“Kau
bermain basket lagi, Kris?” tegur dokter Jaesuk ketika Kris dan Joongki muncul.
Kris
duduk di hadapan dokter Jaesuk, sementara Joongki memilih menyingkir ke sudut
ruangan melanjutkan tugas yang biasa ia lakukan. Kris menghela napas berat.
“Bukankah
olahraga itu baik, dokter?” Tanya Kris yang secara tak langsung membela diri
atas keputusannya untuk tidak meninggalkan basket seperti yang selalu dokter
Jaesuk voniskan padanya.
“Asal
kau tidak menjalaninya dengan berlebihan.”
“Dokter.
Selama ini aku selalu turun di pertandingan tidak pernah lebih dari 15 menit.
Apa itu berlebihan?” Tanya Kris seolah mendesak dokter Jaesuk.
Dokter
Jaesuk seperti tak mendengar ucapan Kris. Ia tampak menyibukkan diri dengan
pekerjaan yang lain.
Merasa
diacuhkan, Kris berbalik untuk menatap Joongki. “Hyung, bantu aku.” Kris
meminta pertolongan.
Joongki
menghembuskan napas. “Kau tidak salah, Kris.”
“Benarkan?”
seru Kris ketika mendapat pembelaan dari Joongki. Namun ketika berbalik, ia sudah
mendapati dokter Jaesuk di tempat lain.
“Cepat
berbaring.” Perintah Jaesuk. Meski sedikit enggan, Kris tetap menuruti.
@@@
Kris
menutup pintu dibelakangnya, namun belum sempat Kris melangkah, pintu tersebut
kembali terbuka. Kris pun berbalik dan mendapati Joongki yang baru saja menutup
pintu tersebut.
“Ku
pastikan kau akan tetap bermain basket.” Ujar Joongki menyemangati sementara
tangan kanannya terjulur untuk memberikan sebuah tabung berisi obat untuk Kris.
Kris
menerima tabung pemberian Joongki dengan sangat terpaksa. “Sampai kapan aku
harus menggantungkan hidup dengan benda ini?”
Joongki
menyentuh pundak Kris. “Bersabarlah, Kris.” Joongki memberi jeda sesaat dalam
ucapannya. “Hari itu pasti akan tiba.” Lanjutnya.
Kris
berusaha mengukir senyuman di bibirnya. “Demi kalian yang cinta padaku.”
Joongki
menertawai ucapan Kris. “Kris…” panggil Joongki ketika Kris hampir berbalik.
“Ku dengar kau ingin pindah rumah?”
Kris
tampak memutar bola matanya. “Luhan nyung terlalu sering pulang malam. Bahkan
tak jarang dia sampai tak pulang. Jika begitu, kapan aku bisa membuat Sehun
dekat dengannya.” Tawa Kris di akhir kalimatnya.
Joongki
diam tak menanggapi bahwa semua ucapan Kris terdengar lucu. ‘Mendekatkan Sehun
ke Luhan?’ Joongki berujar dalam hati. Joongki cukup banyak tahu tentang Kris
dan keluarganya.
Kris
terdengar frustasi dengan penyakit yang bisa saja merenggut nyawanya kapanpun.
Yang Kris inginkan hanyalah Sehun tak terlalu sakit jika salah satu sayapnya
hilang. Walau tak terlalu dekat dengan Luhan, Sehun selalu menganggap dua
hyungnya itu sebagai sayapnya yang akan membuat Sehun tak berguna jika salah
satu sayapnya itu hilang.
“Ayo
ku antar pulang.” Tawar Joongki untuk mengalihkan pikiran Kris sementara waktu.
@@@
Baru
saja Kris menutup pintu dibelakangnya, Sehun sudah lebih dulu mengejutkannya.
“Apa yang kau lakukan?” tegur Kris sedikit kesal.
“Luhan
hyung tidak pulang lagi malam ini.” Cerita Sehun dengan nada sedikit di
buat-buat.
Kris
hanya menghela napas. Ia menatap Sehun lembut sambil mengusap kepala adiknya
itu. “Aku juga sedih kesibukan Luhan hyung membuat kita jarang bersama.”
“Kalau
begitu, malam ini aku tidur bersamamu ya, hyung.” Pinta Sehun sambil
menunjukkan tatapan manjanya.
Sontak
Kris menjauhkan badannya dari Sehun. “Berhenti bersikap seperti itu.” Omel Kris
membuat Sehun mengerucutkan bibirnya seketika. “Kau sudah SMA.” Lanjut Kris
sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan Sehun di sana.
@@@
Kris,
Chanyeol dan Tao bersusah payah menerobos kerumunan untuk melihat hasil ujian
kelulusan mereka. Tiga pemuda bertubuh tinggi ini tak terlalu mengalami
kesulitan berarti untuk melihat tulisan di papan pengumuman.
“Yeah…
Tao… Aku menang darimu.” Seru Chanyeol girang layaknya mengalahkan Tao di
pertandingan bela diri terbesar.
Tao
mendengus kecewa. “Kita hanya beda satu poin.” Sinisnya yang tak terima
dikalahkan oleh seorang Chanyeol. Tapi Chanyeol tetap bersorak gembira karena
kenyataannya ia tetap mengungguli Tao. “Kris…” tegurnya karena dilihat Kris
masih mencari-cari. Mungkin Kris belum menemukan namanya.
“Apa
kau belum menemukan namamu?” Tanya Chanyeol mewakili pertanyaan Tao yang belum
sempat diutarakannya.
“Iya…”
ujar Kris singkat namun masih terus menajamkan mata untuk mencari namanya. “Apa
jangan-jangan aku tak lulus?” lanjutnya dengan nada pesimis.
Tao
dengan sangat berani memukul kepala Kris. “Cari dulu yang benar.” Perintah Tao
galak sebelum Kris yang lebih dulu menatap galak padanya.
“Aku
akan bantu mencarikan.” Putus Chanyeol dengan senang hati.
“Kris…”
panggil seseorang. Namun tak hanya Kris yang menoleh, Chanyeol dan Tao pun ikut
menoleh karena mereka sangat mengenal baik siapa sang pemilik suara.
“Bisa
ke ruanganku?” Tanya pak guru Sukjin.
Kris
hanya mengangguk lalu berniat mengikuti langkah kaki Sukjin, namun Chanyeol
lebih dulu menahan tubuh Kris. “Apa?” desis Kris.
“Kau
jangan khawatir. Ku dengar tahun ini murid sekolah kita lulus seratus persen.”
Bisik Chanyeol di tengah-tengah Kris dan Tao. Wajah Kris cerah seketika. Tao
pun ikut tersenyum atas kebahagiaan Kris. Tidak hanya Kris, tapi kebahagiaan
mereka bersama.
@@@
“Jongin…”
suara Minseok menggema di sepanjang koridor hanya untuk menghentikan langkah
Jongin.
Lay
muncul dari arah lain. Ketika mendapati Minseok melintas di hadapannya, Lay
segera menyusul karena di ujung koridor sana ia juga melihat sosok Jongin.
“Kenapa
buru-buru?” Tanya Minseok khawatir ketika sampai di hadapan Jongin.
Jongin
hanya tersenyum lembut menanggapi pertanyaan temannya itu. “Tidak.”
“Hyung…”
Kyungsoo muncul dari kejauhan dan langsung mendekati Jongin yang bersama
Minseok dan Lay. Sehunpun mengikuti Kyungsoo dari belakang.
“Selamat
atas kelulusan kalian.” Ucap Sehun sebelum Kyungsoo mengucapkan lebih dulu dari
padanya.
“Terima
kasih Sehun.” Lay yang menjawab mewakili Minseok dan Jongin. Ia pun menjadi
yang pertama memeluk Sehun membuat adik dari musuh besarnya itu menegang.
Minseokpun ikut memeluk Sehun dan Lay sebagai tanda suka cita mereka. Disusuk
Kyungsoo kemudian.
Tersisa
Jongin. Namun pelukan lebih dulu terlepas. Terlalu banyak yang ia pikirkan saat
ini.
“Hyung,
selamat.” Seru Sehun lagi sambil tersenyum khusus untuk Jongin karena tersisa
pemuda berkulit sedikit gelap itu yang belum merespon ucapan selamat darinya.
Seketika
Jongin menjadi serba salah. Minseok dengan jahilnya sedikit mendorong tubuh
Jongin ke arah Sehun. Dengan kakunya Jongin dan Sehun saling berpelukan dan itu
hanya terjadi selama beberapa detik. Meski sering bersama, namun hubungan
Jongin dan Sehunlah yang paling dingin.
“Hyung
ayo rayakan.” Usul Kyungsoo yang telah terbawa suasana bahagia semua kakak
kelasnya yang merayakan kelulusan mereka hari ini.
“Bagaimana
kalau di rumahku?” tawar Lay yang sangat menyetujui saran dari Kyungsoo.
“Oke,
nanti malam.” Putus Minseok yang langsung di balas anggukan dari Kyungsoo dan
Lay, lalu di susul Jongin tak lama setelah Minseok meliriknya.
“Sehun,
kau ikut, kan?” Tanya Kyungsoo penuh harap.
Sehun
melirik satu-persatu pemuda di hadapannya. Ia sangat ingin ikut, tapi di sisi
lain ia juga sangat ingin mendampingi Kris yang juga menghadapi kelulusan hari
ini.
“Sehun…”
tegur Lay membuyarkan lamunan Lay.
Sehun
mendongak. “Maaf Lay hyung.” Sesalnya. Hanya dengan kata ‘maaf’ saja sudah bisa
menjawab pertanyaan bahwa Sehun tidak bisa ikut bergabung.
“Kenapa?”
Suara Kyungsoo terdengar kecewa.
“Ayah,
Ibu, Luhan hyung dan…” Sehun hampir saja menyebut nama Kris. Sebenarnya ia
sangat ingin mengakui dan membanggakan Kris di hadapan teman dan kakak kelasnya
tersebut. Tapi Kris selalu saja melarang. Dan jika bercerita, Sehun akan
menyebut nama Luhan meski sebenarnya Krislah yang tengah ia bicarakan. “Ayah,
ibu dan Luhan hyung…” ralat Sehun sebelum yang lain menatapnya penuh selidik.
“…telah berjanji akan pulang dan makan malam bersamaku.”
Kyungsoo
menyentuh pundak Sehun ketika pemuda itu mengakhiri ucapannya. “Tak apa Sehun.”
Ujarnya tak keberatan. Kyungsoo sangat mengerti kondisi Sehun yang sering
tinggal sendiri di rumah.
“Salam
untuk mereka. Aku sangat ingin mengenal hyungmu.” Kata Minseok menimpali agar
Sehun tak semakin kecewa.
“Nanti
akan ku kenalkan.” Janji Sehun. ‘Setelah Kris hyung mengijinkanku untuk
mengakuinya sebagai hyungku di depan kalian.’ Lanjut Sehun namun hanya sanggup
ia katakan dalam hati saja.
@@@
Sukjin
menatap tiga muridnya dengan seksama. Lalu menghembuskan napas detik
berikutnya. Sukjin baru saja hendak membuka mulut namun lebih dulu di sambar
oleh Kris, satu-satunya murid yang berani melakukan itu padanya.
“Selamat,
pak.”
Chanyeol
dan Tao saling melempar pandangan bingung mendengar ucapan Kris. Terlebih
Sukjin yang bisa saja pingsan di tempat jika tidak terbiasa menghadapi Kris. Chanyeol
mengisyaratkan Tao melalui mata untuk menegur Kris.
Tao
menyenggol tangan Kris dan langsung direspon oleh pemuda tinggi itu. “Kris,
kita yang lulus. Kenapa kau mengucapkan selamat pada pak Sukjin?” ujar Tao
mengingatkan dengan cara berbisik. Selalu saja sulit menebak maksud pikiran
Kris.
“Kalian
tidak boleh egois.” Seru Kris melirik Chanyeol dan Tao bergantian karena ia
berada di tengah-tengah. “Kitalah yang seharusnya mengucapkan selamat karena
pak guru Sukjin telah berhasil membawa kita lulus ujian sekolah.”
Sukjin
hanya diam di kursinya. Sebenarnya itu hanya cara untuk menutupi rasa
terharunya atas ucapan Kris tadi. Tak di sangka, anak nakal yang sempat tidak
naik kelas itu bisa bicara sedemikian rupa yang bahkan tidak pernah terpikirkan
oleh siapapun.
“Saya
mengucapkan selamat untuk bapak.”
Ragu-ragu
Sukjin menyambut uluran tangan Kris. Seperti biasa, Chanyeol dan Taopun melakukan
hal yang sama setelah itu.
“Setelah
ini, bapak tidak akan terserang migraine lagi karena kami sudah tidak
bersekolah lagi di sini.” Timpal Chanyeol membuat Sukjin semakin tak bisa
membalas perkataan tiga siswanya.
“Jadi
sudah tidak ada yang akan bapak marahi lagi.” Tao tak ingin ketinggalan.
“Kalian
boleh pergi.” Seru Sukjin dan cepat-cepat berbalik seperti menyembunyikan
sesuatu.
Chanyeol
dan Tao tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk segera pergi dari ruangan
Sukjin. Namun tidak untuk Kris. Pemuda itu masih menatap nanar punggung Sukjin
yang sudah jauh. ‘Ku mohon jangan seperti itu. Bencilah padaku seperti selama
ini.’ Gumam Kris. Dadanya langsung terasa sesak jika memikirkan bahwa ada
seseorang lagi yang menyayanginya.
“Kris…”
desis Tao di telinga Kris sambil menarik lengan Kris untuk bangkit, di bantu
juga oleh Chanyeol.
@@@
Jongin
berhenti tepat di tengah-tengah gerbang sekolahnya. Ia menghirup udara
dalam-dalam layaknya seorang tahanan terbebas dari penjara. Jongin berbalik
lalu mendongak untuk menatap papan nama sekolah yang dengan megahnya melintang
di atas pagar.
“Setelah
ini tidak ada lagi yang bisa mengancamku untuk bisa bertemu denganmu.” Tekad
Jongin. “Aku akan menemuimu Suho hyung.” Seru Jongin untuk menyemangati dirinya
sendiri.
Ayahnya
memang masih membiayai sekolah Jongin. Namun ketika telah lulus SMA, Jongin
sama sekali tak peduli bahwa ayahnya tidak akan membiayai kuliahnya karena
melanggar janji. Toh, ia bisa bekerja untuk membiayai kuliahnya sendiri. Yang Jongin
inginkan hanyalah bertemu dengan hyung tersayangnya, Suho.
Seperti
terlahir kembali, Jongin dengan pasti melangkah menuju halte bis yang bisa
membawanya pulang. Banyak yang harus ia siapkan setelah ini selain untuk
perayaan malam nanti di rumah Lay.
Cukup
lama Jongin menunggu bis yang akan ia tumpangi. Ia hanya melebarkan pandangan
ke segala arah untuk mengusir kebosanan. Ternyata ia melihat sebuah motor yang
sangat dikenalnya melintas. Jongin menatap kepergian motor sport yang tak lain adalah
milik Kris.
“Apa
ia lulus sekolah juga hari ini?” Jongin tersenyum meremehkan namun pandangannya
tak terlepas dari jalan yang melenyapkan sosok Kris. Tak jauh dari sana ada
sebuah mobil mewah yang tak kalah familiar di ingatannya.
Jongin
menajamkan penglihatannya. Entah apa yang membawa Jongin melangkah mendekati
mobil mewah itu. Semakin lama semakin jelas bentuk fisik mobil itu. Dan semakin
terbukti bahwa pikiran Jongin tak meleset adalah masuknya seorang pria bertubuh
tinggi.
“Paman
Gwangsoo!” teriak Jongin yang kini sudah berlari kencang untuk menghentikan
pria itu masuk ke dalam mobil. “Paman, ini aku Jongin…” teriak Jongin yang tak
cepat putus asa.
Jongin
pun tiba bersamaan ketika pria yang diyakininya bernama Gwangsoo tersebut
menutup pintu mobil. Jongin mengetuk kaca dari luar. Gwangsoo yang sedang
menelpon langsung melupakan ponselnya ketika menyadari siapa yang baru saja
mengetuk kaca mobil yang ia kendarai.
“Tuan
muda Jongin.” Seru Gwangsoo yang langsung keluar untuk menghampiri Jongin.
“Paman,
apa kau bersama Suho hyung?” cecar Jongin yang langsung mengintip keadaan dalam
mobil meski Gwangsoo belum menjawab pertanyaannya.
Gwangsoo
sepertinya tidak akan menjawab pertanyaan Jongin karena di belakang Jongin,
Suho sudah berdiri dan memberikannya tatapan mengancam. Gwangsoo tidak akan
bisa membantah ketika Suho menyuruhnya untuk masuk ke dalam mobil meski hanya
lewat tatapan mata.
“Maaf
tuan muda Jongin.”
Jongin
menoleh dan tersentak ketika Gwangsoo melemparkan ponselnya tanpa sepengetahuan
Suho. Ketika Jongin kembali melihat ke arah mobil, ternyata Suho sudah berada
di dalam. Jongin tak menyia-nyiakan situasi. Dengan kasar ia menggedor kaca
mobil agar Suho mau membukanya.
“Hyung…
keluarlah…” teriak Jongin yang tak digubris sedikitpun oleh Suho.
Jangankan
merespon, Suho bahkan sama sekali tak menoleh ke arah Jongin. Ia malah menyuruh
Gwangsoo untuk membawanya pergi mobil dari sana dan meninggalkan Jongin seorang
diri menghadapi kerinduannya pada Suho.
“Hyung…!”
teriak Jongin frustasi ketika mobil Suho semakin jauh. Ia sudah tak
mempedulikan tatapan orang-orang yang meliriknya tajam.
Jongin
memungut ponsel milik Gwangsoo yang ternyata gagal di tangkapnya. Pemuda ini
menatap intens alat komunikasi di tangannya ini. “Apa itu artinya paman Gwangsoo…”
Jongin hanya tersenyum tanpa melanjutkan ucapannya. “Terima kasih paman.” Gumam
Jongin sambil tersenyum yang semakin membuat orang-orang yang melihat kejadian
tadi menganggap Jongin aneh. Tentu saja Jongin tidak akan pernah mempedulikan
itu. Yang ia pedulikan hanyalah Suho. Meski sesaat, Jongin sangat bahagia bisa
melihat keadaan hyungnya yang terlihat cukup baik. Setidaknya di mata Jongin.
Tapi
Jongin tidak tau kalau keadaan Suho sebenarnya tidak sebaik apa yang ia lihat.
Suho cukup terpukul dan menyesali perbuatannya meninggalkan Jongin begitu saja
di pinggir jalan. Terbukti ketika Suho kerap kali menengok ke belakang hanya
untuk memastikan keadaan Jongin sampai sosok adiknya itu tidak terlihat lagi di
matanya.
@@@
“Hyung…”
teriak Kris yang masih mengenakan seragam sekolahnya ketika berlari menghampiri
Luhan.
Luhan
sendiri langsung mmebatalkan niat membukan pintu mobil ketika tahu siapa yang
baru saja memanggilnya. “Kenapa kau bisa di sini?” sahut Luhan dengan tatapan
heran.
Kris
menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. “Aku tau hyung pasti tak pulang
lagi malam ini.” Ujar Kris sedih membuat Luhan kontan menatap adiknya dengan
raut penyesalan.
Luhan
sadar, hari ini Kris baru saja menghadapi kelulusannya. Tapi kesibukannya kuliah
yang membuat Luhan tak memiliki waktu lebih banyak lagi untuk adik tirinya
tersebut.
Luhan
mengembuskan napas sebelum menyentuh pundak Kris yang pastinya lebih tinggi
darinya itu. “Aku akan bolos satu mata kuliah setelah ini. Kau boleh minta
apapun dan kemanapun dari ku.” Seru Luhan yang seperti ingin menebus waktu yang
selama ini hilang untuk Kris. Namun setedik kemudian, wajah Luhan langsung
terlihat suram. “Tapi hanya tiga jam.” Lanjut Luhan dengan nada lirih sesaat
setelah ia melihat jam.
Kris
tertawa melihat wajah penuh rasa bersalah dari Luhan. “Hyung, tak perlu
berlebihan.” Kris menepuk pelan pundak Luhan. “Jika kau bersedia memelukku, itu
sudah lebih dari cukup.”
Luhan
sudah mendekap Kris bahkan tepat ketika Kris mengakhiri ucapannya. “Maaf, aku
tidak bias menjadi hyung yang baik untukmu.”
Kris
balas memeluk Luhan bahkan lebih erat. “Kau hyung terbaikku.” perlahan Kris
melepaskan pelukannya. “Tapi kalau aku minta di traktir makan, apa kau
keberatan, hyung?” Kris menatap Luhan penuh harap.
“Bukankah
kau hanya meminta aku memelukmu?” sungut Luhan membuat Kris terdiam dan
menyesali perbuatannya tadi. Luhan pun tertawa membuat Kris menjadi semakin
bingung. “Aku akan mentraktir makanan apapun yang kau suka.” Lanjut Luhan
akhirnya membuat Kris tesenyum.
@@@
hahaha
BalasHapuskonyol banget Kris..
hanya dia yang berani kayak gtu sama gurunya (Sukjin).. wkwkwkwk
pengen nangis yang ini :
Luhan sudah mendekap Kris bahkan tepat ketika Kris mengakhiri ucapannya. “Maaf, aku tidak bias menjadi hyung yang baik untukmu.”
Kris balas memeluk Luhan bahkan lebih erat. “Kau hyung terbaikku.”
hiks hiks hiks...
Luhan tuh ngerasa bersalah karena sejak mulai kuliah dia tuh sibuk banget, kadang ampe suka gak pulang...
BalasHapuscieeeee langsung lahap ampe part 4, pasti bakal penasaran dan pengen baca terus...
hmmm...
BalasHapusiye bener...
adenya kasian bener ditinggal2 mulu...
hahaha
makanan kali lahap.. wkwkwkwwk
iye bener.. tau aja... wkwkwkwkwk