Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast :
·
B2ST/Beast Lee Gikwang
·
Infinite Lee Howon (Hoya)
·
SNSD Im Yoona
Support cast :
·
Other member B2ST/Beast
·
Other member Infinite
·
Yong Hwa CN Blue
·
Siwan Ze:a
·
Jonghyun, Minho Shinee
·
Member Super Junior
·
All member A-Pink
·
Hara KARA
·
Sulli F(x)
Genre
: romance, family,
friendship
Length : chapter
***
Gikwang
langsung pulang ke apartmennya setelah dari tempat Yong Hwa tadi untuk
menitipkan sepeda Yoona yang ia bawa. Ia menyapa beberapa orang yang ia temui
sepanjang perjalanan. Mereka tetangga Gikwang di apartmen tersebut. Lalu
langkahnya terhenti karena menunggu lift yang masih berada di lantai atas.
Tak
lama kemudian pintu lift terbuka dan memunculkan seorang pemuda dari dalamnya.
Pemuda yang sudah tak asing lagi baginya.
“Junhyung?”
Pemuda
itu, Junhyung, ke luar dari lift dengan sedikit angkuh menatap Gikwang.
“Akhirnya kita ketemu di sini. Gue baru aja dari apartmen lo,” jelasnya karena
Gikwang mentapnya penuh Tanya.
“Nyariin
gue? Mau ngapain?” Tanya Gikwang. Sedikit malas berurusan dengan Junhyung
karena tak ingin merusak kesenangannya hari ini bersama Yoona.
“Gue
tau kalo banyak banget cewek yang naksir sama lo. Tapi gue nggak suka ngeliat
lo bersikap seenaknya.”
Gikwang
memutar bola matanya sedikit kesal. Dia lagi nggak pengen main tebak-tebakkan.
Dan menurutnya, omongan Junhyung terlalu berbelit-belit. “Kasih tau aja deh apa
salah gue di mata lo. Masih kurang udah bikin gue dikeluarin dari sekolah?”
Junhyung
tersenyum sinis. Mengabaikan ucapan Gikwang tentang dikeluarinnya cowok itu
dari SMA Paradise. “Kalo lo emang beneran sayang sama Hara, gue harap lo bisa
dengan tulus ngejaga dia. Jangan nyakitin hati Hara. Kalo gue tau itu terjadi,
lo berurusan sama gue.”
“Oh,
maksudnya lo tadi liat gue boncengan naik sepeda sama cewek, ya?” seru Gikwang
yang baru teringat sesuatu. Mobil yang ia lihat tadi bisa dipastikan
benar-benar milik Junhyung.
“Bagus
deh kalo lo nyadar. Gue kenal sama cewek yang jalan sama lo tadi. Dia adik
pacarnya kakak gue, Taeyeon.”
Gikwang
membulatkan mata. Ia tau pacarnya Taeyeon itu Doojoon. Dan berarti Doojoon itu…
Belum sempat Gikwang melanjutkan pikirannya, Junhyun sudah lebih dulu
membuyarkan semua.
“Pikirin
baik-baik semua yang gue omongin.”
Saat
menoleh, Gikwang mendapati Junhyun sudah meninggalkannya. Buru-buru Gikwang
mengejar. “Eh, tunggu lo, Jun!”
Dengan
sedikit malas, Junhyung berhenti lalu berbalik. “Apa lagi?”
“Sebenernya
gue baru boleh ngomongin ini setelah lo ngedapetin surat kelulusan lo. Tapi gue
males salah paham terus sama lo kayak gini.”
Kali ini
giliran Junhyung yang di buat bingung dengan ucapan Gikwang. “Lo ngomong apa
sih?”
“Lo
pasti mikir gue ngedeketin, pedekate, pacaran atau apalah terserah lo, sama
Hara, kan? Lo salah besar. Kita deket emang karena ada maksud tertentu.”
“Lo
mau manfaatin Hara? Untuk apa?” sela Junhyung yang udah nggak bisa nahan
emosinya. “Lo juga anak orang kaya, kan? Eh, maksud gue…” ucapannya terputus
karena ia juga sudah mengetahui kondisi keluarga Gikwang sekarang ini.
“Dengerin
dulu bisa kali, Jun!” protes Gikwang, kesal karena Junhyung semakin berpikiran
macam-macam tentangnya. “Gue emang deket sama Hara. Tapi bukan karena gue suka
atau Hara yang suka sama gue. Dia justru yang minta tolong sama gue,” jelasnya
setelah Junhyung mau diam dan mendengarkannya.
“Minta
tolong apa?” Junhyung udah sangat pengen tau tentang Hara yang mendekati
Gikwang.
“Ngaku
dulu kalo lo suka kan sama Hara,” kata Gikwang jahil.
Junhyung
tampak salah tingkah. “Apaan sih lo! Nggak!”
Gikwang
tampak gemas dengan ego Junhyung yang sama sekali belum mau ngaku. Padahal
semua gerak-geriknya udah mencurigakan ke arah sana. “Ya udah, selamat
penasaran sama hubungan gue dan Hara. Karena yang tau tentang ini Cuma gue sama
Hara doank.” Gikwang pura-pura ingin meninggalkan Junhyung.
“Eh,
ntar dulu donk.” Junhyung mencegah Gikwang dengan menahan pundak cowok itu.
“Udah
mau ngaku belom?” desak Gikwang. “Masalahnya kalo emang bener lo suka, berarti
cinta lo nggak kayak gue ke Taeyeon.”
Junhyung
berpikir sesaat. Ia memang tau cerita antara Gikwang dan kakaknya. Dan ia
semakin kesal karena Gikwang juga mendekati Hara. Belum lagi tadi ia melihat
Gikwang berboncengan dengan Yoona. “Maksud lo Hara suka sama gue? Beneran?”
Junhyung sudah tak bisa menahan rasa penasarannya. Ia bahkan lupa dengan sikap
dingin yang selalu ia tunjukkan di depan Gikwang selama ini.
“Ngaku
dulu,” paksa Gikwang. Hanya itu tawaran darinya jika Junhyung ingin mengetahui
semuanya.
Junhyung
menatap Gikwang kesal. Ia nggak ingin kelihatan lemah. Tapi ia juga nggak mau
nunjukin perasaan gugupnya saat ini. “Iya gue ngaku. Gue emang suka sama Hara.
Udah lama. Gue juga tau kalo Hara sama sekali nggak suka sama gue. Makanya
karena gue nggak bisa deketin dia, gue nggak mau ngeliat lo nyakitin dia,” kata
Junhyung akhirnya. “Puas lo sekarang?” Junhyung masih mempertahankan tatapan
tajamnya.
Gikwang
tersenyum. Sangat puas dengan semua jawaban Junhyung. “Gitu donk.” Gikwang
menepuk-nepuk pundak Junhyung namun langsung di tepis cowok itu. “Lagian, lo
galak sih. Cewek jadi nggak ada yang berani deketin lo, kan?”
“Sekarang,
tepatin janji lo!” Junhyung mengingatkan.
“Gue
ceritainnya di apartmen aja, deh. Lo emang nggak pegel apa berdiri kayak gini
terus.” Tanpa meminta persetujuan Junhyung, Gikwang mendahului masuk ke dalam
lift.
Sambil
menahan kesal, Junhyung mengikuti Gikwang memasuki lift.
***
Pagi
hari di SMA Paradise. Woohyun tampak menggenggam erat dua buah surat. Dari dua
klub sepakbola terbaik di Jakarta. Running Boys FC dan Dream Boys FC. Sialnya,
dia bertemu Junhyung yang sudah menatapnya curiga. Junhyung juga sempat melihat
logo kedua klub tersebut di masing-masing surat.
“Surat
apaan tuh?” Tanya Junhyung sangat ingin tahu. Namun belum sempat Woohyun
merespon, ia sudah lebih dulu menyambarnya. Di sudut surat, ternama nama Lee
Gikwang. Ia curiga itu surat penolakan Gikwang karena cowok itu baru saja di
keluarkan dari SMA Paradise.
“Nggak
tau. Itu dari pak Heechul,” kata Woohyun. “Gue cari bang Gikwang dulu ya,”
serunya beralasan untuk menghindari Junhyung. Ia juga sudah merebut kembali
surat di tangan Junhyung.
“Tunggu…
tunggu… tunggu…” Junhyung menahan Woohyun. “Ini biar gue yang kasih,” lanjutnya
sambil menyambar kembali salah satu surat di tangan Woohyun. Surat dari FC
Running Boys.
Woohyun
tak berani memprotes Junhyung yang sudah terlanjur menjauhinya. Cowok itu Cuma
bisa pasrah saja.
Junhyung
berjalan sedikit tergesa-gesa ke ujung koridor yang cukup sepi. Ia tidak
menyadari bahwa Hara melihatnya. Cewek itu juga langsung mengikuti langkah
Junhyung yang sedikit mencurigakan di matanya. Ia mengawasi Junhyung dari balik
tembok.
Mata
Junhyung membulat sempurna melihat isi surat yang telah lancang ia bongkar.
“Gikwang di keluarin dari Running Boys?” pekiknya tak percaya. Ternyata
dugaannya benar. Ini pasti masih berhubungan dengan dikeluarinnya Gikwang dari
sekolah. “Pasti Dream Boys juga ngelakuin hal yang sama,” lanjutnya mengingat
satu surat lagi yang masih pada Woohyun.
“Gue
harus bilang ke om Eunhyuk. Gikwang nggak pantes di keluarin. Cukup sekolah dan
Dream Boys aja,” serunya sambil mengembalikan surat ke dalam amplop dengan
sedikit tergesa. Ia lalu ke luar dari tempat persembunyiannya, dan berhenti
tepat di depan Hara. Ia gugup seketika. Bukan karena Hara memergokinya. Tapi
karena cerita Gikwang yang kemarin juga.
Flashback…
“Gue
ke toilet bentar, ya. Lo duduk dulu,” kata Gikwang setelah ia dan Junhyung
sampai di apartmennya.
Junhyung
tak berkomentar apa-apa karena Gikwang sudah lebih dulu melesat ke dalam. Ia
sempat memperhatikan tiap sudut apartmen Gikwang yang bisa tertangkap matanya.
Sangat berbeda jauh dengan rumah mewah yang ditempati cowok itu dulu. Meski
apartmen ini pun bisa terbilang berfasilitas mewah. Di salah satu sudut
ruangan, terdapat kumpulan beberapa foto. Namun hanya ada Gikwang dan Sungmin
saja. Serta terselip foto klub sepakbola SMA Paradise.
Tak
lama Gikwang muncul sambil membawa sebuah nampan berisi beberapa jenis minuman
kaleng. Junhyung hanya tercengang melihatnya.
“Lo
mau bikin gue kembung?” protes Junhyung.
“Lo
pikir gue tau selera lo kayak apa?” balas Gikwang sambil meletakkan nampan
tersebut ke hadapan Junhyung. Mereka duduk berseberangan. “Lo tinggal pilih aja
mana yang lo suka,” lanjutnya.
Junhyung
bungkam. Ia memang menyadari pertemanan mereka yang bisa terbilang sangat
buruk. “Ya udah. Buruan lo ceritain yang tadi,” tagihnya setelah mengambil
salah satu jenis minuman di hadapannya.
“Tadi
kita lagi ngomongin apaan sih?” goda Gikwang pura-pura lupa. “Eh, iya iya. Ini
gue baru mau cerita.” Nyali Gikwang ciut melihat tatapan membunuh yang di
berikan Junhyung. “Sebenernya Hara tuh…” Gikwang sedikit memperlambat
kata-katanya. Ia nyaris tertawa melihat wajah penasaran yang ditunjukkan
Junhyung. Sangat berbeda jauh dengan Junhyung yang ia kenal selama ini. “Selama
ini dia suka sama lo.”
“Jangan
bercanda lo!” ujar Junhyung tak ingin mempercayai bergitu saja. Tapi nggak di
pungkiri juga kalo hatinya bener-bener berbunga dengernya.
Gikwang
berdecak kesal. “Males sebenernya gue cerita. Lo pasti nggak bakal percaya.
Gini aja deh, lo Tanya sendiri aja ke Hara. Kalo perlu lo tembak sekalian. Tapi
gue nggak bisa janjiin kalo lo langsung di terima. Yang penting usaha aja dulu,”
serunya panjang lebar.
Junhyung
menenggak minumannya sebagai usaha menutupi perasaannya yang bercampur aduk
itu.
“Setelah
lulus nanti, Hara bakal pindah ke Surabaya.”
“Apa?”
Junhyung menoleh cepat. Beruntung dia nggak sampe tersedak minumannya. Setelah
itu hening sesaat. “Hmm… gue bakal coba ngomong ke bokap buat nyabut
pengeluaran lo dari sekolah.”
“Eh,
jangan jangan jangan!” sela Gikwang cepat-cepat.
“Kenapa?
Lo nggak tiba-tiba gila, kan? Lo sama aja nggak lulus! Emang lo mau kayak
gitu?”
“Ya
nggak lah, Jun. Siapa juga yang mau nggak lulus. Masalahnya pak Heechul udah
ngebiayain gue sekolah sampe lulus di SMA Sun Moon nanti.”
“Ngebiayain
sampe lulus?” pekik Junhyung. “Pak Heechul?” ulangnya untuk memastikan.
Gikwang
mengangguk cepat. “Sekalian, ini kesempatan gue buat ngedeketin Yoona,” ujarnya
sambil memikirkan jika ia bener-bener satu sekolah dengan Yoona. “Gue juga
pengen kayak lo sama Hara, Jun.” Gikwang mengedipkan sebelah matanya, menggoda
Junhyung.
Junhyung
hanya menatap Gikwang ngeri sambil menghabiskan sisa minumannya.
Flashback end…
Hara
menatap penuh arti surat di tangan Junhyung. Ia lalu melempar tatapan pada
cowok di depannya itu. “Gikwang di keluarin?” tanyanya meminta penjelasan
tentang apa yang ia dengar tadi. “Dia udah di keluarin dari sekolah, dan harus
dikeluarin dari klub bola juga?” Hara beranjak dari sana dan duduk di kursi tak
jauh dari tempat ia berdiri tadi.
Junhyung
ikut duduk di samping Hara. Ia juga nggak berani menatap cewek itu. “Lo pasti
mikir gue bukan cowok baik-baik karena gue penyebab Gikwang di keluarin dari
sekolah.” Junhyung berusaha menutupi kegugupannya.
Hara
menatap Junhyung bingung.
“Apa
aja yang Gikwang omongin tentang gue?” Junhyung akhirnya memberanikan diri
untuk menatap Hara. “Dia pasti benci banget kan sama gue?”
Hara
menggeleng cepat. Tentu saja Junhyung gantian menatapnya bingung. “Gikwang sama
sekali nggak nyesel kok di keluarin. Soalnya cewek yang dia suka itu sekolah di
SMA Gikwang nantinya.”
Junhyung
mulai memikirkan kesamaan cerita antara Hara dan Gikwang. Mereka jelas terlihat
dekat. “Terus, kalo yang Gikwang bilang tentang lo suka sama gue, bener nggak?”
tanyanya dengan tatapan lurus. Junhyung hanya berani mengawasi Hara melalui
sudut matanya.
Mendengar
itu, Hara menoleh cepat. “Jadi Gikwang udah cerita?” serunya cukup syok karena
Junhyung sudah mengetahui perasaannya. Junhyung hanya mengangguk. Hara menunduk
dan tak berani menatap Junhyung. “Aku bilang kan kalo udah lulus aja. Kenapa
dia nggak nepatin janji?” gumam Hara merutuki Gikwang. “Tau gitu nggak usah
minta tolong sama dia, deh.”
Junhyung
yang bisa mendengar itu, hanya terkekeh. Jelas Hara malu berat. Junhyung juga
sebenernya sudah ingin kabur saja dari sana jika tidak tau kebenaran itu dari
Gikwang. Junhyung memberanikan diri menggenggam tangan Hara. Ia langsung
menoleh ke arah lain saat tau Hara menatapnya.
***
Myungsoo
melepas headphone-nya saat melihat
Yong Hwa dan Jonghyun berjalan ke arahnya. “Bang Gikwang mana?”
Yong
Hwa dan Jonghyun justru melempar tatapan pada Sunggyu yang tadi bersama
Myungsoo. Sunggyu langsung menggeleng seolah mengerti maksud tatapan dua
temannya. “Gikwang masih nggak ada kabar.”
“Bang
Yong Hwa bukannya satu apartmen sama bang Gikwang? Emang nggak berangkat
bareng?” Tanya Myungsoo yang benar-benar merasa kehilangan salah satu kakak
kelasnya itu.
“Bang,
emang bang Gikwang beneran di keluarin dari sekolah?”
Yong
Hwa, Jonghyun, Myungsoo dan Sunggyu sama-sama menoleh ke arah sumber suara.
Tampak Dongwoo yang hanya tinggal beberapa meter saja dari mereka.
Dari
arah berbeda, tampak Woohyun juga mendekat ketika melihat ke lima cowok
tersebut. “Bang Gikwang pindah ke mana sih? Gue di titipin ini nih.” Woohyun
menunjukkan surat dari FC Dream Boys di tangannya.
“Surat
apaan, nih?” Jonghyun merebut surat itu, namun ia tak berani membongkarnya,
hanya melihat tiap sudut amplop saja.
Woohyun
tampak mengangkat bahu. “Gue mana berani liat sih. Tadinya dari Running Boys
juga ada. Tapi keburu di rebut bang Junhyung.”
Mendengar
Woohyun menyebut nama Junhyung, ke lima cowok tadi langsung mendongak. Tak jauh
di belakang Dongwoo, tampak Junhyung berjalan beriringan dengan Hara. Mereka
tampak cukup akrab. Yong Hwa dan yang lain menatap curiga ke arah Junhyung.
“Surat
dari Running Boys buat Gikwang ada di lo? Sini balikin ke kita!” pinta Yong
Hwa.
Junhyung
sempat menangkap surat dari Dream Boys di tangan Jonghyun. “Lo mau temen lo itu
nggak di keluarin dari klub juga, kan? Gue Cuma bisa bantu yang ini.” Dengan bangganya
Junhyung memamerkan surat di tangannya.
“Maksud
lo?”
Junhyung
tersenyum meremehkan. “Tunggu aja.” Tanpa pamit, ia pergi dari sana sambil
menarik tangan Hara untuk ikut dengannya. Menerobos enam cowok di depannya.
“Ra…”
seru Sunggyu.
Hara
hanya bisa menatap nanar ke enam cowok yang baru saja ia lalui. Ia belum bisa
menjelaskan apapun. Karena untuk masalah surat dari klub itu, ia memang tak tau
rencana Junhyung.
***
Sepulang
sekolah, Yong Hwa, Jonghyun, Sunggyu serta Myungsoo mendatangi apartmen
Gikwang. Mereka ingin tau kebenaran tentang semuanya langsung dari orang yang
bersangkutan.
“Beneran
lo dikeluarin dari sekolah?” todong Yong Hwa ketika Gikwang membukakan pintu.
Pemilik apartmen bahkan belum mengijinkan tamu-tamunya untuk masuk atau bahkan
menanyakan tujuan mereka datang ke sana.
Sunggyu
mendorong Yong Hwa ke dalam. Sementara Jonghyun juga melakukan hal yang sama
pada Gikwang. Dan Myungsoo yang bertugas menutup pintu karena ia yang berdiri
paling belakang.
Jonghyun
melempar amplop dari Dream Boys yang sudah sobek di salah satu sudutnya ke atas
meja. Tepat di hadapan Gikwang duduk. “Sorry,
gue nggak bisa nahan diri untuk nggak ngebuka amplop itu,” jelasnya.
Gikwang
menyambar surat tersebut dan langsung membukanya. Cukup lama ia tertegun
membaca isinya. “Akhirnya, yang gue takutin terjadi,” ujar Gikwang sedikit
lemah. Ia meletakkan kembali surat ke atas meja tanpa ia masukkan kembali ke
dalam amplopnya.
“Sebenernya
Running Boys juga ngirim surat. Tapi keburu di bawa kabur sama Junhyung. Nggak
tau deh mau di apain,” Jelas Jonghyun.
“Pertanyaan
gue belom lo jawab!” tuntut Yong Hwa.
“Lo
juga, kenapa akhir-akhir ini susah banget di hubungin sih!” omel Sunggyu
menimpali.
Percuma
menyembunyikan semuanya. Cepat atau lambat, Yong Hwa dan yang lain pasti
mengetahui tentang rahasia Gikwang. Akhirnya, dengat sedikit terpaksa, Gikwang
menceritakan semuanya. Terutama tentang dikeluarkannya ia dari SMA Paradise
hanya karena hal sepela.
“Trus
lo nggak protes sama sekali, gitu?” seru Jonghyun. Sedikit tidak terima jika
salah satu teman seperjuangannya itu mengalami nasib buruk seperti ini.
“Lo
kenapa nggak bilang kalo kita juga terlibat, sih? Ini kan bukan sepenuhnya salah
lo!” Yong Hwa ikut bicara yang disetujui oleh Jonghyun.
“Denger
dulu!” sela Gikwang sebelum Sunggyu sempat ingin berkomentar. “Masalahnya pak
Heechul ngebiayain gue sekolah di SMA Sun Moon sampe lulus. Kan kasian kalo
beliau juga harus ngebiayain lo bertiga.”
“SMA
Sun Moon?” Tanya Myungsoo yang akhirnya bersuara. Gikwang mengangguk cepat. “Kembaran
gue juga sekolah di situ, bang,” serunya bersemangat.
“Kembaran?”
kata Yong Hwa memastikan.
“Bukannya
kembaran lo udah lama meninggal, ya?” lanjut Jonghyun sedikit takut-takut
mengungkit masa lalu Myungsoo.
“Iya.”
Sunggyu yang membenarkan. “Tapi karena nama cewek itu Yoona juga, Myungsoo jadi
seneng banget ngaku-ngaku kembarannya. Padahal dia lebih tua setahun dari
Myungsoo. Bahkan beberapa barang milik almarhum ade gue itu ada yang dikasihin
ke Yoona.”
Myungsoo
hanya nyengir mendengar Sunggyu menceritakan tentangnya dan Yoona.
***
Sepulang
sekolah Howon memasuki kamar rawat ayahnya, Siwon. Siwon yang melihat
kedatangan anak tirinya itu langsung tersenyum dan membuka lebar ke dua
tangannya, menyuruh Howon memeluknya.
“Ayah
kangen sama kamu,” kata Siwon.
Howon
mencibir mengejek. “Dari semalem kan Howon di sini. Pergi juga Cuma ke sekolah
doank.”
Siwon
terkekeh mendengarnya. “Hmm… Ayah pengen ngobrol serius deh.”
Howon
melepaskan ransel yang kemudian ia letakkan di bawah, lalu menarik kursi dan
duduk di samping tempat tidur Siwon. “Ngobrol apaan? Pake minta ijin segala.
“Kamu
nggak pengen tau ayah kandung kamu?”
Howon
menatap Siwon dengan tatapan yang sulit di artikan. “Aku punya orang tua sebaik
ayah. Dan nggak sedetikpun aku ingat kalau aku punya ayah kandung.”
Siwon
menatap Howon nanar. Hatinya mencelos mendengar betapa besar rasa sayang Howon
padanya. Bahkan mungkin bisa lebih besar dari Minho, anak kandungnya sendiri. Tapi
biar bagaimanapun, Howon tetap harus mengetahui semuanya, meski Ga In
sebenarnya tak ingin Howon tau.
“Aku
dan ibumu dulunya sepasang kekasih. Tapi kita di jodohkan dengan orang lain
oleh orang tua kita masing-masing. Dan sebelum Ga In tau dia hamil dirimu, Ga
In sudah lebih dulu bercerai dengan mantan suaminya itu. Lalu setahun kemudian
kami kembali bertemu. Tak lama setelah ibu Minho meninggal. Kami segera memutuskan
untuk menikah setelah itu,” jelas Siwon tentang perjalanan hidupnya dan Ga In.
Bibir
Howon terasa kelu. Ia tak tau harus berbuat apa selain bertanyaa, “ayah
mengenal ayah kandungku?”
Siwon
mengangguk samar. “Aku dan Sungmin berteman dekat sejak SMA.”
“Jadi
nama ayahku Sungmin?” seru Howon memastikan.
“Iya. Lee Sungmin.”
“Kau tau dia tinggal di
mana?” Entah perasaan dari mana Howon justru penasaran dengan ayah kandungnya
itu.
Kali ini
Siwon menggeleng. “Tapi kamu juga perlu tau. Nama ‘Hoya’ adalah pemberian
Sungmin yang tadinya ingin diberikan pada anak pertama Sungmin dan Ga In. Tapi Ga
In nggak setuju. Aku memutuskan memberikan nama itu untuk nama panggilanmu agar
kamu nggak ngelupain ayah kandung kamu.”
“Aku
juga punya kakak? Cewek apa cowok, yah?” Tanya Howon lagi, bersemangat.
“Cowok.
Dan kalo nggak salah namanya Lee Gi…” kalimat Siwon terputus karena pintu kamar
rawatnya terbuka. Minho dan Sulli muncul dari baliknya. Setelah itu, obrolan
Howon dan Siwon tentang Sungmin harus terhenti.
“Ayah
cepet sembuh donk…” kata Sulli dengan nada manja sambil memeluk tubuh Siwon
yang masih berbaring di tempat tidur.
Howon
menatap lurus pemandangan di depannya. Cerita Siwon tadi masih sangat
menghantui pikirannya. Tak lama setelah itu, ia memutuskan ke luar dari kamar
Siwon.
“Eh,
lusa kita mulai latihan sama Dream Boys,” kata Minho mengingatkan sebelum Howon
benar-benar ke luar dari kamar itu.
Howon
hanya mengangguk sekilas. Sementara Siwon menatap kepergian anak tirinya itu
penuh arti.
Di luar
ruangan, Howon melihat kedatangan Yoona dan Tifanny dari ujung koridor. Dua cewek
itu langsung mempercepat langkahnya ketika melihat sosok Howon.
“Minho
di dalam?” Tanya Tifanny. Setelah Howon mengangguk, Tifannya langsung melesat
ke dalam, dan sedikit melupakan bahwa Yoona tadi bersamanya.
Yoona
sudah nyaris menyusul Tifanny, tapi Howon menahannya. “Apaan?” Tanya Yoona. Kedatangan
dia ke sana juga ingin menengok Siwon. Sedikit kesal karena Howon seperti nggak
ngijinin dia masuk.
Howon
tak mempedulikan kekesalan Hye Ra. Ia justru sibuk memperhatikan seragam Yoona.
“Lo anak Sun Moon juga?”
Yoona
memutar bola matanya, kesal. “Lo ke mana aja? Gue kan udah pernah bilang!”
serunya mengingatkan.
“Emang?”
Yoona
menatap Howon gemas.
“Udah
akh. Mending temenin gue ke kantin.” Tanpa ijin, Howon menarik tangan Yoona. “Gue
laper. Belom makan,” lanjutnya tak mempedulikan bahwa Yoona sudah memberikan
protes keras.
***