Wooshin menghentikan
mobil Doyoung yang ia kendarai. Cowok itu masih menatap rumah besar di depannya
sambil menunggu salah saeorang satpam pribadi Doyoung membukakan pagar. “Lu
adeknya Inseong?”
Doyoung menoleh sambil mengangguk.
“Lu kenal?
“Senior gue di kampus.
Kan gue juga satu jurusan sama dia.”
Setelah benar-benar
menghentikan mobil, Wooshin segera turun lalu mengitari mobil menuju pintu
penumpang tempat Doyoung duduk. Jiwoo ternyata sudah lebih dulu membantu Doyoung.
Wooshin kemudian mengambil alih salah satu tangan Doyoung untuk ia lingkarkan
ke lehernya. Jiwoo ikut membantu dari samping. Hanya berjarak beberapa meter
dari depan pintu, benda tinggi itu sudah lebih dulu perlahan terbuka.
Memunculkan seorang wanita cantik bersama cowok tinggi. Itu Yoona dan Jungwoo
yang sontak terkejut dengan kedatangan Wooshin dan Jiwoo yang membawa Doyoung
dengan kondisi sakit.
“Doyoung kamu kenapa?”
jerit Yoona sedikit histeris. Wanita itu kemudian menangkup wajah Doyoung yang
tampak pucat.
Doyoung berusaha
tersenyum sambil melepaskan tangannya dari pundak Wooshin. “Nggak apa-apa, bun.
Abis donor darah, pusing dikit. Besok juga baikan.”
“Halo, tante. Saya
Wooshin. Dulu saya pernah datang ke sini. Saya juniornya bang Inseong juga di
kampus.” Wooshin mengulurkan tangan untuk menyalami Yoona. “Ini teman saya,
Jiwoo.”
“Jiwoo, tante.” Cewek
itu juga melakukan hal yang sama seperti Wooshin dan dibalas dengan ramah oleh
Yoona.
“Kalian mau ke mana?”
tanya Doyoung yang mencurigai Jungwoo karena membawa ransel dipunggungnya.
“Papa di rawat,” Jungwoo
yang menjelaskan dan Yoona hanya mengangguk untuk membenarkan. Doyoung, Wooshin
dan Jiwoo jelas langsung terkejut.
“Makanya ini bunda
bingung. Gimana ya? Inseong baru pulang besok pagi. Terus kamu pulang-pulang
kaya gini.” Yoona membelai lembut pipi Doyoung. Tidak ada yang bicara lagi
setelah itu sampai akhirnya tatapan Yoona jatuh pada sosok Jiwoo. “Tante bisa
minta tolong kamu?” Yoona menyentuh pundak Jiwoo dengan tangannya yang satu lagi
sambil menatap penuh harap. “Tolong jagain Doyoung dulu. Nanti kamu kasih nomor
telepon mama kamu, biar tante yang minta ijin.”
Jiwoo yang tidak bisa
langsung memberi keputusan, menatap Wooshin. Untuk kondisi seperti ini, justru
yang ia butuhnya adalah ijin dari Wooshin atau teman-temannya yang lain.
Terlebih kondisinya ia diminta untuk menjaga Doyoung. Hubungan mereka dengan
teman-temannya Doyoung juga jauh dari kata baik. Kecuali dalam situasi
tertentu—contohnya seperti sekarang karena Doyoung tiba-tiba sakit.
“Besok pagi gue jemput
lu di sini,” kata Wooshin akhirnya.
Jiwoo menatap Wooshin
sedikit tidak percaya. Wooshin yang menyadari reaksi Jiwoo, hanya mengedip
pelan sebagai tanda ia mengijinkan Jiwoo di sana. Toh Jungwoo juga akan pulang
setelah mengantar ibunya ke rumah sakit.
“Wooshin, thanks ya.
Lu bawa mobil gue aja, besok kan lu ke sini lagi.”
Wooshin hanya mengangguk
untuk merespon ucapan Doyoung. Jiwoo lalu menyodorkan kuncil mobil Doyoung yang
tadi ia pegang karena Wooshin ingin membantu Doyoung. Setelah itu Wooshin
pamit. Bersamaan dengan Yoona dan Jungwoo yang juga akan meninggalkan rumah.
***
//The Eliters//
Seunghee : *Mengirim foto self camera cewek itu yang
tengah berada di sebuah klab malam*
Seunghee : “Nggak ada yang mau nyusul?”
Seunghee : “Gue tunggu loh.”
Taeyong : “Kenapa nggak bilang dari tadi, sih? Gue langsung on
the way!”
Yuta : “Yaudah gue nyusul entar. Makan dulu, udah terlanjur
pesen.”
Somin : “@Johnny ikut, nggak?”
Johnny : “Lu yang jemput gue ya? @Somin.”
Yujin : “Nggak ada kendaraan. Kalo ada yang bisa jemput,
boleh banget.”
Taeyong : “Siap-siap ya @Yujin.”
Rowoon : “Skip ya gue. Mau bikin laporan bulanan café.”
Somin : “Pulangnya gue nginep di tempat lu ya @Johnny.”
Johnny : “Tinggal di rumah gue juga nggak apa-apa. Hahahaha.
@Somin.”
Ten : “Anak rajin @Rowoon. Nggak kaya @Taeyong sering skip
kelas. Wkwkwk.”
Taeyong : “Nggak usah bacot. Kalo mau ikut gue belok
perumahan lu, nih @Ten.”
Ten : “Gue lagi nggak di Jakarta. Udah lu nerus aja.
@Taeyong.”
Yuta : “Yaudah entar gue nyusul pokoknya. Kebetulan lagi sama
Sejun nih.”
Seunghee : “Nongol, dong @Sejun.”
Yuta : “Hapenya mati doi. @Seunghee.”
Seunghee : “@Doyoung di mana lu? Buruan nyusul sini.”
Rowoon : “Doyoung nggak bisa dihubungin dari sore.”
Ten : “Loh? Ke mana ya?”
Yuta : “Kata Sejun terakhir Doyoung masih nelpon dia nyuruh
nganterin obat ke Wonwoo.”
Yuta : “Terus abis itu anaknya ngilang.
Yuta : “Padahal dia yang mau nganterin obatnya Wonwoo.”
Rowoon : “Nggak ada yang mau ke Wonwoo dulu?”
Taeyong : “Yaah, gue udah jauh, Woon.”
Doyoung : *Mengirim foto*
Doyoung : “Maaf nggak bisa ikutan, abang lagi sakit.
-Jungwoo.”
***
Jungwoo tertawa sendiri
sampai memegangi perutnya. Sesekali juga itu memukul sandaran sofa. Cowok itu
baru saja kembali ke rumah beberapa menit lalu. Kebetulan Inseong juga baru
sampai rumah saat menemukan Jungwoo di ruang tengah.
“Kenapa lu?”
Jungwoo menoleh dan
mendapati Inseong sudah duduk di sebelahnya. Jungwoo lalu mengarahkan layar
ponsel ditangannya ke depan wajah Inseong. “Temen-temennya bang Doy. Kocak
banget.” Jungwoo bercerita masih sambil tertawa.
“Loh ini hapenya Doy?”
tanya Inseong sambil mengambil alih ponsel di tangan Jungwoo yang masih membuka
grup chat Doyoung bersama geng elitersnya. Inseong melakukan scroll
down pada layar sentuh ponsel Doyoung. Cowok itu membulatkan mata saat
menemukan foto Doyoung yang tertidur di kamarnya. Foto yang dikirmkan langsung
dari ponsel tersebut. Bukan hanya Doyoung, namun di dalam foto itu ada sebuah
tangan lain yang sedang menggenggam tangan Doyoung. Jika dipertegas, tangan itu
milik seorang cewek. “Doyoungnya mana?”
“Di kamar. Bang Doyoung
pulang-pulang sakit. Itu hapenya di gue karena dia minta tolong di charge.
Tadi low bath,” jelas Jungwoo dengan nada cuek. Cowok itu juga sudah
sibuk dengan ponselnya sendiri.
“Doy sakit apa? Terus
ini dia sama siapa? Doyoung bawa cewek? Bunda tahu?”
Jungwoo hanya menatap
Inseong melalui lirikan mata. “Bunda yang nyuruh cewek itu nginep sini.”
Inseong melebarkan mata
mendengar penuturan Jungwoo. “Kok bisa? Emang siapa, sih? Cewek yang mau
dijodohin ke Doyoung itu?”
“Bukan.” Jungwoo
menggeleng tegas. “Gue udah tau siapa cewek yang bakal dijodohin sama Bang
Doyoung.”
“Siapa?” tanya Inseong
penuh rasa penasaran.
Jungwoo tidak langsung
menjawab. Ia menatap Inseong cukup lama. Namun akhirnya dia menggeleng.
“Mending lu kasih ke gue list perusahan orang tua dari temen-temen lu
dan temen-temennya Bang Doyoung juga kalo bisa.”
“Mau ngapain sih lu anak
kecil?”
Jungwoo langsung menatap
Inseong sinis karena merasa di remehkan. “Terserah. Tapi adik kecil lu ini
nggak rela Bang Doyoung dijodohin sama dia. Mending lu cari ide buat gagalin
tunangan mereka aja deh kalo nggak mau bantu.”
Inseong memijat
keningnya. Jungwoo itu sulit ditebak dan sedikit licik. Berbeda dengan Doyoung
yang bisa dikatakan cukup polos. Namun Jungwoo tidak akan tinggal diam jika ada
yang menyakiti saudaranya. “Yaudah gini aja. Lu butuh gue bantu ngapain buat
nyelametin Doyoung dan perusahaan ayah. Berasa nggak guna gue jadinya.”
“List yang tadi
gue minta. Udah itu aja,” kata Jungwoo dengan entengnya sambil berdiri dan
meninggalkan Inseong di sana tanpa pamit.
***
Di pagi harinya, Jiwoo
terlihat mengerjapkan matanya yang kemudian perlahan terbuka. Cahanya matahari
juga tampak sudah menembus celah-celah jendela kamar Doyoung. Dan Jiwoo
melebarkan mata sambil perlahan bangkit karena terkejut menemukan Doyoung masih
tertidur di sebelahnya.
“Oiya, semalem gue
disuruh jagain Doyoung.” Jiwoo berujar pelan. Berusaha untuk tidak membangunkan
Doyoung. Perlahan tangan cewek itu terulur lalu mendaratkan telapak tangannya
ke atas dahi Doyoung. “Nggak panas.” Tampak kelegaan di wajah cewek itu. Wajah
Doyoung juga sudah tidak sepucat semalam.
Jiwoo dikagetkan dengan
suara pintu kamar Doyoung yang terbuka. Mendapati seseorang berdiri di
sana—Jungwoo, Jiwoo bergegas turun dari tempat tidur Doyoung dan berdiri
membeku. Dengan santainya Jungwoo melangkah masuk. “Ayo sarapan dulu. Takutnya
temen lu bentar lagi dateng. Udah ditunggu juga sama Bang Inseong.”
“Oh, iya.”
Jungwoo hanya tersenyum
kemudian cowok itu balik badan dan meninggalkan kamar Doyoung. Saat menutup
pintu kamar Doyoung dari luar, Jungwoo masih tersenyum. Entah apa yang ia
pikirkan. Cowok itu menuruni anak tangga dan langsung berbelok menuju dapur
untuk bergabung dengan Inseong yang sudah duduk di meja makan sambil mengisi
roti tawarnya dengan selai.
“Kenapa lu senyum-senyum
gitu? Naksir sama temennya si Doyoung?”
Mendengar dituduh
seperti itu, Jungwoo sama sekali tidak sakit hati. Seperti biasa, Jungwoo akan
selalu mengambil tempat duduk di sebelah Inseong. “Nanti minta tolong cari tahu
tentang cewek itu ya.”
Inseong membatalkan
niatnya untuk menggigit rotinya. “Buat apaan? Emang di salah satu temennya
Doyoung itu?”
Jungwoo menggeleng.
“Bukan salah satu temennya Bang Doyoung. Gue bahkan nggak pernah liat dia
sebelumnya. Tapi dia semalem dateng sama temennya lagi. Cowok. Dan cowok itu
kenal elu. Katanya sih lu senior dia di kampus.”
“Siapa?”
“Gue lupa namanya,”
jawab Jungwoo dengan santainya. Jungwoo melambaikan tangan karena dilihatnya
Jiwoo mengintip dari balik tembok. “Sini. Abang gue nggak gigit, kok.”
Jiwoo terkekeh mendengar
candaan Jungwoo. Cewek itu kemudian melangkah mendekat ke arah Inseong sambil
mengulurkan tangan untuk berkenalan. “Saya Jiwoo.”
Inseong membalas uluaran
tangan Jiwoo. “Gue Inseong. Santai aja ya di sini.”
Jiwoo mengangguk sambil
tersenyum canggung. Cewek itu kemudian mengambil tempat duduk di seberang
Inseong. Jiwoo sempat mengucapkan terima kasih pada Jungwoo yang tadi
menyodorkan segelas susu padanya. Kemudian, obrolan-obrolan ringanpun terjadi.
Lebih banyak Inseong yang bertanya pada Jiwoo tentang bagaima Jiwoo mengenal
Doyoung. Dan sedikit bertanya tentang keluarga Jiwoo juga. Namun tentu saja
Jiwoo tidak menyebutkan nama seorang Jeon Wonwoo.
Selang berapa menit,
Wooshin tiba di sana. Inseong dan Jungwoo ikut mengantar Jiwoo sampai depan
rumah. Dan sampai Jiwoo benar-benar pergi bersama Wooshin, Doyoung masih terlelap
di kamarnya.
***
Wooshin dan Jiwoo pulang
menggunakan bus. Mereka langsung menuju café milik Rowoon. Heedo dan Euijin
sudah menunggu di sana untuk membawakan pakaian milik Jiwoo. Cewek itu ada shift
sejak pagi sampai sore.
“Kalo nggak karena Wooshin,
gue nggak bakal ijinin lu nginep di rumah Doyoung. Nggak peduli walau nyokapnya
juga yang minta,” ujar Heedo saat melihat Jiwoo dan Wooshin datang.
Jiwoo menatap Heedo
merasa bersalah sambil duduk di sebelah cowok itu. “Do. Maaf.”
Heedo tidak menatap
Jiwoo. Namun cowok itu menarik kedua tangan Jiwoo dan memeriksanya untuk
memastikan sesuatu. “Udah enakan?”
Jiwoo hanya mengangguk
seperti anak kecil tanpa berani menatap Heedo. Lalu cewek itu merasakan usapan
lembut di kepalanya. Jiwoo mendongak dan mendapati tangan Heedo yang tadi
mengusapnya.
“Gue tuh mau marah tapi
nggak bisa. Soalnya lu berurusan sama Doyoung.” Heedo balas menatap Jiwoo penuh
rasa bersalah karena sempat kelas pada cewek itu. “Tapi urusan gue sama Wooshin
belum kelar ya,” kata Heedo sambil melirik Wooshin melalui ekor matanya.
Wooshin hanya terkekeh
menanggapinya. “Terserah elu, Do.”
“Do,” Jiwoo memanggil
dengan suara pelan.
“Apa, Woo?”
“Emang Doyoung kenapa?”
tanya Jiwoo yang justru membuat Heedo terdiam. Berbeda dengan sebelumnya, Heedo
akan dengan antusias menanggapi Jiwoo.
“Entahlah. Gue Cuma
nggak suka aja sama gengnya dia.”
“Yaelah Do, kirain apa.”
“Ya nggak gitu. Cuma
males aja kalo udah berurusan sama mereka.”
“Gue juga maunya gitu.
Tapi yaa, kadang nggak sengaja malah jadi berurusan sama Doyoung. Apa ini jalan
untuk gue deket sama Wonwoo?” Jiwoo menatap satu persatu temannya. Wooshin dan
Euiin yang semula sempat asik ngobrol berdua, tiba-tiba menghentikan kegiatan
mereka dan menoleh ke arah Jiwoo. “Doyoung bahkan ngasih tau gue kalo Wonwoo
lagi kena alergi karena semalem makan kerrang. Tapi gue nggak tahu Doyoung
curiga apa nggak ke gue. Kayaknya sih, nggak.”
Wooshin menatap Jiwoo
dengan pikiran menerawang. “Menurut gue bagus sih kalo dia curiga. Pelan-pelan
jadi kayak semacam ‘kode’ untuk Wonwoo, apalagi kalo Doyoung ceritain elu ke
dia. Biarin aja biar Wonwoo penasaran.”
“Yaudah sana kerja dulu.
Nanti sore mau di jemput siapa? Hoshi sama Hayoung lagi beliin tiket buat
kalian.”
Ucapan Heedo membuat
Jiwoo teringat sesuatu. “Oiya, Hoshi. Gue belum ada bilang apa-apa loh sama
dia.”
“Kayak baru kenal aja
sama Hoshi,” ledek Euijin.
“Wah lu beneran numbalin
gue ke Hoshi.” Jiwoo menunjuk Euijin sambil berpura-pura kesal dengan cewek itu
yang hanya direspon tawa oleh Euijin.
***
~Apartment Wonwoo
Sebenarnya semalam, saat
Rowoon menolak untuk menyusul Seunghee di klub malam, cowok itu memang masih
berada di cafenya. Kemudian karena teringat jika Wonwoo sakit, Rowoon
berinisiatif mengunjungi temannya itu mewakili yang lain. Temang memang menjadi
salah satu obat yang ampuh saat sakit. Rowoon pernah merasakan itu—dikunjungi
teman saat sakit. Namun yang datang justru Soyoung dan teman-temannya, termasuk
Jiwoo. Melihat bagaimana pertemanan Jiwoo, membuat Rowoon perlahan mulai
menerapkannya. Dimulai dengan malam itu. Rowoon meneruskan pekerjaannya di
apartmen milik Wonwoo sampai bermalam di sana.
Lalu pagi itu, tampak
Rowoon sedang membereskan laptopnya yang sejak semalam ia tinggalkan di ruang
tamu saat Wonwoo baru saja ke luar dari kamarnya. Cowok itu juga sudah
berpakaian rapih.
“Lu mau pergi?” protes
Rowoon. “Masih sakit juga.”
“Lu mau ke mana?” Wonwoo
balik bertanya. Tidak peduli dengan Rowoon yang secara tidak langsung
melarangnya pergi.
“Ke rumah Doyoung. Sakit
juga dia kata Jungwoo.” Rowoon menegakkan badan sambil menyampirkan ransel ke
punggungnya dan menatap Wonwoo yang duduk di sandaran sofa.
Wonwoo balas menatap
Rowoon dengan tatapan heran. “Lu jadi sering jengukin orang sakit gini, sih?
Minggu lalu lu juga kan yang ngajak jenguk bang Taeyong?”
Rowoon tertawa canggung.
“Loh, emang kenapa?”
“Biasa juga lu sibuk di
café, Woon.”
Rowoon berusaha memutar
otak untuk menepiskan kecurigaan Wonwoo. “Lu terharu ya gue jengukin gini?”
Ledeknya.
Ekspresi Wonwoo berubah
ngeri saat melihat perubahan Rowoon. “Sumpah gue nyesel nanya itu.”
“Yaudahlah gini aja. Ayo
ke rumah Doyoung. Sekalian gue pengen minta penjelasan tentang tangan cewek
semalem. Gue nggak mau kenal sama cewek itu setelah mereka tunangan.”
Wonwoo menegakkan
badannya. Ucapan Rowoon juga membuatnya teringat sesuatu tentang perjodohan
Doyoung. Sampai detik ini siapa cewek yang akan menjadi tunangan Doyoung
nantinya. “Yaudah tunggu gue ambil hape di kamar.”
Rowoon menghentikan
langkahnya yang sudah sampai di depan pintu untuk menunggu Wonwoo. “Mobil gue
aja, Woo. Nanti gue anterin lagi,” teriak Rowoon pada Wonwoo yang masih berada
di kamarnya.
***
“Iya sebentar!” Jungwoo
berteriak sambil setengah berlari menuju pintu karena ada tamu yang sejak tadi
memencet bel. Jungwoo membuka pintu dan menemukan seorang cewek dengan gaya
yang cukup glamour berdiri di sana.
“Hai, gue Sejeong.”
Dengan ragu Jungwoo
membalas uluran tangan cewek itu dengan tatapan bingung. “Mau ketemu siapa?”
“Kamu Inseong ya?” cewek
itu balas bertanya.
Jungwoo teringat jika
dirinya bahkan belum memperkenalkan diri. “Oh, bukan. Gue Jungwoo, adeknya Bang
Inseong. Mau cari siapa?” tanya Jungwoo lagi dengan sedikit penekanan.
“Gue mau jenguk Doyoung.
Gue denger dia sakit. Gue harus lihat kondisi calon tunangan gue.”
Ucapan Sejeong membuat
Jungwoo melebarkan mata. Benar-benar terkejut. Sebenarnya Jungwoo hanya tahu
siapa keluarga dari seseorang yang akan dijodohkan dengan Doyoung—masih kerabat
jauh ayahnya. Namun cowok itu tidak menyangka bahwa cewek itu adalah orangnya.
“Tapi, tau dari mana
Bang Doyoung sakit?”
Sejeong menghela napas.
Gelagat Jungwoo sedikit mencurigakan. Sejeong bahkan sama sekali belum
dipersilahkan masuk. “Gue tahu dari ayah kalian. Jadi, gue boleh jenguk Doyoung?”
Dengan terpaksa Jungwoo
menggeser tubuhnya untuk memberikan jalan pada Sejeong. “Di lantai dua, kamar
yang tengah,” kata Jungwoo setengah malas.
Sejeong sama sekali tidak
merespon ucapan Jungwoo dan terus berjalan menaiki tangga. Jungwoo sudah
berniat menutup pintu, namun ia membatalkan niat karena mendengar suara deru
mesin mobil yang memasuki halaman luas rumahnya. Jungwoo menyipitkan mata saat
dua orang tampak ke luar dari mobil. Rowoon dan Wonwoo.
“Itu ada mobil, baru gue
liat di sini. Punya siapa?” tanya Wonwoo saat ia dan Rowoon sudah berhadapan
dengan Jungwoo.
“Cewek yang semalem?”
Rowoon ikut menimpali bahkan sebelum Jungwoo merespon ucapan Wonwoo.
Jungwoo menggeleng
tegas. “Sama sekali bukan. Cewek yang semalem udah pulang. Dan mendingan kalian
naik aja gih ke kamarnya Bang Doyoung.” Setelah menyelesaikan kalimatnya,
Jungwoo buru-buru berbalik lalu meninggalkan Rowoon dan Wonwoo di sana.
***
Casino Near Chicago (Chicago) - Mapyro
BalasHapusFind Casino 전라남도 출장샵 Near Chicago (Chicago) location map, see 영천 출장안마 100 photos and 1 tip from 309 경주 출장샵 visitors to 포항 출장안마 CasinoNearChicago. "The name of the hotel I worked 진주 출장안마 in"