“Sehun…”
Kyungsoo berteriak sambil mengejar Sehun yang hampir sampai di parkiran motor.
“Kau kini membawa motor?” seru Kyungsoo heran karena ini adalah kali pertama ia
melihat Sehun menuju parkiran motor. Biasanya akan ada sopir pribadi yang siap
mengantar Sehun kapanpun dan kemanapun.
“Baru
hari ini.” Balas Sehun seolah menganggap itu masalah kecil yang tak harus di
besar-besarkan. “Ada apa?”
“Aku
sangat ingin tau rumah barumu. Apa aku boleh ikut?”
Sehun
tampak menimbang-nimbang permintaan Kyungsoo. Bukannya tak mau Kyungsoo datang.
Ia hanya tak ingin Kyungsoo bertemu dengan Kris.
“Begini…”
Sehun berusaha bersikap sebiasa mungkin sambil menyentuh pundak Kyungsoo untuk
memberikannya pengertian. “Bukannya tidak mau. Tapi ku pikir nanti saja jika
Minseok hyung dan Lay hyung sudah mulai masuk kuliah. Kita akan bisa bermain
dengan tenang tanpa gangguan dari mereka.”
Kyungsoo
tampak kecewa dengan keputusan Sehun. “Kalo begitu jangan katakan pada mereka
kalau aku main ke rumahmu.” Kyungsoo masih berusaha keras membujuk Sehun.
Sehun
juga dua kali lipat lebih berusaha untuk memberi pengertian pada Kyungsoo.
“Kalau kau tidak ada di rumah, Minseok hyung pasti akan mencari.”
“Kita
bisa bilang ada kegiatan di sekolah.”
“Aku
tidak mengijinkanmu berbohong.” Ketus Sehun membuat Kyungsoo bungkam. Dulu ia
pernah melakukan sedikit kebohongan pada Kris, dan hyungnya itu marah besar.
Dan kini Sehun tak ingin Minseok melakukan hal yang sama jika tau Kyungsoo
berbohong.
“Oke.”
Ujar Kyungsoo singkat lalu meninggalkan Sehun. Ia memang tak pandai berbohong.
Jelas terlihat di wajahnya bahwa Kyungsoo sangat kecewa.
“Kyungsoo.”
Panggil Sehun sebelum Kyungsoo semakin jauh. Kali ini ia yang mengalah untuk
mengejar Kyungsoo. “Maaf jika aku mengecewakanmu. Tapi hyungmu tidak akan lama
lagi mulai kuliah. Waktunya akan tersita lebih banyak dan kita bisa
memanfaatkan itu untuk bermain bersama. Aku tau kau pasti akan kesepian jika
Minseok hyung mulai kuliah.”
Kali
ini Sehun berhasil memberi pengertian pada Kyungsoo yang akhirnya bisa
tersenyum. “Apa sejak Luhan hyung mulai kuliah kau juga merasakan hal itu?”
Sehun
tertegun mendengar pertanyaan Kyungsoo. Jelas saja jawabannya ‘tidak’, karena
saat itu Kris juga masih SMA. Jadi mereka masih bisa bermain bersama. Namun di
sisi lain, Sehun terharu karena Kyungsoo sangat perhatian dengannya. Perlahan
Sehun menggeleng. Apa itu artinya ia akan mengakui bahwa ia tidak terlalu
merasa kesepian karena ada Kris?
Kyungsoo
menatap Sehun bingung. “Maksudmu?”
“Kan
ada kau, Kyungsoo…” Sehun tampak gemas dan menarik Kyungsoo ke bawah lengannya.
Sementara Kyungsoo hanya tertawa menanggapi perlakuan Sehun.
@@@
Tao
keluar dari dalam ruangan ayahnya. Di kejauhan, tak sengaja Tao melihat sosok
Luhan menuju tempat informasi. ‘Apa yang dilakukan Luhan hyung di sini?’ pikir
Tao dalam hati.
“Tao
tunggu…”
Tao
menghentikan langkah karena ia mendengar suara ayahnya memanggil. Tao memang
anak dari dokter Jaesuk. “Ada apa lagi, yah?” Tanya Tao malas setelah berbalik.
Dokter
Jaesuk melambaikan tangan sebagai tanda Tao untuk menghampirinya. “Ada yang
lupa ku sampaikan.”
Dengan
sangat terpaksa Tao pun kembali masuk ke dalam ruangan ayahnya dan ia sempat
melirik Luhan sesaat yang masih berdiri di depan loket informasi.
Sementara
di tempatnya berada, Luhan tampak gelisah menunggu suster mencari data melalui
komputernya.
“Tuan
Choi Kris Woo berada di ruangan 527.”
Tanpa
pamit atau sekedar mengucapkan terima kasih, Luhan langsung melesat ke ruangan
yang dimaksud suster tersebut. Ia hendak berniat menaiki lift, namun karena ini
jam besuk, antrian cukup panjang. Luhan sudah tidak bisa menunggu, ia langsung
mencari tangga meski kamar Kris berada di lantai 5.
@@@
“Hyung?”
gumam Kris yang terkejut mendapati Luhan muncul di depan pintu kamar rawatnya.
Luhan
berjalan tergesa-gesa menghampiri Kris. “Kau baik-baik saja? Kenapa bisa sampai
begini? Siapa yang mengantarmu ke rumah sakit?” Tanya Luhan bertubi-tubi.
Kris
menegakkan badannya yang bersandar. “Kau berlebihan hyung.” Canda Kris diiringi
tawanya.
“Hei!
Aku hampir mati mendengar kau masuk rumah sakit!” omel Luhan merasa
kepanikannya hanya dianggap lelucon oleh Kris.
Kris
sebenarnya tak niat bersikap seperti itu. Ia hanya tidak ingin Luhan terlalu
mengkhawatirkannya. “Sudahlah hyung. Aku baik-baik saja. Aku ke sini di antar
Joongki hyung. Tadi ia sedang main ke rumah.” Jelas Kris. “Maaf
mengkhawatirkanmu, hyung.” Sesalnya.
Luhan
pun akhirnya bisa bernapas lega. Ia menghempaskan badannya ke kursi di samping
ranjang Kris. Kris menyodorkan selembar tissue sebelum hyungnya itu menyeka
keringat menggunakan ujung jaketnya.
“Siapa
yang memberi tahumu aku di sini?” Tanya Kris di sela-sela Luhan menyeka
keringatnya.
Luhan
melirik Kris kecewa. “Jadi kau tidak akan memberi tahuku kalau kau di sini?”
balas Luhan membuat Kris bungkam. Kris diam dan tak bisa menjawab. Dan Luhan
yakin bahwa Kris tidak akan bisa menjawab pertanyaannya yang itu. “Tak penting
siapa yang menghubungiku. Yang penting sekarang, apa yang terjadi padamu?”
Kris
dan Luhan sama-sama terperanjat karena Joongki muncul dan membuka pintu dengan
sedikit kasar. “Oh, Luhan? Kau sudah di sini?”
“Jadi
kau yang memberi tahu Luhan hyung?” desis Kris penuh selidik. Ia menjadikan
Joongki tersangka utamanya. Kris mendesah karena Joongki tak menjawab.
“Harusnya aku tau sejak awal.”
“Ceritakan
apa yang terjadi pada Kris?” desak Luhan pada Joongki karena tak mungkin Kris
mau buka mulut.
Joongki
melangkah pelan hingga akhirnya kini ia sudah di samping ranjang tempat Kris
berbaring. “Ku harap kau selalu mengecek obat Kris. Kau tau sendiri bagaimana
adikmu itu.”
Luhan
mendelik dan menatap Kris tajam. Namun adiknya itu pura-pura tak menyadari
perlakuan Luhan padanya. Ia kembali menatap Joongki. “Aku sudah memeriksanya
semalam. Dan yang ku temui masih banyak.”
“Kau
pasti melihat yang tutupnya biru?” tebak Joongki.
“Bukankah
memang merah?” Tanya Luhan, namun sedetik kemudian ia menyadari maksud ucapan
Joongki. “Kenapa kau selalu mengganti warna tutup obat milik Kris?” pertanyaan
Luhan kali ini terdengar seperti menyalahkan Joongki.
“Itu
bukan kemauanku.” Joongki tampak membela diri dan tatapannya sesekali tertuju
pada Kris. “Kau! Jangan ikut memojokkanku seperti itu.” Protes Joongki mengenai
tatapan penuh kemenangan yang ditunjukkan Kris.
Luhan
menjitak kepala Kris. “Kenapa kau memukulku?” protes Kris tak terima dengan
perlakuan Luhan.
“Apa
kau tak sadar apa yang lakukan?” ucapan yang terlontar dari mulut Luhan tak
sekedar pertanyaan. Namun juga menyiratkan kekecewaan. Bagaimana tidak? Ia
bertanggung jawab sepenuhnya atas Sehun dan Kris selama orang tua mereka tak di
rumah. Walau Sehun lebih muda, tapi Kris yang butuh perhatian lebih. Dan kini
Kris seperti tak bisa diajak kerja sama untuk meminimalisir kejadian seperti
ini akan terjadi lagi suatu hari nanti.
“Sudahlah
hyung, nanti sore aku sudah bisa pulang.” Rayu Kris agar Luhan sedikit tenang.
Tapi sebenarnya itu tidak berhasil.
“Kalau
kejadian seperti ini terjadi lagi, habis kau!” ancam Luhan serius. Meski
sebenarnya ancaman Luhan sama sekali tak menakutkan di mata Kris.
@@@
Tao
akhirnya bisa benar-benar keluar dari ruangan ayahnya, dokter Jaesuk. Lagi-lagi
Tao melirik meja informasi tempat ia melihat seorang Luhan di sana. Ia masih
penasaran dengan apa yang dilakukan pemuda itu di sini.
“Apa
kau sudah selesai?” suara seseorang yang berbicara tepat di telinga membuat Tao
sedikit terlonjak. “Apa yang kau lihat?” Tanya Chanyeol sambil mengikuti arah
pandangan Tao.
Tao
sama sekali tak menggubris kata-kata Chanyeol. Matanya tetap lekat tertuju meja
informasi yang sebenarnya tak akan memberikan informasi apapun juga padanya
jika hanya berdiam diri di sana.
Tanpa
sepengetahuan Tao, Chanyeol mengerling jahil padanya. “Apa kau sedang
memperhatikan suster-suster cantik di sana ya?” godanya sambil menyenggol pelan
pundak Tao.
Tao memberikan
tatapan membunuh pada Chanyeol. “Apa di otakmu tak ada hal lain kecuali tentang
gadis cantik?” desis Tao tajam, namun ia segera pergi dari sana karena tak
ingin mendengar jawaban apapun dari mulut Chanyeol.
“Tao…
tunggu…” kejar Chanyeol.
@@@
Luhan
menutup pintu kamar rawat Kris dari luar. “Hyung…” Luhan berusaha menghentikan
langkah Joongki. Ia mempercepat langkahnya untuk mencapai tempat Joongki
berdiri sekarang.
“Apa
ada yang tertinggal?”
“Aku
hanya ingin bicara sebentar.” Cetus Luhan lalu berbalik.
Joongki mengikuti langkah
Luhan lalu mereka duduk di kursi ruang tunggu.
“Hyung,
tolong katakan. Apa yang terjadi pada Kris tadi?” pinta Luhan penuh permohonan.
Joongki lah satu-satunya orang yang bisa ia tanyai perihal adiknya itu.
Joongki
terdengar menghela napas berat. “Jantungnya lemah lagi. Terlebih, ia kehabisan
obat.”
Luhan
hanya terdiam mendengar cerita Joongki. Ia mungkin tidak akan memaafkan dirinya
jika terjadi sesuatu pada Kris. “Apa obat sangat berpengaruh begitu besar? Tapi
Kris sudah tidak bermain basket.”
“Obat
hanya akan mengurangi rasa sakit.” Joongki menatap Luhan untuk memberi
pengertian. “Bukan menyembuhkan. Basket juga bukan factor utama penyebab
jantung Kris kembali melemah atau tidak.” Joongki diam sejenak. “Apa tidak ada
hal lain yang dipikirkan Kris?”
“Ku
rasa hanya tentang kuliah. Dia belum memutuskan universitas mana yang akan dia
pilih.”
“Ku
rasa bukan itu.” Kecewa Joongki karena tidak menemukan jawaban yang ia
harapkan. Sedetik kemudian, Joongki melirik Luhan dengan wajah cerah. “Bagaimana
tentang Chanyeol dan Tao? Yang ku tau, hanya dua pemuda itu yang bisa dekat
dengan Kris. Aku juga tau Kris ingin menjauhi mereka, tapi aku sama sekali
tidak tau alasannya.”
Luhan
balas menatap Joongki sama cerahnya. “Kau benar, hyung. Hanya Chanyeol dan Tao
yang bisa dekat dengannya selain, ayah, ibu, aku, Sehun, kau dan keluarga
dekat. Kris hanya tidak ingin Chanyeol dan Tao sulit melepasnya jika sesuatu
yang buruk terjadi pada Kris. Tapi…” kali ini Luhan terdengar sedikit ragu. “Apa
itu berpengaruh?”
“Bodohnya
anak itu!” omel Joongki. Tapi ia tak sengaja memarahi Luhan hingga pemuda itu
menatap takut padanya. “Aku bukan ingin memarahimu.” Sergah Joongki cepat-cepat
sebelum Luhan berpikir ia benar-benar memarahinya. “Tapi, Kris salah jika
bersikap seperti itu. Justru yang ku ingat saat bersama Chanyeol dan Tao, Kris
tidak pernah mencapai titik seburuk ini.”
“Jadi,
apa yang harus ku lakukan?” Tanya Luhan meminta saran.
“Kita
harus mengembalikan suasana hati Kris seperti saat masih bersama Chanyeol dan
Tao. Tapi aku juga bingung. Sangat sulit menjaga ‘feel’-nya Kris agar tetap
stabil.”
@@@
“Hyung…”
Sehun mengetuk pintu kamar Kris dengan cukup malas. Ia masih sangat mengantuk,
tapi Sehun mengalah bangun lebih pagi untuk membangunkan Kris sejak kakaknya
itu mulai masuk kuliah.
Merasa
tidak ada jawaban, Sehun memutuskan untuk masuk. Sangat sulit membangunkan Kris
tidur, apalagi hanya mengetuk dari luar pintu seperti ini.
Sehun
geleng-geleng kepala melihat Kris masih meringkuk di bawah selimutnya. “Astaga,
hyung…” dengan kasar Sehun mengguncang bahkan sampai saling tarik-menarik
selimut dengan Kris.
“Sehun…
akh…” pekik Kris yang kini sudah menggelinding ke lantai. Kris memegangi
tubuhnya yang sakit akibat pendaratan paksa karena tidak bisa mengimbangi
kekuatan Sehun.
“Kau
tidak begitu kau tidak akan bangun!” ujar Sehun sambil melempar selimut tebal
ke atas tubuh Kris. Ia sama sekali tidak berniat menolong sedikitpun, bahkan
langsung meninggalkan Kris di sana.
“Astaga,
anak itu…” Kris hanya bisa memaki pelan.
Kris mendesah sambil
menarik selimut ke dalam pelukannya. Ia belum ingin bangkit dari sana dan kini
Kris justru kembali menjatuhkan badannya yang masih di lantai. Ia masih ingin
tidur. Kris menghadap ke bawah ranjangnya. Ada sebuah kertas yang tertinggal di
sana. Meski tak terlalu penasaran, tapi Kris tetap meraihnya.
“Ini
apaan?” Heran Kris mendapati kertas asing tersebut. seperti surat dari rumah
sakit. Tapi itu bukan miliknya, melainkan milik… “Byun Baekhyun?” mata Kris
terbelalak mendapati nama Baekhyun tertera di sana. Kris baru ingat, map itu
sempat tak sengaja jatuh dan isinya sedikit berceceran di lantai. Ternyata
masih ada satu yang tertinggal.
@@@
“Di
mana kau menemukan ini, Kris?” desak Baekhyun sesaat setelah Kris memberikan
kertas tersebut dan menemuinya di kantin kampus.
“Maaf
aku tak tau kalau kertas itu ternyata tertinggal.” Seru Kris dengan nada
bersalah.
Baekhyun
menghela napas. “Sudahlah Kris.” Ujarnya menenangkan agar Kris berhenti merasa
bersalah. “Tapi ku harap kau tidak memberi tahu siapapun tentang penyakit yang
ku derita ini.”
Kris
hanya diam. ‘Bagaimana mungkin aku menyebarkan rahasia itu? Aku juga memiliki
penyakit yang sama sepertimu, Baekhyun.’ Keluh Kris yang hanya bisa ia jeritkan
dalam hati.
“Tapi,
bukankah kau sudah sembuh?”
Baekhyun
mendongak sambil tersenyum seiring tangannya yang memasukkan kertas pemberian
Kris ke dalam tasnya. “Sembuh tapi bukan berarti bisa lepas dari penyakit itu
sepenuhnya.”
“Jadi,
pengobatan apa yang lakukan dulu dan apa yang kau lakukan sekarang agar
penyakitmu tidak kembali?” cecar Kris yang sangat penasaran.
Baekhyun
menatap Kris penuh selidik. “Kenapa kau sangat mendesakku seperti itu?”
protesnya.
“Ku
mohon, Baekhyun.” Pinta Kris sungguh-sungguh. “Bukankah aku ini temanmu?” satu
serangan pamungkas yang di lancarkan Kris agar Baekhyun mau bercerita, yaitu
dengan alasan ‘teman’.
“Hanya
perawatan biasa yang bisa kita dapatkan dari rumah sakit manapun. Aku menuruti
semua perintah dokter dan mengalahkan semua keinginanku. Dan yang terberat,
ketika aku menyesal meninggalkan sahabat terbaikku ketika kecil.”
“Sahabat?”
Kris mengulangi ucapan Baekhyun dengan nada bingung.
“Semangat
dan kasih sayang dari orang-orang terdekat juga sangat dibutuhkan oleh orang
sepertiku. Kau tau? Dulu aku pernah meninggalkan sahabatku karena aku tak ingin
ia sedih jika aku tak bisa sembuh. Namun ternyata semua salah.”
Kris
tersentak dengan apa yang ia alami. Ternyata caranya selama ini salah. Tak
seharusnya ia menjauhi Chanyeol dan Tao hanya karena egonya.
“Dan
sekarang aku menyesal tak bisa bertemu dengan sahabatku itu. Aku juga tidak tau
di mana ia sekarang.” Lanjut Baekhyun.
Menyesal.
Itu dia, satu kata yang sedang menghampiri Kris saat ini. Ia sangat menyesal
tak bisa bersama-sama dengan Chanyeol dan Tao. Kris berpikir mereka pasti telah
membencinya sekarang.
“Kris…”
tegur Baekhyun membuyarkan lamunan Kris.
“Maaf…”
sahut Kris serba salah untuk bersikap.
“Kapan
kita akan menemui Suho?” Tanya Baekhyun yang tampaknya telah melupakan ucapan
terakhir Kris.
Kris
baru sadar, tujuan ia ke sini adalah karena Suho. Tapi kini ia ragu. Jika ia
mendekati Suho agar bisa ia perlakukan seperti Chanyeol dan Tao, lebih baik
tidak perlu ia lakukan.
“Bagaimana
kalau kita paksa dia untuk makan bersama siang nanti?” usul Baekhyun.
Kris
sedikit mempertimbangkannya. Melihat keceriaan Baekhyun, membuat Kris tersadar.
Tak selayaknya ia berniat melakukan hal tersebut pada Suho yang tidak tau
apa-apa. Cukup Chanyeol dan Tao. Setelah ini, Kris berniat tidak akan
meninggalkan siapapun kecuali hal buruk terjadi padanya. Ia ingin semua orang
yang ia sayang ada di sampingnya sampai kapanpun.
@@@
Kyungsoo
melirik Sehun yang sedang merapikan buku-buku pelajarannya. “Apa aku belum
boleh main kerumahmu?” bisik Kyungsoo menagih janji Sehun.
Sehun
menertawai pertanyaan Kyungsoo sambil menepuk-nepuk pelan pundak Kyungsoo. “Tentu
saja boleh. Tapi bukankah sore ini kau ada les privat?” balas Sehun mengingatkan.
“Aku
ingat.” Ujar Kyungsoo malas. “Tapi aku jenuh harus selalu belajar.” Keluhnya.
“Besok
kan kau libur. Nanti pulangnya, akan ku antar. Oke?”
Kyungsoo
masih kecewa karena ia belum bisa mengunjungi rumah baru Sehun yang kini justru
lebih dekat dari pada rumahnya yang dulu.
Sehun
merangkul Kyungsoo untuk mengurangi kekecewaan temannya itu. “Ayolah Kyungsoo.”
“Iya.
Besok kita akan ke rumahmu.” Ujar Kyungsoo akhirnya.
“Hmm…
bagaimana kalau kita makan siang bersama?” tawar Sehun untuk mengobati kekecewaan
Kyungsoo.
“Boleh.”
Sahut Kyungsoo yang langsung setuju. “Bagaimana di café tempat Jongin hyung
bekerja.”
“Jongin
hyung?” Sehun memastikan pendengarannya.
Kyungsoo
mengangguk penuh antusias. “Tak jauh dari kampus Minseok hyung.”
“Ayo
segera kita ke sana.” Ajak Sehun tanpa pikir panjang. Mereka pun langsung
melesat menuju lapangan parkir untuk mengambil motor Sehun.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar