Luhan
menerobos masuk setelah mengetahui kamar tempat Sehun di rawat. Dibelakangnya,
Lay masih setia mengikuti.
“Sehun,
kau baik-baik saja?” Tanya Luhan panic. Dan kepanikan itu bertambah di kala ia
melihat tubuh Sehun terbaring lemah di atas tempat tidur.
Sehun
sendiri telah sadar dari pingsan dan kini berusaha memunculkan senyumnya. “Aku
baik-baik saja,” ujarnya dan tentu saja itu bohong dan hanya untuk membuat
kekhawatiran Luhan berkurang.
“Kenapa
Sehun bisa seperti ini?”
Luhan
menoleh ke arah Lay yang bertanya dengan suara keras pada Kyungsoo yang memang
sejak awal menemani Sehun.
“Aku
hanya kelelahan, hyung,” rayu Sehun agar Luhan mempercayai kondisinya sudah
lebih baik dari sebelumnya.
Luhan
seperti tak mendengar ucapan Sehun. “Kyungsoo, katakan padaku,” pinta Luhan
dengan suara pelan namun seperti ada sebuah ancaman di dalamnya.
“Apa
kalian bertengkar?” Kyungsoo malah balik bertanya dan membuat Luhan menatapnya
bingung. “Dokter bilang, ada yang sedang dipikirkan Sehun hingga kondisinya
lemah seperti ini,” jelas Kyungsoo.
Kris.
Tidak salah lagi. Tapi bisa dipastikan Luhan tidak akan mengakui bahwa tekanan
masalah yang dihadapi Sehun adalah karena Kris, bukan karena dirinya.
“Mungkin
aku yang sedikit kurang memperhatikan Sehun akhir-akhir ini,” kata Luhan
berbohong.
Kyungsoo
dan Lay hanya mengangguk mengerti tanpa ada rasa curiga sedikitpun.
“Kyungsoo,
Lay.” Luhan mendesah pelan sebelum melanjutkan kata-katanya. “Bisa tinggalkan
aku bersama Sehun sebentar?” pintanya tanpa bermaksud untuk mengusir Kyungsoo
dan Lay yang kembali mengangguk sebelum akhirnya benat-benar meninggalkan Sehun
berdua saja dengan Luhan.
“Jongdae
hyung dan Minseok hyung di mana?” Tanya Kyungsoo ketika menyusul Lay yang
berjalan lebih dulu menuju kursi di koridor tak jauh dengan letak kamar Sehun.
“Mereka
akan menyusul setelah kuliah selesai,” hanya itu penjelasan Lay.
@@@
Baekhyun
mengedarkan pandangan ke sekitar lapangan parkir. Ia dengan cemas menunggu
kedatangan Kris dan Suho. Beberapa kali ia dengan gusar melirik jam
ditangannya.
“Kenapa
mereka terlambat?” keluh Baekhyun.
Baekhyun
kembali menghubungi ponsel Suho. Nomornya kini tidak aktif. Sementara Kris,
pemuda itu sama sekali tidak menjawab satupun panggilan Baekhyun.
Di
saat yang bersamaan, Kris ternyata meninggalkan ponselnya di dalam mobil karena
saat ini Kris sedang sibuk melakukan ‘sparing’ menghadapi tiga orang sekaligus.
Suho
juga cukup membantu meski ia yang lebih sering mendapat serangan bertubi-tubi
dari Gikwang dan Junhyung.
Leader
dari pemuda-pemuda itu tampak berdecak kecewa karena sejak tadi ia hanya diam
saja menyaksikan lima temannya berkelahi melawan Suho dan Kris.
“Hyunseung,
Dongwoon, Yoseob!” teriak pemuda itu kepada tiga orang yang tengah menghadapai
Kris.
“Kenapa?”
Yoseob yang bertanya karena hanya ia yang sebenarnya sama sekali belum
menyerang Kris. Tidak seperti dua temannya.
Sejak tadi yang dilakukan
pemuda bertampang imut ini hanya memperhatikan atau sesekali mengitari area
Kris melawan Hyunseung dan Dongwoon dengan kedua tangan terkepal di depan dada.
Yoseob
melihat leader mereka yang berjalan mendekatinya. “Doojoon! Jangan mendekat!”
seru Yoseob seperti akan melindungi leader mereka dari bahaya.
Doojoon
seperti tak mendengar ucapan Yoseob, justru Yoseoblah yang berlari ke arah
Doojoon dan mendorong tubuh leader mereka karena ternyata ada seseorang di
belakang Doojoon yang berniat menyerangnya.
“Awas!”
pekik Yoseob yang justru terkena tendangan dari orang tersebut karena ingin
melindungi Doojoon.
Doojoon
tersenyum puas ketika mengetahui siapa orang tersebut. Ia berusaha bangkit
karena tadi sempat terjungkal akibat dorongan keras dari Yoseob.
“Akhirnya
kalian datang juga,” seru Doojoon sambil menepuk-nepuk tangannya.
Mendengar
ucapan Doojoon, Kris mencuri-curi pandang untuk bisa melihat siapa orang yang
dimaksud Doojoon. Dan mata Kris membulat sempurna ketika menatap dua pemuda
tersebut.
“Waah,
si playboy dan mata panda!” heboh Yoseob meski ia sempat tersungkur akibat
tendangan dari Tao.
@@@
“Hyung,
maafkan aku,” lirih Sehun dengan wajah pucatnya.
Luhan
menggeleng kuat-kuat. “Aku yang salah. Maaf karena merahasiakan ini darimu,”
ujar Luhan sama menyesalnya.
Sehun
tersenyum samar. “Aku takut kalau Kris…”
“Sssttt…”
desis Luhan memotong ucapan Sehun karena ia bisa menebaka apa yang akan
dikatakan adiknya itu. “Kau tidak perlu khawatir. Kris pemuda yang kuat. Kita
akan bersama selamanya,” ujar Luhan berusaha menghibur Sehun.
Sehun
sendiri tidak terlalau menanggapi ucapan Luhan karena ia sendiri sadar bahwa
penyakit Kris bisa tiba-tiba muncul kapan saja dan tidak menutup kemungkinan
untuk merenggut nyawa Kris juga.
“Mana
Kris hyung?” Tanya Sehun seperti ingin mengalihkan topic pembicaraan mereka.
“Dia
kuliah,” jawab Luhan singkat.
Sehun
mendesah berat. Di saat seperti ini, ia sangat membutuhkan kehadiran Kris juga.
Tapi di sisi lain, ia juga ingin agar tidak selalu bergantung pada kakaknya
yang satu itu. Hanya karena ingin mempersiapkan diri menghadapi kenyataan pahit
suatu hari nanti. Tapi, bukankah itu sangat jahat?
Sehun
menggeleng kuat-kuat untuk menyingkirkan pikiran jelek tadi dari otaknya.
Tidak. Kris tidak akan meninggalkannya secepat itu.
“Sehun,
dari mana kau tahu kalau Kris…” Luhan tak sanggup meneruskan ucapannya karena
ia yakin Sehun mengerti kelanjutan perkataan itu.
“Aku
menemukan obat di kolong tempat tidur,” jelas Sehun mengakui.
“Apa
kau menyuruh orang lain untuk menemui Joongki?” tebak Luhan dan dijawab
anggukan oleh Sehun.
“Kyungsoo
yang membantuku.”
@@@
“Suho!”
teriak Kris histeris melihat kondisi Suho yang sudah sangat mengkhawatirkan.
Tanpa mempedulikan Dongwoon dan Hyunseung, Kris berlari ke arah Suho.
Beruntung untuk Kris
karena Tao dengan gesit menghalangi Dongwoon yang sudah ingin menyerang Kris dari
belakang. Sementara Chanyeol kini menghadapi Doojoon. Lalu Yoseob? Satu
tendangan saja sudah membuatnya tak berani bergerak.
Kris
menarik tubuh Gikwang menjauh dari Suho lalu melayangkan pukulan di wajah
pemuda itu. Dengan kalap, Gikwang di hajar habis-habisan dan tanpa ampun.
“Kris!”
pekik Suho yang melihat Junhyung sudah mengangkat tangannya yang memegang balok
kayu.
BRAK!!!
Junhyung
membeku seketika karena balok yang ia layangkan mendarat mulus di punggung
Suho, bukan Kris seperti apa yang ia rencanakan sebelumnya.
Kris
mendorong tubuh Gikwang yang mulai babak belur ke atas aspal. “Suho!” teriaknya
sambil berlari ke arah Suho. Ia juga sempat menyikut tubuh Junhyung untuk
menyingkir.
Junhyung
sendiri tidak ingin membuang kesempatan di saat Kris lengah. Rasa bersalahnya
hanya bertahan sebentar. Ia kembali mengangkat balok kayu yang masih di
tangannya. Namun gerakannya kalah cepat dari Tao yang telah lebih dulu
menendang Junhyung hingga tubuh pemuda itu tersungkur tepat di samping Suho.
“Kris!
Bawa dia pergi!” perintah Tao agar Kris segera membawa Suho ke rumah sakit
karena pemuda itu kini sudah tak sadarkan diri.
@@@
Sehun
mendorong sendok yang dipegang Luhan, menjauhkan benda itu dari depan mulutnya.
“Hyung, cukup. Aku sudah kenyang,” tolaknya.
“Kalau
kau tidak sembuh, bagaimana bisa kau melindungi Kris?” Luhan berusaha membujuk
adiknya untuk makan.
Sehun
cemberut. “Kau mangancamku?”
“Tentu
saja,” balas Luhan penuh kemenangan. “Aku tidak ikut campur jika Kris
memarahimu nanti.”
“Oke…
oke…” seru Sehun akhirnya, mengalah karena Luhan seperti bersiap untuk
menyingkirkan peralatan makan yang digunakan Sehun.
Tak
lama, terdengar suara pintu terbuka.
“Hyung,
apa Sehun tidak mau makan?” tebak Kyungsoo yang muncul dari balik pintu dan
disusul Jongdae dibelakangnya.
“Kau
seperti tidak mengenal Sehun saja,” ujar Luhan yang dihadiahi pelototan dari
Sehun. “Jongdae? Mana Lay?” Tanya Luhan kepada teman kuliahnya itu.
“Lay
lagi menemani Minseok mencari makanan,” jelas Jongdae.
Kyungsoo
merebut sendok dari tangan Luhan. “Biar aku saja, hyung. Berisitirahatlah dulu,
kau pasti lelah.”
Jongdae
menyentuh pundak Luhan pelan lalu mengisyaratkan Luhan untuk duduk di sofa.
Luhan hanya mengangguk sekilas sebelum akhirnya menyerahkan urusan menyuapi
Sehun kepada Kyungsoo lalu menyusul Jongdae yang sudah lebih dulu menuju sofa.
“Apa
ada tugas kuliah setelah aku pergi tanya?”
Jongdae
merespon pertanyaan Luhan dengan lirikan sebal. “Adikmu sedang sakit, tak
bisakah kau sedikit mengabaikan tugas kuliah untuk sementara waktu?” Tanya
Jongdae sinis.
Sehun
menertawai perdebatan antara Luhan dengan Jongdae. “Hyungku memang seperti itu,
hyung.”
“Iya,
tidak sepertimu, Sehun,” ujar Kyungsoo yang sukses membuat Sehun cemberut
sambil menatapnya kesal. Luhan dan Jongdae balas menertawai Sehun.
@@@
Doojoon
menarik kerah pakaian Chanyeol yang kini sudah terkapar di atas aspal. “Aku
telah menyuruh Kris untuk menghubungi kalian dan anak-anak geng SMA Sun Moon,
tapi temannya Kris tadi tidak menurutiku dan kalian yang harus menanggung
akibatnya,” desis Doojoon tajam.
Tak
jauh dari sana, Tao juga sudah tidak berkutik di bawah kaki Junhyung.
“Mana
Jongin, Lay dan Minseok?” Tanya Junhyung.
“Kenapa
Tanya padaku?” protes Tao.
“Ku
rasa mereka berpura-pura masih bermusuhan di depan kita,” tebak Hyunseung mulai
berspekulasi.
“Kami
memang musuh! Bukan berpura-pura!” teriak Chanyeol ikut memprotes.
“Cih!
Diam kau!” bentak Junhyung yang berdiri dibelakang Doojoon. “Apa kau pikir kami
itu bodoh?”
“Mungkin
lain kali kita harus menggunakan Jongin sebagai umpan. Pemuda bersama Kris tadi
tidak berpengaruh apapun,” ujar Gikwang yang langsung disambut anggukan oleh ke
lima temannya.
“Pemuda
yang bersama Kris tadi memang tak berpengaruh apa-apa. Dia bukan siapa-siapa!”
seru Chanyeol yang secara tak langsung mendukung ucapan Gikwang untuk tidak
menyeret Suho dalam masalah mereka.
Doojoon
tersenyum pahit. “Apa kau tidak tahu siapa pemuda yang bersama Kris tadi?”
Chanyeol
melirik Tao penuh arti, namun temannya itu menggeleng samar sebagai jawaban
bahwa ia tak mengenal Suho.
“Dia
kakaknya Jongin,” Dongwoon yang menjawab pertanyaan Doojoon.
“Apa?”
pekik Tao dan Chanyeol bersamaan.
Doojoon
mendengus kesal. “Sudahlah, kalian tak perlu berakting seperti itu,” desisnya
tajam lalu berdiri. “Ayo!” seru Doojoon sebagai seorang leader, memerintah anak
buahnya untuk meninggalkan Tao dan Chanyeol yang masih terkapar di aspal.
Terakhir
kali sebelum benar-benar pergi, Dongwoon menendang perut Tao dan Gikwang juga
melakukan hal yang sama pada Chanyeol.
Yoseob
berbalik paling akhir, karena ia masih saja sempat melambaikan tangan
bergantian ke arah Chanyeol dan Tao. “Dadah panda, dadah playboy,” serunya.
“Yoseob!”
teriak Junhyung.
“Iya!”
jawab Yoseob takut-takut. Mungkin hanya dia, anggota seorang gangster yang
masih menyempatkan diri memberikan salam perpisahan untuk musuh-musuhnya.
Tak
lama setelah Doojoon dan kawan-kawan meninggalkan Chanyeol dan Tao, Joongki
muncul dan akhirnya membawa mereka ke rumah sakit.
@@@
Saat
berjalan untuk kembali ke kamar Sehun, Lay yang melihat Jongin dari kejauhan,
merentangkan satu tangannya untuk menghalangi Minseok.
“Ada
apa?” Tanya Minseok bingung karena Lay menghentikan langkahnya dengan
tiba-tiba.
Tangan
Lay terangkat menunjuk sesuatu. “Jongin,” ujarnya pada Minseok tanpa melirik.
“Astaga!”
seru Minseok terkejut. “Kenapa Jongin ada di sini? Apa ibunya sakit?” tebaknya
dan Lay hanya menggeleng.
“Entahlah,
ayo kita susul dia,” saran Lay yang langsung berlari mengejar Jongin dan
Minseok otomatis mengikuti dibelakangnya.
@@@
Kris
merasakan ponselnya bergetar. Ia tak ingin menjawab panggilan dari Baekhyun
karena ia tadi telah mengiriminya pesan tentang keadaan Suho dan telah menyuruh
Baekhyun untuk datang. Kris juga tak
lupa memberi tahu rumah sakit serta nomor kamar tempat Suho kini berbaring.
“Kris?
Apa kau baik-baik saja?”
Kris
melotot mendengar pertanyaan pertama Suho setelah sadar dari pingsan beberapa
saat lalu. “Harusnya aku yang bicara seperti itu!” marah Kris.
Suho
memaksakan tersenyum meski samar-samar karena rasa sakit yang ditimbulkan
luka-luka yang menghiasi wajah tampannya. “Tapi kau belum menjawab
pertanyaanku!” protes Suho dengan nada lemah namun ia tidak mau terdengar
kalah.
Kris
mendesah sebal. “Setidaknya lebih baik darimu,” balas Kris penuh kemenangan.
Jelas saja, terluka karena ‘sparing’ sudah hal biasa dikehidupan seorang Choi
Kris Woo. Meski kali ini lebih parah dari pada biasanya karena ia dikeroyok,
tetap saja Kris tidak sampai pingsan.
“Apa
kau mengenal orang-orang tadi?” Tanya Suho penasaran.
“Maaf
jika aku belum cerita sebelumnya. Dulu ketika SMA, aku adalah seorang gangster.
Hobiku berkelahi. Bahkan aku memiliki lawan ‘sparing’ tetap dari sekolah lain.
Mereka memang bukan lawan tetapku, tapi sekolah kami juga bermusuhan sejak lama,”
jelas Kris panjang lebar.
“Dan
tadi ku dengar mereka menyebut Jongin,” ujar Suho yang mengingat kejadian
beberapa waktu lalu. “Apa adikku juga seorang gangster? Dan apa kau
mengenalnya?” pertanyaan Suho terdengar penuh selidik. Dari nadanya saja sudah
jelas kalau Suho terdengar sedikit mendesak Kris untuk menjawabnya dengan
jujur.
Kris
mendesah keras. Ia tidak tau apakah harus jujur atau sebaliknya karena belum
sempat menjawab, muncul tiga pemuda di sana.
@@@
“Hyung,
sudah…” Sehun masih tetap merengek karena ia tidak ingin menghabiskan
makanannya.
“Oke,”
ujar Kyungsoo mengalah. “Setidaknya ini lumayan.”
Sehunpun
akhirnya bisa bernapas lega. Ia melirih Luhan yang masih berbincang dengan
Jongdae. “Hyung,” panggilnya.
Luhan
menoleh, “ada apa?”
“Aku
bosan. Temani aku jalan-jalan ke luar,” pinta Sehun.
Luhan
melirik Kyungsoo seperti meminta pendapat. Yang ditatap justru menunjuk deretan
obat yang berjejer rapi di meja samping tempat tidur Sehun.
Luhan
mengangguk sekilas sebelum akhirnya kembali melirik Sehun. “Boleh,” serunya
langsung dibalas Sehun dengan ekspresi girang. “Tapi kau harus meminum obatmu
dulu,” syarat dari Luhan yang sukses membuat Sehun kembali cemberut.
@@@
“Jongin!”
panggil Minseok menghentikan Jongin yang sudah memegang knop pintu sebuah kamar
rawat di rumah sakit yang sama dengan Sehun.
Jonginpun
menoleh dan menatap bingung ke arah dua temanny yang semakin dekat. “Kenapa
kalian bisa di sini?”
Lay
mengabaikan pertanyaan Jongin. “Siapa yang sakit? Apa ibumu?”
“Bukan,”
sergah Jongin cepat-cepat. “Tapi, hyungku,” ujarnya pelan. Namun sedetik
kemudian, wajah Suho berubah cerah. “Apa kalian ingin bertemu dengannya?”
Lay
dan Minseok saling tatap, lalu mereka dengan kompak mengangguk penuh semangat.
Jika tidak sekarang, kapan lagi mereka bisa bertemu dengan kakaknya Jongin.
Jongin
masuk lebih dulu dan langsung disusul oleh Lay serta Minseok.
“Suho
hyung,” seru Jongin sambil berjalan masuk dan langsung menghampiri tempat tidur
di mana Suho berbaring. “Apa yang terjadi denganmu?” Tanya Jongin cemas dan
nampaknya ia tak menyadari bahwa ada Kris di sana yang langsung membeku
mendapati Jongin muncul bersama Lay dan Minseok. Tiga pemuda yang menjadi lawan
‘sparing’ tetapnya.
“Kris!
Apa yang kau lakukan di sini?” hardik Minseok dengan tatapan benci. Memang
selalu seperti itu jika ia bertemu Kris.
Mendengar
Minseok menyebut nama Kris, Jongin sontak menoleh. Matanya melebar ketika benar
mendapati sosok tinggi yang ia kenal sebagai Kris.
Jongin
segera melesat ke arah Kris berada. “Kenapa kau bisa ada di sini?” Tanya Jongin
tegas dan tangannya sudah sampai di kerah pakaian Kris.
“Jongin,
apa yang kau lakukan?” Suho berusaha melerai, namun suaranya yang terdengar
lemah sama sekali tak berpengaruh di telinga Jongin serta dua temannya.
“Apa
kau yang membuat hyungku seperti ini?” Tanya Jongin lagi meski pertanyaan
sebelumnya tidak di jawab oleh Kris.
Nampaknya
Kris memang tak berniat menjawab pertanyaan Jongin. Karena percuma saja, Jongin
tidak akan percaya jika bukan ia yang melakukan hal itu pada Kris. Akhirnya,
Kris lebih memilih bungkam dan membalas tatapan Jongin datar.
“Jongin!”
teriak Suho berusaha menghentikan Jongin yang kini sudah menyeret Kris ke luar
dari kamarnya. Tentu saja usaha Suho sia-sia. Jongin sudah lebih dulu pergi dan
Suho tak bisa melakukan apapun. Rasa sakit membatasi ruang geraknya. Belum lagi
luka di punggung akibat pukulan balok kayu yang diterimanya.
@@@