“Sial!”
Chanyeol memukul stir mobilnya. “Kris pasti membunuh kita jika tau kita memukul
Luhan dan Sehun seperti itu.” Sesalnya.
Tao
menyandarkan badannya lalu menghembuskan napas dengan kasar. “Jangan membuatku
semakin merasa bersalah.” Protes Tao. “Kau pikir aku tidak menyesal melakukan
itu?”
Chanyeol
siap untuk kembali buka mulut, namun segera di tahannya. Suasana sedang tidak
enak, Chanyeol tak ingin semakin menambah keruh keadaan. Chanyeol bungkam,
mengalah. Jika keadaan sudah seperti semula, ia akan membicarakan baik-baik
dengan Tao. Ia juga akan memikirkan cara untuk meminta maaf pada Kris jika
mereka bertemu.
“Tapi,
kenapa Luhan hyung dan Sehun seperti berada di pihak Minseok?” Tanya Tao heran.
Ia merasa janggal dengan kejadian tadi.
“Sehun
tidak memihak pada siapapun.”
Tao
melirik Chanyeol penuh arti, namun Chanyeol tak balas menoleh karena harus tetap
berkonsentrasi untuk menyetir.
“Jika
Sehun membela Minseok, dia akan ikut menghajar kita dan tidak akan menyuruh
kita untuk lari.”
Tao
kembali menghela napas. Terlalu rumit apa yang terjadi. Mungkin satu-satunya
cara agar kesalahpahaman ini selesai adalah bertemu dengan Kris, bagaimanapun
keadaannya.
@@@
Kris
mengisi formulir pendaftaran dengan teliti. Di depannya Baekhyun mengawasi
gerak-gerik Kris dengan serius. Kris menghentikan kegiatannya dan mendongak.
Benar saja, Baekhyun masih menatapnya lurus-lurus.
“Apa
kau tidak kuliah?” Tanya Kris hati-hati.
“Tidak
ada jadwal.” Jawab Baekhyun, kemudian ia menyandarkan badan ke kursi dan Kris
melanjutkan mengisi formulir. “Aku kesini hanya mencari map dan dompet ku yang
hilang. Siapa tahu ada orang baik yang mau mengantarnya. Dan ternyata benar ada
orang baik seperti itu.” Ujar Baekhyun panjang lebar.
Kris
sama sekali tak menanggapi apapun yang dikatakan Baekhyun. Setelah kegiatannya
selesai, Kris merapihkan kertas-kertas di hadapannya dan mengembalikan berkas
tersebut ke loket pendaftaran. Kris kembali ke meja tempat ia meninggalkan
Baekhyun.
“Aku
harus ke bank untuk bayar biaya pendaftara.” Ujar Kris dan tanpa menunggu
apapun dari Baekhyun, pemuda ini segera melangkah.
“Ini
jam istirahat, bank sudah tutup.”
Ucapan
Baekhyun membuat Kris berhenti lalu melirik jam di tangannya. Benar. Ini sudah
waktunya makan siang. Tiba-tiba Kris teringat janjinya dengan Sehun dan Luhan.
“Kris…!”
teriak Baekhyun sambil mengejar karena Kris meninggalkannya. “Kau mau kemana?”
tegur Baekhyun ketika bisa menyusul langkah panjang dari Kris.
“Aku
ada janji makan siang dengan hyung dan adikku.” Jawab Kris meski seharusnya
Baekhyun tau itu karena Kris telah mengatakan sebelumnya. “Setelah itu, aku
akan kembali ke sini untuk membayar administrasi dan mengurus berkas yang
lain.” Lanjut Kris semakin meninggalkan Baekhyun sebelum pemuda itu menanyai
hal-hal lain lagi.
“Aku akan
menunggumu di kantin siang nanti.” Teriak Baekhyun yang sudah tak ingin
mengejar lagi.
Kris
hanya mengacungkan ibu jarinya sambil membelakangi Baekhyun dan terus berjalan
sebagai tanda ia mendengar apa yang dikatakan Baekhyun.
@@@
Sehun
dan Luhan telah sampai di sebuah café. Mereka memilih meja paling dalam. Luhan
menghempaskan tubuh lalu sedikit meringis Menahan luka di tepi bibirnya. Sehun
juga terluka, tapi ia tidak sampai meringis seperti Luhan.
“Aku
tidak bisa bayangkan bagaimana sakitnya luka yang sering di terima Kris.” Gumam
Luhan.
“Nanti
saja, kami masih menunggu seseorang.” Tolak Sehun ramah kepada pelayan yang
datang. Ia juga langsung sibuk mencari-cari sesuatu di dalam tasnya.
Luhan
tersentak ketika Sehun mengulurkan tangannya yang memegang kotak p3k kecil
tepat di hadapan wajah Luhan. “Ternyata kau masih selalu menyimpan benda ini?”
heran Luhan.
Sehun
menghela napas dan menghempaskan badan ke sandaran kursi. “Kenapa Chanyeol
hyung dan Tao hyung menghajarmu?” Tanya Sehun penuh selidik dan menatap Luhan
tepat di mata seolah tak akan melepaskan hyungnya tersebut.
Luhan
terdiam dengan posisi tangan yang memegang kapas masih menempel di tepi
bibirnya. Luhan memutar-mutarkan bola mata sebagai ekspresi berpikir mencari
alasan yang tepat.
“Kris
hyung boleh saja membohongiku, tapi ku harap kau tidak.” Desis Sehun tajam
seolah telah mengetahui suatu rahasia besar antara Luhan dan Kris.
“Kris
tidak pernah membohongimu.”
“Apa
yang membuat Chanyeol hyung dan Tao hyung menghajarmu?” tegas Sehun sekali lagi
karena Luhan seolah menghindari pertanyaan itu.
Luhan
membuang kapas ke dalam asbak. “Mereka menanyakan keberadaan Kris.” Ujar Luhan
akhirnya.
Sehun
menunduk dan mengacak-ngacak rambutnya, frustasi. “Kris hyung… kenapa kau
seperti ini? Menghindari Chanyeol hyung dan Tao hyung.” Lirih Sehun membuat
Luhan merasa bersalah.
@@@
Jongin
keluar melalui pintu belakang café tempat ia bekerja. Ia juga masih mengenakan
seragam kerjanya.
“Apa
kalian kurang kerjaan menemuiku di sini?” seru Jongin ketika mendapati Lay dan
Minseok di sana.
“Apa
kami mengganggu?” Minseok balik bertanya sedikit merasa tak enak hati
mengunjungin Jongin di hari pertama ia bekerja.
“Tidak
juga, tapi kalian? Apa belum masuk kuliah?” protes Jongin tak mau ngalah.
Satu
jitakan mendarat mulus di kepala Jongin membuat pemuda itu mendelik ke Lay
sebagai upaya protesnya.
“Kau
ini bodoh atau apa?” Ledek Minseok. “Kami bahkan baru mendaftar ke
universitas.”
Jongin
masih memegangi kepalanya. “Lalu?”
“Sepertinya
Kris menyembunyikan diri.”
Jongin
menoleh ke Lay. “Maksud kalian?” Tanya Jongin bingung.
“Tadi
kita bertemu dengan Chanyeol dan Tao, mereka menghajar Luhan hyung.” Lay yang
menjelaskan.
“Luhan
temannya Jonghdae hyung?” Tanya Jongin memastikan, Lay dan Minseok hanya
mengangguk membenarkan.
Minseok
pun menceritakan kejadian satu jam yang lalu di taman. Beberapa kali Lay juga
tampak membantu Minseok bercerita.
“Sehun?
Bagaimana keadaannya?” Tanya Jongin panic ketika mendengar cerita ketika Sehun
terkena pukulan dari Tao.
“Dia
baik-baik saja. Luhan hyung juga.”
Lay
menyentuh pundak Minseok hingga pemuda itu menoleh. “Aku masih bingung, kenapa
justru Luhan hyung yang di serang?”
“Mungkin
Luhan hyung juga memiliki masalah dengan Kris.” Ujar Minseok berspekulasi.
“Tidak
mungkin.” Lay menyangkal ucapan Minseok. “Luhan hyung pemuda baik-baik.”
“Kau
pikir Kris peduli musuhnya itu pemuda baik-baik atau tidak?”
Jongin
menatap dua temannya penuh arti. Ada sesuatu yang janggal dengan cerita Minseok
dan Lay, tapi ia belum bisa menemukan itu.
@@@
Sehun
mengaduk isi minumannya dengan sangat tidak berminat. Ini sudah gelas ketiga
yang ia pesan sambil menunggu kedatangan Kris. Namun hyung tersayangnya itu
sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kehadirannya.
“Ku
rasa nanti aku tidak akan makan.”
Luhan
hanya diam dan tidak menanggapi ucapan adiknya. Ia melirik jam di tangannya
lalu berdecak kesal. “Kemana orang itu? Tidak lucu kalau ternyata dia tersesat.”
Kesal Luhan.
“Maaf
aku telat.”
Sehun
dan Luhan tersentak karena tiba-tiba muncul seorang pemuda yang langsung
menghempaskan badannya di antara Luhan dan Sehun.
“Dari
mana saja, kau?” omel Luhan ketika menyadari orang tersebut adalah Kris.
Kris
memegangi dadanya sambil mengatur napas.
“Luhan
hyung pikir kau tersesat, hyung.” Cetus Sehun sebelum Kris menjelaskan
keterlambatannya.
“Sebagai
ucapan maaf karena keterlambatanku, kalian boleh makan apapun karena aku yang
akan menanggung biayanya.” Seru Kris yang tak ingin memperpanjang masalah.
Sehun
menatap Luhan dengan wajah cerah. Namun Luhan merespon sebaliknya, ia menatap
Sehun aneh. “Bukankah kau bilang kau tidak akan makan?” seru Luhan mengingatkan
perkataan Sehun sesaat sebelum Kris muncul.
“Itu
kan tadi, hyung.” Sehun sedikit cemberut. “Lagi pula Kris hyung mau mentraktir
kita, itu tidak boleh ku lewatkan.” Lanjutnya.
Kris
tersenyum geli. “Hyung, sudahlah.” Usaha Kris untuk melerai. Namun sedetik
kemudian, senyuman Kris memudar. Ia mengulurkan tangan untuk menyentuh luka di
tepi bibir Luhan.
“Aku
baik-baik saja.” Elak Luhan sebelum Kris bertanya yang aneh-aneh lagi.
Kris
berbalik ke Sehun hendak meminta penjelasan tentang apa yang terjadi pada
Luhan. Namun percuma. Kris hanya menghela napas mendapati tepi bibir Sehun juga
terluka dan bahkan masih ada sedikit kotoran yang menempel pada seragam sekolah
Sehun.
Tatapan
Kris lurus ke depan. Tidak sedikitpun lebih condong ke Sehun apalagi Luhan.
“Siapa yang melakukan ini pada kalian?” Tanya Kris dengan nada dingin.
Luhan
melirik Sehun, tegang. Namun adiknya itu terlihat tenang menanggapi pertanyaan
Kris.
“Hyung,
aku tidak tau ada masalah apa kau dengan mereka. Tapi ku mohon, jangan
memperpanjang masalah ini jika kau juga masih ingin menghindari Chanyeol hyung
dan Tao hyung.” Balas Sehun tak kalah dingin membuat suasana makan siang itu
semakin menegang.
Kris
membeku mendengar pernyataan tajam dari Sehun. “Jadi Minseok yang membuat
kalian seperti ini?” Tanya Kris masih tanpa menoleh.
“Dan
sekarang kau malah menuduh orang lain.” Cibir Sehun tak suka jika hyungnya
menyalahkan orang lain.
“Jadi
siapa yang melakukannya?” desak Kris.
“Aku
tak ingin memperpanjang masalah.” Dengus Sehun sambil merebut daftar menu di
hadapan Kris.
@@@
Kris
membuka dompet lalu mengeluarkan kartu kreditnya pada Sehun. “Ini apa?” Tanya
Sehun tak mengerti maksud Kris.
Kris
memaksa Sehun menerima benda itu. “Aku buru-buru.” Hanya itu yang dikatakan Kris
sebelum akhirnya meninggalkan Sehun kembali hanya bersama Luhan.
Luhan
sendiri tak bisa menjawab. Ia hanya mampu menatap kepergian Kris. Luhan melirik
ketika Sehun mendesah.
“Ada
apa lagi dengan hyungku itu?”
“Seseorang
bisa berubah Sehun.” Luhan mengingatkan.
“Tapi
tidak seperti ini, hyung.” Protesnya tak terima dengan sikap Kris. “Aku sangat
merindukan Kris hyung yang dulu.”
Ada
perasaan aneh pada diri Luhan. Sejujurnya, ia juga sangat mengkhawatirkan Kris.
Tapi ia tau kondisi adik tirinya itu. Sampai kapanpun Kris akan tetap menjadi
adiknya karena Sehun yang menjadi penghubung mereka.
“Hyung,
apa kau sudah selesai?” tegur Sehun sedikit mengejutkan Luhan. “Aku ingin
kembali ke rumah.” Ujarnya malas.
Luhan
hanya mengangguk lalu meletakkan kembali gelasnya yang sudah kosong sebelum
mengejar Sehun menuju meja kasir.
“Jongin
hyung?”
Luhan
menoleh ketika mendengar Sehun menyebut nama Jongin. Ia segera merapatkan diri
ke samping Sehun yang langsung saja menatapnya kesal. Sebenarnya Luhan hanya
ingin memastikan ucapan Sehun. Namun tak di sangka reaksinya terlalu
berlebihan.
“Apa
kabar, hyung.” Sapa Jongin sopan masih lengkap dengan seragam kerjanya.
@@@
Kris
kembali ke National University seperti janjinya tadi. Kali ini ia langsung
melesat ke bank untuk membayar administrasi pendaftaran. Kris berbalik dan
terkejut mendapati Suho mengantri di belakangnya.
Suho
mendengus kesal sebagai tanda ia menyesal telah bertemu dengan Kris lagi di
sana.
“Tenang,
aku tidak akan mengganggumu sampai tahun pelajaran baru di mulai.” Bisik Kris
jahil di telinga Suho lalu meninggalkan tempat itu tanpa pamit lagi. Suho hanya
menatap kesal kepergian Kris.
“Kris…”
Kris
menoleh ketika mendengar sebuah suara menyebut namanya. Ia sedikit mengumpat
dalam hati mendapati orang itu adalah Baekhyun yang sedang melangkah dengan
penuh antusias ke arahnya.
“Apa
kau sibuk setelah ini? Aku hanya ingin mengobrol.”
Kris
belum menjawab karena ia melihat Baekhyun menatap sesuatu yang berada di
belakangnya. Kris yang penasaran ikut melihat apa yang menarik perhatian
Baekhyun. Ternyata hanya Suho yang baru keluar dari bank. Kris sedikit tak
mempedulikan Suho. Ia kembali menatap Baekhyun.
“Jika
kau berjanji mau menceritakan apapun yang kau ketahui tentang orang itu,” Kris
memberi tanda dengan lirikan mata bahwa orang yang ia maksud adalah Suho. “Aku
akan menemanimu mengobrol. Kebetulan aku tidak ada kegiatan setelah ini.”
“Aku
akan menceritakan banyak hal tentang Suho.” Tantang Baekhyun yang sama sekali
tak menyimpan kecurigaan pada Kris.
@@@
Kris
dan Baekhyun memilih café tak jauh dari kampus Baekhyun. Alasannya, di sana
akan ada lebih sedikit orang yang mengenal mereka. Sebelumnya Baekhyun telah
memesan makanan kecil dan Kris hanya memesan minuman karena ia baru saja makan
bersama Luhan dan Sehun.
“Apa
yang ingin kau tau tentang Suho, dan kenapa kau tertarik menelisik
kehidupannya?” Tanya Baekhyun memulai pembicaraan tak lama setelah pesanan
mereka di antar.
“Dia
anak orang kaya, kan?” pertanyaan Kris sedikit lebih mirip pernyataan.
Baekhyun
menatap Kris heran. “Dari mana kau tau?” serunya dengan tatapan menyelidik.
Kris
mendesah sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Ternyata benar.” Gumam Kris
pelan. “Kenapa dia menutup diri?” Tanya Kris lagi ingin tau.
“Di
kampus, mungkin hanya aku dan beberapa staf kampus saja yang tau Suho anak
orang kaya. Dia menutup diri karena ia pernah dikecewakan seseorang yang
ternyata hanya memanfaatkan kekayaan ayahnya. Itu yang ku tau.”
Kris menatap
Baekhyun dalam-dalam. Ia yakin masih ada hal lain yang dirahasiakan Baekhyun. Baekhyun
sendiri sebenarnya sadar akan maksud tatapan Kris, tapi ia berusaha bersikap
senormal mungkin meyakinkan Kris bahwa ia memang belum selesai bercerita.
“Di
sini materi sangat berpengaruh. Kau bisa lihat dari hal kecil seperti parkiran
mobil. Aku yakin kau pasti bisa menebak berapa harga mobil di sana yang
rata-rata mobil mewah. Dan Suho satu-satunya mahasiswa yang menumpang bus kota
untuk bisa sampai di kampus.”
“Setidaknya
itu hanya dimata orang lain. Mobil Suho bahkan lebih mahal dari mobilku.”
Baekhyun
tertawa mendengar komentar Kris. “Itu dia. Sebenarnya aku ingin berteman dengan
Suho. Tapi tampaknya aku tak sanggup jika harus dijauhi hampir seluruh
mahasiswa di sini.”
Kris
menatap Baekhyun bingung. “Dijauhi?” ulangnya.
“Banyak
yang berfikir Suho adalah seseorang yang mendapat beasiswa agar bisa kuliah di
sana. Tapi ku akui strategi Suho cukup berhasil. Ia bisa focus menjalani kuliah
tanpa gangguan mahasiswa yang lain. Dan ku dengar, ia hanya menyisakan satu
setengah tahun lagi untuk bisa lulus. Padalah kini kami sama-sama baru akan
masuk semester tiga.”
Satu
setengah tahun. Itu artinya Suho sama saja akan lulus dalam jangka waktu yang
bersamaan dengan Luhan. Kris hanya menyembunyikan kekagumannya itu seorang
diri.
“Ku
rasa kau harus segera menjauhiku.”
Baekhyun
nyaris tersedak mendengar ucapan Kris. “Apa kau tidak ingin berteman denganku?”
protes Baekhyun. Sedetik kemudian pemuda ini mendengus kesal. “Tak ku sangka
kau sama seperti yang lain. Memandang rendah dan memilih-milih orang untuk
berteman.” Cibirnya.
“Bukan
itu. Tapi kita beda visi misi.” Ucapan Kris kembali menarik perhatian Baekhyun.
“Maksudmu?”
Tanya Baekhyun tak mengerti.
“Bukankah
kau tidak ingin mendekati Suho?” Kris hanya ingin memastikan ingatannya tentang
perkataan Baekhyun. “Tapi aku kebalikan denganmu.”
Baekhyun
menimbang-nimbang perkataan Kris. Apa ia telah siap dijauhi orang banyak. Tapi
di sisi lain, ia juga jenuh dengan kehidupan mahasiswa sekarang yang lebih
banyak bermain-main. Ia ingin benar-benar menekuni profesi sebagai mahasiswa
yang sebenarnya.
Mengerjakan tugas tepat
waktu, mendapatkan nilai terbaik. Tentu saja itu akan memudahkan
langkah-langkah berikutnya hingga ia bisa lulus tepat waktu dan juga mendapatkan
hasil yang sangat memuaskan tentunya.
“Apa
kau tetap akan berteman denganku?” Tanya Baekhyun akhirnya.
Kris
tertawa kecil. “Kau pikir aku orang jahat yang menolak seseorang yang ingin
berteman denganku?” balas Kris membuat Baekhyun juga menertawainya. Tentu saja
Kris langsung merasa bersalah. Dengan terang-terangan ia menjauhi Chanyeol dan
Tao tanpa meninggalkan alasan yang logis di hadapan dua temannya itu.
Kris
benar. Lagi pula jika Baekhyun dijauhi teman-temannya yang lain karena
mendekati Suho, masih ada Kris yang tidak akan membuatnya kesepian. Dan tentu
saja Suho juga, jika mereka bisa mendekati pemuda dingin itu.
“Jadi,
mulai kapan kita menyusun rencana untuk Suho?”
“Lebih
cepat lebih baik, kan?” Baekhyun terdengar antusias merespon ucapan Kris.
“Apa
itu artinya kau akan membayarkan minumanku?”
“Maksudmu?”
Tanya Baekhyun yang sama sekali tak mengerti dengan ucapan Kris.
Kris
tersenyum tanpa merasa bersalah. “Aku kehabisan uang tunai untuk membayar
administrasi kampus. Sedangkan kartu kredit, ku tinggalkan pada Sehun karena
tadi aku pergi mentraktir hyung dan adikku.”
Baekhyun
kembali menertawai alasan konyol yang dilontarkan Kris meski memang seperti itu
keadaannya.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar