Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast :
·
Lee Joon/Changsun (Mblaq)
·
Siwan (Ze:a)
·
Nichkhun (2PM)
·
Doojoon (Beast/B2ST)
·
Luhan (Exo-M)
Original cast :
Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support cast :
·
Yoona (SNSD)
·
Minho (SHINee)
·
Yong Hwa (CN Blue)
Genre : romance
Length : part
@@@
“Luhan,
apa yang kau lakukan?” tegur Doojoon karena Luhan baru saja membentur tubuhnya dari
belakang saat ia dan Hye Ra telah berhadapan dengan Siwan dan Joon.
“Sudahlah,”
lerai Joon sebelum kembali terjadi kerusuhan. Lalu tatapannya terhenti pada Hye
Ra. “Bukankah kau yang tadi sore?” Tanya Joon yang ternyata masih mengingat
gadis itu.
“Maaf,
hyung,” seru Doojoon menengahi antara Joon dan Hye Ra, karena ia tau bahwa
gadis bersamanya masih memiliki kekesalan pada Joon. Lagi pula ia harus
menepati janjinya untuk mempertemukan Hye Ra dengan Siwan. “Hyung, bisa kau
berfoto dengan kekasihku?” Tanya Doojoon pada Siwan sambil mengeluarkan
ponselnya.
Luhan
menatap Doojoon kesal. Mungkin hanya dia yang tidak menyetujui hubungan hyung
tersayangnya itu dengan gadis yang menurutnya selalu mencari masalah padanya.
“Tentu,”
seru Siwan yang tak keberatan dengan permintaan Doojoon. “Anggap saja ini juga
permohonan maafku padamu.”
@@@
Joon
menenggak minumannya seorang diri di meja bar. Tak jauh di belakangnya, tampak
Hye Ra yang tak ingin membuang kesempatan sedikitpun untuk bisa berinteraksi
lebih jauh dengan member ‘Blue Flame’ favoritnya itu. Apalagi, Siwan adalah orang
yang sangat ramah, tak terkecuali dengan para fans.
Di sana Doojoon juga ikut
menemani meski beberapa kali keberadaannya sedikit terabaikan oleh Hye Ra dan
Siwan. Sedangkan Luhan, ia sejak tadi diam dan cemberut karena Doojoon juga
mengabaikan keberadaannya. Ia juga telah mencoba menarik perhatian Doojoon,
namun Hye Ra selalu menyadari itu dan merebut kembali perhatian Doojoon sebelum
Luhan mendapatkannya.
“Hyung,
hentikan!” tegur Nichkhun yang tiba-tiba muncul dan merebut gelas dalam tangan
Joon dengan paksa. “Kapan kau akan berhenti mabuk!” ujarnya memperingatkan.
Joon
menatap Nichkhun tajam bercampur kesal. “Periksa dulu sebelum menuduhku mabuk!”
balas Joon tak terima. Ia lantas merebut kembali gelasnya lalu mendekatkan
ujung gelas ke arah hidung Nichkhun.
Seperti
penasaran, Nichkhun berulang kali memeriksa aroma yang menguar dari dalam
gelas. “Ini apa, hyung?” Tanya Nichkhun. Ia bahkan sampai mencicipi rasa dari
air yang berwarna bening itu.
“Menurutmu?”
Joon balas bertanya. Ia malas untuk menjelaskannya.
Nichkhun
tampak berfikir. “Kenapa seperti air mineral biasa?”
“Itu
memang hanya air mineral, bukan alcohol!” seru Joon kesal.
Nichkhun
yang merasa bersalah, mengusap tengkuknya. “Maaf, hyung. Habisnya, caramu minum
tadi mirip saat kau tengah mabuk,” ujar Nichkhun beralasan. “Tapi kau baik-baik
saja kan, hyung?” Tanya Nichkhun khawatir sambil menatap Joon lekat-lekat.
Joon
yang merasa tak nyaman di tatap seperti itu, mendorong wajah Nichkhun untuk
menjauh. “Aku baik-baik saja, sudah sana pergi.”
Nichkhun
menghela napas panjang sebelum meninggalkan Joon seperti apa yang diinginkan
leadernya itu. Namun baru beberapa langkah saja, Nichkhun segera berbalik dan
mendekati Joon kembali.
“Atau
jangan-jangan, hyung sedang jatuh cinta?” seru Nichkhun mulai berspekulasi dan
sukses membuat Joon salah tingkah.
“Apa
maksudmu?”
Nichkhun
tak kuasa menahan tawanya melihat ekspresi lucu Joon saat tengah tersudutkan.
“Oke, kita tunggu saja,” ujar Nichkhun seperti masih menyembunyikan pikirannya.
Lalu ia berbalik dan meninggalkan Joon seorang diri di sana masih sambil
tertawa.
Joon
menghabiskan sisa minumannya dan memutuskan untuk tidak terlalu ambil pusing
atas apa yang baru saja dikatakan Nichkhun untuknya.
@@@
Siwan
menikmati makan malam hanya satu meja dengan Luhan. Doojoon dan Nichkhun entah
di mana bersama kekasih mereka. Sedangkah Joon, masih sendirian di meja bar.
Tiba-tiba saja Siwan membanting sendok dan garpu ke atas piring sehingga
membuat Luhan terlonjak hingga tersedak. Merekapun langsung menjadi pusat
perhatian.
Luhan
segera menenggak minumannya. “Hyung, apa yang kau lakukan?” protesnya namun tak
di gubris oleh Siwan.
Siwan
melirik pelayan yang berada di dekatnya. “Panggilkan koki yang memasakkan ini!”
perintah Siwan dan tak ingin di bantah.
Luhan
menatap Siwan bingung. “Apa makanannya tidak enak?” tegur Luhan dan tangannya
sudah hampir meraih ujung sendok milik Siwan untuk mencicipi makanan itu sebelum
akhirnya di tepis oleh sang pemilik.
“Kalau
makanannya enak, aku tidak akan seperti ini!” kata Siwan ketus.
Tidak
biasanya Siwan seperti itu. Dari pada menjadi korban berikutnya, Luhan lebih
memilih menyingkir bersama makanan dan minumannya.
Tak
lama seorang gadis yang menjadi koki di acara malam itupun muncul. Tanpa
menoleh, Siwan hanya memerintahkannya untuk duduk.
“Maaf
tuan…” seru seorang pria, menejer restoran hotel di sana.
Siwan
langsung mengangkat tangannya sebagai tanda pria itu untuk tidak bicara. Lalu
mengibaskan tangannya agar pria itu pergi. Setelah perintahnya dituruti, Siwan
melirik gadis itu yang masih berdiri dengan tatapan tajam.
“Bukankah
aku menyuruhmu duduk?” Tanya Siwan dingin.
@@@
Di
tempat lain, Joon menyuruh seorang pelayan untuk mematikan tayangan televisi
yang terdekat dari tempat ia duduk. “Apa mereka tidak memiliki pembaca berita
lain?” cibirnya karena saat itu, televisi masih menayangkan acara berita di
mana Han Yoo, kekasih Luhan, yang menjadi pembaca beritanya.
“Apa
kau yang menyuruh mematikan tivi?” tegur Luhan yang kini sudah duduk di samping
Joon lalu melanjutkan acara makannya yang sempat sedikit terganggu.
Joon
melirik Luhan tanpa rasa minat. “Aku bosan melihat pembaca beritanya,” serunya
santai dan sontak saja membuat Luhan melotot.
“Kenapa
semua orang aneh sekali malam ini?” kesal Luhan sambil menusukkan garpu ke
dalam makanannya seperti sedang membunuh hewan. “Tadi Siwan hyung, dan sekarang
kau!”
Joon
malah tersenyum pahit mendengar ucapan Luhan. “Kau ini bodoh atau apa? Siwan
hanya ingin mendekati si chef cantik itu.”
Secepat
kilat Luhan melirik ke belakang tempat ia meninggalkan Siwan. Terlihat jelas,
hyungnya sedang bersama seorang gadis berpakaian seperti chef.
Di
sisi kanan Joon, tampak Nichkhun yang sedang menikmati kebersamaannya dengan
sang kekasih, Minjung. Tak lama Luhan kembali membalikkan badan membuat
pandangan Joon ke arah Nichkhun tertutup oleh kepala Luhan.
Bosan
karena sudah sering melihat wajah Luhan, Joon memutuskan untuk menoleh ke arah
lain. Kali ini matanya menangkap sosok Doojoon bersama Hye Ra. Kini gadis itu
sudah melepas heelsnya dan duduk bersila di sofa. Mereka tampak akrab dan
selalu bercanda seperti seorang teman. Sangat kontras dengan suasana romantis
yang terjadi di meja Nichkhun.
Joon
tak ingin berlama-lama menyaksikan itu. Iapun menghela napas pasrah. Nyatanya
hanya dia yang belum merasakan kebahagiaan bersama seorang kekasih. Joon hampir
saja ingin membuka ponsel hanya untuk melihat foto Yoona, seorang gadis yang
sudah menyita perhatiannya beberapa tahun belakangan. Namun segera ia
membatalkan niat. Sudah cukup terlambat jika ingin bersama gadis itu.
@@@
Hye
Ra menghentikan langkah karena ia menyadari Doojoon masih mengikutinya di
belakang. “Mau apa lagi?”
“Aku
hanya ingin mengantarmu pulang,” jawab Doojoon santai.
“Tak
udah sok baik padaku,” balas Hye Ra malas.
“Biar
bagaimanapun, kau sudah menyelamatkanku hari ini. Ayo cepat,” paksa Doojoon
yang kini bahkan sudah menarik tangan Hye Ra.
“Anggap
saja kita sudah impas karena kau juga telah menepati janji untuk
mempertemukanku dengan Siwan.”
Doojoon
berhenti dan menatap Hye Ra datar. “Apa aku ini bukan sahabatmu?” sebelum Hye
Ra menjawab, Doojoon sudah lebih dulu menariknya.
“Jangan
bawa-bawa nama sahabat!” protes Hye Ra sambil bersusah payah berlari sambil
menggunakan heels.
“Jangan
cerewet!” balas Doojoon yang kini sudah bersikap nekad dengan menggotong tubuh
Hye Ra sampai mobil meski gadis itu terus memberontak minta diturunkan.
@@@
Dua
hari setelah malam itu. Pagi ini Hye Ra bangun dan langsung ke luar dari kamar
apartmennya yang langsung menuju ruang tivi. Mata gadis itu membulat sempurnya
saat melihat kaki seseorang yang melebihi panjang sofa, menjuntai ke bawah.
Buru-buru
Hye Ra mencari sapu sebagai alat untuk mempertahankan diri jika orang tersebut
ternyata seorang maling, perampok, penjahat atau apalah sejenisnya.
Hye
Ra sudah mengangkat sapunya tinggi-tinggi dan… hap! Tepat waktu saat orang itu
bangkit dan dengan mudah menangkap gagang sapu yang dilayangkan Hye Ra padanya.
“Apa
kau ingin membunuh kakakmu sendiri?” sindir pemuda itu sambil melempar sapu
tadi menjauh darinya.
“Minho
oppa!” pekik Hye Ra histeris lalu memeluk dan menjatuhkan diri ke atas pemuda
itu hingga kembali berbaring ke atas sofa.
“Kau
berat!” keluh Minho sambil berusaha menyingkirkan tubuh Hye Ra yang menindih
tubuhnya.
“Kapan
kau datang? Bukankah kau masih di Jepang? Dan bagaimana caranya kau bisa masuk
ke dalam?” cecar Hye Ra bertubi-tubi.
“Tanyakan
satu-persatu.” Minho hanya mendengus kesal namun Hye Ra tetap tersenyum jahil.
Kini gadis itu duduk di samping Minho. “Aku baru pulang semalam. Karena
apartmenku masih jauh, jadi aku lebih memilih untuk ke sini. Dan apa kau pikir
aku tidak tau nomor password kamarmu? Tapi sepertinya, kau tidak terlalu senang
jika aku ada di sini?” goda Minho pura-pura sedih. Terlebih atas sambutan yang
diberikan Hye Ra padanya.
Hye
Ra buru-buru mengibaskan ke dua tangannya. “Tidak tidak tidak,” sergahnya. “Aku
hanya terlalu terkejut kau datang.”
Minho
tampak mengangguk tanda ia menerima alasan adiknya itu.
“Oiya,
oppa.” Minho sedikit menoleh saat Hye Ra tampak bersemangat. “Dua hari lalu aku
berhasil bertemu Siwan. Kau tau kan kalo Siwan itu…”
“Kau
sekarang jadi fangirlnya Siwan?” Minho memotong ucapan adiknya dengan tatapan
menyelidik dan sukses melenyapkan senyuman di bibir Hye Ra. “Bukankah selama
ini kau memendam perasaan pada Doojoon? Lalu kekasihmu?”
“Apa
kau tidak bisa membedakan arti kagum dan cinta?” omel Hye Ra karena Minho salah
mengerti maksudnya. “Dan kalau yang kau maksud Yong Hwa, aku tidak tau
keberadaannya sekarang.”
“Oke, maaf.” Minho langsung menyadari
kesalahannya. “Oiya, kalau tidak keberatan, aku masih ingin di sini sampai
sore.”
“Terserah
kau saja. Tapi aku harus kuliah.”
“Tidak
masalah,” ujar Minho sambil mengacak lembut rambut adiknya.
@@@
Luhan
menyeret dua kantung plastic besar berisi hadiah-hadiah dari para fans dengan
berbagai ukuran. Ia membawanya sampai ruang tengah dorm. Saat itu semua member
‘Blue Flame’ ada di sana dan sedang bersantai sambil berkutat dengan kesibukan
masing-masing. Lalu dengan jahilnya Luhan menumpahkan semua isi plastic
tersebut ke atas lantai di tengah ruangan.
“Apa
yang kau lakukan!”
“Kau
hanya akan membuat dorm lebih berantakan!”
“Cepat
bereskan kembali!”
Sontak saja kejadian itu
mendapat teguran keras dari Siwan, Nichkhun dan Doojoon. Kecuali Joon pastinya
yang lebih memilih tak mempedulikan apa yang dilakukan maknaenya itu. Namun
tampaknya sang maknae sama sekali tak mempedulikan omelan hyung-hyungnya.
“Mumpung
hari ini libur, ayo kita membuka kado-kado dari para ’Flamers’,” seru Luhan
penuh semangat lalu memilih duduk di antara kado-kado yang berserakan itu. Ia
sudah memungut satu kado yang terletak paling dekat dengannya. “Hyung, ini
untukmu!” ujar Luhan sambil menyodorkan sebuah kado berukuran kecil kepada
Nichkhun.
Tak
lama, Doojoonpun ikut ternggelam bersama Luhan. Siwan juga tampak membuka kado
miliknya yang tadi juga di sodorkan oleh Luhan.
“Luhan
ini punyamu,” kata Doojoon sambil menyodorkan sebuah bungkusan besar ke pada
maknaenya itu.
“Waah,
besar sekali?” seru Luhan takjub mendapatkan hadiah terbesar di banding kado-kado
yang lain. Tanpa buang waktu, Luhan segera merobek kado yang dibungkus kertas
bermotif bola sepak.
“Buang
sampahnya yang benar, jangan berserakan seperti itu,” tegur Doojoon sambil
melempari Luhan dengan kantong plastic besar yang tadi membawa kado-kado
tersebut ke sana.
Hanya
Joon saja yang masih tak tertarik untuk ikut berkumpul bersama empat anggota bandnya.
Ia justru sudah mengenakan headphone untuk menutupi kedua telinganya sambil
ikut bernyanyi bersama lagu yang ia putar melalui i-podnya. Dan tetap saja tak
bisa mengalihkan member yang lain dari kado-kado mereka.
I'm gonna
smile again, smile again,
Back again smile all night
I'll never cry, forever
Smile again, smile again, back again
Time to smile
Back again smile all night
I'll never cry, forever
Smile again, smile again, back again
Time to smile
I want to
try to smile all night
(Try Again,
Smile Again – CN Blue)
Luhan tercengang saat
mengeluarkan sebuah benda dari dalam kardus besar di hadapannya. Sebuah helm
dan itu sontak saja membuat Luhan menjadi bahan tertawaan member yang lain.
“Apa
maksudnya ‘Flamers’ menghadiahiku helm?” Luhan terdengar seperti bertanya
sendiri karena terlalu bingung.
“Sudahlah,
kau harus terima apapun yang diberikan fans, karena setidaknya, helm itu
bergambar bola sepak,” hibur Doojoon namun Siwan yang menepuk-nepuk pundak
Luhan karena memang dia yang duduk paling dekat dengan si maknae.
Cukup
lama mereka berkutat dengan kado-kado tersebut. Berbagai macam hadiah mereka
dapatkan. Ada yang memberi, baju, topi, jam tangan, pajangan, sandal rumah
bahkan ada yang memberikan sebuah boneka barbie yang ditujukan untuk Siwan.
Selain itu ada beberapa
barang-barang tak umum yang dijadikan hadiah untuk member ‘Blue Flame’. Di
antaranya adalah gayung, roll rambut, kutek berwarna ungu, poster
girlband—Nichkhun yang paling bahagia karena terpajang wajah kekasihnya di sana—dan
lain sebagainya. Termasuk pula helm yang diterima Luhan. Tapi yang paling unik
adalah, tidak ada satupun hadiah yang ditujukan untuk leader mereka, Lee Joon.
“Apa
tidak ada yang memberikanku bola sepak?” keluh Doojoon setelah mengumpulkan
hadiah-hadiah miliknya.
“Bukankah
kau sudah memiliki banyak? Mau sampai berapa banyak lagi?” ujar Nichkhun
sedikit cerewet.
“Bukankah
tiap kali kau pinjam, bolaku sering tak kembali atau minimal rusak karenamu,”
balas Doojoon semakin kesal jika teringat perlakukan Nichkhun pada benda
kesayangannya itu.
Nichkhun
langsung memasang tampang bersalah dan berusaha merayu Doojoon agar tidak
marah. Tapi karena Doojoon tak mau memaafkannya, Nichkhun justru yang ikutan
kesal hingga akhirnya sedikit terjadi adu mulut di sana. Sementara itu, Siwan
tampak tak mempedulikan Nichkhun dan Doojoon yang mungkin saja sekarang ini
sudah melakukan perang.
“Masih
sisa satu yang belum di buka?” seru Siwan sambil menunjuk sesuatu di belakang
tubuh Luhan. Mungkin mereka tidak sadar bahwa masih ada satu kado lagi yang
tersisa.
Luhan
segera menoleh ke arah yang di maksud Siwan, lalu membawa bungkusan kado
tersebut ke hadapannya. Matanya membulat seketika saat mengetahui nama yang
dituju oleh kado tersebut.
“Akhirnya,
ada fans yang memberikan Joonie hyung kado,” seru Luhan heboh. Tentu saja, ini
kejadian langka. Apalagi sejak tadi mereka memang tak menemukan satupun kado
untuk Joon.
Siwan
sendiri langsung mendekat ke arah Luhan untuk memastikan sendiri kebenaran yang
dikatakan Luhan. Dan kejadian itu sontak saja menyita perhatian Doojoon serta
Nichkhun yang baru saja memulai acara gulat mereka segera ikut berkumpul
mengelilingi Luhan.
Ketajaman
insting seorang leaderpun terjadi pada Joon. Merasa ada yang tidak beres, Joon
menarik headphone dan menoleh ke arah Siwan, Nichkhun, Doojoon dan Luhan
berada. “Kenapa?” Tanya Joon penuh kecurigaan karena ke empat member ‘Blue
Flame’ itu kini tengah menatapnya dalam-dalam.
Luhan
yang pertama kali berinisiatif mendekat ke sofa tempat Joon berada dan tak lupa
membawa serta kado tadi. “Hyung, ada bingkisan untukmu,” seru Luhan penuh
semangat sambil memaksa tangan Joon untuk menerima kotak berukuran sedang
tersebut.
Saat Joon
bangkit dari posisi berbaring, Siwan dan Nichkhun langsung mengambil posisi di
kanan dan kiri Joon. Sementara Doojoon memilih duduk di lantai menemati
roomatenya tersebut.
Setelah
di paksa, akhirnya Joon mau untuk membuka kado tadi meski ia melakukannya
dengan setengah hati. Dengan sembarangan Joon melempar kertas pembungkus tepat
ke atas pangkuan Luhan. Dan barang yang ia dapatkan adalah sebuah kaos putih
dengan sebuah tulisan ‘Still In Love’ di bagian depannya. Tulisan berwarna
merah seperti di gambar menggunakan darah menetes ke tiap bawah tulisan.
“Tidak
ada yang special,” ujar Joon tanpa berdosa sambil kembali melipat kaos itu
asal.
@@@
Baru saja
Joon membaringkan tubuh di atas kasur, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu
kamarnya lalu Doojoon muncul dari sana.
“Kau.
Ada apa?”
Doojoon
berjalan mendekat, sementara Joon menegakkan badannya. “Ini punyamu,” ujar
Doojoon yang kini sudah menyerahkan kaos milik Joon sebagai hadiah dari
fansnya.
“Untukmu
saja,” seru Joon santai sambil mendorong pelan kaos tersebut ke arah Doojoon.
“Kau
bercanda? Pakaian ini terlalu kecil di tubuhku,” tolak Doojoon dengan alasan
ukuran. Memang benar, tubuh Doojoon yang cukup berisi tidak mungkin cukup
mengenakan pakaian itu.
Joon membalas
Doojoon dengan menatapnya tajam. “Kau pikir itu berarti cukup untukku?”
Doojoon
diam sejenak. Kenapa tidak terfikirkan sejak tadi. Meski ukuran badan Joon
sedikit lebih kecil dari Doojoon, tapi akan cukup aneh karena Joon memiliki
otot dan bentuk tubuh yang paling bagus di antara member ‘Blue Flame’ yang
lain.
“Lalu?”
Tanya Doojoon seperti meminta saran.
“Kau
berikan saja pada Luhan, atau mungkin gadis yang kau bawa saat perayaan ulang
tahun ‘Blue Flame’ kemarin.”
“Maksudmu
kekasihku?” ujar Doojoon untuk memastikan kebenaran tebakannya.
Joon sedikit
enggan untuk menanggapi itu. Tapi ia tetap harus menjawab pertanyaan Doojoon
kalau tidak ingin bassist ‘Blue Flame’ itu curiga. “Terserah kau,” serunya
malas lalu menarik selimut dan menyembunyikan tubuhnya di sana.
@@@
Siwan
duduk seorang diri di sebuah restoran. Ia juga memilih meja yang cukup dalam di
dekat jendela. Tak lama, seorang gadis berseragam koki menghampirinya dan
sontak saja Siwan langsung mendongakkan kepalanya dari balik buku menu.
“Apa
urusan kita yang kemarin belum selesai?” Tanya gadis itu ketus.
“Duduklah
jika tidak ingin aku lebih memperpanjang lagi urusanku denganmu, Park Soo In,”
seru Siwan dengan nada dingin. Saat itu ia juga sudah tidak menatap mata gadis yang
terpaksa menurut untuk duduk di hadapannya.
“Katakan
apa maumu karena aku harus kembali bekerja.”
Siwan
menutup buku menu yang sejak tadi ia baca. Lebih tepatnya pura-pura ia baca. Lalu
melirik arloji di tangan kirinya. “Jangan berbohong, aku tau jam kerjamu sudah
selesai.”
Gadis
itu sontak membulatkan mata atas jawaban Siwan. Bagaimana bisa pemuda itu
mengetahui jam kerjanya sudah selesai?
Siwan
tampak puas dengan reaksi yang ditunjukkan Soo In. “Untuk masalah di acara
kemarin ku anggap sudah selesai.”
“Kalau
begitu, terima kasih,” sambar gadis itu cepat-cepat lalu berdiri. “Dan itu
artinya urusan kita telah selesai, permisi.”
Berlum
sempat gadis itu menggerakkan kaki untuk pergi, Siwan sudah lebih dulu
menahannya untuk kembali duduk. “Itu menurutmu, tapi untukku ini semua belum
selesai.”
“Kau
mau apa lagi?” desis Soo In yang mulai kesal dengan sikap seenaknya yang
ditunjukkan Siwan padanya.
“Mungkin
kau tidak sadar. Tapi kau telah melakukan hal yang fatal padaku,” ujar Siwan
tajam. Kali ini ia sudah melipat kedua tangannya di depan dada.
@@@
joon disangkaiin mabok lagi sama nickhun.. padahal dy lagi minum air putih.. hahaha
BalasHapussiwa lagi, suka sama cewe yang kerja jadi koki tapi dy pura2 marah sama cewe itu supaya cewe itu takut sama siwan..
minho udah kaya maling aja masuk apartmen adenya diem2.. hahaha :D
luhan dikasih sama fans nya sebuah helm.. apakah fans nya itu sengaja memberi dy sebuah helm, karena maknae mereka yang takut ditinggal sendirian?? wkwkwk :D
semua dapet hadiah dari para fansnya.. dan parahnya lagi joon sama sekali ga ada yang ngasih dari penggemarnya.. sekalinya ada cuma ngasih 1 buah kaos aja yang bertuliskan Still in Love.. hmmm... malangnya nasib joon oppa.. :)
tau tuh... fansnya Luhan ada-ada aja...
BalasHapuskalo untuk siwan : baca lagi deh teasernya... ada sedikit tambahan dan perubahan...
jangan gitu donk! Lee Joon kan pacar aku...
hahahaha
BalasHapussiapa sih authornya??
owh ada perubahan teasernya??
ngobrol dong...
hahahaha
ne ne ne... mian mian mian..
i'm forget.. hihihihi