Hoshi membenarkan letak ranselnya
sambil menatap kagum rumah besar di depannya. “Woo, ini nggak salah alamat?”
tanya Hoshi, sambil menoleh ke tempat Jiwoo berdiri.
Jiwoo terkekeh melihat
wajah Hoshi yang seperti baru pertama kali melihat rumah yang besar. “Kaget ya?
Gue juga awalnya gitu.”
“Lu nggak pengen gitu
tinggal di rumah ini?”
Jiwoo menggeleng sambil
membuka pintu pagar. “Nggak lah. Kalo di sini kan nggak ada kalian.”
“Makin cinta gue sama
lu.” Hoshi memeluk leher Jiwoo dari belakang sambil mengikuti Jiwoo melangkah
masuk.
“Geli, lu.”
Hoshi makin tertawa
karena balasan ucapan Jiwoo. Mereka terus melintasi halaman luas yang diterangi
lampu taman di kanan dan kirinya sambil
tertawa. Sesekali saling mendorong, namun masih diiringi derai tawa. Entah apa
yang mereka tertawakan.
“Hahaha gila gue nggak
nyangka Heedo bisa mellow juga.”
“Iya, makanya.”
“Mending jadi bini gue
aja lah, Woo. Walau berantem mulu juga nggak apa-apa kan jadinya seru. Apa
sekalian nih mumpung ketemu orang tua lu, gue ngelamar sekalian.”
Jiwoo menoyor kepala
Hoshi. “Sekolah dulu lu yang bener, bogel. Mau makan apa gue ntar? Makan
kodingan?”
“Oh, nemenin Jiwoo ke
sini tuh niatnya mau ngelamar?”
“Eh?” JIwoo dan Hoshi
berujar bersamaan. Terkejut karena ternyata Yuri, ibunya Jiwoo sudah menunggu
di ambang pintu. Kedua anak itu sibuk bercanda sejak tadi.
“Kok malem banget sih
nyampenya?” tanya Yuri sambil mengulurkan tangan. Jiwoo dan Hoshi mencium
tangan Yuri secara bergantian.
“Jiwoo aja baru pulang
jam 7, tan.” Hoshi yang menjawab karena Jiwoo sibuk menyender manja pada
ibunya.
“Kamu masih kerja? Nggak
usah lah, nak.” Yuri membelai rambut Jiwoo. Namun Jiwoo menggeleng.
“Iseng doang, Ma. Aku
malu lah sama Euijin. Pengen belajar cari uang sendiri.”
“Geli, Jiwoo.” Hoshi
pura-pura bergidik melihat tingkah Jiwoo.
Yuri hanya tertawa
melihat kejahilan Hoshi. “Kalian tuh kapan akurnya sih. Gimana nanti nikah?”
“Black list Hoshi jadi menantu
mama pokoknya. Heedo sama Wooshin aja.”
“Eh, kalian tuh dateng
barengan?” Yuri menatap Jiwoo dan Hoshi bergantian.
“Ya emang bareng kan,
Ma.” Jiwoo balas menatap bingung pada Yuri.
“Bukan, maksud Mama..”
Kalimat Yuri terputus. Tangan wanita itu terangkat, menunjuk ke arah pagar
rumah yang terlihat terbuka dengan disoroti sepasang lampu mobil. Salah seorang
cowok juga terlihat mendorong pagar tersebut dan membiarkan mobil memasuki
halaman.
“Wonwoo, Ma?” tanya
Jiwoo untuk memastikan.
Yuri mengangguk. “Iya
tadi kata Papa, Wonwoo juga mau pulang. Ternyata kalian bikin kejutan ya
datengnya barengan?”
Jiwoo mengerutkan
kening. “Tau aja nggak kalau dia mau dateng,” protes Jiwoo yang tidak terlalu
dihiraukan oleh Yuri yang tampak antusias menunggu Woonwoo yang ternyata datang
tidak sendiri.
Doyoung dan Taeyong
mengikuti langkah Wonwoo. Mereka juga tidak kalah terkejut dengan keberadaan
Jiwoo dan Hoshi di sana. Taeyong bahkan sampai beringsut ke balik punggung
Doyoung karena melihat keberadaan Jiwoo. Belum lagi cowok itu datang hanya
mengenakan kaus dan celana basket.
“Kok cewek itu bisa ada
di sini, sih? Lu janjian sama dia?” Taeyong berbisik di belakang telinga
Doyoung.
“Hah?” Doyoung langsung
menoleh. “Gue nggak tau, Bang. Coba sana tanya Wonwoo,” kata Doyoung yang
kemudian langsung menghampiri Yuri.
“Doy, Bang Taeyong.
Kenalin ini…” Wonwoo tidak melanjutkan kalimatnya dan hanya mengarahkan telapak
tangannya yang terbuka pada Yuri. Cowok itu bingung harus memperkenalkan Yuri
sebagai apa. Istrinya papa? Terdengar terlalu kasar.
Doyoung berinisiatif
mengulurkan tangannya terlebih dulu pada Yuri. “Saya Doyoung, tante. Teman
sekelas Wonwoo.”
Taeyong kemudian
melakukan hal yang sama seperti Doyoung. “Saya Taeyong. Kakak tingkatnya
Wonwoo.”
Yuri tersenyum
menanggapi dua teman Wonwoo. “Nama tante, Yuri. Tante mamanya Wonwoo dan
Jiwoo.”
Jiwoo dan Hoshi berdiri
sedikit di belakang Yuri. Hoshi meletakkan sikunya pada bahu Jiwoo sambil
berbisik. “Dari sekian banyak mahasiswa di kampus, kenapa mesti mereka ya yang
dateng?”
“Emang lu berharapnya
siapa?”
“Ya nggak tau, sih. Gue
jadi ngerasa kayak berurusan sama mereka mulu.”
“Jiwoo, Hoshi!” Yuri
menoleh sambil meneriaki nama mereka, hingga membuat Hoshi sontak menarik
sikunya dari bahu Jiwoo. “Ini kenalin dulu temen-temannya Wonwoo. Satu kampus
sama kalian juga, kan?”
Hoshi maju lebih dulu,
mengulurkan tangannya pada Doyoung dan Taeyong. “Kenalin gue Hoshi, calonnya
Jiwoo. Akh!” Hoshi menoleh sambil membalikkan badan dengan tatapan marah. Satu
jitakan tadi berhasil mendarat di kepala Hoshi. “Kok gue dijitak.”
“Kan elu udah gue black
list. Kenapa masih ngaku-ngaku, sih?” desis Jiwoo dengan nada kesal.
Yuri hanya terkekeh
melihat keributan Jiwoo dan Hoshi. Mereka memang selalu seperti itu. “Udah
dong, Hoshi. Jiwoo. Mending kita masuk aja, yuk. Makan malam, terus setelah itu
kalian istirahat.”
“Kebetulan Hoshi kangen
masakan tante, nih.” Hoshi berinisiatif menyusul Yuri yang lebih dulu masuk ke
dalam rumah. Tidak heran mereka memang sudah saling mengenal sebelum ini.
Jiwoo ikut berbalik,
berniat menyusul Hoshi dan Yuri ke dalam. Namun tanpa sengaja tatapannya
bertemu dengan Wonwoo yang sejak tadi selalu mengawasi Jiwoo. Jiwoo hanya
membalasnya dengan tatapan bertanya.
“Kok lu nggak bilang
kalo ke sini?” tanya Wonwoo sambil berjalan di sebelah Jiwoo.
Jiwoo mengerutkan
kening. “Sejak kapan kita pernah saling bertukar kabar ya?” Jiwoo balas
bertanya pada Wonwoo. Tentu saja Wonwoo tidak bisa menjawab. Jiwoo lebih
memilih mempercepat langkahnya
Wonwoo juga sudah
berniat untuk menyusul, namun Taeyong merangkulnya dari belakang. “Ingin
menjelaskan sesuatu, Bapak Wonwoo? Kenapa cewek itu ada di sini?”
“Dia kembaran, lu?”
Wonwoo dan Taeyong
kompak menoleh cepat pada Doyoung. Menatap dengan heran, bagaimana bisa cowok
itu mengajukan pertanyaan demikian.
“Soalnya kemaren Jiwoo
juga alergi. Bareng banget sama lu,” ujar Doyoung sambil menunjuk ke arah
Wonwoo. “Dia juga alergi kerang, tapi ngakunya dia nggak makan.”
“Ya mungkin dia alergi
makanan lain. Tapi nggak sadar,” sambar Taeyong.
“Pas itu Wooshin ngomong
sesuatu, dia bilang ‘mungkin bukan lu yang makan kerang’, gitu.”
Taeyong melebarkan
matanya sambil menepuk-nepuk pundak Wonwoo hingga cowok itu meringis kesakitan.
“Gila kalo beneran, gue mesti baik-baikin Wonwoo.”
Wonwoo berusaha
mendorong tubuh Taeyong, menjauh. “Bang, sumpah lu apa-apaan, sih? Baik-baikin
buat apa?”
Doyoung lebih memilih
untuk meninggalkan Wonwoo dan Taeyong masih entah meributkan apa. Cowok itu
disambut Yuri untuk bergabung bersama Hoshi dan Jiwoo yang sudah lebih dulu
duduk di meja makan. Doyoung memilih duduk berseberangan dengan Jiwoo. Niatnya
agar bisa lebih leluasa melirik Jiwoo. Namun keputusan yang salah besar.
Doyoung justru disuguhkan keakraban Hoshi dan Jiwoo.
Hoshi mendekatkan
wajahnya pada telinga Jiwoo untuk membisikkan sesuatu. “Gue nggak pernah
ngehayal sebelumnya, bisa makan satu meja sama anak-anak geng eliters.
Makan satu kantin aja nggak pernah.”
Jiwoo sedikit bergidik
mendengar suara pelan Hoshi yang lebih didominasi hembusan. “Geli, Hoshi!”
Jiwoo mendorong kepala Hoshi agar menjauh.
Wonwoo dan Taeyong
akhirnya muncul. Masing-masing mengambil tempat di sebelah kiri dan kanannya
Doyoung. “Papa udah tidur, ya?” tanya Wonwoo pada Yuri yang baru saja
membawakan satu menu makanan lagi dari dapur.
“Iya, sayang. Papa harus
lebih banyak istirahat,” Yuri berujar dengan nada sedikit sedih sambil
meletakkan sebuah piring berisi masakan dengan menu kerang di dekat Wonwoo.
“Besok pagi aja ya kalau mau ketemu papa.”
Wonwoo hanya mengangguk
sedikit. Tangannya sudah terulur, namun Doyoung lebih sigap merebut piring
berisi kerang yang ingin dijangkau Wonwoo. Doyoung menyodorkan piring tersebut
pada Taeyong. Wonwoo melirik dengan ekspresi kesal sambil menyikut Doyoung.
“Apaan? Nggak usah
aneh-aneh. Baru juga sembuh,” protes Doyoung karena menyadari Wonwoo
menginginkan makanan itu.
Mendengar keributan yang
dibuat Doyoung dan Wonwoo, membuat Yuri menoleh dengan tatapan ingin tahu. “Loh,
Wonwoo sakit? Sakit apa?”
“Wonwoo alergi kerang,
tante.” Doyoung yang menjawab. “Baru kemaren banget kambuh.”
“Oh berarti kalo Wonwoo
alergi, Jiwoo juga ngerasain gatelnya ya?” tanya Hoshi dengan ekspresi polos.
“Jiwoo sama Wonwoo
beneran kembar, tante?” Taeyong menatap Yuri, Jiwoo dan Wonwoo secara
bergantian. Tidak bisa menutupi rasa penasarannya.
Yuri tidak langsung menjawab. Wanita
itu hanya tersenyum getir. Lalu dengan lembut ia menatap Wonwoo. “Won, maafin
papa kamu ya.”
Wonwoo mendongak, balas
menatap Yuri yang duduk berseberangan dengannya. “Nggak apa-apa. Aku juga emang
nggak pernah nanya apa-apa.” Wonwoo melihat Yuri yang hanya bisa tersenyum.
Lalu tatapan cowok itu bergeser pada cewek disebelah Yuri. “Woo. Maafin gue
juga ya gue pernah salah paham sama lu. Dan duit lu juga belum gue ganti.”
Jiwoo yang semula
menatap Wonwoo penuh haru, berakhir dengan cewek itu harus menahan tawanya.
“Yaelah, Won. Mumpung di rumah, minta aja sama papa,” ledek Jiwoo yang sontak
menyulut tawa di meja makan.
***
Soyoung berdiri di depan
café milik Rowoon yang sudah gelap. Sesekali matanya menatap cemas ke ujung
jalan yang sudah tidak terlalu ramai itu. Soyoung melirik jam yang melingkar di
pergelangan tangan kirinya yang sudah menunjukkan pukul 11 malam.
//Jinhyuk//
Jinhyuk : “Sayang, motor aku mogok nih, kayaknya nggak bisa
jemput.”
Soyoung : “Oh iya udah nggak apa-apa. Aku naik ojek online
aja.”
Jinhyuk : “Hati-hati.”
“Loh, Soyoung?”
Mendengar Namanya
disebut, cewek itu menoleh. Mendapati salah seorang rekan kerjanya di café
berhenti diatas sepeda motornya. “Changkyun? Lu bukannya udah pulang?”
“Dompet gue ketinggalan
tadi. Makanya gue balik lagi. Lu nunggu dijemput? Gue temenin dulu, deh.” Cowok
itu kemudian mematikan mesin motornya.
Soyoung menggeleng. “Mau
pesen ojek online aja. Temen gue lagi nggak bisa jemput.”
“Oh, temen lu yang biasa
barengan jemput Jiwoo juga ya?” tanya Changkyun dengan nada sedikit antusias.
Namun berbeda dengan Soyoung. Sebenarnya
Wooshin sudah menawarkan diri untuk menjemput, namun Soyoung menolak karena
Jinhyuk yang berjanji untuk datang.
“Oh, yaudah ayo sekalian
aja. Rumah lu arah mana?” tanya Changkyun yang bahkan sudah kembali menyalakan
mesin motornya. “Sekalian lah biar gue tau juga rumah temen-temen kerja gue.”
“Sebenernya gue mau
balik ke rumah Jiwoo.”
Changkyun menatap
Soyoung. “Eh, tapi gue juga belum tau rumah Jiwoo. Kasih tau jalannya ya.”
Soyoung hanya menjawab
dengan anggukan. Namun belum sempat Soyoung naik ke atas boncengan motor
Changkyun, terdengar suara yang berasal dari perut cewek itu. Buru-buru Soyoung
mendekap perutnya sendiri sambil menatap ke arah lain karena bisa dipastikan
Changkyun langsung menoleh ke arah gadis itu sambil terkekeh.
“Makan dulu lah ayok,
gue juga laper padahal udah makan. Gara-gara rame banget. Belom lagi kalo
temen-temennya si bos udah ngumpul,” celoteh Changkyun yang tanpa sadar justru
membuat Soyoung terkekeh.
“Iya gue tau. Kan gue
juga ngerasain tadi.”
***
Jiwoo memasuki sebuah
kamar yang akan ia tempati di sana. Tidak terlalu jauh dari kamar orang tuanya.
Cewek itu menatap berkeliling. Menyapu pandangan pada tiap sudut ruangan yang
dapat dijangkau matanya. Setelahnya, cewek itu langsung membersihkan diri agar
bisa segera beristirahat. Jiwoo menyambar ponselnya sebelum menghempaskan diri
diatas Kasur.
//The Dreamers//
Euijin : “@Soyoung kamu di mana, sayang?”
Soyoung : “Makan dulu bentar ya beb. Laper nih gue.”
Soyoung : “Mau dibawain apa?”
Euijin : “Nggak usah, gue ngantuk. Kunci udah di bawa kan?”
Heedo : “Sama Jinhyuk?”
Soyoung : “@Euijin aman, beb.”
Soyoung : “@Heedo nggak nih gue sama temen kerja.”
Soyoung : “Jinhyuk motornya mogok.”
Hoshi : “Motornya mogok di café?”
Wooshin : “Maksudnya @Hoshi?”
Hoshi : “Gue liat sosmed temen gue tadi, kayak Jinhyuk.”
Hoshi : “Udah ah, gue mau tidur. Selamat tidur selirku
@Hayoung @Jiwoo @Euijin @Soyoung.”
Jiwoo : “Keluar lu dari rumah bokap gue!”
Hoshi : “Hahahahaha.”
Hoshi : “Eh anjir rumah Jiwoo gede banget. Kita mesti ke sini
kapan-kapan.”
Hoshi : “Bisa buat main bola, Do. @Heedo.”
Jiwoo : “Palalu, @Hoshi!”
Hoshi tertawa geli dibalik selimut
tebal di kamar yang ia tempati. Namun tiba-tiba Hoshi terlonjak karena ada yang
membuka pintu kamarnya. Doyoung muncul sambil memainkan ponselnya. Doyoung
sudah berganti pakaian dengan milik Wonwoo. Hoshi sama sekali tidak melepas
tatapannya pada Doyoung yang semakin mendekat, bahkan Doyoung sudah duduk di
tepi Kasur.
“Lu, kok di sini? Nggak
alergi sama gue?”
Doyoung menoleh dan
justru mendapati Hoshi menutup tubuh dengan selimut, dan hanya menyisakan
matanya. “Emang lu sejenis bakteri?”
//Bucinnya Bunda Yoona//
Jungwoo : “Bang @Doyoung, gue belom nemu informasi tentang sodaranya
Wonwoo.”
Inseong : “Selamat yang udah punya tunangan @Doyoung.”
Doyoung : “Sewain ring tinju @Jungwoo buat gue gebukin
@Inseong.”
Inseong : “Hahahaha.”
Doyoung : “Nggak usah @Jungwoo. Gue udah ketemu langsung sama
cewek itu.”
Inseong : “Mau diapain sih emangnya cewek itu?”
Jungwoo : “Dijadiin tunangan bang @Doyoung.”
Inseong : “Tunangan kedua?”
Doyoung : “Udah lah nggak usah aneh-aneh.”
Doyoung : “Gue nggak mau tunangan sama dia kalau Cuma untuk
urusan perusahaan.”
Inseong : “Santai, Doy. Lu bisa kerja di kantor gue. Mau
posisi sebagai kepala keamanan atau kepala office boy?”
Doyoung : “Yang mana aja gue terima dengan senang hati.”
Jungwoo : “Donor darah berakibat fatal juga ternyata ya?”
Doyoung menyandarkan
badan ke kepala tempat tidur. Cowok itu masih sibuk dengan ponselnya. Sama
seperti Hoshi. Namun Hoshi terkadang masih melirik Doyoung hanya untuk
mengetahui apa yang biasanya orang kaya lakuin sebelum tidur.
“Sama aja ternyata,”
ujar Hoshi pelan. Menjawab pikirannya sendiri.
//The Dreamers//
Jiwoo : “Iya nggak sengaja datengnya barengan.”
Jiwoo : “Wonwoo ngajak Doyoung sama Taeyong.”
Euijin : “Ah gila temen gue on the way masuk geng eliters
nih.”
Jiwoo : “Nggak akan.”
Heedo : “Abang Heedo semakin nggak bisa mengejar nih kalo
Jiwoo ketinggian.”
Heedo : “Untung masih ada Euijin sama Hayoung.”
Hayoung : “Ewh. Ogah ya.”
Wooshin : “Wkwwkwk. Heedo lu kurang-kurangin lah godain calon
bini gue.”
Euijin : “Dih, ini lagi si Wooshin.”
Hoshi : “TEBAK GUE TIDUR SAMA SIAPA?”
Wooshin : “Gue sunatin lagi lu Hoshi kalo sampe berani tidur
sama Jiwoo.”
Heedo : “Nanggung, Shin. Kita kebiri aja.”
Hoshi : *Mengirim foto Doyoung.*
Jiwoo melebarkan mata
melihat kiriman foto dari Hoshi. Foto Doyoung yang diambil secara diam-diam
dari sebelah kiri. Jiwoo sampai memperbesar gambar untuk melihat wajah Doyoung
lebih jelas. Cowok itu sedang tersenyum tipis melihat layar ponsel.
“Jiwoo!”
terdengar panggilan seseorang dari luar kamar sambil mengetuk pintu kamar Jiwoo.
“Iya? Masuk aja!” balas
Jiwoo dengan teriakan juga.
Lalu pintu terbuka dan
Wonwoo menyembulkan kepalanya. “Woo, gue tidur di sini ya.”
Jiwoo menatap, bingung.
“Emang kamar lu kenapa?”
“Nggak aman tidur sama
Bang Taeyong. Masih mending kena tendang. Kalo kena peluk, gimana?”
Jiwoo terkekeh geli
melihat Wonwoo yang menurutnya lucu. “Yaudah sini. Udah lama nggak tidur
bareng. Terakhir mungkin pas bayi, kan?”
Wonwoo berjalan masuk.
“Atau pas masih di perut mama?”
Jiwoo menggeleng dan tiba-tiba
menatap Wonwoo, sedih. Wonwoo tersenyum tipis sambil mengacak rambut Jiwoo yang
terurai sebelum menarik selimut dan menenggelamkan tubuhnya di dalam sana.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar