itu atas perlakuan
Siwan padanya. Itu sangat aneh, Siwan yang ia kenal adalah seorang drummer
‘Blue Flame’ yang terkenal dan ramah terhadap semua orang dan para fans.
“Apa
kau masih memikirkan Siwan hyung?” tegur Luhan karena hingga saat ini Han Yoo
masih terdiam.
“Dia
bukan seperti Siwan oppa yang ku kenal.”
Luhan
tersenyum mendengar ucapan kekasihnya itu. “Dia akan seperti itu ketika jatuh
cinta,” seru Luhan serius.
@@@
“Kau
itu pencuri.”
“Bagaimana
bisa kau menuduhku mencuri?” bentak Soo In atas tuduhan Siwan yang ditujukan
padanya.
Siwan
tersenyum pahit. “Tentu saja bisa, karena…” pemuda ini sedikit memberi jeda
pada ucapannya. “Kau telah mencuri sesuatu yang berharga dariku,” lanjut Siwan
dingin.
“Tapi…”
Soo In tak melanjutkan ucapannya karena Siwan sudah lebih dulu mendekatkan
wajahnya.
“Aku
akan merahasiakan hal ini dari siapapun jika kau mau menuruti keinginanku.”
Tentu
saja Soo In tak langsung menyetujui permintaan Siwan. Apalagi ia belum tau
kesalahan apa yang dilakukannya pada pemuda itu.
“Katakan
dulu apa yang aku curi darimu?” paksa Soo In.
Siwan
kembali tersenyum lalu menarik kembali wajahnya dan bersandar di kursi. Kali
ini tersenyum misterius. “Kau akan mengetahuinya nanti,” ujar Siwan enteng.
@@@
Hye
Ra melangkah gontai keluar dari lapangan setelah serve-nya tak bisa menyeberangi net dan pelatih menariknya ke luar.
“Maaf,
coach,” lirih Hye Ra saat melintas di
samping pelatihnya.
“Jika
sakit, jangan paksakan untuk bermain,” ujar pelatih voli Hye Ra dengan bijak.
Setelah
membalas perhatian pelatihnya dengan senyuman, Hye Ra pun segera menuju kursi
dan menenggak minumannya.
“Kenapa harus di saat seperti ini?” keluh
Hya Ra dalam hati.
Tim sedang membuthkannya,
tapi Hye Ra sama sekali tak bisa berkonsentrasi karena pikirannya terganggu
dengan sosok Sung Hye yang ia lihat tadi. Pemuda bersama Sung Hye tadi adalah
Yunho, seorang pemuda yang merebut kekasih Doojoon.
“Apa aku harus memberitau Doojoon karena
melihat Sung Hye tadi?” Hye Ra bertanya dalam hati. Namun sedetik kemudian
ia menggeleng dan membatalkan rencananya.
Sung
Hye tampak tak bahagia saat bersama Yunho tadi. Jika Hye Ra mengatakan hal itu
pada Doojoon, pemuda itu pasti akan ikut sakit hati mendengar penderitaan gadis
yang ia cintai. Dan itulah yang sangat dihindari oleh Hye Ra, yaitu melihat
Doojoon kembali merasakan sakit hati.
@@@
“Sebentar!” teriak Yoo Ra
dari dalam apartmen karena ada seseorang di luar sana yang menekan bel
apartmennya. “Ada apa?” Tanya Hye Ra dingin saat mengetahui yang datang adalah
Doojoon.
“Aku
hanya ingin tau kabarmu, apa tidak boleh?” balas Doojoon tak kalah dinginnya
sambil nyelonong masuk ke dalam. Langkahnya terhenti saat melihat sepasang
sepatu laki-laki. “Ada siapa di dalam? Yong Hwa?” tebaknya penuh curiga.
Hye
Ra mendengus malas sambil berjalan mendahului Doojoon. Ia mengambil satu tempat
di atas sofa. “Dia masih hidup atau tidak, aku juga tidak tau.”
Doojoon
duduk di samping Hye Ra.
“Sejak
semalam Minho oppa di sini, tapi dia sedang ke luar,” jelas Hye Ra lalu melirik
Doojoon menuntut penjelasan atas kedatangan temannya itu ke sana.
“Ini
untukmu,” ujar Doojoon yang sudah menyodorkan sebuah kantong plastic pada Hye
Ra.
Tanpa
pikir panjang, Hye Ra segera merebut benda itu dan langsung di bukanya. Itu
kaos yang di dapat Joon dari fansnya. Joon memang memberikan itu pada Doojoon,
namun tak di sangka Doojoon malah memberikannya kembali pada Hye Ra.
“Terima
kasih,” seru Hye Ra datar setelah menerima pemberian Doojoon tersebut. “Oiya,
bukankah besok kau ada jadwal di salah satu televisi?”
“Kalau
mau datang, langsung saja ke backstage
dan tunggu aku di sana,” pesan Doojoon meski belum tentu Hye Ra akan datang
besok.
“Ku
rasa aku akan ke sana. Karena, kau tau kan kalau ‘hiburanku’ sudah pergi entah
ke mana?”
Doojoon
yang mengerti maksud Hye Ra hanya tertawa menanggapinya sebelum berpamitan
pulang.
@@@
“Apa
jadwalmu setelah ini?” bisik Nichkhun pada Joon.
Dengan
bangganya Joon tersenyum. “Aku akan jalan-jalan.”
“Akh,
kau enak sekali,” seru Nichkhun tampak cemburu dengan jadwal Joon yang kosong.
“Setelah ini aku masih harus syuting ‘Running Man’.”
Joon
menepuk pundak Nichkhun sebagai ungkapan simpatiknya. “Aku juga akan syuting
acara itu minggu depan,” hiburnya.
Lalu Joon menoleh ke
belakang tempat Siwan dan Luhan berada. Ternyata dua member terimut di ‘Blue
Flame’ itu tengah sibuk membaca sebuah artikel dalam satu i-pad.
Tak
lama terdengar Luhan berseru riang. “Aku menang, hyung!”
Sementara
Siwan hanya cemberut menanggapi kekalahannya. “Kalau saja kita lahir di tahun
yang sama, aku pasti yang akan mengalahkanmu,” balas Siwan yang belum bisa
menerima kekalahannya.
Joon
mengalihkan padangannya dari dua member tadi. Membiarkan Siwan dan Luhan larut
dalam dunia mereka. Apalagi jika mereka bukan sedang melihat sebuah postingan
dengan kategori member ‘Blue Flame’ yang memiliki wajah paling imut. Postingan
itu selalu di update tiap minggu. Dan kali ini Luhan yang berada di atas Siwan.
“Oiya,
kau lihat Doojoon?” Tanya Nichkhun namun pandangannya sudah mengedar ke
sekeliling. “Dia menghilang saat kita turun dari panggung tadi.
“Mungkin
ia sedang melakukan selca di kamar mandi,” tebak Joon enteng sambil menepuk
pundak Nichkhun sebagai tanda ia berpamitan untuk pergi lebih dulu. “Jangan
menyusahkan hyungmu,” tegur Joon pada Luhan saat ia lewat di depan makne
tersebut.
@@@
Joon
benar-benar memanfaatkan waktu liburnya hari ini. Tapi sebagai leader yang
baik, atau berusaha untuk menjadi leader yang baik, Joon tak melupakan ke-empat
anggotanya yang lain. Siang itu Joon mampir ke sebuah supermarket untuk membeli
persediaan makanan di dorm ‘Blue Flame’. Tak lupa Joon mengenakan topi dan
kacamata berlensa bening untuk menutupi identitasnya.
Tak
sampai dua meter di samping Joon ada seorang gadis yang terlihat berusaha
menggapai-gapai dus makanan yang letaknya cukup tinggi di atas rak. Joon mulai
melangkah karena sudah mendapatkan apa yang ia inginkan. Pemuda itu tak sengaja
menabrak tubuh gadis tadi. Karena letak rak yang tinggi hingga memaksa gadis
itu untuk berjinjit, ia sampai hilang keseimbangan karena sedikit tertabrak
tubuh Joon. Beruntung Joon cepat-cepat menangkapnya sebelum gadis itu
benar-benar mendarat mulus di lantai.
“Kau?”
kejut gadis itu saat melihat wajah Joon di hadapannya.
Joon
hanya mendengus kesal. Ia menyesal menolongnya karena gadis itu ternyata adalah
Hye Ra. “Jika tau itu kau, aku tidak akan menolongmu,” kesal Joon.
“Aku
juga tidak butuh bantuanmu,” balas Hye Ra tak kalah kesalnya.
“Yasudah,”
ujar Joon enteng sambil melepaskan tubuh Hye Ra sampai gadis itu benar-benar
terjatuh.
Beruntung
di sekitar sana tidak terlalu ramai pengunjung. Jika tidak, bisa tambah hancur
imej Joon yang notabene adalah seorang leader dari sebuah grup band terkenal. Joon
sendiri kini sudah menegakkan badannya. Namun ia membeku seketika saat melihat
dua orang muncul di ujung sana.
“Yoona?”
gumam Joon tanpa suara.
Orang
itu adalah Yoona bersama seorang pemuda yang tak lain adalah Minho. Beruntung
hanya sesaat dan kesadaran Joon sudah kembali. Ia langsung berbalik ke arah Hye
Ra yang kini juga sudah berdiri.
“Sayang
kau baik-baik saja?” seru Joon pura-pura panic dan menimbulkan tanda Tanya
besar di benak Hye Ra. “Jika butuh sesuatu, kau kan bisa meminta bantuanku,”
lanjutnya sambil memeriksa keadaan Hye Ra.
“Joon?”
Merasa
ada yang menyebut namanya, Joonpun berbalik. Ternyata Yoona. Joon tak lupa
memasang senyuman termanisnya di hadapan gadis yang sempat merebut hatinya itu.
“Ternyata
kau, Yoona? Apa kabar? Lama tak bertemu,” seru Joon basa basi sambil bersalaman
dengan Yoona. Lalu ia melirik Minho dengan tatapan tajam yang tersembunyi.
Tentu saja ia tak ingin memunculkan kecurigaan bahwa ia menyembunyikan tatapan
membunuh yang sebenarnya pada Minho. “Dia siapa? Kekasihmu?”
“Iya,”
jawab Yoona singkat.
“Oh,
hai.” Joon sudah menyodorkan tangannya. “Aku Joon teman sekola Yoona di SMA.”
“Minho,”
balas pemuda bersama Yoona itu.
Yoona
dan Minho, tanpa sepengetahuan Joon, melirik Hye Ra menuntut jawaban atas apa
yang terjadi. Tentu saja Yoona dan Minho sempat mendengar Joon menyebutkan kata
‘sayang’ untuk Hye Ra. Namun gadis itu hanya mengangkat bahu karena memang ia
tidak tau atas apa yang terjadi pada Joon.
“Oiya,”
pekik Joon seperti teringat sesuatu. Lantas ia sedikit menarik tangan Hye Ra
agar berdiri di sampingnya. “Kenalkan, ini Hye Ra kekasihku,” ujar Joon
seenaknya.
Sontak
saja hal itu membuat semua terkejut. Tak terkecuali Yoona dan Minho. Namun
mereka masih bisa menyembunyikan ekspresi keterkejutan mereka.
“Hye
Ra,” ujar Hye Ra yang kini sudah menyodorkan tangannya.
Yoona
menatap Hye Ra bingung. Namun gadis itu seperti memberikan sebuah kode agar
Yoona mau mengikuti permainan yang di buat Joon. “Aku Yoona,” seru gadis itu
akhirnya setelah Minho ikut memberikan isyarat pada Yoona dengan mencubit pelan
pinggang Yoona.
Kini
giliran Minho yang bersalaman dengan Hye Ra selayaknya orang yang baru pertama
kali bertemu. “Minho.”
“Oiya,”
seru Joon memecah suasana canggung di antara mereka. “Bagaimana kalau kalian ku
traktir makan. Uangku masih utuh karena sejak tadi Hye Ra sama sekali tak
memninta apapun dariku,” ajak Joon.
“Maaf
Joon, setelah ini aku harus ke butik mengambil gaun tunanganku,” tolak Yoona
yang bisa di pastikan membuat hati Joon semakin terasa sakit.
Hye
Ra mengawasi perubahan raut wajah Joon. Dan ia mencurigai sesuatu di sana. Tiba-tiba
saja, Hye Ra menggamit lengan Joon hingga membuat pemuda itu sedikit terkejut.
“Hmm… Oppa, bukahkah kau masih ada jadwal setelah ini. Ayo kita harus segera
pergi. Anggotamu pasti sudah menunggu,” ujar Hye Ra yang kini sudah membawa
Joon pergi. Ia sempat menoleh kebelakang dan mengisyaratkan pada Minho bahwa ia
akan menjelaskan itu nanti.
@@@
“Sebenarnya
siapa kekasihmu? Yong Hwa? Doojoon? Atau Lee Joon?” desak Minho. Padahal ia
baru saja sampai di apartmen Hye Ra.
Hye
Ra menutup majalah yang sejak tadi ia baca sebelum Minho datang, lalu melirik
Minho yang kini duduk di sampingnya. “Kenapa jadi kau yang pusing. Sudahlah,
aku hanya ingin bersenang-senang. Sudah lama sejak Yong Hwa pergi entah ke
mana,” seru Hye Ra yang enggan membahas masalah Joon tadi di supermarket.
Minho
baru saja ingin membuka mulut, namun suara dering ponsel Hye Ra menghalanginya.
Hye
Ra menatap ponselnya, sebuah nomor tanpa nama. “Halo.”
“Sudah lama aku tidak mendengar suaramu. Aku
benar-benar merindukanmu sayang,” kata seseorang dari seberang telpon.
Hye
Ra membulatkan mata. “Yong Hwa?” pekiknya sedikit tak percaya. Sudah cukup
lama, tapi ia yakin masih mengingat dengan jelas siapa yang memiliki suara
seperti itu.
Minho
ikut menoleh saat adiknya menyebut nama ‘Yong Hwa’.
”Aku senang karena ternyata kau masih
mengingatku.”
“Di
mana kau sekarang?” Tanya Hye Ra dengan nada dingin.
“Apa kau benar-benar merindukanku?” goda
Yong Hwa dari seberang telpon, namun Hye Ra tampak tak terlalu menanggapi. Lalu
terdengar suara Yong Hwa tertawa. “Jika
sudah pulang aku akan menghubungimu. Sudah lama kita tidak jalan bersama. Kau
mau kan pergi denganku?”
“Oke.
Terserah kau saja,” ujar Hye Ra tanpa pikir panjang yang menyetujui permintaan
Yong Hwa. Tak lama, ia pun mengakhiri pembicaraan mereka di telpon.
Saat
menoleh, Hye Ra mendapati Minho yang sudah menatapnya penuh selidik. “Apa kau
masih menjalin hubungan dengan Yong Hwa?”
“Aku
hanya bersenang-senang dengannya. Lagi pula, Yong Hwa juga tau apa alasanku
masih tetap bersamanya selama ini.”
@@@
Hye
Ra menyampirkan ranselnya di saat yang hampir bersamaan saat ponselnya
berbunyi. Sebuah telpon dari Doojoon. “Tumben,” gumam Hye Ra lalu menjawab
panggilan tersebut. “Kemana saja kau?” semprot Hye Ra setelah mendengar suara
Doojoon di seberang sana. Sejak semalam ia memang menghubungi Doojoon, namun
baru sore ini ia mendapat balasannya.
Doojoon
sendiri baru saja selesai mandi dan kini sedang berada di kamarnya. “Maaf, aku
baru pulang tadi siang. Dan seharian aku tertidur,” ujarnya merasa bersalah. “Setelah
ini ‘Blue Flame’ akan hadir di acara penghargaan Film,” keluhnya. Satu tangan
yang lainnya sibuk memegang handuk dan mengusap-ngusap rambutnya yang basah.
Selama
menerima telpon, Hye Ra berjalan keluar meninggalkan gedung olahraga tempat ia
biasa bermain voli. “Bagaimana keadaanmu?” Tanya Hye Ra. Terdengar cukup
janggal, bahkan termasuk di telinga gadis itu. Ia masih kepikiran kejadian dua
hari yang lalu saat melihat Sung Hye bersama Yunho.
Doojoon
menghela napas berat. Ia sedang lelah menghadapi hari-harinya yang padat dengan
jadwal keartisannya. “Tak bisakah kita jalan-jalan sebentar?”
Kini
Hye Ra sudah sampai di halte lalu duduk untuk menunggu bus yang akan
mengantarnya pulang. “Jangan memaksakan diri. Aku tau kau sibuk. Jika sempat,
biar besok aku yang menemuimu. Katakan saja kau di mana?” ujar Hye Ra mencoba
untuk menghibur Doojoon.
“Benar.
Memang harus kau yang menemuiku.”
Hye
Ra tertawa mendengar pernyataan Doojoon yang sebenarnya sedikit menyebalkan. Di
saat yang bersamaan Hye Ra berdiri. “Oke, akan ku usahakan. Bus ku sudah
datang, nanti ku…” ucapan Hye Ra terhenti saat merasakan tangannya di tahan
seseorang. Ketika menoleh, gadis itu cukup terkejut melihat siapa orang
tersebut. “Yong Hwa?” gumamnya dengan kondisi tangan yang masih menempelkan
ponsel ke telinga dan bisa di pastikan telpon dari Doojoon masih tersambung.
“Kau
harus pulang denganku,” ujar Yong Hwa lembut namun tetap terkesan memaksa.
“Halo…
Hye Ra, kau masih di sana?” tegur Doojoon karena beberapa saat Hye Ra tampak seperti
mengabaikannya. “Apa kau benar-benar bersama Yong Hwa?”
Hye
Ra sudah masuk ke dalam mobil yang dikendarai Yong Hwa. “Iya, aku bersama Yong
Hwa. Kau mau bicara dengannya?”
Belum
sempat Doojoon melencarkan protes, ia sudah mendengar suara berat khas
laki-laki yang menyapanya. “Apa kabar Doojoon?” sudah pasti suara itu milik
Yong Hwa.
“Jangan
macam-macam dengan Hye Ra,” ancam Doojoon.
Yong
Hwa sedikit menertawai kekhawatiran Doojoon. “Apa kau pernah mendengar aku
menyakiti Hye Ra?” Yong Hwa menunggu Doojoon membalas ucapannya, namun setelah
beberapa saat, tak ada jawaban apapun yang ia dapat. “Tentu saja tidak. Ya
sudah kalau begitu. Aku ingin melepas rinduku terhadap Hye Ra.”
Setelah
beberapa saat mengakhiri telpon dengan Doojoon, Yong Hwa mengembalikan ponsel
milik Hye Ra. “Apa kau tak ingin menanyakan keberadaanku selama ini? Atau
jangan-jangan kau mengira bahwa aku sudah mati?” tebak Yong Hwa sambil menatap
Hye Ra ngeri. Tak sanggup membayangkan jika gadis itu benar-benar menganggapnya
telah mati.
“Ke
mana kau selama ini? Bersama kekasihmu yang nomor berapa? Ada berapa banyak
kekasihmu sekarang ini? Apa hidupmu enak selama ini?” cecar Hye Ra dengan
melemparkan beberapa pertanyaan sekaligus. “Tapi aku yakin, aku tetap kekasihmu
yang nomor satu,” lanjutnya dengan penuh percaya diri.
Sontak
saja Yong Hwa di buat tak sanggup menahan tawanya. “Untuk pernyataanmu yang
terakhir, aku menyetujuinya. Hanya kau yang pertama,” bisik Yong Hwa dengan
kerlingan nakal.
Tapi Hye Ra menanggapinya
dengan biasa. Karena memang sudah terlalu biasa menghadapi sikap Yong Hwa yang
seperti itu.
Yong Hwa
kembali focus menyetir, namun ia tetap mencuri-curi kesempatan untuk melirik
Hye Ra. mengawasi gadis itu lebih tepatnya. “Aku tau kalau kau sekarang
menduakanku,” sindir Yong Hwa.
Hye Ra
melirik. Ia sama sekali tak terkejut dengan apa yang diucapkan kekasihnya itu. “Maksudmu
Doojoon?”
“Jadi
kau dan Doojoon…” Yong Hwa tak melanjutkan ucapannya karena ia yakin Hye Ra
sudah mengerti akan arah pembicaraannya.
“Setidaknya
itu hanya di depan member ‘Blue Flame’.”
@@@
hahaha
BalasHapuskenapa siwan dan luhan saingan menjadi member yang terimut di band mereka??
joon dan Hye Ra sama2 keras kepala yah.. tapi kenapa si joon pura2 jadi pacarnya Hye Ra?? apakah dy malu atas peristiwa yang tadi??
kenapa joon bertemu gadis yang ia sukai bersama minho disaat yang tidak tepat??
yah ga move on move on dehjoon..
yong hwa sama doojoon kenapa jadi berebutan Hye Ra?? hahaha
Joon malu sama peristiwa yang mana ya???
BalasHapuskalo untuk Joon yg ketemu Yoona, anggap saja itu takdir. tidak peduli waktu dan tempat.
kalo untuk Yong Hwa sama Doojoon? tunggu aja... nanti bakal ketauan apa motif masing-masing dari mereka bersikap demikian pada Hye Ra...
peistiwa yang hye Ra hampir jatoh mau ngambil sesuatu tapi ga sampai.. ga lama ketemu sama Yoona dan Minho.. makanya dy pura2 kalo Hye Ra pacarnya Joon..
BalasHapushahaha
iye bener2.. Takdir...
okkeh..
Joon kan udah liat kalo ada Yoona, dan momentnya gak tau kenapa pas banget... pasti ujung2nya ketauan deh kenapa Joon ngaku2in Hye Ra... jelas ada maksudnya kok, tapi di part selanjutnya...
BalasHapusiya sih dy udah liat Yoona..
BalasHapusada aja yah peristiwanya..
oh gtu.. okekh okeh..
ditunggu yah part selanjutnya.. hihihi