Kris
dan Baekhyun saling melempar tatapan jahil. Mereka sedikit bersembunyi di balik
pilar kampus. Tak jauh dari sana, terlihat Suho berjalan seorang diri. Baekhyun
menatap Kris, lalu pemuda itu hanya mengangguk seolah mengerti. Sebelum ini
memang ada sedikit rencana antara keduanya.
Baekhyun
berlari ke luar pilar dan pura-pura muncul di hadapan Suho dari arah yang
berlawanan. Sementara Kris, tetap berada sedikit di belakang Suho dan berhenti
di depan madding kampus.
Suho
tersentak dan berhenti karena ada seseorang yang menghalangi langkahnya. “Baekhyun?”
Kembali,
Baekhyun ‘pura-pura’, seolah ia terkejut dengan apa yang baru saja keluar dari
mulut Suho. “Kau masih mengenaliku?” Baekhyun balik bertanya dengan pasang tampang
polos.
Suho
bingung harus menjawab apa. Ia melirik ke sekitar yang sudah menjadikan dirinya
dan Baekhyun tontonan mereka. Baekhyun, mahasiswa paling popoler berbicara
dengan mahasiswa biasa yang bahkan keberadaannya seperti tak terdeteksi.
“Baekhyun
kau tidak ke kantin?” Tanya seorang pemuda lain yang tiba-tiba saja menghampiri
Baekhyun bersama dua temannya yang lain.
“Aku
tidak sedang bawa uang, apa itu artinya kalian akan mentraktirku?” kembali,
Baekhyun melakukan acting yang sangat meyakinkan. Karena tidak mungkin seorang
Baekhyun tidak bawa uang. Jika memang lupa, uang sisa hari kemarin yang tak
sengaja tertinggal di tas atau saku tentu saja masih cukup untuk membeli
makanan siang ini.
Pemuda
yang menghampiri Baekhyun tadi saling melempar pandangan dengan temannya. “Maaf,
tiba-tiba aku teringat memiliki janji dengan orang lain,” ujarnya terburu-buru
dan langsung pergi begitu saja meninggalkan Baekhyun berdua dengan Suho.
Baekhyun
hanya mengangkat bahu ketika tatapannya bertemu dengan Suho.
‘Ternyata
seperti itu kehidupan di kampus ini,’ gumam Kris dalam hati yang sejak tadi
mengawasi Baekhyun dan Suho.
“Kris…”
Kali
ini Kris menoleh ketika seorang pemuda menghampirinya.
“Kau
Kris yang memiliki mobil ferary dua pintu itu, kan?” seru pemuda tadi penuh
semangat, namun Kris hanya menanggapinya secara datar. “Wah… Kau hebat,” ujarnya
lagi, kali ini sambil menepuk pundak Kris. “Bagaimana kalau kita ke kantin
bersama?” ajaknya tiba-tiba.
“Aku
kerampokan tadi pagi. Dompetku hilang. Apa itu artinya kau akan mentraktirku
makan?” ucapan Kris sama persis dengan apa yang dikatakan Baekhyun.
Suho
dan Baekhyun juga mengawasi Kris masih dari tempat mereka berdiri sekarang.
“Kau
kerampokan, Kris?” Tanya Baekhyun sambil menatap Kris khawatir tak lama setelah
pemuda yang menemui Kris pergi. “Kalau begitu, kau gabung saja bersama kami.
Suho sedang berbaik hati,” Baekhyun cepat-cepat merangkul Suho. “Dia akan
mentraktir kita makan,” seru Baekhyun tanpa meminta persetujuan Suho sebelumnya
membuat pemuda itu melirik kesal pada Baekhyun yang hanya di balas senyuman
tanpa rasa bersalah.
@@@
Jongin
sedang menunggu bus di halte. Tak lama, sebuah motor sport yang cukup familiar
di matanyapun melintas. “Kyungsoo?” gumam Jongin bingung karena Kyungsoo duduk
di boncengan motor tersebut. Mata Jongin tak lepas ketika motor tersebut
berbelok ke café tempat ia bekerja. “Sehun?” Jongin memicingkan mata untuk
memastikan penglihatannya. Ia yakin bahwa yang mengendarai motor itu adalah
Sehun. “Akh, tapi kan bukan hanya Kris yang memiliki motor seperti itu,” ujar
Jongin lagi untuk memastikan diri.
Jarak
café dengan halte tempat Jongin berada hanya terpaut beberapa meter saja. Jongin
sudah hampir mengejar dua anak SMA yang ia yakini sebagai Sehun dan Kyungsoo.
Namun ketika melirik jam di tangannya, Jongin berubah pikiran. Terlebih bus
yang sejak tadi ia tunggu sudah tiba.
Jongin
menggeleng. “Terlalu mepet. Aku harus segera menemui Suho hyung,” tegasnya lalu
segera mengantri untuk bisa memasuki bus.
@@@
“Kenapa?”
Tanya Lay heran karena tiba-tiba Minseok menghalangi langkahnya yang akan
memasuki kantin kampus.
Minseok
menatap ke suatu arah. Ia bahkan tak menoleh ketika Lay berbicara. “Chanyeol,
Tao,” serunya heran.
Lay
mengikuti arah pandangan Minseok. Benar saja, ia menemukan dua musuh
bebuyutannya yang sebenarnya juga kuliah di sana. “Mau apa mereka di sini?” Lay
bukan melemparkan pertanyaan, karena ia sama sekali tak membutuhkan jawabannya.
Tanpa
komando, Lay dan Minseok bergerah melangkah ke tempat Chanyeol dan Tao berada.
Chanyeol
dan Tao yang merasa ada orang yang berdiri di samping mereka, langsung menoleh
dan menengadah.
“Minseok?
Lay?” seru Chanyeol dan Tao hanpir bersamaan. Mereka juga langsung kompak untuk
berdiri.
“Cepat
ikut!” paksa Minseok yang kini sudah menarik kerah kemeja Tao. Lay pun
melakukan hal yang sama pada Chanyeol. Chanyeol sendiri sempat merogoh saku
jeans dan meninggalkan selembar uang di atas meja sebelum tubuhnya benar-benar
di seret paksa oleh Lay.
@@@
Sehun
duduk di hadapan Kyungsoo, namun matanya tetap mengedar seperti mencari-cari
sesuatu. Mereka memilih tempat yang cukup dalam. Sehun sedikit memajukan
tubuhnya agar Kyungsoo bisa lebih jelas mendengar suaranya, karena siang ini
pengunjung café cukup banyak.
“Mana
Jongin hyung?”
Kyungsoo
menggedikkan bahu, “tidak tahu.”
Tak
lama seorang pelayan menghampiri mereka. “Ada yang bisa saya bantu?”
“Apa
kami bisa dilayani oleh Kim Jongin?” Kyungsoo balik bertanya.
“Maaf,
Jongin baru saja meminta ijin keluar dan baru akan kembali nanti sore,” seru
pelayan tersebut.
Kyungsoo
dan Sehun saling pandang dan mendesah berat. Tak bisa dipungkiri, mereka cukup
merindukan sosok Jongin. Dengan malas, Sehun dan Kyungsoo menerima buku menu
dari tangan sang pelayan dan mulai memilih apa yang mereka ingin makan.
@@@
Kris,
Baekhyun dan Suho memilih makan di café kampus. Tak lama setelah selesai makan,
Suho tampak melambaikan tangan kepada salah seorang pelayan sebagai tanda ia
akan membayar makanan yang ia dan dua temannya pesan.
Tak lama pelayan tersebut
kembali sambil memberikan sebuah kartu kredit beserta kertas berisi daftar
harga makanan yang mereka pesan dan ternyata telah di bayarkan oleh seseorang.
Suho sendiri juga telah mengeluarkan dompetnya.
Baekhyun
mengisyaratkan pelayan tadi agar pergi dan meninggalkan barang-barang tadi di
meja karena Suho tak kunjung menerimanya. Kris meraih kartu kredit karena
paling dekat dengannya berada, lalu menyerahkan kepada Baekhyun.
“Apa
maksud kalian mempermainkanku seperti ini?” seru Suho tajam dan sedikit tak
terima dengan perlakuan Kris dan Baekyun. “Kau bilang…”
“Dompetku
tertinggal?” Baekhyun menyambar ucapan Suho karena ia sudah tahu apa yang ingin
dikatakan pemuda itu. “Jadi kau percaya?”
Suho
tak menjawab dan malah melirik tajam ke Kris karena pemuda itu tampak sedikit
menahan tawa ketika Baekhyun menyambar ucapan Suho tadi.
“Suho
maafkan kami jika kau tersinggung,” Baekhyun buru-buru menengahi Suho sebelum
terjadi sesuatu. “Sekarang kau tidak boleh makan sendiri. Harus mengajak kami.
Dan yang tadi, kau lihat sendiri kan? Mereka hanya ada untukku di saat senang.
Tapi kau?”
Suho
diam dan Kris juga tak berniat buka mulut.
“Cobalah
membuka diri untuk berteman.”
Tatapan
Suho penuh selidik pada Baekhyun. “Bukankah selama ini kau takut dikucilkan
sepertiku? Kenapa kini kau malah susah payah mendekatiku?” Suho kembali melirik
Kris. “Apa karena dia?” tunjukknya lalu kembali pada Baekhyun. “Kau boleh
berubah pikiran. Dan aku akan melupakan hari ini,” tanpa ingin ucapannya di
bantah sedikitpun, Suho segera berdiri dan menyambar ranselnya lalu berlari
keluar.
@@@
Minseok
dan Lay membawa Chanyeol serta Tao ke lapangan yang berada di belakang kampus.
Tempat tersebut sangat jarang dikunjungi karena lokasinya seperti terpencil. Lay
melepaskan genggamannya pada kerah kemeja Chanyeol. Minseok juga melakukan hal
yang sama pada Tao.
“Apa
yang kalian lakukan di sini?”
Chanyeol
tertawa pahit menanggapi pertanyaan yang dilontarkan Minseok. “Apa kalian pikir
kami tidak boleh kuliah di sini? Jika kami tau kalian juga melanjutkan kuliah
di sini, kami mungkin akan lebih memilih National University!” desisnya tajam.
Tao
melirik Chanyeol sebagai tanda ia tak menyetujui ucapan temannya itu. “Kenapa
harus National University? Walau kampus elit, tapi pergaulan di sana sangat
buruk.”
“Kenapa
harus protes?” balas Chanyeol tak terima dirinya di salahkan. “Itu kan hanya
alasanku saja.”
“Hei…!”
pekik Minseok sebelum Tao sempat buka mulut. “Kami di sini bukan untuk melihat
kaliah bertengkar.”
“Sekarang
katakan! Apa yang kalian lakukan pada Luhan hyung waktu itu?” paksa Lay.
Tao
menanggapinya dengan santai. “Sepertinya itu bukan urusan kalian.”
Chanyeol
mengibaskan tangannya. “Sudahlah, jangan membuang-buang waktu untuk masalah
itu. Karena sampai kapanpun kami tidak akan mengatakannya,” ujarnya sambil
berbalik dan tak lupa mengajak Tao.
“Kami
belum selesai!” geram Lay yang merasa di remehkan. Ia menarik tubuh tinggi Tao
lalu memukulnya tepat mengenai wajah. Lay sudah kembali mengangkat tangan,
namun buru-buru dihalangi Minseok dan Chanyeol. “Ada apa lagi?” kesalnya.
“Lawan
sparing kita sudah ditetapkan sejak dulu. Kau tidak boleh mengubahnya
seenakmu!” cecar Chanyeol mengingatkan sebuah perjanjian tak tertulis antara
mereka. “Kau harus tetap melawanku. Dan Minseok yang akan berurusan dengan
Tao,” lanjutnya.
“Kenapa
harus diperpanjang!” Lay pun ganti menarik Chanyeol agar sedikit menjauh dari
zona kekuasaan Minseok dan Tao.
@@@
“Suho,
maaf. Aku menyesal sempat menjauhimu,” teriak Baekhyun untuk menghentikan Suho.
Mereka bertiga sudah cukup jauh meninggalkan café tadi. Dan kini hampir sampai
lapangan parkir yang tidak terlalu ramai. “Dan aku tidak ingin menyesal untuk
ke tiga kalinya.”
Suho
masih terus berjalan dan Baekhyun serta Kris masih terus mengejar.
Kris
menyambar pundak Suho dan memaksanya untuk berhenti. “Kau boleh saja kecewa
pada Baekhyun, tapi tetap saja kau tidak boleh mengabaikan keberadaanku.”
“Kau
tidak akan tahu bagaimana jika kau berteman denganku,” desis Suho tajam.
“Baekhyun buktinya. Kau bisa tanyakan padanya,” tegasnya sambil menghentakkan
tangan agar ia terlepas dari genggaman Kris.
Melihat
kejadian itu, Baekhyun buru-buru kembali menyambar tangan Suho agar pemuda itu
tak lepas begitu saja. Ia menatap Suho sama tajamnya. “Aku tahu kau pasti
kecewa karenaku. Tapi, ku mohon kembalilah seperti dulu. Kita sama-sama
meninggalkan sahabat terbaik kita di masa lalu. Itu sangat sakit. Dan sekarang,
apa kau mau melakukan itu lagi pada orang yang ingin berteman denganmu?”
pertanyaan Baekhyun sukses membuat Suho terdiam.
Kejadian
itu terjadi setelah Suho lulus SMA. Ketika mulai kuliah, ia memutuskan untuk
menghindari seorang sahabat dekatnya semasa SMA dengan alasan yang mungkin
tidak akan bisa diterima jika Suho menceritakannya.
“Siapa
namanya?” Baekhyun tampak berfikir. Di sisi lain, ternyata Kris sedikit
menyingkir karena sedang menerima sebuah panggilan. “Luhan?” nada bicara
Baekhyun terdengar penuh kemenangan seolah ia tahu segala hal tentang Suho.
@@@
Jongdae
mengejar Luhan yang berlari di depannya. Mereka telah mendapat laporan
perkelahian antara Chanyeol dan Tao dengan Minseok bersama Lay di lapangan
belakang kampus.
“Kalian!
Berhenti…!” Luhan berteriak meski jarak mereka masih cukup jauh.
“Lay,
hentikan!” Jongdae juga tak hanya tinggal diam.
Sementara
itu, perkelahian masih sangat panas. Tao menghajar Minseok yang kini berada di
bawahnya. “Tao!” teriakan Luhan akhirnya bisa menghentikan Tao yang saat itu
juga sudah cukup babak belur.
Di
tempat lain, Lay siap kembali memberikan sebuah pukulan pada Chanyeol. “Jangan
di situ,” protes Chanyeol sambil memegangi pipinya dengan tangan. “Kau tidak
lihat wajah tampanku sudah tak berbentuk?” ujarnya menghalangi tindakan Lay
berikutnya.
Lay
seolah tak mempedulikan ucapan Chanyeol. Ia kembali mengangkat tangannya. “Lay,
cukup!” seru Jongdae cepat-cepat menahan tangan Lay. “Lay!” tegasnya lagi
ketika tangan Lay masih terangkat.
Luhan
menodorong tubuh tinggi Tao agar menjauh dari Minseok. Tatapan Luhan bergantian
melirik Tao dan Minseok yang berdiri di ke dua sisinya yang berbeda. “Apa yang
kalian lakukan?”
“Kami
hanya ingin membelamu, hyung,” Minseok yang menjawab dan mendapat anggukan dari
Lay.
“Membela
atas perlakuan mereka padamu waktu itu,” sambung Lay melengkapi ucapan Minseok.
“Membela
katamu?” Luhan mengulangi ucapan Lay dan Minseok. Ia menatap dua pemuda itu
sinis. “Aku tak perlu pembelaan kalian,” desisnya angkuh. “Ayo pergi,” ajaknya
sambil mendorong pelan tubuh Tao, sementara Chanyeol otomatis juga ikut
melangkah mengejar Tao dan Luhan.
Chanyeol
sedikit menoleh ke arah Lay dengan lirikan penuh kemenangan. Lay yang masih
kesal tampak kembali mengangkat tangan membuat Chanyeol langsung melesat pergi.
“Cukup!”
desis Jongdae yang sukses membuat Lay bungkam.
@@@
Kris
menghentikan mobilnya tepat di belakang sebuah mobil mewah yang berhenti di
depan halte. “Besok pagi aku tunggu kau di sini,” ujar Kris sebelum Suho keluar
dari mobilnya.
Suho
tersenyum dan mungkin ini kali pertamanya ia menunjukkan senyum itu ke hadapan
Kris. “Oke,” ujarnya singkat sebelum keluar dari mobil Kris.
Ketika
mobil Kris sudah melintas, Suho melambaikan tangan untuk Baekhyun yang berada
di dalam mobil di belakang mobil Kris. Ia kembali tersenyum teringat kejadian
hari ini. Rasanya seperti memiliki warna baru dalam hidup. Suho mendesah keras
sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil yang sejak tadi menunggunya.
Tanpa
perintah, mobil yang dikendarai sopir pribadi Suho tersebut segera melaju. Entah
kebahagiaan apa yang terselip pada diri Suho. Seperti orang jatuh cinta, Suho
kerap kali tersenyum sendiri meski ia sembunyikan dari balik buku yang ia baca.
Seseorang
mengkerutkan dahi ketika mengawasi Suho dari kaca di dalam mobil. Sampai-sampai,
Suho tidak menyadari jika yang mengendarai mobilnya bukanlah Gwangsoo seperti
biasa. Tapi orang lain.
Jongin
mengusap keningnya. “Hyungku kenapa?” desisnya bingung.
Ini
memang telah direncanakan Jongin sebelumnya. Ia bekerja sama dengan Gwangsoo
agar Jongin menyamar menjadi sopir pribadi Suho. Jongin bahkan meminjam seragam
Gwangsoo untuk mendukung rencananya ini.
Jongin
sesekali masih mengawasi Suho dari balik kaca. Kali ini Suho memang sudah tidak
terlihat tersenyum seorang diri, tapi ia tengah menikmati music melalui earphone yang menutupi telinganya. Ada
setitik kebahagiaan menyelimuti raut wajah Suho. Lagi, karena terlalu
ternggelam dalam dunianya sendiri, Suho kembali tak menyadari bahwa Jongin
tidak membawanya ke rumah. Tapi ke tempat lain.
Suho
baru tersadar dari dunianya ketika mobil yang dikendarai Jongin berhenti. “Apa
kita sudah sampai?” Tanya Suho sambil menarik earphone yang menutupi kedua telinganya.
Jongin
belum menjawab ataupun bergerak sedikit saja.
Suho
tersentak ketika menyadari tempat di mana ia berada sekarang. “Paman, kita di
mana sekarang?” serunya heboh masih sambil celingukan ke kanan dan kiri.
Jongin
penepuk keningnya menanggapi respon dari Suho. “Hyung,” tegurnya sambil
berbalik menghadap kursi belakang tempat Suho berada.
“Jongin?”
ujar Suho yang terkejut. “Mana paman Gwangsoo?” desak Suho ketika menanyakan
keberadaan sopirnya itu. “Kau culik aku kemana?” pertanyaan Suho terdengar
setengah menuduh.
“Hyung,
kau menuduhku menculikmu?” ujar Jongin tak terima.
“Cih, sok tampan sekali kau,” cibirnya.
“Cih, sok tampan sekali kau,” cibirnya.
“Kau
bawa aku ke mana?”
“Apa
kau tidak lihat tulisan di sana?” tunjuk Jongin pada sebuah tulisan besar di
hadapan mereka. Jongin mengajak kakaknya itu ke sebuah taman bermain. Suho
diam. Jongin mengacak rambutnya, frustasi. “Apa kau tidak suka aku ajak jalan?”
Tanya Jongin, kali ini dengan nada sedikit kesal.
Suho
memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan yang dilontarkan Jongin. “Bukan
begitu, tapi…” tak ada lanjutan kata yang ke luar dari mulut Suho.
Sepertinya
Jongin sudah cukup kehilangan kesabarannya. Ia membuka seragam milik Gwangsoo
yang sedikit kebesaran di tubuhnya. Lalu ke luar dan membukakan pintu untuk
Suho.
Suho
hanya menatap pintu mobil yang dibukakan oleh Jongin.
“Hyung,
kenapa diam saja? Cepat turun,” perintah Jongin dengan nada sedikit memaksa. “Hyung…”
kesal Jongin yang kini sudah menarik paksa tangan Suho untuk mengikutinya ke
luar.
Tak
ada protesan apapun yang ke luar dari mulut Suho. Pemuda itu hanya mengikuti langkah
kaki adiknya. Bahkan ketika Jongin mengantri untuk membeli tiket, Suho tetap
berdiri di sampingnya.
Jongin
mengibas-ngibaskan dua lembar tiket ke hadapan Suho. “Ini hasil gajiku selama
sebulan. Jadi, jangan kecewakan aku!” ancam Jongin serius.
“Kau
bekerja? Tidak kuliah?” Suho bertanya sambil mengejar Jongin yang sudah lebih
dulu menuju pintu masuk.
Jongin
masih belum menjawab pertanyaan Suho, karena setelah itu ia sibuk menunjukkan
tiket kepada petugas.
Merasa
sedikit di abaikan, Suho tetap tak putus asa mencecar Jongin dengan pertanyaan
seperti tadi. “Kenapa tidak bekerja dan harus kuliah?” ujarnya mengulangi
pertanyaan yang masih sama.
Jongin
melirik Suho kesal. Ia sama sekali tak ingin membahas itu saat ini. “Bicarakan
itu nanti,” desisnya malas.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar