Seminggu
kemudian, seluruh anggota keluarga Choi disibukkan dengan aktifitas di rumah
baru mereka. Nyonya Choi tampak sedang menyiapkan minum untuk suami dan tiga
putranya.
Sehun
menghempaskan tubuhnya di sofa yang saat itu belum sesuai dengan posisi
sebenarnya. “Aku lelah…” disusul tuan Choi yang duduk di sebelahnya.
Sementara
itu Kris dan Luhan masih harus menggotong sebuah kardus lagi yang akan mereka
bawa ke kamar Kris. Rumah baru mereka sama luasnya dengan rumah sebelumnya. Terdiri
dari dua lantai. Namun disini hanya tersedia tiga kamar. Kamar utama rencananya
akan dihuni oleh Luhan. Tuan dan nyonya Choi tidak mendapat jatah kamar karena
kesibukan mereka di luar rumah yang sangat padat. Sehingga jika mereka pulang,
Luhan yang akan mengalah untuk tidur di kamar Kris ataupun Sehun.
“Apa
kau tak menyesal dengan keputusan kita pindah?”
Kris
menghembuskan napas sebelum mereka meletakkan kardus besar tersebut di kamar
baru Kris. “Sudahlah hyung. Jangan buat aku menyesal nantinya.”
“Hyung…”
Luhan dan Kris menoleh ketika Sehun muncul di ambang pintu. “Ayo turun. Ibu
telah menyiapkan minuman untuk kita.” Sehun berbalik ketika mendapati anggukan
dari dua hyungnya.
@@@
Pagi itu
Tao tampak tengah mencuci motor di halaman rumahnya. Tak lama sebuah mobil
berhenti di depan pagar rumah keluarga Tao. Pemuda ini langsung melemparkan
selang air kesembarang tempat karena menyadari siapa yang datang.
“Kenapa
pagi-pagi sudah sampai di rumahku?” tegur Tao.
Pemilik
mobil menurunkan kaca dan menampakkan seorang Chanyeol yang lengkap dengan
sebuah kaca mata hitam bertengger di wajahnya. “Apa tidak boleh?” cibir
Chanyeol.
Tao
hanya tertawa kecil menanggapi ucapan Chanyeol sambil berbalik kembali ke dalam
pagar. Chanyeolpun turun dari mobil dan mengikuti langkah Tao.
“Dari
semalam aku menghubungi Kris, nomornya selalu tidak aktif.” Keluh Chanyeol yang
memilih duduk di kursi untuk menunggu Tao menyelesaikan pekerjaannya.
“Bagaimana
kalau kita ke rumahnya?”
“Aku
memang berencana untuk itu.” Seru Chenyeol namun ada guratan kekecewaan di
wajahnya. “Tapi aku lupa jalannya. Kita kan ke sana hanya sekali.”
Tao
ikut murung mendengar ucapan Chanyeol karena ia juga sedikit lupa jalan menuju
rumah Kris. Tao menyiramkan air asal ke atas motornya. Tatapan Tao tak focus
karena memikirkan sesuatu.
“Bagaimana
kalau kita coba cari saja, aku ingat nama daerahnya dan nama ayah Kris, Choi
Gary kan?” cetus Tao sedikit memberi pencerahan. Seketika Chanyeol melirik Tao
kagum.
“Ayo
pergi sekarang!” putus Chanyeol yang tanpa pikir panjang bergegas menuju mobil
diikuti Tao yang begitu saja meninggalkan pekerjaannya mencuci motor.
@@@
Luhan
menuruni tangga mengikuti langkah Sehun. Sementara Kris menyusul di
belakangnya. Sehun memilih duduk di samping ayahnya dan Luhan duduk di sisi
Sehun satu lagi.
“Biar
aku yang bawakan, bu.” Paksa Kris sambil merebut nampan yang dibawakan nyonya
Choi. Kris meletakkan nampan berisi minuman itu di tengah meja, lalu ia
menghempaskan badan di samping ibunya. Tak lupa Kris berbaring dan menggunakan
paha nyonya Choi sebagai bantal. Kris juga tak peduli meski kakinya yang
panjang harus sampai menjuntai ke bawah.
“Bagaimana
sekolahmu, Sehun?” Tanya tuan Choi.
Sehun
menenggak isi gelasnya sampai habis sebelum menjawab pertanyaan ayahnya. “Masih
seperti biasa. Tidak ada hal menakjubkan yang terjadi.”
Nyonya
Choi sendiri saat itu tengah mengusap puncak kepala Kris dengan lembut. “Kau
sendiri, apa sudah memutuskan akan kuliah di mana?” Tanya nyonya Choi lembut.
“Nanti
akan ku pikirkan.” Jawab Kris seadanya.
“Kuliah
di kampus Luhan hyung saja, hyung.” Saran Sehun.
Kris
melirik Sehun tajam. “Aku tidak mau menyusahkan Luhan hyung.” Tegasnya namun
tak mendapat respon apa-apa dari Luhan.
Sehun juga tak ingin memperpanjang
urusan dengan Kris meski hanya mengenai kampus. Seperti teringat sesuatu, Sehun
memutuskan untuk meninggalkan ruangan itu untuk sementara.
Mata
Luhan mengikuti arah langkah Sehun hingga adiknya menghilang di balik tembok. “Kris…”
desis Luhan masih tetap mengawasi, takut-takut Sehun muncul dengan tiba-tiba.
“Hmm…”
Kris tampaknya malas untuk bersuara lebih dari itu.
“Dokter
Jaesuk merindukanmu.” Ujar Luhan seperti apa yang biasa ia katakan pada Kris.
Kris
mengacak rambutnya frustasi lalu memaksa dirinya untuk bangkit. Pemuda ini
menghela napas dengan malas setelah melihat jam pada arlojinya.
“Bukankah
mobilmu di dalam? Pakai mobilku saja.” Tawar Luhan yang sudah mengulurkan kunci
mobil. Karena posisi duduk lebih jauh, nyonya Choi yang menjadi perantara kunci
tersebut untuk sampai ke tangan Kris.
“Cepat
sembuh ya sayang.” Nyonya Choi merengkuh wajah Kris dan mencium kening anaknya
tersebut.
Kris
hanya sanggup merespon ibunya dengan senyuman. Cepat-cepat Kris bangkit untuk
pergi dari sana.
“Kris
hyung mau kemana?” Tanya Sehun kepada siapapun yang berada di sana perihal
kepergian Kris.
“Mungkin
Kris mau menemui Tao dan Chanyeol.” Bohong Luhan namun sangat bisa membuat
Sehun percaya. Terbukti ketika Sehun sudah tak membahas hal tersebut lagi dan
memilih duduk di sofa yang ditinggalkan Kris.
@@@
Chanyeol
menendang pagar rumah Kris yang tentu saja sudah kosong. Di sampingnya Tao
berusaha menenangkan pemuda yang dianggapnya sebagai seorang playboy sejati.
“Kau
tidak pernah merasakannya!” cetus Chanyeol kasar. Napasnya tak teratur.
Chanyeol memegangi dadanya yang mulai merasa sesak. Tubuhnya meluruh di depan
pagar rumah mewah Kris. “Kau tidak pernah kan merasakan ditinggal teman
terbaikmu seperti ini!”
Perlahan
Tao juga menjatuhkan tubuhnya di samping Chanyeol. “Kau pikir aku tidak
terpukul dengan perlakuan Kris pada kita?” balas Tao namun nada bicaranya masih
terdengar cukup tenang. Ia tak mau terbawa suasana kecewa pada diri Chanyeol.
Chanyeol
melirik Tao tajam. “Apa kau juga akan meninggalkanku seperti Baekhyun dan
Kris?” tuduh Chanyeol.
Tao
mendengus kesal. “Jika iya, aku tidak akan mau menemanimu ke sini.” Sinis Tao
namun semuanya sudah mewakili jawaban atas pernyataan Chanyeol padanya.
Chanyeol
segera bangkit menyusul Tao. Ia tak ingin lagi kehilangan teman terbaiknya
seperti dulu. Tao berhenti tiba-tiba dan berbalik. Dihadapannya, Chanyeol
menatap Tao penuh rasa bersalah.
“Siapa
yang telah meninggalkanmu sebelum Kris?”
Chanyeol
menunduk dan tak menjawab.
“Jawab!”
paksa Tao yang kini juga telah mencengkeram kerah baju Chanyeol. “Jangan
tunjukkan penderitaanmu jika kau tak mau cerita.” Tegas Tao lalu dengan kasar
melepaskan tangannya dari baju Chanyeol membuat pemuda itu sedikit terdorong
kebelakang.
“Maaf…”
lirih Chanyeol menyesal.
Setelah
itu, Chanyeol dan Tao sudah dalam perjalanan pulang. Tao yang memutuskan untuk
menyetir mobil Chanyeol. Sementara Chanyeol, duduk di sampingnya dan masih
tenggelam dengan ingatan masa lalunya.
“Namanya
Baekhyun.” Mulai Chanyeol namun tatapannya tak tertuju ke Tao. “Dia teman masa
kecilku. Ketika lulus SD, Baekhyun dan keluarga pergi tanpa ada yang
mengabariku sebelumnya.”
“Kenapa
tak pernah kau ceritakan selama ini?” Tao bersuara dengan nada lembut.
“Aku
hanya tak ingin mengingat kejadian itu.” Lanjut Chanyeol masih dengan tatapan
suramnya. “Dan sekarang, Kris juga melakukan hal yang sama padaku.” Mata
Chanyeol berubah kecewa ketika mengingat Kris juga meninggalkannya tanpa jejak.
Tao
menghela napas berat, sementara tangannya dengan keras mencengkeran stir mobil.
Dia juga kecewa dengan keputusan Kris yang menghilang tiba-tiba. Tapi Tao tak
ingin menunjukkannya di depan Chanyeol.
“Aku
tau ini rumit. Tapi bukankah kita telah bersama bahkan sebelum Kris masuk ke
dalam kehidupan kita?” ujar Tao mengingatkan persahabatan mereka yang terjalin
jauh sebelum mereka bertemu dengan pemuda bernama Choi Kris Woo.
Untuk
pertama kalinya, Chanyeol melirik Tao dengan tatapan penuh rasa bersalah. “Maaf
aku mengecewakanmu.”
Tao
hanya tersenyum dan tak ingin menambah keruh suasana. “Ayo kita persiapkan diri
untuk masuk Universitas.” Seru Tao penuh semangat.
@@@
“Jongin,
susunya dihabiskan!”
Jongin
terburu-buru mengenakan sepatu. Bahkan bibirnya menjepit sebuah roti yang belum
sempat ia makan. Setelah selesai, Jongin berdiri dan sedikit merapihkan
pakaiannya. Jongin mengigit rotinya. “Ibu, aku berangkat.” Teriaknya dengan
mulut yang masih penuh terisi roti.
Sang
ibupun muncul dari arah dapur. Mereka tinggal di sebuah apartmen sederhana. “Apa
kau tidak menyesal jika tidak melanjutkan kuliah seperti teman-temanmu?” Tanya
nyonya Kim untuk meyakinkan anak bungsunya itu.
Jongin
menghela napas berat. Ia sudah terlalu lelah untuk membahas mesalah ini. “Apa
ibu tidak merindukan Suho hyung?” Jongin membuat nyonya Kim tak bisa menjawab
pertanyaannya. “Ibu pasti tau bagaimana ayah. Kerinduanku pada hyung sudah
tidak bisa terbendung lagi. Aku lebih memilih tidak kuliah dari pada harus
semakin lama berjauhan dengan hyung.”
Nyonya
Kim berbalik untuk menyembunyikan air matanya.
“Aku
akan bekerja keras, bu.” Janjinya. “Dan suatu hari nanti aku akan kuliah
seperti apa yang selalu ibu harapkan.” Perlahan Jongin melangkah mendekati
nyonya Kim dan memeluk ibunya dari belakang. “Maaf jika aku mengecewakan ibu.”
Lirih Jongin tepat di telinga ibunya.
@@@
“Nanti
ku telpon jika sudah pulang.” Seru Suho mengingatkan sebelum turun dari mobil
mewahnya. Suho turun bukan karena telah sampai di tempat kuliahnya, tapi ia
sampai di halte kedua sebelum benar-benar sampai di kampusnya.
Rutinitasnya
selalu seperti ini. Suho tidak akan pernah mau di antar sopir pribadinya sampai
kampus. Ia hanya akan di antar sampai halte tersebut dan akan menunggu bus yang
akan mengantarnya kuliah.
Ternyata
Kris melihat kejadian itu dari dalam mobil Luhan yang ia kendarai. Meski
pakaian yang dikenakan Suho sangat sederhana, namun tidak bisa membohongi mata
Kris kalau semuanya adalah keluaran brand termahal. Kris tersenyum karena
teringat Luhan. Di hari pertama hyungnya kuliah, Luhan malah lebih memilih naik
bus dari pada mengendarai mobil baru hadiah ayah mereka.
“Ku
rasa mereka cocok jika bertemu.” Seru Kris diiringi dengan pikiran jahilnya.
@@@
Kris
siap membuka pintu ruangan dokter Jaesuk. Kris mendengar percakapan dari dalam.
Karena itu Kris memutuskan untuk tidak menerobos masuk. Kris menajamkan
pendengaran, bukan karena ingin mengetahui pembicaraan dokter Jaesuk dengan
tamunya, tapi karena suara tamu dokter Jaesuklah yang familiar di telinga Kris.
“Kau
sudah sampai, Kris?” tegur seseorang membuat Kris menoleh. Joongki.
“Baru
saja, hyung.” Jawab Kris.
Tak
lama terdengar seseorang memutar knop pintu membuat Kris sontak menegang.
Sebelum orang tersebut benar-benar muncul, Kris memutuskan untuk menyingkir dan
bersembunyi, namun ia masih bisa mengawasi dari sana.
Jongki
siap menahan langkah Kris, tapi terlanjur orang tersebut muncul dan Kris juga
sudah lebih dulu bersembunyi.
“Joongki,
hyung?” tegur salah satu dari dua orang yang muncul dari ruangan dokter Jaesuk.
“Chanyeol…
Tao…” gumam Kris dari tempat ia bersembunyi. Pantas saja ia merasa sangat
mengenal suara tersebut. Kris mengawasi pertemuan antara Joongki, Chanyeol dan
Tao. Namun ia tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.
Tangan
Kris mengepal karena Chanyeol terlihat seperti mencecar Joongki. Disampingnya
Tao berusaha untuk menahan emosi Chanyeol. Kris sadar, semua pasti berhubungan
dengannya.
Taopun
berhasil memaksa Chanyeol pergi dari sana. Setelah itu, Kris baru berani
menampakkan dirinya kembali di hadapan Joongki.
“Hyung,
maaf…”
Joongki
tersentak mendengar suara seseorang tepat di belakang kepalanya. Ia pun hanya
tersenyum dengan kehadiran Kris. “Sudahlah, Kris.” Gumam Joongki, sementara
tangan kanannya menyentuh pundak Kris menandakan ia baik-baik saja. “Chanyeol
pantas melakukan itu.”
Kris
masih menatap Joongki penuh penyesalan. Joongki sendiri berkali-kali meyakinkan
Kris bahwa ia tidak mempermasalahkan tentang Chanyeol tadi.
“Tapi,
kenapa mereka bisa ada di sini?” Tanya Kris heran.
“Ku
rasa pemuda yang bersama Chanyeol tadi adalah anaknya dokter Jaesuk.”
Kris
sukses terbelalak mendengar pernyataan Joongki. “Tao anaknya dokter Jaesuk?”
ulang Kris untuk meyakinkan dirinya. Namun belum sempat Joongki menjawab, pintu
ruangan dokter Jaesuk terbuka.
“Kenapa
kalian ribut-ribut di depan ruanganku?” omel dokter Jaesuk dengan kepala
menyembul dari balik pintu. “Kris? Cepat masuk.” Perintahnya yang langsung
dituruti Kris dan Joongki.
@@@
Joongki
menahan tangan Kris saat pemuda itu sudah meninggalkan ruangan dokter Jaesuk.
“Apa kau tidak ingin memberi tau ku alamat rumahmu?” protes Joongki karena Kris
memang masih merahasiakan alamat rumah barunya.
Kris
tertawa menanggapi pertanyaan Joongki. “Nanti akan ku kirim alamatnya.”
Joongki
hanya mengangguk lalu berbalik untuk kembali ke dalam ruangan dokter Jaesuk.
“Hyung…”
teriak Kris.
Joongki
menoleh setelah mendengar Kris memanggilnya. “Apa?”
“Apa
Chanyeol masih bermain basket?”
“Tentu
saja. Jika kau ingin kembali ke klub, kembalilah kapanpun kau mau, Kris.” Balas
Joongki segera masuk karena masih banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan.
Sebenarnya, bukan itu alasan utama Joongki. Tapi ia hanya tidak ingin
melontarkan pertanyaan yang mungkin tidak bisa ia tahan. Yaitu tentang Kris,
apakah ia akan meninggalkan klub basket kebanggaannya itu.
Kris
mendesah setelah Joongki menghilang ke dalam ruangan dokter Jaesuk. Ia tau,
Joongki pasti kecewa karena Kris akan meninggalkan klub basket yang sudah
membuat hubungan keduanya sangat dekat. Tapi itulah Kris, ia hanya ingin orang-orang
disekitarnya tak merasa kehilangan jika Kris pergi untuk selamanya. Terlebih di
sana Chanyeol juga bergabung.
Perlahan
Kris berbalik tak hati-hati membuat ia tak bisa menghindari tubuh seseorang
yang berlari ke arahnya. Benturanpun tak bisa dihindari. Kris menabrak tubuh
seorang pemuda sehingga keduanya sedikit terpental kebelakang.
“Maaf
aku terburu-buru.” Kata pemuda itu cepat-cepat bangkit dan membantu Kris
berdiri. “Apa kau baik-baik saja?”
Kris
hanya mengangguk sekilas untuk menjawab pertanyaan pemuda di hadapannya kini.
“Sekali
lagi aku minta maaf.” Kata pemuda itu sambil mengucapkan kata ‘maaf’ sekali
lagi lalu pergi saat Kris kembali mengangguk.
Mata
Kris terbelalak melihat sesuatu tertinggal di sana. Kris menoleh ke belakang,
namun pemuda tadi sudah tidak terihat. “Ceroboh sekali orang itu.”
Kris
memungut sebuah dompet dan sebuah map coklat berisi dokumen perkuliahan atas
nama Byun Baekhyun.
“Ku
kembalikan besok saja.” Putus Kris lalu pergi dan tak lupa ia membawa serta
benda yang ia temukan tadi bersamanya. Ia terlalu lelah hari ini dan ingin
segera sampai ke rumah.
@@@
“Gool…!”
seru Luhan girang membuat Kris membanting stik PSnya, frustasi.
“Biar
aku yang membalaskan kekalahanmu, hyung.” Ujar Sehun yang tiba-tiba saja
menyeruak di antara dua hyungnya. Luhan hanya bergeser sedikit, sementara Kris
menyingkir dan pindah duduk di sofa belakang mereka. “Siap melawanku, hyung?”
tantang Sehun pada Luhan sambil meraih stik PS yang ditinggalkan Kris.
“Cih…
jangan sombong, kau!” balas Luhan tak terima.
Kris mengawasi
dari belakang ketika Sehun dan Luhan memulai permainan mereka. “Sehun, oper!”
perintah Kris yang ikut terbawa suasana permainan. “Shoot! Shoot!” teriaknya
lagi untuk mengintimidasi adiknya.
“Hyung!
Berhenti memerintah!” protes Sehun yang merasa konsen trasinya sedikit
terganggu atas ulah Kris. Namun pandangannya tetap tertancap pada layar tivi.
Kali
ini giliran Luhan yang melempar stik PSnya.
“Kok
berhenti, hyung?” Tanya Sehun bingung.
“Aku
lelah…” ujar Luhan sambil beranjak menuju sofa tempat Kris duduk sekarang. “Lagi
pula, kau harus belajar. Cepat sana kembali ke kamar.” Perintah Luhan membuat
Sehun cemberut. Bukannya menuruti perintah Luhan, Sehun malah ikut bergabung
duduk di sofa. Ia mengambil posisi di samping Kris yang duduk di tengah-tengah.
“Oiya
hyung. Kau tau National University?” Tanya Kris kepada Luhan.
“Tapi
aku tidak tau pasti letaknya.” Jawab Luhan ragu.
“Itu
sekolah mahal hyung.” Sehun ikut menjawab pertanyaan Kris membuat kedua
hyungnya menoleh. “Lebih mahal dari kampus Luhan hyung. Salah satu universitas
bisnis terbaik di kota ini.” Lanjutnya.
“Apa
kau ingin kuliah di sana?” Tanya Luhan menyelidik. Kris hanya menoleh tanpa
arti. “Lagi pula, bukankah kau juga punya minat menjadi pebisnis?” Tanya Luhan
lagi namun tetap tak mendapat jawaban pasti dari Kris.
@@@
bener tuh yang dibilang Sehun??
BalasHapusNational Sehun university termahal??
mahal tapi pergaulannya gak fair... suho pura2 miskin di sana,, padahal kuliah aja di anter sopir pribadi loh... *lope lope di udara buat SUHO*
BalasHapus