Tao
dan Chanyeol tampak setengah berlari untuk bisa mengejar langkah Luhan yang
telah mendahului mereka. Seharusnya memang tidak sesulit itu, tapi kondisi Tao
dan Chanyeol yang sedikit bermasalah setelah ‘sparing’ tadilah yang membuat
mereka sedikit mengalami kesulitan.
Chanyeol
sekuat tenaga mengejar Luhan. Mungkin karena kondisinya sedikit lebih baik dari
pada Tao. “Hyung,” teriaknya sambil mengulurkan tangan untuk menggapai Luhan
yang hanya tersisa beberapa meter saja dari tempat ia berada.
“Apa?”
Luhan
yang berhenti dan berbalik dengan tiba-tiba, membuat Chanyeol tak sempat
mengendalikan laju larinya hingga benturanpun tak bisa terhindarkan. Chanyeol
menubruk tubuh mungil Luhan yang kini tertindih oleh badan jangkung milik
Chanyeol.
“Akh…”
Chanyeol dan Luhan sama-sama meringis.
“Astaga,
apa yang kalian lakukan?” Tao berdecak bingung dengan apa yang terjadi.
Chanyeol yang berniat
menghentikan Luhan, malah kini mereka jatuh bersamaan. Tao membantu Chanyeol
yang menindih tubuh Luhan untuk berdiri. Setelah itu mengulurkan tangannya
untuk membatu Luhan berdiri. Tapi apa yang Tao dapat? Luhan menepiskan
tangannya.
“Aku
tak perlu bantuanmu,” sergah Luhan dengan angkuh lalu berdiri. Ia menepuk-nepuk
celananya dari kotoran akibat terjatuh.
Chanyeol
menangkap tangan Luhan sebelum pemuda itu sempat beranjak dari sana. “Hyung,”
lirihnya.
“Apa
yang membuat kau membenci kami?” Tanya Tao mewakili Chanyeol.
Luhan
berbalik sambil perlahan menjauhkan tangan Chanyeol dari tangannya. “Aku tidak
akan benci pada kalian asalkan kalian janji tidak akan membahas apapun tentang
Kris,” ujar Luhan dengan menunjukkan tatapan dingin.
“Tapi,
hyung,” Tao hendak memprotes.
“Hyung,
apa kau ingin menjauhkan kami dari Kris?” Chanyeol lebih dulu menyelak ucapan
Tao.
“Sudah
ku bilang jangan bahas itu,” kesal Luhan karena harus mengulangi permintaannya.
Luhan kembali berbalik dan berniat meninggalkan Chanyeol dan Tao.
Chanyeol
menghembuskan napas berat. Di sampingnya, Tao hanya mampun menatap nanar
langkah Luhan yang semakin menjauh. “Aku ingin pulang saja, sore ini ada
pertandingan,” ujar Chanyeol yang seolah enggan berlama-lama di kampus.
“Kita
masih ada jam kuliah,” seru Tao mengingatkan. Tapi tampaknya Chanyeol sudah
tidak ada semangat mengikuti matakuliah hari ini.
@@@
Sekuat
tenaga Jongin menarik tangan Suho agar mau naik wahana halilintar. “Hyung,
ayo,” paksa Jongin karena mereka sudah selangkah lagi untuk bisa menaiki
permainan itu.
“Tidak
mau,” seru Suho tetap pada pendiriannya. Ia menolak dengan tegas ajakan Jongin
yang satu ini.
“Hyung,
kau ini seperti gadis saja,” sindir Jongin yang masih belum menyerah untuk bisa
mengajak Suho menaiki halilintar.
Suho
menghentakan tangannya sebagai tanda protes karena Jongin mengatakan dirinya
seperti seorang gadis. “Enak saja!”
Jongin
diam sesaat sebelum akhirnya tersenyum jahil. “Itu artinya, kau tidak akan
menolak kan, hyung?” itu bukan pertanyaan, tapi pernyataan, karena Jongin masih
saja memaksa Suho dan kali ini berhasil. Mereka sudah masuk lebih jauh, bahkan sudah
sampai duduk di dalam wahana tersebut.
“Awas
kau!” ancam Suho kesal atas perlakuan adiknya.
Jongin
menertawai Suho yang cemberut karena kesal dengannya. Mereka memang memiliki sikap
bertolak belakang. Suho sebagai anak baik yang sangat patuh terhadap orang
tuanya, dan Jongin anak bandel yang memiliki hobi ‘sparing’.
Jongin
masih saja terkekeh melihat raut wajah ketakutan yang ditunjukkan Suho sesaat
sebelum wahana meluncur. Dan…
“Aaaa…”
jerit Suho meski wahana tersebut baru bergerak, bahkan belum mencapai kecepatan
maksimalnya.
Beberapa
saat setelah selesai menaiki wahana tersebut, Suho turun sambil berpegangan
pagar, tiang atau apapun yang bisa ia jangkau dan dijadikan tumpuan. Sementara
tangannya yang lain memegangi kepala karena ia juga merasa pusing. Tak jauh
dari sana, Suho menemukan kursi pajang dan Suhopun langsung menjatuhkan
tubuhnya di sana.
“Jongin,
kau ingin membunuhku?” protes Suho atau dengan kata lain, ia juga menyalahkan
adiknya itu atas apa yang ia alami saat ini. “Kau tidak mendengar ucapanku?”
tegurnya lagi karena beberapa saat lalu Suho memejamkan matanya, jadi ia tidak
sadar jika Jongin tak berada di dekatnya. “Jongin!” panggilnya sambil menoleh
ke kanan dan mencari-cari adiknya.
Tidak mungkin Jongin pergi
secepat itu. Ketika pandangan Suho menoleh ke arah lain, ia tersentak mendapati
sesuatu yang dingin menyentuh hidung mancungnya. Suhopun mendongak dan
menunjukkan kepada orang tersebut tatapan membunuh darinya. Siapa lagi yang
melakukan itu kalau bukan Jongin.
“Hyung,
kau baik-baik saja?” tegur Jongin tanpa rasa berdosa yang kini sudah duduk di
samping Suho.
Suho
menyeka hidungnya yang terkena es krim tadi dengan kasar. Ia tak menjawab
kekhawatiran Jongin. Dan nampaknya Jongin seperti tak mempedulikan kondisi
kakaknya. Ia justru mengulurkan salah satu tangannya yang menggenggam es krim
ke hadapan Suho.
Suho
melirik Jongin dengan tatapan tak suka. “Apa kau sedang berlatih untuk mengajak
kekasihmu ke sini suatu hari nanti?” Tanya Suho ketus.
Tawa
Jonginpun pecah tak terkendali. “Apa kau sudah pernah melakukan itu, hyung?” bukannya
menjawab, Jongin malah balas memberikan Suho pertanyaan jahil sambil menatap
nakal dan hendak mencolek dagu Suho.
Suho menghalangi
tangan Jongin sebelum hal tadi benar-benar terjadi karena bisa saja kini
giliran dagunya yang terkena es krim akibat perbuatan Jongin.
“Kau
ingin menjadi playboy?”
Jongin
berdecak kesal dan menoleh ke arah lain karena tak ingin menanggapi pertanyaan
Suho tadi. “Aku tidak seperti Chanyeol,” gumam Jongin nyaris tak bersuara.
“Hei! Hyung!” protes Jongin karena tanpa sepengetahuannya, Suho menyambar es
krim dari salah satu tangannya.
“Apa?
Mau protes?” seru Suho sebelum Jongin benar-benar memprotesnya. “Kau sudah
hampir membuatku pingsang.”
Jongin
tidak jadi kesal karena melihat Suho mulai menjilati es kris yang baru saja
direbutnya. Ia kini malah tersenyum karena ternyata Suho masih seperti kakaknya
yang dulu. Tidak ada yang berubah.
@@@
Sepulang
sekolah, Sehun langsung bergegas menuju lantai dua rumahnya. Sehunpun membuka
salah satu pintu, lalu melesat masuk. Setelah melemparkan ranselnya ke
sembarang tempat, Sehunpun menghempaskan tubuhnya ke kasur.
“Aku
lelah…” keluhnya berbicara sendiri.
“Memang
siapa yang bertanya?”
Sehun
tersentak sambil bangkit karena ada seseorang di kamar itu. “Astaga, ternyata
kau hyung,” ujar Sehun santai lalu kembali berbaring dan tak mempermasalahkan
Kris ada di ruangan itu dan sedang bermain laptop di atas meja belajarnya.
Kris
melepas kacamata lalu memutar kursinya hingga menghadap Sehun. “Kau pikir ini
di mana?”
Sehun
yang baru saja memejamkan mata, harus kembali membuka mata setelah mendengar
pertanyaan Kris. Ketika menoleh, ia menemukan poster salah seorang pemain
basket terkenal yang menjadi favorit Kris. Jelas saja Kris di sana, ini bukan
kamar Sehun. Tapi pemuda itu sama sekali tak ada niat untuk beranjak dari sana.
“Ternyata
aku salah kamar,” seru Sehun tanpa rasa berdosa. Ia justru merentangkan tangan
seraya menikmati nyamannya kasur besar di kamar Kris. “Pantas saja kasurnya
lebih besar. Kau kan tahu hyung, kasur di kamar ku tak sebesar ini,” lanjutnya
masih sambil berbaring di atas kasur Kris.
Kris
berdecak tak tertarik dengan apa yang dikatakan Sehun. “Kalau kau ingin kasur
yang lebih besar, kau bisa ke kamar Luhan,” ujar Kris membalas ucapan Sehun.
“Kau
pelit sekali, hyung,” cibir Sehun kesal karena dengan kata lain, kakaknya itu
seperti tak mengijinkan ia berada di sana walau hanya sebentar saja.
Tidak
seperti apa yang Sehun bayangkan, Kris justru tertawa geli melihat sikap
kekanakan yang ditunjukkan Sehun. Ia tak ingin ambil pusing apalagi mengganggu
Sehun yang katanya ingin menikmati kasur di kamarnya. Kris kini lebih memilih
memutar kembali kursinya lalu mengenakan kacamata dan melanjutkan mengerjakan
tugas kuliahnya.
Tangan
Sehun meraba sprei. Di sana ia menemukan ponsel Kris yang tergeletak. Tanpa
pikir panjang, Sehun langsung menyambarnya. Dan tanpa ijin, Sehun mulai
menjelajahi isi ponsel milik Kris. Tak lama, sebuah pesan multimedia masuk.
Sehun sedikit mengerutkan kening ketika membuka foto kiriman dari Baekhyun.
“Ku
fikir kau foto dengan kekasihmu,” seru Sehun tak sopan. Namun Kris seperti tak
mendengar apa yang dikatakan adiknya itu. “Apa setelah ini kau akan
meninggalkan mereka seperti kau meninggalkan Chanyeol dan Tao,” sindirnya
karena foto tersebut adalah foto Kris bersama Baekhyun dan Suho di kampus tadi
siang.
Ucapan
terakhir Sehun membuat Kris akhirnya tersentak. Ia belum ingin memutar kursi
untuk menghadap Sehun.
“Aku
tidak tahu apa alsanmu melakukan itu. Tapi ku harap Chanyeol dan Tao menjadi
yang terakhir. Namun jika ternyata kau kembali bersikap seperti itu,” ujar
Sehun panjang lebar dan sedikit memberi jeda sebelum melanjutkan ucapannya.
“Entahlah, mungkin aku tidak akan mudah memaafkanmu.”
Kris
menoleh. Di saat yang bersamaan, ternyata Sehun baru saja menutup pintu
kamarnya dari luar. Kris menghembuskan napas berat. Di lepaskannya kacamata
yang sejak tadi bertengger di wajahnya. Ia sedikit memijat keningnya yang
menjadi sedikit pusing.
Beberapa
saat kemudian, sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Kris dan akhirnya membuat
pemuda tinggi itu bergerak meraih ponselnya yang tergeletak di atas kasur. Kris
menatap bingung layar ponselnya yang menunjukkan nama Sehun sebagai pengirim
pesan.
Kau tidak tahu kan? Kalau Luhan hyung
mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan dari Chanyeol dan Tao karena
perbuatanmu. Jika itu kembali terjadi, kali ini aku serius tidak akan
memaafkanmu.
Kris beralih ke pesan lain dari Baekhyun yang tadi
masuk ke dalam ponselnya dan telah di buka oleh Sehun. Kris melempar kasar
ponselnya setelah melihat foto tadi lalu melesat ke luar kamar. Kris terkejut
karena Sehun ternyata masih berdiri di sana, menunjukkan tatapan yang sulit
untuk diartikan. Kris juga tak berkata apa-apa, ia segera pergi dari sana
meninggalkan Sehun sendiri di depan kamarnya.
@@@
Suho
menatap es krim di tangannya yang berkurang setengah, lalu melirik Jongin yang
masih menikmati es krim miliknya. Jongin sendiri tampaknya tak menyadari apa
yang tengah dilakukan Suho saat ini. Nampaknya jika sedang bersama Jongin, ide
jahil di benak Suho muncul dengan sendirinya.
“Jongin…”
Jongin
menoleh ketika mendengar Suho menyebut namanya. “Apa?” chu, ternyata Suho menyodorkan
tangannya yang memegang es krim ke dekat wajah Jongin. Jadi ketika Jongin
menoleh, otomatis pipi Jongin akan menyentuh es krim yang disodorkan Suho.
“Hyung!” protes Jongin sambil memegangi pipinya yang terkena es krim.
Suho
tertawa geli melihat tampang kesal yang ditunjukkan Jongin.
“Hyung!”
tegas Jongin lagi, kali ini ia sudah berdiri dihadapan Suho.
“O…
ow,” desis Suho yang langsung diam dan tak menyisakan tawa sedikitpun. Tanpa
pikir panjang, Suho melempar sisa es krimnya sembarangan.
Jongin
juga melakukan hal yang sama, membuang es krimnya sembarangan. “Jangan lari kau
Kim Suho,” teriak Jongin tak sopan karena menyebutkan nama kakaknya tanpa
menggunakan kata sapaan formal kepada orang yang lebih tua.
Seperti
tak mempedulikan tatapan dari orang-orang di sekitar, Suho tetap berlari
menghindari kejaran Jongin. Tapi tetap saja Suho bukan tandingan Jongin, karena
dengan mudah Suho menyambar kerah belakang kemeja milik Suho.
Suho
yang sekuat tenaga melepaskan diri, justru malah tak bisa menyeimbangkan tubuh
ketika Jongin menarik kerah kemejanya dari belakang. Mungkin karena keduanya
mengeluarkan tenaga masing-masing, Suho akhirnya malah terjungkal dan menimpa
tubuh tinggi Jongin. Suho berusaha melepaskan diri, namun Jongin tak akan
melepaskan Suho bergitu saja hingga mereka melakukan gulat seperti waktu kecil
yang sering mereka lakukan ketika bertengkar.
Tawa
Jongin di tengah-tengah pergulatan itu tiba-tiba lenyap ketika mendapati banyak
mata tertuju pada mereka. “Apa kalian tidak pernah melakukan ini?” Tanya Jongin
tajam.
“Jongin,”
seru Suho yang akhirnya sadar dengan apa yang mereka lakukan di depan umum.
Jongin
diam seiring dengan orang-orang yang mulai meninggalkan mereka di sana.
“Sepertinya kita harus mencari tempat untuk bergulat,” sarannya membuat Suho
tertawa.
Suho
merangkul pundak Jongin yang lebih tinggi darinya. “Bagaimana kalau kita sewa
hotel atau apartmen?” tawarnya.
Jongin
tak langsung menyetujui karena kembali beberapa orang menatap aneh ke pada
mereka. “Kami bukan penyuka sesama jenis! Dia hyungku!” tegas Jongin untuk
menepiskan kecurigaan orang-orang yang menatap mereka heran.
“Sudahlah,
jangan mempedulikan mereka,” ajak Suho sambil mendorong tubuh Jongin agar
meninggalkan orang tadi.
@@@
“Chanyeol
shoot,” teriak Jongkook, pelatih
basket tim ‘running boy’ dari tepi lapangan.
Suasana
cukup tegang terutama untuk kubu ‘running boy’ karena mereka tertinggal poin
dari lawan mereka, ‘black inject’. Joongki yang saat itu tengah duduk di bangku
cadangan juga tak kalah tegangnya.
“Akh…”
desis Joongki kecewa karena Chanyeol gagal memasukkan bola ke dalam ring.
“Sampai
kapan kalian akan menyimpan Kris?”
Mendengar
salah satu anggota tim lawan menyebut nama Kris, sontak Joongki dan Jongkook
menoleh.
“Apa
maksud kalian?” balas Jongkook yang tak suka dengan pertanyaan dari rivalnya
itu.
Joongki
menatap sekelilingnya yang terasa sepi. Beberapa orang yang ia lihat tampak
menatap ke arah belakang Joongki. Seperti terbawa suasana, Joongki juga ikut
menoleh dan sontak saja ia terkejut dengan apa yang ia lihat.
“Kris?”
seru Joongki tak percaya.
Sejak
beberapa menit yang lalu, Kris memang telah berdiri di sana. Ketika mendapati
Joongki yang sudah menyadari keberadaannya, seperti menghindar, Kris segera
melesat pergi meninggalkan lapangan basket.
“Kris,
tunggu,” teriak Joongki yang langsung mengejar Kris.
Sementara
itu di area tribun penonton, Tao berada di salah satu kursi di sana. Ia juga
menyadari ketika Joongki berlari mengejar seseorang yang ia yakini pasti itu
Kris. Segera saja Tao bergegas mengejar Joongki.
“Kris?”
Setelah
cukup jauh dari area lapangan basket dan ada seseorang yang memanggilnya,
Krispun akhirnya mau berhenti. Awalnya ia pikir Joongki yang memanggil, namun
ketika berbalik, Joongki juga sudah menoleh ke belakangnya. Ternyata ada
seseorang lagi di belakang Joongki.
“Tao?”
gumam Kris pelan. Niat Kris ke sana memang hanya ingin melihat Chanyeol meski
hanya dari jauh. Dan tak di sangka ia juga bertemu dengan Tao di sana. Itu
artinya, misi Kris sudah selesai. Bahkan sama saja seperti ia mendapatkan
bonus, yaitu juga bertemu dengan Tao. Kris hanya menunjukkan senyumnya sebelum
berbalik menuju mobil untuk meninggalkan tempat itu.
Joongki
ikut berlari setelah Tao mendahuluinya.
“Kris!
Berhenti!” teriak Tao sambil mengejar mobil Kris yang sudah melesat kencang. “Akh!”
Tao kesal karena tak bisa mengejar Kris. Ia menendang angin, frustasi. Sedetik
kemudian, ia teringat satu orang lagi yang berada di antara dirinya dan Kris.
Joongki.
Joongki
berusaha mengalihkan pandangan agar tidak bertemu dengan tatapan membunuh yang
ditunjukkan Tao saat itu. Joongki melirik dengan gelisah terlebih ketika Tao
mulai mendekat.
“Apa
yang kau sembunyikan dariku dan Chanyeol?” Tanya Tao tajam dan penuh selidik.
Joongki
menelan ludah, gugup. Tidak tahu apa yang harus ia katakan. “Aku…” ujarnya
sedikit tergagap.
Merasa
tak mendapatkan jawaban seperti apa yang diharapnkan, dengan kasar Tao menarik
seragam bakset yang dikenakan Joongki. “Apa yang kau sembunyikan dariku dan
Chanyeol?” ulang Tao yang bertanya tepat di depan wajah Joongki. Kali ini lebih
tegas.
“Tidak
ada yang ku sembunyikan,” seru Joongki akhirnya setelah sudah payah
mengumpulkan keberanian. Jelas saja Joongki sedikit merasa takut, ia tahu bagaimana
reputasi Tao dalam urusan berkelahi.
Tao
tak bisa percaya begitu saja. Masih diselimuti emosi, Tao mengangkat satu
tangannya yang terkepal dan siap menghajar Joongki.
“Tao
hentikan!” teriak Chanyeol dari kejauhan sebelum Tao benar-benar melancarkan
aksi pukulnya. “Lepaskan Joongki hyung,” pinta Chanyeol yang kini sudah
menggenggam tangan Tao yang masih menggenggam erat di baju Joongki.
“Dia
menyembunyikan sesuatu tentang Kris, dan kau pasti tidak tahu kalau Kris baru
saja dari sini,” kesal Tao yang masih belum mau melepaskan Joongki. Tangannya
yang lain juga masih mengepal.
Mendengar
ucapan Tao, Chanyeol segera menatap Joongki seperti meminta penjelasan.
Joongki
berusaha bersikap tenang sebelum berkata, “satu-satunya orang yang bisa
memberikan kalian jawaban itu hanyalah Kris. Bukan aku, Luhan, Sehun, atau yang
lain.” Kalimat yang dikeluarkan Joongki sudah mewakili semuanya hingga membuat
Tao bungkam.
Chanyeol
kembali menatap ke arah Tao, namun pemuda itu tak balas menatap dan malah
melirik sesuatu dengan tatapan tak focus. Perlahan genggaman tangan Taopun
terlepas dari baju Joongki dan akhirnya membuat Joongki menghela napas lega.
Tanpa
pamit atau berkata sesuatu, Tao lebih memilih pergi meninggalkan Chanyeol yang
masih bersama Joongki dari pada ia semakin tak bisa lepas kendali.
“Maaf,
hyung,” lirih Chanyeol sekaligus mewakili Tao. Lalu ia ikut pergi dari sana.
Bukan menyusul Tao, melainkan kembali ke dalam gedung tempat tadi ia bermain
basket karena barang-barangnya masih berada di sana.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar