Kris
memasuki kamar sambil memegangi dada kirinya yang terasa cukup sakit. Dengan
satu tangan, Kris berusaha mencari tabung berisi obat yang bisa membantu
mengurangi rasa sakitnya dari dalam tas. Wajah Kris memucat ketika mendapati
tabung tersebut sudah kosong.
“Hyung…”
Sehun menerobos masuk ke dalam kamar Kris. “Kau berkelahi lagi?” selidiknya.
Kris
menyembunyikan tabung kosong tersebut dari Sehun. Ia juga berusaha
memaksimalkan senyuman di depan adiknya itu karena hanya Sehun yang tidak
mengetahui tentang penyakit yang dimilikinya. “Tidak. Oiya, apa Luhan hyung
sudah pulang?” Kris buru-buru mengalihkan pikiran Sehun.
“Kris…”
Luhan muncul dengan tergesa-gesa. Namun ia segera menguasai diri ketika
menyadari ternyata Sehun juga berada di sana. “Kau di sini juga?”
Sehun
tak menjawab. Ia kembali melirik Kris. “Hyung, kau belum jawab pertanyaanku.”
Tuntut Sehun.
Kris
tampak berfikir apa yang Sehun tanyakan sebelum Luhan muncul. “Nanti saja kita
bicara lagi sekalian kita bertanding play station.” Rayu Kris agar Sehun mau
melupakan hal itu.
“Bukankah
kau sedang belajar?” Luhan mengingatkan karena ia sempat melihat tumpukan buku
pelajaran Sehun di meja ruang tivi. “Selesaikan dulu tugasmu.” Ujar Luhan
dengan maksud lain untuk menyuruh Sehun keluar dari kamar Kris.
“Tepati
janjimu.” Sinis Sehun untuk mengingatkan Kris sebelum akhirnya menyetujui untuk
keluar dari kamar itu.
Kris
akhirnya bisa bernapas lega lalu membaringkan tubuhnya di ranjang. Luhan juga
buru-buru menghampiri Kris. “Kau baik-baik saja?” Tanya Luhan khawatir.
“Obatku
habis, hyung.” Keluh Kris masih memegangi dadanya.
Luhan
merebut tabung kosong di salah satu tangan Kris. Ia menatap tabung itu intens.
“Ternyata benar.” Gumam Luhan pelan namun masih terdengar di telinga Kris. “Joongki
menghubungiku. Dia bilang kau salah membawa tabung. Bukan yang bertutup merah,
tapi harusnya kau membawa yang tutupnya biru.”
Kris
membulatkan matanya. “Tapi selama ini aku selalu membawa yang merah.” Belanya.
Luhan
menggaruk tengkuknya dengan tatapan sedikit merasa bersalah. “Harusnya aku ikut
menemanimu kemarin.”
“Hyung,
jangan menyalahkan dirimu.” Protes Kris yang tak ingin Luhan merasa bersalah
akibat keteledorannya. “Aku juga salah. Harusnya aku mendengarkan ucapan
Joongki dengan baik. Tapi aku meremehkannya.” Sesal Kris.
“Sudahlah…
lebih baik kau minum ini.” Luhan tak ingin bertambah banyak lagi penyesalan. Ia
mengeluarkan beberapa butir obat yang ia bawa di atas telapak tangan Kris.
Luhan juga mengambilkan gelas di meja belajar Kris.
Kris
menghabiskan air lalu menyodorkan kembali gelas itu kepada Luhan. “Memangnya
obat apa yang ku bawa? Apa artinya aku akan lebih cepat mati? Aku tidak mau,
hyung. Aku belum membuat Sehun lebih dekat padamu.” Tanya Kris asal.
Luhan
menjitak kepala Kris. “Jaga ucapanmu!” omelnya. “Kau tak perlu memikirkan
masalah Sehun.”
Kris
mendengus kesal sambil mengusap puncak kepalanya. “Pantas saja Sehun selalu
menjauhimu. Ternyata ini yang selalu dia rasakan.” Cibir Kris.
“Diam
kau!” Luhan tak mau kalah, tapi ia juga tak ingin bertengkar lebih lanjut
dengan Kris.
@@@
Luhan
hendak ingin membuka pintu mobil, namun ia membatalkan niat ketika melihat Kris
muncul. “Mau ku antar sekolah?” tawarnya.
Kris
menoleh dan tersenyum sambil menarik ke atas resleting jaketnya. “Terima kasih
hyung. Kau bisa terlambat kuliah. Kau tenang saja, aku sudah lebih baik.”
Luhan
tak memaksa. Ia hanya memperhatikan ketika motor sport milik Kris meluncur.
Luhan menghela napas berat. Kondisi Kris semakin mengkhawatirkan.
“Hyung!”
tegur Sehun membuat Luhan sedikit terlonjak.
“Sehun!
Apa yang kau lakukan?”
“Aku
adikmu juga kan?” Tanya Sehun dengan nada manja.
“Lalu?”
Luhan merespon sedikit malas.
“Aku
boleh ikut mobilmu sampai sekolah, kan?” Sehun berkata masih dengan nada yang
dibuat semanja mungkin.
Luhan
menggerakkan kepala sebagai tanda ia mengabulkan permintaan Sehun. “Masuklah…”
“Terima
kasih, hyung.” Seru Sehun senang dan langsung menuju kursi penumpang di samping
kursi pengemudi.
Luhan
tak buru-buru masuk ke dalam mobil. Bukannya tidak senang ketika Sehun
mendekatinya. Tapi yang menjadi beban adalah Kris. Adiknya yang paling tinggi
itu lah yang sangat ingin membuat Sehun dekat dengannya karena Kris sangat
mengetahui kondisinya. Lebih baik Sehun selalu menghindarinya dari pada ia juga
harus kehilangan Kris.
“Hyung,
cepat.” Tegur Sehun dari dalam mobil membuat lamunan Luhan buyar seketika.
“Nanti kita terlambat.” Lanjut Sehun yang mulai tak tenang karena waktu semakin
mepet.
“Iya.”
Jawab Luhan singkat sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil.
@@@
“Apa
sore nanti Minseok mengajak sparing lagi?”
Kris
menoleh mendengar pertanyaan Tao. Ia tersenyum karena sepertinya Tao sudah mengerti
maksud kata ‘sparing’ yang sebenarnya menurut kamus versi Kris.
“Aku
tak sabar untuk mencubit pipi Minseok yan tembam itu lagi.” Gumam Tao sambil
menggerak-gerakkan kedua jarinya seolah benar-benar sedang mencubit pipi
Minseok seperti apa yang ia bayangkan.
“Apa
aku juga harus membawakan makanan untuk Lay? Jadi aku bisa menendang perutnya.”
Seru Chanyeol penuh semangat.
“Kenapa
tidak sekalian saja kau ajak Lay untuk piknik?” saran Kris asal dan tak di
sangka Chanyeol justru menanggapi ucapan Kris dengan serius.
“Ide
bagus.”
Plak!
Kris memukul kepala Chanyeol menggunakan buku. Tao hanya menggeleng sebelum
akhirnya menyusul Kris yang sudah berjalan lebih dulu.
Tao
mengejar Kris dan mensejajarkan langkahnya. “Lalu bagaimana?”
Kris
menoleh sambil terus berjalan. “Jangan sore ini. Aku harus latihan basket.”
Ujar Kris. “Aku juga sudah memberi tahu pada Jongin.”
“Kau
main basket, Kris?” seru Chanyeol yang entah muncul dari mana.
“Kenapa
memangnya?” balas Kris yang merasa di remehkan, tapi Chanyeol tak terlalu ambil
pusing dengan tanggapan Kris.
“Boleh
aku ikut bergabung?” pinta Chanyeol penuh harap.
Kris
melirik Tao yang berada di sisi lain dari Chanyeol. Ia menatap Tao penuh Tanya.
Kalau di artikan, Kris ingin bertanya apakah Tao juga ingin bergabung di klub
basketnya?
Tao
melambaikan tangan tanda ia menolak. “Aku tidak bisa main basket.”
Kris
kembali menatap Chanyeol. “Kita bertemu di sekolah.”
“Oke…”
girang Chanyeol karena Kris mengabulkan permintaannya.
@@@
Jongin
menghentikan motornya tepat di depan sebuah rumah besar. Ia berlari turun dan
mendekati pagar. Di sana tertera jelas bahwa rumah itu akan di jual. Jongin
hanya mampu mengepalkan dua tangannya untuk menahan emosi.
“Apa
ayah benar-benar ingin memisahkan aku dengan Suho hyung?” gumam Jongin kecewa.
Ia menatap rumah tinggi itu dari luar pagar. Terlalu banyak kenangan bersama
Suho di sana. “Hyung, aku akan merebutmu kembali dari tangan ayah.” Tekad
Jongin, lalu pergi dari sana.
@@@
Terlibat
perkelahian dengan Minseok, Lay dan Jongin tidak bisa terhindarkan lagi di
kehidupan Kris. Di tambah ia juga telah mendapatkan dua partner yang memiliki
satu misi seperti Chanyeol dan Tao. Meski terkadang Kris masih sempat untuk
berlatih basket sesuai jadwal yang telah disepakati dua belah pihak. Terutama
untuk Minseok dan kawan-kawan. Mereka tidak protes jika Kris lebih memilih
latihan basket, karena Minseok juga tergabung di sebuah klub sepakbola bersama
Lay.
Rutinitas
tersebut telah terlaksana bahkan sampai dua tahun kemudian. Setiap tidak ada
jadwal ‘sparing’ denga Minseok, Kris akan berlatih basket bersama Chanyeol yang
kini juga sudah bergabung. Kecuali Tao yang lebih memilih latihan bela diri
jika tidak melakukan ‘sparing’ seperti yang diistilahkan Kris. Begitu pula
sebaliknya, jika mereka tidak memiliki kegiatan lain seperti latihan basket,
bela diri atau sepakbola, ‘sparing’ pun tak akan terhindarkan.
@@@
Kris
masuk ke dalam kamarnya sambil memegangi salah satu pipinya. Tentu saja karena
ia habis ‘sparing’ dengan Chanyeol dan Tao melawan Minseok, Lay dan Jongin. Kris
merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Luhan.
“Hyung…
kau tidak pulang malam ini?” Tanya Kris sambil berusaha menahan rasa kecewanya
jika Luhan membenarkan pertanyaannya tadi.
Di
tempatnya berada, Luhan baru saja masuk ke dalam mobil yang masih terparkir di
halaman kampusnya. Padalah saat itu hari sudah beranjak malam. “Maaf, Kris.”
Lirih Luhan. Dan jawaban Luhan telah mewakili semua kenyataan yang sebenarnya.
Kris
menghela napas berat. “Lebih baik kita pindah ke rumah yang lebih dekat dengan
kampusmu. Aku tak rela melihatmu hidup sendiri.”
Luhan
hanya tersenyum mendengar kekhawatiran adiknya. “Jangan egois, Kris. Kau juga
harus pikirkan Sehun.”
“Kau
lupa? Sehun bersekolah di SMA Sun Moon.” Seru Kris mengingatkan.
Demi
persahabatannya dengan Kyungsoo, Sehun lebih memilih bersekolah di SMA Sun Moon
yang notabene berisi 3 orang musuh besar kakaknya, Kris. Tapi justru Kris
sangat mendukung meski kerap kali ia selalu menekankan pada Sehun untuk tak
membongkar jatidirinya bahwa Sehun adik dari seorang Choi Kris Woo.
“Lalu
kau?” Luhan juga mengkhawatirkan Kris.
“Aku
sudah kelas tiga dan bulan depan aku ujian kelulusan. Jadi tidak lama lagi kita
bisa pindah rumah.” Ujar Kris yang semudian sedikit menyesali ucapannya. Hati
kecil tak bisa berbohong. Kris sebenarnya sangat tidak ingin pindah rumah.
Alasan lain karena Chanyeol dan Tao yang merencanakan untuk kuliah di kampus
yang tak jauh dari tempat tinggal mereka sekarang.
“Terserah
kau saja. Nanti aku akan bicara pada ayah dan ibu.” Ujar Luhan mengalah. “Oiya,
dokter Jaesuk sudah merindukanmu.”
Kris
sangat malas jika membahas dokter Jaesuk. “Aku akan menemuinya besok setelah
bertanding basket.”
Luhan
siap buka mulut untuk memprotes Kris tentang keputusannya yang akan bertanding
basket. Tapi Luhan lebih memilih bungkam karena percuma saja jika melarang
Kris. Luhan hanya ingin Kris tak pernah menyesali apa yang dilakukan adiknya
itu.
@@@
Dengan
santainya Kris memasuki lapangan basket. Ia juga telah mengenakan seragam
kebanggaan klub basketnya tersebut. Di dalam sana pertandingan sudah di mulai.
Kris mencari bangku kosong di tempat klubnya berada. Tak jauh dari sana
seseorang berbadan atletis berjalan mendekati Kris yang kini sedang memakai
sepatu.
“Dari
mana saja kau, Kris?” tegur pria yang tampak seperti pelatih klub basket Kris.
Kris
sama sekali tak menoleh, ia sibuk memasangkan sepatu di kakinya. “Percuma aku
datang tepat waktu, toh hyung tidak akan menurunkanku dari awal pertandingan,
kan?” serang Kris dengan pertanyaan yang bisa membuat pelatihnya bungkam.
“Jongkook
hyung.”
Pria
bertubuh atletis itu menoleh ketika mendengar seseorang memanggilnya. Ternyata
Joongki. Pemuda itu menatap Jongkook untuk memberi pengertian tentang kondisi
Kris. Jongkook hanya mengangguk mengerti lalu kembali ke tepi lapangan.
Joongki
duduk di samping Kris sambil mengelap keringat di wajahnya dengan handuk kecil.
“Cepat lakukan pemanasan.” Joongki mengingatkan Kris.
Kris
hanya mengangguk singkat sebelum akhirnya berdiri dan mulai melakukan
peregangan.
@@@
“Itu
Kris?” seru seseorang yang membuat Sehun menoleh seketika. Ia kini memang
berada di sebuah lapangan indoor untuk melihat sebuah pertandingan basket. Dan
tak di sangka Sehun justru akan melihat permainan basket dari kakaknya sendiri.
Pemuda
yang berteriak tadi adalah Minseok yang sedang memberi tahu Kyungsoo tentang
sosok Kris yang kerap kali ia ceritakan kepada adiknya itu.
“Yang
tinggi itu?” Tanya Kyungsoo memastikan dan Minseok hanya mengangguk membenarkan
pertanyaan adiknya itu.
Kris
memang sedang berdiri di tepi lapangan dan siap untuk turun bertanding. Sehun
semakin tidak tenang dan beberapa kali melirik Kyungsoo, Monseok serta Lay
dengan hati-hati.
“Kau
kenapa?” selidik Lay yang mendapat sinyal aneh dari Sehun.
Sehun
berusaha bersikap setenang mungkin. “Aku mau ketoilet sebentar hyung.” Serunya
beralasan. Sebelum ada yang menahannya, Sehun segera melarikan diri dari sana.
“Luhan
hyung kenapa tidak bilang kalau Kris hyung akan bertanding basket?” gumam Sehun
sedikit kecewa ketika telah berada pada jarak yang cukup jauh dari Kyungsoo dan
dua kakak kelasnya itu.
Sehun
menghela napas berat untuk menghilangkan sedikit rasa sesak yang membuncah di
dadanya. Ia sama sekali tak suka dengan keadaan seperti ini. Biar bagaimanapun,
Kris adalah kakaknya. Sementara Kyungsoo adalah sahabat terbaiknya. Sepertinya
ia akan terus bertahan dengan keadaan seperti ini.
Sehun menoleh. Dari tempat
ia berdiri sekarang masih bisa untuk menyaksikan sisa pertandingan. Sementara
ini klub yang dibela Kris sedikit tertinggal poin dari lawannya.
Sementara
itu, Kris terlihat melakukan pemanasan terakhirnya sebelum benar-benar masuk ke
dalam lapangan menggantikan posisi Chanyeol. Sedetik kemudian, Kris telah
tenggelam dalam pertandingan.
Kris
terlihat seperti kesatuan tak terpisahkan dengan bola basket yang kini di
tangannya. Bola itu sulit sekali di rebut oleh lawan-lawannya. Kris meliuk-liuk
dengan lincah menghindari serangan lawan yang ingin merebut bola darinya.
Sampai akhirnya Kris berhenti ketika berhadapan dengan pemain terakhir dari kubu
lawan.
“Jongin…?”
seru Kris tak percaya, tapi ia tetap memprioritaskan focus utamanya untuk bola
yang siap di rebut Jongin.
“Ternyata
kau kartu terakhir tim ‘running boy’?” ujar Jongin dengan nada meremehkan.
Kris
yang lebih tinggi dari Jongin tak menyia-nyiakan kesempatan di waktu yang cukup
sempit ini untuk segera melesatkan bola ke dalam ring. Tembakan tiga poin yang
sangat indah.
“Maaf,
itu bukan mauku.” Desis Kris tak kalah meremehkan.
@@@
Suho
tak henti-hentinya menatap pesan masuk pada akun e-mailnya yang ia buka melalui
ponsel. Ketika sampai di halte tujuannya, Suho langsung melompat turun dari bus
dan berlari menyeberang jalan. Di sana telah menunggu sebuah mobil mewah.
Suho
menghempaskan tubuhnya di kursi belakang mobil mewah tersebut. “Paman, kita ke
stadion.” Perintahnya.
“Baik
tuan muda.” Ujar pria bertubuh tinggi itu dari balik kemudinya.
Suho
yang selama perjalanan sedikit gusar, langsung melompat turun ketika Gwangsoo
menghentikan mobil di parkiran lapangan basket. Suho mengedarkan pandangan. Sangat
banyak orang yang berlalu lalang di sana. Pemuda tampan itu membeku ketika
menemukan seseorang yang memang menjadi target pencariannya.
Siapa
lagi kalau bukan Jongin yang saat itu terlihat terburu-buru diikuti Minseok,
Lay, Kyunsoo dan Sehun juga di belakang Jongin. Di saat yang bersamaan, Sehun
seperti menyadari kehadiran Suho yang membuat kakak kandung Jongin tersebut langsung
merunduk untuk bersembunyi.
Suho
tetap mengawasi Jongin dari jauh. Dan seharusnya ia juga tak perlu khawatir
karena Sehun bukan melihat ke arahnya, tapi menoleh ke arah Kris yang juga
berada di sekitar sana. Tentu saja Kris dan Suho tidak saling kenal.
Begitu
di rasa aman, Suho kembali masuk ke dalam mobil. “Kita pulang.” Perintahnya
yang tak mendapat penolakan dari sang sopir.
@@@
Kris
menatap nanar sosok Sehun yang semakin menjauh. Sehun juga sesekali masih
mencuri-curi pandang untuk melirik hyung tersayangnya itu. Selagi Kris masih
bisa melihatnya, Sehun tersenyum bangga karena Kris tadi memenangkan
pertandingan meski secara tak langsung Sehun berada di pihak lawan.
“Kris…”
Kris
tersentak dan langsung menoleh ke arah sumber suara yang tadi memanggilnya. “Joongki
hyung? Ternyata kau?”
“Kau
tak melupakan jadwalmu setelah ini, kan?” Pertanyaan Joongki membuat Kris
mendengus malas. “Dokter Jaesuk sudah sangat merindukanmu.” Bisik Joongki untuk
menggoda Kris.
“Jangan
seperti Luhan hyung.” Protes Kris karena hanya Luhan yang kerap kali berkata
bahwa dokter Jaesuk merindukannya.
Joongki
tertawa puas karena berhasil menggoda Kris. “Sudahlah… kali ini akan ku
pastikan kau tidak membawa tabung yang salah.”
Kris
melirik tajam ke arah Joongki. “Jadi selama ini…” Kris tak melanjutkan
ucapannya karena sedetik kemudian Joongki terlihat salah tingkah.
“Maaf,
aku janji tak akan menjadi yang ke-empat kali.” Joongki nyengir sambil
mejunjukkan jari tengah dan telunjuk di kedua tangannya. “Kita naik mobilku saja
ya. Dan pulangnya akan ku antar lagi.” Rayu Joongki semaksimal mungkin karena
tatapan Kris sudah seperti ingin membunuhnya.
Kris
masih mendengus kesal.
“Ayolah
Kris…” rayu Joongki lagi, kali ini sambil menarik tubuh Kris yang lebih tinggi
darinya. Meski masih terlihat kesal, Kris pun tetap menurut kemana pun Joongki
akan membawanya.
@@@
“Kenapa tidak sekalian saja kau ajak Lay untuk piknik?” saran Kris asal dan tak di sangka Chanyeol justru menanggapi ucapan Kris dengan serius.
BalasHapushahaha dasar Chanyeol.. pe bgt sih tuh org.. sumpah kocak bgt dy dsni perannya.. wkwkwk :D
ya donk *bangga*
BalasHapusgak nyesel kan bacanya...
hahahaha
BalasHapusbangga bener kayanya.. wkwkwkwk
ne... ne... ne...
ga nyesel.. :)