Kejadian
hampir sama seperti Kris juga tengah dialami Luhan. Pagi itu Luhan juga
tersentak bangun dari tidur hingga membuat kepalanya sedikit pusing. Di tambah
lagi, ia tidak bisa menemukan jawaban kenapa ia berada di kamarnya. Karena
Seingatnya, Luhan tertidur di lantai, tepat di depan pintu kamar Kris serta
Sehun.
Luhan
langsung menyibakkan selimut dan turun dari tempat tidur. Tempat pertama yang
ia tuju adalah kamar Sehun. Luhanpun segera melesat ke lantai atas.
“Sehun!”
seru Luhan sambil membuka pintu kamar Sehun. Namun ia tak menemukan adiknya di
sana. Di saat yang bersamaan, Krispun muncul dari dalam kamarnya.
“Ada
apa hyung?” Tanya Kris cemas melihat sikap Luhan.
“Apa
kau semalam yang memindahkanku ke kamar bawah?” Luhan balas bertanya.
Kris
menggeleng, bingung. “Tidak, hyung.”
Luhan
mendesah lemah. Jika bukan Kris, berarti benar Sehun yang melakukannya.
“Apa
kau tidak kuliah?” Tanya Kris ketika Luhan masih terdiam di sana.
“Entahlah.
Mungkin nanti siang,” jawab Luhan yang masih terdengar ragu. “Cepat turun, aku
akan membuatkanmu sarapan,” perintah Luhan lalu berniat kembali ke bawah.
“Apa
kau yakin, hyung?” Tanya Kris ragu. Tidak ada sejarahnya di keluarga mereka
seorang Luhan memasak. Apalagi Kris dan Sehun.
Luhan
beralik dan menatap Kris, menantang. “Kau meremehkanku?” seru Luhan tak terima.
Kris
tertawa kecil. Sedikit mengalah mungkin tidak terlalu buruk. “Terserah kau
saja.”
Tanpa
berkata apa-apa lagi, Luhan kembali melanjutkan langkahnya.
@@@
Di
kelas, Kyungsoo melirik Sehun, cemas. Sejak masuk, teman semejanya itu tampak
tak bisa berkonsentrasi mengikuti jalannya pelajaran. Sehun juga tampak sedikit
pucat.
Kyungsoo
menyenggol lengan Sehun menggunakan sikut lalu bertanya, “kau sakit?”
“Hmm?”
hanya itu yang digumamkan Sehun.
“Apa
kau sakit?” Kyungsoo mengulangi ucapannya.
“Tidak,”
Sehun mengelak akan kondisi yang sebenarnya di hadapan Kyungsoo. Lalu ia
tersentak karena Kyungsoo tiba-tiba mengulurkan tangan dan meletakkannya tepat
di kening Sehun.
“Kau
tidak bisa membohongiku,” desis Kyungsoo yang sedetik kemudian tangannya sudah
berpintdah menggenggam pergelangan tangan Sehun. “Aku akan membawamu ke ruang
kesehatan,” paksa Kyungsoo dan tak ingin ada penolakan dari Sehun.
“Tapi…”
Sehun tidak melanjutkan perkataannya karena Kyungsoo telah lebih dulu
menariknya ke depan kelas.
@@@
Baekhyun
menepuk pundak Suho yang bersandar di badan mobil sambil membaca buku, namun
tatapannya ke arah lain. “Kris datang,” ujarnya yang sontak membuat Suho juga
menoleh ke arah yang sama.
Cepat-cepat
Suho menurunkan buku yang ia baca dari depan wajahnya dan menegakkan badan. “Ku
pikir kau tidak datang?”
“Maaf,
aku tidak bisa tidur semalam,” keluh Kris ketika benar-benar sampai di hadapan
Baekhyun dan Suho.
“Kau
sudah makan?” pertanyaan Baekhyun tertuju pada Kris. Ia dan Suho memang sengaja
menunggu Kris datang sebelum mereka makan siang. “Kami sudah lapar,” ujar
Baekhyun kali ini sambil memegangi perutnya agar lebih meyakinkan bahwa ia
memang tengah lapar.
“Aku
sudah makan,” ujar Kris sedikit merasa bersalah. “Tapi aku akan menemani kalian
makan siang,” serunya cerah sambil merangkul puncak dua temannya itu yang
langsung membuatnya teringat Chanyeol dan Tao.
@@@
Di
tempat berbeda, Tao dan Chanyeol masih kerap kali terlihat bersama. Meski
kuliah di berbeda jurusan, mereka tetap berusaha sebisa mungkin menyempatkan
diri untuk bertemu. Terutama ketika jam istirahat seperti ini.
Meski
saat ini Tao sedang sangat disibukkan dengan laptop, Chanyeol sama sekali tak
merasa di abaikan. Bisa tetap bertemu seperti ini sudah cukup bagi mereka
karena Chanyeol sempat berada di posisi Tao kemarin.
“Chanyol
maaf, tugasku belum selesai,” sesal Tao yang merasa sediki mengabaikan
Chanyeol.
Chanyeol
menyunggingkan senyuman khasnya. “Apa kemarin kau mempermasalahkan itu padaku?”
Tao
menatap Chanyeol, bingung. Namun akhirnya ia menggeleng. Kemarin dirinyalah
yang diabaikan Chanyeol, tapi itu sama sekali bukan masalah besar baginya.
“Aku
yang akan merasa bersalah jika kau tidak menyelesaikan tugasmu tepat waktu,”
lanjut Chanyeol bijak dan kali ini membuat Tao tersenyum lega karena ia bisa
melanjutkan mengerjakan tugas tanpa beban.
“Apa
kau telah menerima informasi baru tentang temanmu Baekhyun?” Tanya Tao di
sela-sela mengerjakan tugas.
Chanyeol
mendongak, namun ia justru melihat Tao tetap focus pada tugasnya. Setidaknya
Tao tak membuat Chanyeol benar-benar merasa sendiri.
“Ku
dengar dia kuliah di National University,” ujar Chanyeol santai sambil terus
menyantap makan siangnya.
Tanpa sepengetahuan
Chanyeol, Tao sedikit menghentikan aktifitasnya ketika mendengar Chenyeol
menyebut ‘National University’.
“Apa
kau tidak mau mencoba untuk datang ke sana?” usul Tao.
Chanyeol
melirik Tao yang sedang melihat ke arahnya dengan tatapan ragu. Ia memang
sangat ingin bertemu teman masa kecilnya, Baekhyun. Tapi entah kenapa, di sisi
lain Chanyeol sedikit tak mempedulikan Baekhyun saat ini terlebih ia memiliki
Tao yang sangat setia menjadi sahabatnya.
“Aku
ragu untuk menemuinya. Bagaimana jika ternyata dia telah melupakanku?” Tanya
Chanyeol yang mulai berspekulasi.
Tao
diam sejenak sebelum menanggapi perkataan Chanyeol. Ia lebih merasa Chanyeol
bicara bukan yang sebenarnya. “Biar bagaimanapun, Baekhyun tetap temanmu.
Kekhawatiranmu belum tentu terbukti jika kau tidak benar-benar mencoba.”
Chanyeol
tertegun memikirkan ucapan Tao. Pemuda itu benar. Tak ada yang lebih penting
dari Tao dan Baekhyun saat ini bagi Chanyeol. Keinginannya setelah itu, mungkin
ia akan memperkenalkan Baekhyun pada Tao sambil berharap mereka bertiga bisa
kompak seperti saat Kris berada dai antara Tao dan Chanyeol.
“Apa
kita tidak bisa menemui Kris lebih dulu?”
@@@
Sehun
seorang diri di ruang kesehatan sekolahnya. Tadi ia memaksa Kyungsoo untuk
kembali ke kelas meski Kyungsoo bersikeras ingin menemani Sehun di sana. Tapi
Sehun tak boleh egois, cukup dia yang ketinggalan pelajaran dan Kyungsoo tidak
boleh.
Dan
saat ini, Sehun benar-benar merasa kesepian. Mungkin jika tertidur, waktu akan
lebih cepat berjalan. Namun masalahnya, Sehun sama sekali tidak bisa memejamkan
mata. Ia hanya bisa membolak-balikkan badan berbaring ke kanan dan ke kiri.
Sehun
bangkit dan mendesah berat. Apa sebaiknya ia meminta ijin untuk pulang saja
sehingga bisa bertemu dengan Kris atau Luhan. Pikir Sehun kala itu. Ada sedikit
terbesit rasa bersalah di diri Sehun pada dua kakaknya tersebut.
Sehunpun
akhirnya memutuskan turun dari tempat tidur. Setelah memakai sepatu, iapun
berjalan pelan ke luar ruang kesehatan. Mungkin rumah lebih baik dari pada ia
di sekolah tapi hanya seorang diri.
Aneh,
ini sudah siang tapi suasana lapangan masih cukup ramai. Apa ini efek rasa
pusing yang tiba-tiba saja menyerang kepalanya? Hanya itu yang terbesit di
pikiran Sehun. Pemuda ini berjalan semakin pelan bahkan sampai membutuhkan
sesuatu untuk berpegangan.
Sehun
menyeka hidungnya yang terasa basah. Yang ada di pikiran Sehun saat ini,
mungkin ia flu. Tapi kenapa cairan itu berwarna merah?
“Sehun!”
Samar-samar
Sehun mendengar suara seseorang yang menyebut namanya. Pasti itu Kyungsoo
karena Sehun sangat familiar dengan suara sahabatnya itu. Tapi entah mengapa, ia
tidak sanggup berbalik dengan cepat untuk menoleh.
“Sehun
awas!” pekik suara itu lagi. Namun kali ini tidak hanya satu, tapi banyak suara
dan Sehun sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Sampai
akhirnya ada sebuah benda melayang tepat di kepala Sehun hingga membuat pemuda
itu hilang keseimbangan lalu pingsan dan terjatuh di lantai.
Tak
jauh dari sana, Kyungsoo menatap nanar sebuah bola basket yang menggelinding ke
arahnya. Bola itu adalah benda yang baru saja sukses membuat Sehun kehilangan
kesadaran.
“Sehun!”
teriak Kyungsoo akhirnya lalu berlari ke arah Sehun dan menerobos siswa yang
telah mengerumuni Sehun.
@@@
Di
waktu yang hampir bersamaan, Kris yang saat itu tengah makan siang bersama Suho
dan Baekhyun, tak sengaja tangan Kris menyenggol gelas dan menumpahkan semua
isinya hingga mengenai pakaian Suho.
“Suho,
maaf,” sesal Kris bercampur panic.
Baekhyun
yang melihat kejadian itu, buru-buru menyodorkan tissue kepada Suho dan Kris.
“Sudahlah,
Kris. Ini hanya minuman,” ujar Suho untuk menghentikan rasa bersalah Kris
padanya masih sambil membersihkan sisa minuman di celananya menggunakan tissue.
Secara
sembunyi-sembunyi, salah satu tangan Kris menyentuh dada kirinya. Sedikit
terasa sakit. ‘Ku mohon jangan sekarang’, umpat Kris tanpa ingin memunculkan
kecurigaan di mata Suho dan Baekhyun.
“Sepertinya
aku tidak bisa melanjutkan kuliah dengan pakaian seperti ini,” keluh Suho
frustasi karena noda di celananya tak bisa bersih.
“Bagaimana
kalau kau ku antar pulang untuk berganti pakaian?” saran Baekhyun.
“Jangan,”
tolak Suho. “Terlalu buang-buang waktu. Aku akan membeli pakaian saja di toko
dekat-dekat sini,” lanjut Suho yang kemudian bersiap untuk berdiri.
Baekhyun
juga melakukan hal yang sama.
“Biar
aku yang menemani Suho,” seru Kris yang sudah lebih dulu berdiri.
Suho
hanya melirik Baekhyun sekilas yang sudah kembali duduk sebelum akhirnya
mengejar Kris yang sudah pergi mendahuluinya.
@@@
“Aku
ke toilet sebentar,” pamit Luhan sebelum meninggalkan Jongdae bersama Minseok
dan Lay.
Minseok
dan Jongdae melanjutkan makan siang mereka. Sementara Lay mengulurkan tangan
untuk menyambar ponsel Luhan yang tertinggal karena ada sebuah panggilan masuk.
“Siapa
yang menelpon?” Tanya Minseok yang kebetulan duduk di samping Lay. Minseok
memicingkan mata ketika Lay menunjukkan layar ponsel Luhan yang menampilkan
deretan angka. “Itu seperti nomor ponsel Kyungsoo?” tebaknya.
“Coba
saja kau yang jawab,” usul Jongdae untuk Minseok.
“Halo,”
ujar Minseok yang setuju menjawab panggilan tersebut.
“Luhan hyung, ini aku Kyungsoo,” seru
suara penelpon.
“Kyungsoo?
Ada apa? Luhan lagi ke toilet. Ini aku Minseok,” jelas Minseok ketika yakin itu
benar suara adiknya.
Sementara
itu Jongdae dan Lay mengawasi Minseok dan ikut tegang seperti raut wajah Minseok.
“Ada
apa?” Tanya Lay dan Jongdae hampir bersamaan ketika Minseok mengakhiri
panggilan dalam diam.
“Apa
ada yang menghubungiku?”
Lay,
Minseok dan Jongdae sama-sama menoleh ke arah sumber suara. Di sana mereka
menemukan Luhan yang menatap ponsel miliknya yang dalam kekuasaan tangan
Minseok dengan penuh selidik.
Minseok
buru-buru berdiri lalu menyodorkan ponsel kepada Luhan. “Kyungsoo menelponmu.
Di bilang Sehun pingsan di sekolah. Dan sekarang dia di bawa ke rumah sakit,”
jelas Minseok.
“Sehun?”
ulang Luhan sedikit tak percaya bahwa sesuatu telah terjadi pada adiknya. Tanpa
pamit, Luhan langsung menyambar ranselnya lalu pergi dari sana. Bisa di
pastikan ia akan segera meluncur ke rumah sakit. Sebelumnya Minseok juga telah
mengatakan nama rumah sakit tempat Sehun di rawat.
“Aku
akan menemani Luhan hyung ke rumah sakit. Dia tidak mungkin mengendarai mobil
dalam kondisi seperti itu,” putus Lay yang langsung mendapat anggukan dari
Minseok dan Jongdae.
“Nanti
aku akan menyusul,” teriak Minseok diikuti anggukan oleh Jongdae.
@@@
Kris
menginjak pedal rem dengan tiba-tiba karena ada tiga buah motor sport yang
menghalangi mobilnya saat melewati jalan yang cukup sempit. Enam pemuda
tersebut segera turun dari motor dan berdiri melintang tepat di depan mobil
yang dikendarai Kris.
Suho
melirik Kris, namun Kris sepertinya belum menyadari apa yang dilakukan Suho.
Kris terus saja menajamkan penglihatannya ke arah enam pemuda yang masih
terlihat seumuran dengannya itu.
“Sial!
Doojoon!” umpat Kris sambil memukul stir mobil.
Suho
bergegas ke luar dari mobil setelah Kris melakukan itu lebih dulu. Pakaiannya
juga telah berganti karena saat itu mereka tengah berada di perjalanan kembali
menuju kampus.
“Siapa
mereka, Kris?” bisik Suho tepat di samping Kris berdiri.
“Kembalilah
ke mobil,” perintah Kris dan terdengar tak ingin di bantah. Suhopun menurut
karena ia tak ingin ikut campur urusan Kris.
Belum
sempat Suho membuka pintu mobil, dua orang pemuda telah lebih dulu menahannya.
Kris terkejut melihat apa yang dialami Suho hanya bisa menatap dari jauh karena
kini ia juga berada dalam kekuasaan dua pemuda yang lain.
“Harusnya
kami sadar sejak awal kalau SMA Two Moons pura-pura bermusuhan dengan SMA Sun
Moon,” hardik salah seorang pemuda yang masih berdiri di depan motor mereka.
Kris
memicingkan mata. “Apa maksud kalian?” tanyanya yang tak mengerti apa-apa.
Jelas-jelas sekolahnya dengan sekolah Jongin, Minseok dan Lay sama sekali tidak
pernah saling beramah-tamah kecuali dalam keadaan terdesak seperti ketika pak
guru Sukjin yang tiba-tiba muncul di tengah-tengah ‘sparing’ mereka.
“Apa
kau pikir kami tidak tahu kalau dua saudaramu berteman dengan Minseok dan Lay?”
Tanya pemuda di belakang Kris.
Kris
tertegun. Ia baru tahu jika selama ini Luhan dan Sehun… Kris tak sanggup
melanjutkan untuk berspekulasi.
“Jika
memang begitu, urusan kalian hanya denganku,” ujar Kris setenang mungkin.
“Lepaskan dia!” perintahnya agar Suho tak terlibat dengan acara ‘sparing’
dadakannya.
Beberapa
dari pemuda itu menertawai permintaa Kris, terutama dua pemuda yang menahan
Suho. Sedangkan Suho sendiri hanya bingung sambil menatap Kris dan menuntut
penjelasan di sana. Namun percuma, Kris belum ingin memberi tahu Suho apa yang
terjadi sebenarnya.
Pemuda
di belakang Suho tersenyum meremehkan, “jangan berpura-pura bodoh, Kris. Kami
tahu kalau pemuda ini…” ia menunjuk Suho menggunakan dagu, “…adalah kakaknya
Jongin.”
Mata
Kris membulat sempurnya ketika pemuda tadi mengatakan bahwa Suho adalah
kakaknya Jongin. Itu artinya, apa yang ditakutkan Kris benar-benar terjadi.
“Tapi
sudahlah, biarkan saja pemuda ini kita lepaskan,” putus pemuda tadi yang masih
berdiri di belakang Suho.
“Junhyung!”
protes salah satu pemuda yang berdiri di depan motor.
Pemuda
yang tadi di panggil Junhyung tetap pada pendiriannya. Ia melepaskan Suho
begitu saja.
Kris
sendiri akhirnya bisa bernapas lega karena Suho tidak akan dilibatkan di sini.
Namun itu hanya bertahan sementara karena begitu Suho melangkah menjauh, pemuda
yang bersama Junhyung menahan Suho seperti akan menyerang dari belakang.
“Suho
awas!” teriak Kris yang langsung mendapat respon dari Suho, namun sayangnya
bagian pundak Suho tetap mendapatkan pukulan hingga menyebabkan pemuda itu
terpuruk ke aspal.
Kris
tidak bisa berbuat apa-apa karena tubuhnya masih di tahan dengan kuat. Bahkan
kini bertambah satu pemuda lagi yang mengawasi dirinya.
“Gikwang,
cukup!” perintah pemuda yang kini berdiri sendiri di depan motor. Gikwang
adalah pemuda bersama Junhyung yang siap kembali memukul Suho.
“Aku
tidak mau berlaku tidak adil. Mereka hanya berdua. Sedangkan kita ber-enam,”
lanjut pemuda yang tampak seperti leader di antara mereka. Ia melirik Junhyung
penuh arti. Dan hanya mereka berdua yang mengerti.
Junhyung
mengangguk sekilas lalu beralih menatap Suho yang masih berbaring di aspal.
Kini tangan Junhyung sudah keras mencengkeram kerah pakaian Suho sambil menarik
tubuh pemuda itu hingga berdiri.
Gikwang
langsung menggeledah saku celana Suho dan mengambil paksa ponsel yang ia
temukan di sana. “Telpon Jongin sekarang!” perintah Gikwang dengan nada dingin
sambil mengulurkan ponsel tadi ke arah Suho.
“Kau
juga!” perintah seorang pemuda bertampang imut yang baru bergabung dengan dua
temannya untuk menahan tubuh Kris. “Hubungi temanmu si…” ia tampak sedikit
berfikir. “Itu, yang matanya seperti panda dan yang tinggi tapi tampangnya
seperti playboy,” lanjutnya dengan informasi yang masih samar.
Kris
menyembunyikan ekspresi sebenarnya ketika mendengar ucapan pemuda tadi yang
mengarah ke Chanyeol dan Tao.
“Tidak
akan!” seru Kris dengan tatapan datar.
Tak
di sangka pemuda imut tadi justru menjitak kepala Kris.
“Yoseob!”
kembali sang leader melayangkan protes. “Kita ini gangster! Jangan bertindak
memalukan seperti itu,” lanjutnya sedikit mengingatkan.
“Aku
bukan seperti Gikwang yang tega memukul orang!” balas pemuda yang di panggil
Yoseob tadi memprotes.
“Suho,
jangan!” pekik Kris karena melihat Junhyung dan Gikwang seperti masih memaksa
Suho menuruti permintaan mereka. “Jongin tidak bersalah,” seru Kris memohon.
Salah
seorang di belakang Kris menoleh ke arah leader mereka dengan tatapan tak
sabar. “Doojoon! Habisi saja dia,” pintanya yang memberi isyarat dengan lirikan
mata ke arah Suho.
“Cepat!”
perintah Junhyung yang mulai kehilangan kesabaran. Suho dengan tegas
menggeleng. Tanpa pikir panjang, Junhyung mengarahkan dengkulnya tepat ke perut
Suho.
“Suho!”
kembali, Kris hanya bisa meneriaki nama Suho tanpa mampu berbuat apa-apa.
Seseorang
yang sejak tadi diam, berdecak kesal. “Aku bosan,” keluhnya yang hanya mendapat
lirikan kesal dari Yoseob. Mungkin Yoseob satu-satu orang yang menolak
‘sparing’ dadakan seperti ini.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar