Kris
memainkan kunci mobil dan tangan satunya memegang sebuah dompet serta map
coklat milik seseorang bernama Baekhyun. Kris masuk ke dalam mobil tak lama
sebelum Luhan muncul dari dalam rumah. Kris buru-buru menurunkan kaca mobilnya.
“Hyung…”
panggil Kris membuat Luhan mendekat. “Ini alamat kampus yang ku maksud.” Ujar
Kris menyodorkan kartu mahasiswa milik Baekhyun.
Luhan
meraih kartu tersebut dari tangan Kris. “Jadi kau benar-benar akan
mengantarnya? Ke rumah atau kampus?” Tanya Luhan memastikan. Semalam Kris
memang telah bercerita tentang pertemuannya dengan Baekhyun yang tanpa sengaja
sampai ia menemukan barang yang ditinggalkan Baekhyun.
“Ku
rasa kampus, karena alamat rumahnya berada di luar kota.” Jawab Kris lengkap beserta
alasannya.
“Kau
bisa lewat depan kampusku dulu, setelah itu kau tanyakan saja jika bertemu
orang di jalan.” Jelas Luhan masih dengan jawaban yang belum pasti.
“Oke
hyung.” Seru Kris sambil menerima kembali kartu yang disodorkan Luhan. “Nanti
siang kita makan bersama. Aku yang akan menghubungi Sehun.”
“Tapi
jangan terlalu jauh dari kampusku.”
“Iya
hyung, aku tau kau sangat sibuk.” Cibir Kris sedikit malas menanggapi ucapan
Luhan yang terakhir.
Luhan
sendiri hanya tertawa dengan ekspresi kekesalan yang ditunjukkan Kris. Ia tau
Kris tak sungguh-sungguh melakukan itu.
@@@
Kris
sedikit mengawasi mobil Luhan yang mengikuti dari belakang. Ia hanya tersenyum
ketika mendapati mobil Luhan berbelok masuk ke dalam gerbang kampusnya.
Beberapa kali Kris tampak melihat alamat kampus Baekhyun melalui kartu
mahasiswanya untuk memastikan ia tak salah jalan.
Saat
ini Kris harus sedikit terjebak lampu merah. Tepat di sebelah mobil Kris,
berhenti sebuah mobil mewah. Kris menurunkan kaca mobilnya yang tepat bersebelahan
dengan kaca di pintu belakang mobil mewah tersebut. Kris melihat ada seorang
pemuda di dalamnya yang sibuk membaca buku. Kris memberanikan diri untuk
mengetuk kaca mobil tersebut.
“Maaf
mengganggu.” Ujar Kris sesaat setelah pemuda itu menurunkan kaca mobilnya. “Aku
hanya ingin bertanya.”
Pemuda
yang ternyata adalah Suho itu merespon Kris dengan ekspresi yang sangat datar.
“Kau
tau di mana letak kampus National University?” pertanyaan Kris membuat Suho
melirik seketika.
Suho
berpikir ragu antara akan memberi tau atau pura-pura tidak tau.
“Waahh…”
seru Kris membuat Suho kembali dari lamunannya dan menatap Kris heran. “Kau
mahasiswa National University juga?”
Suho
panic dan langsung menurunkan buku yang masih di genggamnya. Entah dari mana
Kris tau kalau Suho kuliah di sana. “Nanti dia akan mengantarmu.” Putus Suho
lalu menutup kaca dengan angkuhnya. Ketika menyebut kata ‘dia’, Suho melirik
Gwangsoo.
Krispun
ikut menutup kaca mobil. “Harusnya dia bangga kuliah di sana. Tapi kenapa malah
tidak membenarkan pertanyaanku?” Oceh Kris saking bingungnya.
Lampu
lalu lintas berubah menjadi hijau membuat kendaraan perlahan bergerak, termasuk
mobil Kris dan Suho. Seperti apa yang Suho katakan, Kris sedikit mengurangi
kecepatan dan membuntuti mobil yang dikendarai Gwangsoo dari belakang.
Tak
lama mobil Suho tampak menyingkir dan kemudian berhenti tak jauh dari sebuah
halte bus. Kris melihat Suho turun dan langsung menuju halte, sementara
Gwangsoo juga ikut turun dan menghampiri mobilnya.
Kris
mempunyai firasat bahwa Gwangsoo akan benar-benar mengantarnya sampai
universitas tersebut. Karena itu Krispun keluar dari mobilnya dan mengejar Suho
sampai dalam halte.
“Kenapa
kau mengukutiku? Paman Gwangsoo akan mengantarmu. Kau tenang saja.” Protes Suho
ketika menyadari Kris malah mengikutinya.
“Apa
kau tidak kuliah?” Kris balik bertanya.
“Tentu
saja.” Jawab Suho singkat masih sambil terus berjalan.
“Kalau
begitu, kau saja yang ikut deganku.” Putus Kris yang seenaknya menyambar tangan
Suho.
Suho
dengan kasar menepiskan tangan Kris. “Jangan merusak rencanaku!” bentaknya yang
merasa cukup terganggu.
Bukannya
merasa bersalah, Kris justru tersenyum jahil. “Apa kau tidak ingin
teman-temanmu tau kalau kau ini anak orang kaya?” ledek Kris. “Jadi kau lebih
memilih turun di sini dan pura-pura naik bus untuk sampai tempat kampus?”
Suho
berhenti dan menatap Kris tajam seolah membenarkan apa yang dikatakan Kris
tadi. “Tolong jangan campuri urusanku.” Pinta Suho dengan seluruh penekanan
pada tiap kata yang keluar dari mulutnya.
Kris
tak menyerah begitu saja, ia segera memposisikan tubuhnya untuk menghalangi
Suho yang siap berbalik.
“Apa
kau takut di manfaatkan oleh orang lain karena kau anak orang kaya? Kau tenang
saja, aku juga anak orang kaya, kau bisa lihat dari mobil yang ku kendarai
tadi. Jadi, aku tidak akan memanfaatkanmu.” Cetus Kris panjang lebar meski
sedikit tak penting mengatakan bahwa ia juga anak orang kaya seprti Suho. “Aku
tidak akan mengatakan pada siapapun tentang ini. Lagi pula, aku hanya akan
menganggumu sekali ini saja.”
Suho
mendongak agar mampu menatap mata Kris. Ia mengerutkan kening menandakan
kebingungannya perihal ucapan terakhir dari mulut Kris.
“Aku
hanya ingin mengembalikan sesuatu milik seseorang yang kuliah di sana.” Jelas
Kris akhirnya mengenai tujuannya ke sana. “Namanya Byun…” Kris sedikit memberi
jeda dalam ucapannya karena sibuk mengingat nama pemuda yang dicarinya. “Baek…”
ujarnya ragu. “Ah, Byun Baekhyun.” Pekik Kris pasti.
Kali
ini Suho melirik datar untuk menyembunyikan ekspresi sesungguhnya. Kris masih
saja menatapnya penuh harap. Suho menghela napas berat.
“Oke.”
Putus Suho dan segera melesat pergi sebelum Kris merespon lebih.
Kris
tersenyum penuh kemenangan sambil mengikuti Suho dari belakang. “Kalau ada yang
bertanya, bilang saja kalau kita teman lama dan baru bertemu.”
“Sudahlah,
tak usah kau pikirkan itu.”
Kris
bungkam karena tak ingin membuat Suho berubah pikiran.
@@@
Kris
memarkirkan mobilnya di temani Suho yang masih di sana. “Di mana kira-kira aku
bisa mencari Baekhyun?” Tanya Kris sesaat setelah mematikan masin mobilnya.
Suho
sedikit menunduk untuk menyembunyikan wajahnya. Di luar sana, orang-orang mulai
memperhatikan mobil Kris yang sangat mencolok. “Kau bisa tanyakan kepada siapa
saja yang kau temui.” Cetus Suho yang tanpa pikir panjang segera melesat keluar
dari dalam mobil sebelum Kris sempat menahannya.
Kris
berdecak sambil menggeleng-gelengkan kepala menanggapi sikap dingin Suho yang
sangat tertutup dengan orang lain. Kris hanya menghela napas sebelum akhirnya
memutuskan keluar. Pemuda tinggi ini beberapa kali menanyakan keberadaan
Baekhyun kepada orang-orang yang ia temui. Hasilnya, tak ada satupun yang
mengenal Baekhyun.
Ada
satu orang lagi yang akan melintas di depan Kris memarkirkan mobilnya.
“Permisi…”
seru Kris membuat pemuda itu menoleh. “Kau mengenal Byun Baekhyun?” Tanya Kris
segera.
Pemuda
itu menatap Kris heran, termasuk menatap mobil mewah di belakang Kris. “Apa
kita saling kenal?” pertanyaan pemuda itu membuat Kris mengerutkan kening.
Sedetik
kemudian Kris berdecak. “Harusnya aku sadar sejak tadi. Kau Byun Baekhyun,
kan?”
“Apa
kita saling kenal?” ulang Baekhyun yang tak menyadari bahwa pemuda tinggi di
hadapannya adalah pemuda yang kemarin ia tabrak di rumah sakit.
Kris
tersenyum lega. Yang di utarakan Baekhyun bukanlah pertanyaan bagi Kris. Tapi
itu merupakan petunjuk bahwa pemuda yang di hadapannya kini benar-benar
Baekhyun yang ia cari. “Tunggu sebentar.” Pinta Kris sebelum kembali ke dalam
mobil untuk mengambil dompet dan map coklat yang dibawanya.
Baekhyun
terus saja mengawasi gerak-gerik Kris.
Kris
menyodorkan semua benda di tangannya. “Apa ini milikmu?”
Mata
Baekhyun terbelalak seketika. “Kau yang menemukannya?” Tanya Baekhyun sambil
menerima barang-barang dari tangan Kris dengan mata berbinar.
“Kau
meninggalkannya ketika kita tabrakan di rumah sakit.” Kris mengingatkan
kronologi kejadian sampai akhirnya benda itu berada di tangannya. “Maaf aku tak
langsung mencarimu saat itu.”
“Sudahlah…”
cetus Baekhyun yang tak ingin ambil pusing. Karena yang terpenting sekarang
adalah, dompet dan map coklat tersebut sudah kembali ke tangannya. “Bagaimana
kalau kita ke kantin. Aku ingin mentraktirmu makan sebagai ucapan terima
kasih.”
Meski
belum waktunya makan siang, Kris menyetujui usul Baekhyun. Ia bisa menunggu di
sana sampai siang sebelum menjemput Sehun dari sekolah.
@@@
Tao
memeriksa berkas perkuliahannya setelah keluar dari sebuah ruangan bersama
Chanyeol yang setia menemani. Chanyeol melirik Tao yang belum melepaskan pandangan dari
kertas-kertas yang sibuk ia bolak-balikkan sejak tadi.
“Apa
yang kurang?” tegur Chanyeol.
“Tinggal
surat kesehatan aja. Aku akan minta bantuan ayah.” Jawab Tao yang hanya dibalas
anggukan oleh Chanyeol sebelum mereka memutuskan pergi.
Chanyeol
masuk ke dalam mobil diikuti Tao setelah itu. “Kita kemana setelah ini?” Tanya
Chanyeol sebelum menyalakan mesin mobil.
Tao
tampak memasang sabuk pengamannya. “Apa kau sibuk?” Chanyeol hanya menggeleng
menjawab pertanyaan Tao. “Bagaimana kalau kita jalan-jalan?” ajaknya.
“Oke.”
Balas Chanyeol singkat kemudian mulai melajukan mobilnya.
Tao
diam selama perjalanan, sementara Chanyeol beberapa kali terlihat mengawasi
sesuatu dari dalam kaca spion.
Tao
terdengar menghela napas berat. “Aneh rasanya tanpa Kris. Biasanya selalu ada
motor sport yang membuntuti kita.” Gumam Tao yang tak mendapat respon apa-apa.
Chanyeol
masih sibuk menatap kaca spion sambil membagi konsentrasinya ketika menyetir.
Sebuah motor sport, persis seperti yang dikatakan Tao terlihat dibelakang mobil
Chanyeol. Itulah yang sejak tadi diperhatikan oleh Chanyeol.
“Itu
Kris!” seru Chanyeol ketika motor tersebut melesat melewati mobilnya. Tao
sontak menoleh dan Chanyeol mempercepat laju mobilnya untuk mengejar motor
sport tersebut yang persis sama dengan yang selama ini dikendarai Kris.
“Kenapa
Kris masih mengenakan seragam SMA?” Tanya Tao heran. “Tidak mungkin dia tidak
lulus, Kris bahkan masuk peringkat sepuluh besar siswa dengan nilai ujian
tertinggi.”
Chanyeol
tetap mengabaikan apapun yang dikatakan Tao. Chanyeol tetap membawa mobilnya
mengikuti motor tersebut. Tak lama, Chanyeol terlihat menghentikan mobil tepat
di belakang motor sport yang ia ikuti sejak tadi. Motor itu kini terparkir
sendiri di depan sebuah taman tanpa pengemudi. Chanyeol dan Tao turun dari
mobil. Tujuan pertama mereka adalah motor sport tersebut.
Tao
meneliti tiap detail pada motor tersebut. “Tidak salah lagi, ini motor Kris.”
Seru Tao mantap.
Tanpa
berkata-kata lagi, Chanyeol segera melesat ke dalam taman disusul Tao saat itu
juga. Mereka menelusuri taman lebih dalam lagi. Taman tersebut dihiasi
pohon-pohon besar yang membuat sejuk meski di luar terik matahari sedang
panas-panasnya. Selain itu terdapat bangku dan lampu taman di sana-sini.
Tak
jauh dari tempat Chanyeol dan Tao berada, ada bagian taman yang terdapat ayunan
dan beberapa permainan untuk anak-anak. Dari tempat mereka berada, ada
seseorang yang duduk sendiri di ayunan.
“Luhan
hyung?” pekik Chanyeol yang mengenal orang tersebut dan segera berlari
menghampiri Luhan.
“Chanyeol?
Tao?” gumam Luhan sambil berdiri seiring kemunculan dua orang teman dekat Kris
dihadapannya.
“Hyung,
di mana Kris sekarang?” desak Chanyeol tanpa basa-basi.
Luhan
membeku dengan pertanyaan yang dilontarkan Chanyeol. Tatapan Taopun sama
mengintimidasinya.
Tao
yang geram melihan Luhan yang tak merespon apapun, langsung saja menarik kerah
pakaian Luhan. “Jangan coba-coba merahasiakan keberadaan Kris pada kami.”
Teriak Tao tepat di wajah Luhan.
“Hyung,
ku mohon jawab.” Ujar Chanyeol pelan namun masih terdengar nada mengancam di
dalamnya. “Jangan sampai Tao menyakitimu.”
Luhan
melirik Chanyeol, lalu kembali menatap Tao. “Aku tidak akan memberi tahu di
mana Kris.” Tandas Luhan.
Tao
sudah tidak bisa menahan diri lagi. Di pukulnya Luhan kuat-kuat tepat di wajah
pemuda itu. Membuat kakak kandung Sehun itu terjungkal ke belakang.
“Tao…!”
Tao
yang siap kembali menghajar Luhan, mengurungkan niat ketika mendengar teriakan
seseorang memanggilnya. Awalnya ia pikir itu suara Chanyeol, namun ketika
mendongak, Tao menemukan tiga orang pemuda yang mendekat. Minseok, Lay dan
Kyungsoo.
“Apa
yang kalian lakukan?” tegur Minseok tak terima melihat perlakuan Tao kepada
Luhan.
Sementara
itu, langsung saja Lay mendorong tubuh besar Tao untuk menjauh dari Luhan dan
Kyungsoo segera membantu Luhan untuk berdiri.
Kyungsoo
menatap Luhan khawatir. “Hyung, kau baik-baik saja?” Tanya Kyungsoo yang
langsung di balas anggukan oleh Luhan.
“Hyung,
jadi kau kini berada di pihak mereka?” tuduh Chanyeol, tentu saja untuk Luhan.
Lay
menghampiri Minseok. “Jangan menyalahkan Luhan hyung.” Geram Lay yang sudah
tidak bisa menahan emosi. Segera saja ia menyerang Chanyeol dan Tao menghadapi
Minseok. Jika ada Kris dan Jongin, mereka juga akan saling berhadapan. Selalu
seperti itu. Mereka tidak pernah saling bertukar lawan.
Sehun
yang melihat kejadian itu dari kejauhan, langsung mendekat untuk melerai kedua
kubu yang berseteru tersebut. Ia lebih dulu menghampiri Chanyeol dan Lay.
“Hyung, berhenti!” tegas Sehun yang sekuat tenaga menghentikan keduanya.
“Sehun! Minggir!” Seru Lay
dan Chanyeol nyaris bersamaan. Tentu saja bukan perkara mudah bagi Sehun untuk
memisahkan keduanya.
Kyungsoo
juga berniat membantu Sehun. Ia akan memisahkan Minseok dari Tao, namun
buru-buru Luhan menahan tangannya dan menatap Kyungsoo agar pemuda itu tidak
nekad untuk ke sana. Pertarungan Minseok dan Tao lebih menyeramkan dari pada
antara Lay dan Chanyeol.
Sebenarnya
Kyungsoo sedikit memprotes perintah Luhan, namun ia langsung menurut dan tak
berani nekad melakukannya.
Dan
akhirnya, yang bisa membuat ‘sparing’ itu berhenti adalah ketika Chanyeol
dengan cukup kasar mendorong tubuh Sehun hingga terpental dan menyebabkan Sehun
menabrak Tao. Tao yang masih dalam kekuasaan emosi, tak segan-segan untuk
melayangkan pukulan untuk Sehun hingga terjungkal kebelakang.
“Sehun!”
pekik Luhan langsung berhamburan menghanpiri Sehun. Ia memangku kepala Sehun,
lalu melirik Chanyeol dan Tao dengan tatapan kecewa karena perlakuan mereka
pada Sehun. Minseok, Lay dan Kyungsoo sudah ikut mengerubungi Sehun.
“Jika
terjadi sesuatu pada Sehun, aku tidak akan melepaskan kalian!” ancam Minseok
yang hendak kembali menghajar Tao, namun Sehun yang sebenarnya dalam keadaan
sadar menahan tangan Minseok. Minseokpun hanya bisa melawan dengan tatapan
penuh dendam.
Sehun
perlahan berusaha berdiri di bantu Luhan dan Kyungsoo. Mata Sehun tertuju pada
Chanyeol dan Tao yang menunduk bersalah. “Hyung, pergilah.” Perintah Sehun yang
langsung mendapat protes keras, terutama dari Minseok dan Lay.
“Sehun,
tapi…” Lay tak jadi melawan ucapan Sehun karena lebih dulu tangan Sehun
terangkat sebagai tanda ia menyuruhnya untuk diam.
“Hyung…”
mata Sehun masih tak lepas dari dua pemuda teman dekat Kris semasa SMA tersebut,
namun sama sekali tak ada sedikitpun rasa dendam yang menggelayuti Sehun. “Jika
kalian tidak pergi, biar kami yang pergi.” Ujar Sehun lalu berbalik.
Satu-satunya orang yang
tak memprotes keputusan Sehun hanyalah Luhan. Minseok dan Laypun akhirnya mengalah
setelah Kyungsoo memaksa mereka untuk pergi.
@@@
Baekhyun
mendahului Kris untuk memilih tempat duduk. Tak di sangka, Kris tidak
mengikutinya. Pemuda tinggi itu justru memilih meja lain karena melihat Suho
duduk sendiri.
Suho
terkejut ketika mendapati Kris sudah duduk di hadapannya. “Kau?”
“Ternyata
kita bertemu lagi.” Kata Kris tanpa rasa bersalah.
Suho
yang merasa ketenangannya di ganggu, lebih memilih pergi dari pada memaksa Kris
untuk pergi.
“Tunggu.”
Lagi-lagi Kris menghalangi tubuh Suho yang lebih pendek darinya itu.
“Jauhi
aku jika tidak ingin reputasimu hancur.” Tegas Suho lalu melanjutkan langkahnya
yang sempat terhalang oleh tubuh Kris. Ia juga harus sedikit mendorong tubuh
Kris untuk membuka jalannya.
“Hei…”
Kris hendak kembali mengejar Suho jika tidak lebih dulu di tahan oleh tangan
Baekhyun.
“Biarkan
dia pergi.” Seru Baekhyun sambil menarik paksa tubuh tinggi Kris untuk duduk di
kursi yang ditinggalkan Suho.
Kris
sudah membuka mulut namun tidak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya.
Kris langsung mengurungkan niat melontarkan pertanyaan yang ada di kepalanya
karena tiba-tiba saja ia seperti bisa membaca suasana yang terjadi sebenarnya.
“Kau
mau makan apa?” Tanya Baekhyun yang sudah memegang buku menu.
“Minum
saja, aku sudah ada janji makan siang dengan hyung dan adikku.” Jawab Kris dan
Baekhyun langsung mengangguk mengerti.
“Kau
kuliah di sini juga? Jurusan apa?” Baekhyun memulai perbicaraan.
“Aku
baru lulus SMA.” Kris menggeleng samar.
Baekhyun
menatap Kris bingung. Bahkan ia mengabaikan pelayan yang mengantarkan
makanannya. “Lalu, apa yang kau lakukan di sini? Apa kau baru ingin mendaftar
sebagai mahasiswa baru?”
Kris
balas menatap Baekhyun, kali ini dengan cukup minat dengan pertanyaan Baekhyun.
Ia seperti mendapat sedikit pencerahan. Entahlah, ia sangat tertarik berteman
dengan Suho yang dingin. Alasannya hanya satu, Suho pasti tidak akan merasa
kehilangan jika Kris pergi untuk selamanya.
“Bisa
bantu aku?” Tandas Kris akhirnya.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar