Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast :
·
Lee Joon/Changsun (Mblaq)
·
Siwan (Ze:a)
·
Nichkhun (2PM)
·
Doojoon (Beast/B2ST)
·
Luhan (Exo-M)
Original cast :
Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support cast :
·
Yoona (SNSD)
·
Minho (SHINee)
·
Yunho (TVXQ/DBSK)
·
Sehun (Exo-K)
Genre : romance
Length : part
@@@
Pagi
itu Doojoon sudah ada di depan pintu kamar Siwan dan Nichkhun. “Hyung! Bangun!”
teriaknya sambil menggedor pintu.
“Doojoon
hyung!”
“Luhan?
Kau kenapa?” Tanya Doojoon khawatir karena tiba-tiba Luhan keluar kamar sambil
berlari dan berteriak histeris.
“Hyung,
kenapa kau meninggalkanku sendirian di kamar?” seru Luhan manja dan kini bahkan
dia sudah menggamit lengan Doojoon.
Doojoon
hampir saja melempar Luhan dengan sandal karena teman sekamarnya itu membuatnya
hampir jantungan dengan berteriak seperti itu. Dipikirnya terjadi sesuatu pada
Luhan, ternyata maknae tersebut hanya takut ditinggal sendiri di kamar.
“Tadi
aku sudah membangunkanmu!” protes Doojoon.
“Iya,
tapi harusnya kau tunggu aku sebelum keluar,” balas Luhan tak ingin disalahkan.
Sementar
di dalam kamar, sang pemilik ruangan semakin menenggelamkan tubuh mereka ke
bawah selimut.
“Berisik
sekali!” terdengar suara keluhan. Sepertinya suara itu milik Siwan.
Salah
satu sudut selimut terangkat dan memunculkan wajah tampan Nichkhun yang baru
bangun tidur. Ia mengusap matanya. Nichkhun berusaha mengerakan badannya, namun
sedikit sulit. Seperti ada yang menahannya. Saat membuka selimut lebih lebar,
Nichkhun berteriak histeris karena tangan dan kaki Siwan melilit tubuhnya.
“Huaaa!!!”
jerit Nichkhun.
Siwan
yang terkejut ikut menjerit.
Doojoon
dan Luhan yang mendengar keributan tersebut langsung menerobos masuk.
“Hyung
kalian kenapa?” pekik Doojoon khawatir.
Kini
Siwan dan Nichkhun sudah saling menjauhkan tubuh. Siwan menutupi tubuhnya
menggunakan selimut, sedangkan Nichkhun memeluk bantal. Mereka menutupi badan
seolah-olah sedang tidak mengenakan pakaian.
“Siwan
telah menodaiku!” lapor Nichkhun seperti mengadu.
“Tidak!
Nichkhun yang membuatku tak sengaja memeluknya.” Protes Siwan yang tak terima
dengan pengaduan Nichkhun.
Doojoon
menarik selimut yang menutupi tubuh Siwan dan bantal yang dipeluk Nichkhun.
“Kalian menjijikkan jika memeluk selimut dan bantal seperti itu!”
Siwan
dan Nichkhun tak protes dengan apa yang dilakukan Doojoon pada mereka. Karena
jelas-jelas mereka semua adalah laki-laki, lagi pula Siwan dan Nichkhun masih
mengenakan piyama, lengkap.
Doojoon
mengacak rambutnya, frustasi. “Kenapa kalian semua harus menjerit pagi ini!”
kesalnya karena Luhan tadi juga sempat berteriak karena ia tinggal keluar
kamar.
“Siwan
hyung, Nichkhun hyung, Doojoon hyung!” lagi-lagi Luhan teriak. Kali ini ia
datang dari luar kamar Siwan dan Nichkhun. Saat Doojoon masuk tadi, ternyata
Luhan tak mengikutinya.
“Kenapa
lagi?” keluh Doojoon. Kekesalan yang tadi belum hilang, dan kini Luhan kembali
berteriak.
“Itu…”
seru Luhan takut-takut sambil menunjuk ke arah luar kamar. “Joonie hyung,”
ujarnya terbata.
Nichkhun
sudah berdiri. “Joonie hyung kenapa?” desaknya.
“Joonie
hyung nggak ada di kamarnya. Joonie hyung hilang… Hwaaa…” jerit Luhan lagi,
kali ini seperti hampir menangis. Sebenarnya Luhan sama sekali tidak
mengeluarkan air mata. “Aku takut Joonie hyung di culik lalu di bunuh. Dia
masih punya banyak hutang padaku,” lanjutnya berlebihan.
Nichkhun
melirik Siwan seperti menuntut penjelasan. “Bukankah semalam Joon pulang dalam
keadaan mabuk?”
Siwan
bangkit seperti teringat sesuatu. “Aku benar-benar sudah menguncikannya di
kamar mandi kok,” kata Siwan memastikan. Lalu ia segera melesat pergi dan
diikuti yang lain.
“Joonie
hyung tidak akan hilang. Kau tenang saja,” ujar Doojoon yang sudah merangkul
Luhan agar pemuda itu berhenti berpura-pura menangis.
Saat
sampai di depan pintu kamar mandi, Siwan memutar anak kunci yang memang
tergantung di luar. “Joon!” ujar Siwan memanggil hyungnya itu.
Tiba-tiba
tubuh Siwan terdorong karena Luhan menerobos masuk. “Joonie hyung!” jeritnya
histeris untuk yang kesekian kali.
Tidak
hanya Luhan, tapi Siwan, Nichkhun dan Doojoon juga ikut histeris melihat
pemandangan di hadapannya. Joon tertidur di dalam bathub lengkap menggunakan
bantal dan selimut.
“Kau
memberikannya bantal dan selimut?” omel Nichkhun pada Siwan.
“Enak
saja! Mungkin Joon sudah mempersiapkan sebelumnya,” protes Siwan.
“Hyung
bangun,” Doojoon mengguncang-guncangkan tubuh Joon yang masih tertidur lelap.
Luhanpun
ikut membantu. “Joonie hyung, cepat bangun!” namun teriakan cempreng Luhan sama
sekali tak berpengaruh. Mata Joon tetap tertutup rapat.
Nichkhun
yang sudah tak sabar menyeruak di tengah-tengah yang lain. Ia bahkan sudah
menarik slang dan membawanya ke atas wajah Joon. Nichkhun melirik Siwan dan
memberikan isyarat. Siwan hanya mengangguk tanda mengerti. Ternyata Nichkhun
menyuruh Siwan memutar keran hingga air keluar dari ujung slang dan jatuh tepat
membasahi wajah Joon.
“Lee
Changsun, bangun kau!” teriak Nichkhun dengan penuh semangat menyirami Joon.
“Akh!”
Berhasil. Joon akhirnya bangun dan gelagapan menghalau serangan air oleh
Nichkhun. “Hentikan!” jerit Joon heboh. “Tolong! Aku tenggelam!” serunya lagi,
berlebihan. Dia pikir dia tenggelam di samudera Hindia?
Siwan
sudah mematikan keran air, dan Nichkhun melempar slang sembarangan. “Bangun kau
CHANGSUN!” perintah Nichkhun dengan memperjelas saat ia menyebut nama asli
leader mereka.
“Tak
perlu memanggilku Changsun aku juga akan bangun!” protes Joon yang memang tak
terlalu suka jika ada yang memanggilnya ‘Changsun’.
Kini
Joon menatap satu-persatu anggotanya. Semua lengkap berdiri di hadapannya dan
menatapnya tajam. Sontak saja membuat Joon menyilangkan tangan ke depan dada.
“Siapa
yang berani membuka pakaianku?” omel Joon yang memang hanya menyisakan jinsnya
di balik selimut.
Siwan,
Nichkhun, Doojoon dan Luhan saling tatap, malas. Joon akan selalu seperi ini. Dia
lebih suka tidur hanya dengan celana di balik selimut. Tapi jika habis mabuk,
dia akan menuduh anggota yang telah membuka pakaiannya. Mereka mendengus kesal
lalu kompak berbalik dan meninggalkan Joon sendiri.
“Kenapa
orang seperti itu bisa dipilih sebagai leader?” cibir Nichkhun sambil berbisik
pada anggota yang lain.
“Joonie
hyung kan yang paling tua,” Luhan yang menjawab keheranan Nichkhun.
“Yang
paling tua tapi kelakuannya paling abnormal,” timpal Siwan.
“Tapi
dia tetep leader kita,” seru Doojoon. Mungkin hanya dia yang tidak ingin
menyudutkan Joon seperti yang lain.
“Hei!
Jangan pergi!” teriak Joon, namun tak ada yang mempedulikannya.
@@@
Ini
adalah hari special untuk band ‘Blue Flame’, di mana mereka genap berusia 5
tahun sejak debut. Hari ini juga bertepatan dengan peluncuran mini album ke-4
mereka yang bertajuk ‘Beautiful Midnight’. Sorenya mereka akan mengadakan
konferensi pers sekaligus acara fans sign. Rencananya malam nanti akan di
lanjutkan dengan party perayaan ulang tahun mereka di sebuah hotel. Acara
puncak tersebut hanya dihadiri keluarga dan kerabat dekat serta tertutup bagi
media dan para ‘Flamers’, julukan fans mereka.
Dan
saat ini tengah berlangsung acara fans sign. Sang leader berada di
tengah-tengah. Sementara Siwan dan Luhan di tempatkan terpisah. Posisinya akan
selalu seperti ini : Nichkhun, Siwan, Joon, Doojoon dan Luhan.
Para
fans mengantri di depan meja masing-masing member ‘Blue Flame’ yang mereka
suka. Seperti biasa, barisan terpanjang adalah para fans dari Siwan dan Luhan.
Keduanya juga terlihat seimbang. Dan bisa di pastikan bahwa yang mengantri di
depan meja Joon jumlahnya paling sedik, bahkan hanya tersisa beberapa orang.
Entah
karena Siwan terlalu ramah atau gimana dan ia cukup lama meladeni fans. Hingga
akhirnya sedikit terjadi kericuhan di barisan fans Siwan. Mereka saling dorong
karena tidak sabar untuk bertatap muka langsung dengan Siwan dan menyebabkan
salah satu fans terdorong keluar barisan lalu terjatuh di belakang fans
terakhir Joon. Kejadian tersebut langsung menarik perhatian, tak terkecuali
semua member ‘Blue Flame’ yang langsung berdiri.
Joon
sudah ingin membantu gadis itu meski bukan fansnya, namun Doojoon bertindak
lebih cepat.
“Kau
baik-baik saja?” Tanya Doojoon yang sudah membantu gadis itu berdiri.
Gadis
bernama Hye Ra itu berdiri dan mengangguk. Tanpa sadar ia meletakkan album
terbaru milik ‘Blue Flame’ di atas meja Joon. “Cepat sana kembali,” bisik Hye
Ra tanpa ingin memunculkan kecurigaan karena ia dan Doojoon sebenarnya telah
saling kenal.
Saat
menoleh dan hendak mengambil kembali album ‘Blue Flame’ miliknya, mata Hye Ra
sontak membulat. “Apa yang kau lakukan?” omelnya karena Joon sudah membubuhkan
tanda tangannya di bagian depan album.
“Siapa
namamu?” Tanya Joon tak sadar jika Hye Ra sudah melancarkan protesnya.
“Changsun!”
bentak Hye Ra merasa diabaikan.
Joon
mendongak. “Aku hanya bertanya siapa namamu?” ulangnya.
“Aku
bukan ingin meminta tanda tanganmu,” seru Hye Ra yang kini sudah merebut album
tersebut namun Joon juga tak kalah cepat menangkapnya.
“Tapi
kau berbaris dan meletakkan album ini di mejaku,” balas Joon tak mau kalah.
Adegan
tarik-menarik albumpun tak terelakkan dan kembali menyita perhatian hingga
acara fans sign sedikit terganggu.
“Bukankah
kau juga melihat jika aku terdorong dari barisan fans Siwan?”
“Jika
kau bukan fansku, jangan meletakkan benda milikmu sembarangan di mejaku.” Selain
saling tarik-menarik album music, Joon dan Hye Ra juga saling adu mulut.
Doojoon yang berada di
samping Joon langsung mempercepat acara memberikan tanda tangan untuk para
fansnya yang saat itu memang menyisakan beberapa orang saja. Setelah selesai,
bassist ‘Blue Flame’ ini langsung melerai berdebatan Joon dengan Hye Ra.
“Hyung,
sudah,” serunya yang kini sudah ada di tengah-tengah dua orang yang membuat
keributan.
“Doojoon!
Tapi aku belum selesai,” protes Joon karena Doojoon membantu gadis itu merebut
album dari tangannya.
“Kita
sudah selesai,” paksa Doojoon yang kini sudah menyeret Joon ke ruang ganti dan
membiarkan Hye Ra juga pergi dari sana.
@@@
Sore
telah berganti malam. Di sebuah taman kecil gedung tempat ‘Blue Flame’
mengadakan launching album sampai jumpa fans, Hye Ra duduk sendiri di atas
rumput. Matanya tak lepas dari album music di tangannya yang kini sudah terisi
coretan tanda tangan Joon.
“Harusnya
Siwan yang menandatangani ini,” sesalnya sambil menatap nanar album milik ‘Blue
Flame’ tersebut.
“Hye
Ra!” seru seseorang menyebut namanya.
Gadis
itupun menoleh dan mendapati Doojoon yang setengah berlari ke arahnya. Penampilannya
sedikit lebih berantakan. Doojoon sudah menanggalkan jas hitam yang tadi ia
kenakan. Kemeja putihnya bahkan sudah keluar dari celana. Saat Doojoon ikut duduk
di sampingnya, Hye Ra menghempaskan album itu ke atas rumput.
“Kenapa
di buang?” protes Doojoon langsung memungut karya bandnya yang di perlakukan
seperti sampah oleh Hye Ra.
“Nanti
aku akan membeli lagi yang baru,” jawab Hye Ra enteng. Ia masih kesal jika
teringat Joon yang telah mencoret album itu, bukan Siwan seperti apa yang ia
harapkan.
Hening
beberapa saat.
“Kau
kenapa masih di sini? Bukankah kalian akan ada pesta ulang tahun ke-lima ‘Blue
Flame’?” ujar Hye Ra mengingatkan.
Doojoon
menghembuskan napas berat. “Kau tau kan rencanaku malam ini?”
Hye
Ra menekuk lutut lalu memeluk dan meletakkan dagunya di sana. Ia memang tau
jika Doojoon berniat mengenalkan Sung Hye pada member yang lain. Dan ia juga
tau jika Sung Hye kini sudah bersama pria lain. Karena itu Hye Ra hanya diam
dan tak ingin membahasnya.
“Anggap
saja kau tidak pernah memiliki niat seperti itu,” cetus Hye Ra tiba-tiba namun
Doojoon sama sekali tak menyetujuinya.
“Suasana
hatiku sama sekali tidak bisa di ubah. Aku tak ingin merusak pesta.”
“Lalu?”
Doojoon
menatap Hye Ra datar. Namun semakin lama aura tatapannya berubah. Dari datar
kini justru lebih ceria membuat Hye Ra menatap takut-takut padanya.
“Kau
harus jadi kekasihku,” putus Doojoon secara sepihak dan seenaknya menarik
tangan Hye Ra untuk ikut bersamanya.
“Nggak
mau!” protes Hye Ra dan berusaha melepaskan diri. “Bahkan jika berpura-purapun
aku tetap tidak mau!”
Doojoon
menghentikan langkahnya tiba-tiba. “Ku mohon tolong aku. Apa kau tidak kasihan
padaku?” ujar Doojoon sambil berekspresi
memelas agar Hye Ra mau menolongnya.
“Nggak!”
Hye Ra tetap pada pendiriannya. “Di sana aku pasti akan bertemu lagi dengan si
Changsun itu.” Ia sampai menggeleng kuat-kuat dan tak ingin membayangkan
kembali bertemu dengan Joon.
“Kalau
begitu tak usah kau pedulikan. Lagi pula kau sangat ingin bertemu dengan Siwan,
kan? Aku akan mengaturnya agar kau bisa bertemu Siwan. Dan ku jamin tidak akan
ada yang mengganggu kalian.”
Doojoon masih berusaha
merayu Hye Ra dan tampaknya itu cukup berhasil. Hye Ra terlihat diam dan
mempertimbangkan hadiah yang akan Doojoon berikan padanya.
“Itu
artinya kau setuju,” putus Doojoon lagi karena Hye Ra tak kunjung memberikan
jawaban.
“Aku
belum bilang setuju!”
@@@
“Pakai
ini!” Doojoon menyodorkan paksa sebuah wedges dari dalam mobilnya.
Hye
Ra terpaksa mengganti sepatu ketsnya dengan wedges tinggi. Doojoon juga
menyuruh Hye Ra mengganti sweaternya dengan blazer berwarna putih yang menutupi
tanktop hitam yang sudah dikenakan gadis itu.
“Aww!
Sakit!” protes Hye Ra saat Doojoon menarik paksa ikat rambutnya.
“Maaf,”
sesal Doojoon yang tak sengaja melakukan itu. Lalu ia sedikit membenarkan
rambut panjang Hye Ra yang kini terurai.
Gadis
itu menunduk untuk memastikan penampilannya. “Apa kau tidak menyesal melakukan
ini? Aku hanya takut membuatmu malu.”
Doojoon
melipat tangannya di depan dada sambil memperhatikan penampilan Hye Ra mulai
ujung rambut hingga kaki. “Ini lebih meyakinkan jika kau memang tipeku.”
Hye
Ra masih tidak yakin untuk membantu Doojoon meski ia memang sangat berharap
bisa bertemu Siwan.
“Kau
jangan khawatir. Di dalam acaranya santai. Kami hanya makan-makan dan bukan
acara mewah yang tamunya mengenakan pakaian formal,” ujar Doojoon untuk
menenangkan hati Hye Ra sambil menggulung lengan kemejanya. “Kau lihat saja
penampilanku.”
Hye
Ra akhirnya tertawa karena kemeja Doojoon bisa dikatakan sudah tidak berada
pada posisi yang benar.
@@@
“Itu
pacarku, itu pacarku!” heboh Luhan saat tivi plasma menayangkan acara berita.
“Hyung, itu pacarku,” serunya sambil mengguncang tubuh Nichkhun lalu menunjuk
seorang gadis pada layar tivi yang sedang menyampaikan berita.
Nichkhun
menjauhkan tangan Luhan dari pundaknya. “Iya aku tau,” serunya malas jika
maknae mereka itu mulai heboh menunjukkan pacarnya.
Luhan
seperti tak merasa bersalah. Ia tak mempedulikan kekesalah Luhan padanya dan
kembali menatap layar tivi plasma. Saat Nichkhun pergi, Joon yang
menggantikannya berdiri di samping Luhan.
“Ada
berita apa malam ini?” Joon mencoba menegur Luhan.
“Nggak
tau, hyung,” jawab Luhan tanpa menoleh. Ia tetap melihat tivi dengan tatapan
berbinar.
Joon
terbelalak mendapati reaksi sang maknae padanya. “Sudahlah,” keluhnya berusaha
menyabarkan diri lalu pergi dari sana.
Luhan
berbalik, “Joon.”
“Apa?”
Joon yang menoleh.
“Eh,
maaf hyung. Maksudku Doojoon hyung,” ralat Luhan yang langsung mendahului Joon
pergi dari sana untuk mencari Doojoon. Joon hanya menatap kepergian Luhan tanpa
ekspresi.
@@@
Luhan
berjalan hingga ke luar gedung. Di sana ia melihat Doojoon berjalan masuk dan
bersama seorang gadis. Cepat-cepat Luhan segera mendakati mereka. Doojoon juga
terlihat cerah saat mendapati Luhan di sana.
Alih-alih
menyapa Doojoon, Luhan justru menarik tangan Hye Ra untuk sedikit menjauhi
Doojoon membuat pemuda itu menatap mereka heran.
“Apa
kau ingin membuat keributan lagi? Setelah tadi dengan Joonie hyung, sekarang
Doojoon hyung? Sudah bagus aku tadi diam saja,” semprot Luhan dengan
tuduhan-tuduhannya.
Hye
Ra menghempaskan tangannya lalu menatap Luhan tajam. “Siapa yang ingin membuat
keributan? Aku hanya terdorong dari barisan fans Siwan. Dan leadermu yang aneh
itu malah membuat ku kesal.”
“Noona…”
“Jangan
panggil aku noona!” protes Hye Ra. “Aku bahkan lebih muda darimu!”
“Hye
Ra!” pekik Doojoon yang kini sudah memegangi kedua tangan gadis itu yang
seperti ingin menyerang Luhan. “Sudah, sudah. Luhan!” bentaknya juga pada si
maknae yang tidak mau kalah.
“Hyung,
kau tau kan tadi dia yang membuat keributan dengan Joonie hyung?” Tanya Luhan
seakan meminta pembelaan.
“Iya
aku tau, lalu kenapa?”
“Dia
itu teman sekolahku yang pernah aku ceritakan dulu. Gadis aneh yang selalu cari
masalah denganku,” tuduh Luhan lagi.
“Cukup!”
pekik Doojoon lagi karena Hye Ra yang tak terima dengan tuduhan Luhan padanya
mulai kembali ingin menyerang pemuda itu.
“Hyung,
kenapa kau membelanya?” protes Luhan karena Doojoon menyembunyikan tubuh Hye Ra
di belakangnya.
“Luhan
dengar dulu. Hye Ra datang bersamaku,” jelas Doojoon membuat Luhan membulatkan
mata padanya.
“Tapi,
hyung…” Luhan tak melanjutkan ucapannya karena ada seseorang yang memanggil
Doojoon.
“Doojoon!”
Mereka
menoleh bersamaan, ternyata Nichkhun.
“Siapa?”
Tanya Doojoon penasaran pada gadis yang berdiri di belakang Doojoon.
“Oh,”
Doojoon seperti teringat sesuatu. Ia lantas membawa Hye Ra keluar dari sana dan
menunjukkannya pada Nichkhun. “Kenalkan, hyung. Ini Hye Ra, kekasihku.”
Nichkhun
terkejut namun masih tetap bisa tersenyum. Bertolak belakang dengan Luhan yang
langsung memprotes keras pada Doojoon.
“Hyung,
kok bisa?”
“Sudahlah,
nanti aja bahasnya. Aku ingin mengenalkan Hye Ra pada Joon hyung dan Siwan,”
seru Doojoon cepat-cepat mengalihkan perhatian Luhan. Lalu ia melirik Nichkhun.
“Kau ingin menjemput Minjung kan di depan?” tebaknya dan hanya di jawab
anggukan oleh Nichkhun. “Cepat sana, jangan membuat Minjung menunggu lama,”
lanjutnya lalu membawa Hye Ra pergi ke arah yang berlawanan dengan arah yang
dituju Nichkhun.
“Hyung!”
Luhan ingin mengejar Doojoon, namun ia langsung membatalkan niat. Saat menoleh
ke arah Nichkhun yang sudah berjalan jauh, ia juga tak ingin mengejarnya.
Sampai akhirnya Luhan memutuskan pergi ke arah yang sama dengan Doojoon dan Hye
Ra. “Hyung, tunggu!” teriaknya yang memang takut jika di tinggal sendiri.
@@@