“Ternyata
kau kakaknya Jongin!” pekik Chanyeol kesal setelah mendengar cerita dari Suho.
Tao, Sehun dan Luhan bahkan harus bekerja sama untuk menenangkan pemuda tinggi
itu.
“Chanyeol!
Tahan dirimu!” teriak Luhan memperingatkan.
Di
sisi lain, Baekhyun membeku dan tatapannya tak lepas dari Chanyeol saat Luhan
menyebut nama pemuda yang sedang emosional itu. Bahkan ketika Chanyeol
menyadari tatapannya, Baekhyun sama sekali tak ingin berpaling dari sosok yang
memiliki nama sama dengan seseorang yang sangat ia rindukan. Sahabat masa
kecilnya, Chanyeol.
Tampaknya
Suho sudah tak mempedulikan makian dari Chanyeol tadi. “Di mana biasanya kalian
berkelahi?” pertanyaan Suho tertuju pada Chanyeol dan Tao.
Mereka—Chanyeol
dan Tao—saling melempar pandang. “Tidak mungkin Jongin membawa Kris ke lapangan
itu,” tebak Tao dan hanya mengajak Chanyeol untuk berdiskusi.
“Hyung,
ku mohon. Cepat temukan kakakku,” rengek Sehun sambil bergantian mengguncangkan
lengan dua pemuda tinggi itu.
Baik
Tao ataupun Chanyeol seperti tak mendengar rengekan Sehun. Mereka masih sibuk
dengan pikiran masing-masing. “Apa mungkin…” Chanyeol tak melanjutkan ucapannya
karena Sehun kembali mengganggu pikirannya dengan menarik-narik ujung lengan
jaket yang dikenakan Chanyeol.
“Sehun!
Tak bisakah kau tenang sedikit?” bentakan Luhan sukses membuat Sehun bungkam.
Chanyeol
menatap Tao cerah. “Kau ingat tempat saat aku diculik oleh gangster dari SMA
Sun Moon tiga tahun lalu?”
“Iya,”
pekik Tao karena sepertinya ia memiliki pikiran yang sama dengan Chanyeol.
“Bukankah karena kau mengganggu kekasihnya Minseok?” Chanyeol mengangguk
membenarkan pertanyaan Tao.
“Sejak
kapan Minseok hyung memiliki kekasih?” sambar Kyungsoo.
Tao
melirik Kyungsoo kesal. “Mana kami tahu,” ujarnya ketus.
Kesabaran
Sehun semakin hilang. Di tambah lagi rapat dadakan antara Chanyeol dan Tao yang
tak kunjung membuahkan hasil.
“Hyung!” pekik Sehun
seperti mengingatkan. “Di mana tempat itu?” desaknya yang sudah sangat tidak
sabar.
“Rumah
kosong,” seru Tao dan Chanyeol hampir bersamaan.
“Cepat
kita ke sana!” perintah Sehun sambil menarik paksa tangan dua orang yang paling
dekat dengan jangkauannya, Luhan dan Tao. Sementara yang lain segera menyusul
setelah itu.
“Baekhyun,”
panggil Suho untuk menghentikan langkah Baekhyun. Namun bukan hanya Baehyun
yang berhenti, Chanyeolpun melakukan hal yang sama. Hanya saja Chanyeol tak
berbalik dan tetap berdiri di ambang pintu membelakangi Suho dan Baekhyun.
“Biarkan
aku ikut,” pinta Suho dengan amat sangat memohon.
“Kau
mau cari mati, hah!” desis Baekhyun tajam. Dengan terang-terangan ia tak
mengijinkan Suho untuk ikut.
“Tapi…”
Suho tak melanjutkan ucapannya karena Baekhyun sudah lebih dulu kembali
meninggalkannya.
Baekhyun
melirik Chanyeol sekilas karena pemuda itu masih berdiri di ambang pintu kamar
rawat Suho. “Ayo…” ajak Baekhyun sambil menggerakkan kepalanya ke arah luar.
“Baekhyun,
tunggu!” teriak Suho berusaha menghentikan Baekhyun, namun pemuda itu seakan
tak mendengar dan terus saja berjalan menjauh.
@@@
Jongin
menarik kerah pakaian Kris dan membawa pemuda itu hingga membentur tembok. “Aku
sudah menahan diri untuk melakukan ini padamu. Tapi kenapa justru kau yang
membuat masalah!” bentak Jongin tepat di depan wajah Kris, namun pemuda itu
hanya membalasnya dengan senyuman.
“Jongin!”
panggil Minseok yang muncul tergesa-gesa ke arah Jongin. Laypun yang awalnya
hanya duduk di kursi, ikut bergabung dengan Jongin dan Minseok, serta Kris
tentunya.
“Aku
baru melihat ponselku,” lapor Minseok yang langsung di tatap bingung oleh Lay.
“Kenapa
begitu saja kau harus mengadukan pada kami?” protes Lay.
“Dengar
dulu,” balas Minseok. “Yoseob menelponku beberapa kali, dan ia juga mengirimiku
pesan,” lanjut Minseok yang belum sempat ia katakan tadi.
Jongin
menyambar ponsel milik Minseok dan menatap layarnya yang menampilkan sebuah
pesan dari Yoseob. Di mana kau? Ayo kita
sparing lagi. Di sini sudah ada Kris dan temannya.
“Apa maksudnya itu?” heran Lay yang tadi sempat
ikut membaca pesan tersebut.
“Tentu
saja ini jebakan. Mereka pasti bekerja sama untuk memancing kita. Dan Suho
dijadikan umpan utama oleh mereka,” seru Jongin.
Di
tempatnya, Kris berdecak, sedikit terkesan meremehkan. “Ternyata hanya itu
kesimpulan kalian?” sindirnya.
“Apa
kau bilang?” bentak Jongin yang sudah menyiratkan tatapan kebencian di matanya.
Kris
menghindari tatapan itu. Ia masih bisa bersikap santai seolah tak akan terjadi
apa-apa dan seolah Jongin tidak akan menghabisinya setelah ini. Namun
ketenangan itu hanya bertahan sesaat. Rahang Kris mengeras. Bukan karena ia
menahan emosinya agar tidak tersulut, melainkan menahan rasa sakit di dadanya
yang kembali muncul.
Jongin
yang kesal karena ucapannya sama sekali tak di tanggapi oleh Kris, dengan kasar
kembali meraih kerah baju pemuda yang lebih tinggi darinya itu. Meski demikian,
tak ada sedikitpun rasa takut menghantuinya.
“Kau!
Harus merasakan apa yang dialami hyungku!” Jongin kembali membentak Kris sambil
melayangkan sebuah pukulan di wajah Kris.
Kini
giliran Minseok yang menarik kerah baju Kris dan menariknya untuk berdiri,
karena tadi Kris terpuruk tepat di kakinya. Minseok juga melakukan hal yang
sama seperti Jongin, ia memberikan pukulan tepat di wajah Kris hingga
meninggalkan sebuah luka memar di sana.
Lay
tak membuang kesempatan untuk ikut ambil bagian. Ia juga menarik kerah pakaian
Kris, dan pemuda itu hanya pasrah mengikuti apa kemauan Lay.
Kris hanya tersenyum pahit
di balik luka-luka yang telah penuh menghiasi wajahnya. Tangan Kris meraih
salah satu resleting ransel yang masih menggantung di punggungnya. Sakit di
dadanya semakin mendominasi, tapi Kris sama sekali tak menunjukkan itu di
hadapan Jongin, Minseok dan Lay.
“Kalian
akan menyesal telah melakukan ini padaku,” seru Kris yang masih diiringi
senyumannya, ia sama sekali tak terpengaruh saat Lay sudah mengangkat tinjunya
ke atas.
Lay
menatap senyuman Kris. Ia sama sekali belum mengayunkan tangannya. Bahkan tidak
bergerak sedikitpun.
Jongin
yang sudah sangat tidak sabar, mendorong tubuh Lay untuk menyingkir dari
hadapan Kris karena ia yang kini mengambil alih posisi Lay sebelumnya. Bahkan
ketika Jongin yang berhadapan dengannya, Kris masih mempertahankan senyumannya
itu.
Kini
Jongin sudah mengangkat kepalan tangannya, namun belum sempat ia mengayunkan
tangan, pintu rumah dibuka dengan paksa dari luar.
“Kris
hyung!” jerit Sehun histeris melihat posisi Kris berada dalam cengkraman
Jongin, bahkan tinggal selangkah lagi Jongin akan mendaratkan pukulan di wajah
Kris.
“Sehun!”
gumam Kris nyaris tanpa suara. Tabung obat yang sudah dalam genggamannya
terlepas begitu saja hingga jatuh membentur lantai, tutupnya terbuka dan
beberapa butir obatnya berceceran keluar dari tabungnya.
Dibelakang
Sehun, Luhan dan yang lainnya juga menatap tak percaya dengan apa yang terjadi
saat itu. Bahkan kondisi Kris lebih parah dari pada terakhir kali Chanyeol dan
Tao temui di jalanan saat berkelahi dengan Doojoon bersama lima anak buahnya.
Kris
tersenyum ke arah Sehun sebelum akhirnya hilang kesadaran.
“Hyung!”
jerit Sehun lebih histeris dari yang sebelumnya. Sehun langsung berhamburan
mendekati Kris, ia bahkan sampai mendorong Jongin untuk menjauhi Kris.
“Kris!”
seru Luhan tak kalah histerisnya dan langsung berjongkok di hadapan Sehun yang
sudah memangku kepala Kris.
Chanyeol
yang tersulut emosinya, tanpa pikir panjang mendaratkan sebuah pukulan untuk
Lay. Begitu pula yang dilakukan Tao pada Minseok.
“Hyung!
Kalian bisa selesaikan nanti,” Kyungsoo yang dengan berani melerai Minseok dan
Tao. Jongdae juga melakukan hal yang sama pada Chanyeol dan Lay.
Sementara
itu, Baekhyun perlahan mendekati Luhan. Fokusnya saat itu adalah butiran obat
yang berceceran tak jauh dari kaki Luhan. Ia memungutnya satu lalu mendekatkan
pada hidungnya. Mencerna aroma yang menguar dari butir obat putih di tangannya.
Baekhyun membeku saat mengetahui obat apa yang berada di tangannya itu.
“Jadi
selama ini Kris…” Baekhyun tak sanggup melanjutkan kata-katanya. ‘Pantas saja
Kris mendesakku untuk bercerita tentang penyakit ini’, sesal Baekhyun yang baru
menyadari semua ini sekarang.
“Hyung,
bangun!” jerit Sehun sambil mengguncangkan tubuh Kris. Sesekali ia memeluknya
sambil menangis.
Jongin
menatap Kris penuh rasa bersalah. Ia memberanikan diri untuk mendekati Sehun.
Ia menyentuh pelan pundak pemuda itu yang berguncang. Di sampingnya, Luhan juga
sudah menangis.
“Mau apa
lagi kau, hyung!” bentak Sehun saat menyadari apa yang dilakukan Jongin
padanya.
“Bawa
Kris ke rumah sakit,” ujar Jongin terbata.
Sehun
menepiskan tangan Jongin dengan kasar dari atas pundaknya. “Tak usah
mengajariku!”
Jongin
menatap nanar tangannya yang ditepiskan Sehun. Hatinya sakit mendapati
perlakuan seperti itu. Terlebih dari seorang Sehun yang sudah ia anggap seperti
adiknya sendiri. Sejak ia berpisah dengan Suho, Sehunlah yang ia jadikan
sebagai teman pengganti Suho. Meski nyatanya, Sehun adalah seorang adik dari
seseorang yang menjadi musuh bersarnya. Bahkan orang itu yang membuat Suho
berbaring di rumah sakit. Setidaknya itu yang ada dipikiran Jongin, bukan
kejadian yang sebenarnya.
Chanyeol
memaksa diri untuk sedikit melupakan urusannya dengan Lay, begitu juga Tao.
Mereka berlutut di antara Sehun dan Luhan. Bahkan Tao sudah tidak bisa menahan
air matanya. Chanyeol hendak mengambil alih Kris dari tangan Sehun, tapi pemuda
itu menolaknya.
“Jangan
pisahkan aku dengan Kris hyung!” jerit Sehun tanpa melihat siapa orang yang ia
perlakukan seperti itu.
“Aku
bukan ingin merebut Kris, tapi kita harus membawa Kris ke rumah sakit,” jelas
Chanyeol dengan nada lembut, berusaha memberi Sehun pengertian bahwa ia tidak
akan menyakiti Kris seperti apa yang ditakutkannya.
Kini
Luhan sudah berada di belakang Sehun, ia merangkul adiknya sedangkan Chanyeol
dan Tao berusaha untuk mengangkat tubuh Kris. Mereka di bantu oleh Kyungsoo dan
Jongdae.
@@@
Selama
Kris di bawa ke ruangan, Sehun tak pernah melepaskan genggamannya dari Kris.
Sampai akhirnya, Kris di bawa masuk ke dalam ruangan guna mendapat tindakan.
“Maaf,
anda tidak boleh masuk,” seru seorang suster menghalangi tubuh Sehun.
“Aku
tidak akan meninggalkan hyungku!” jerit Sehun bersikeras untuk tetap di samping
Kris, namun Luhan sekuat tenaga menahannya agar tetap di luar.
“Sehun!”
bentak Luhan.
“Kris
hyung!” jerit Sehun masih tetap menyebut nama Kris.
“Kau
ingin Kris baik-baik saja, kan! Bersikaplah dewasa. Ia akan kecewa jika kau
seperti ini!” seru Luhan berusaha memberi pengertian.
“Aku
tidak ingin kehilangan Kris hyung,” gumam Sehun sesegukan. Ia tidak bisa
berhenti menangis.
“Kris
tidak akan meninggalkanmu. Kau harus percaya itu,” ujar Chanyeol lembut
berusaha membantu Luhan untuk menenangkan Sehun. Matanya juga telah basah
karena air mata.
“Ayah!”
seru Tao saat melihat dokter Jaesuk muncul bersama Joongki.
“Kenapa
kau masih di sini?” Tanya dokter Jaesuk bingung karena sebenarnya Tao sudah
berpamitan dengannya untuk pulang.
“Ayah…
tolong…”
“Katakan
ada apa?” desak dokter Jaesuk karena anaknya tampak tak tenang sehingga sulit
berkata-kata.
“Itu…”
tangan Tao menunjuk ruangan tempat Kris berada sekarang. “Kris… dia temanku.
Tolong selamatkan dia, ayah,” mohon Tao bahkan sampai membungkukkan badannya.
Di
samping dokter Jaesuk, tampak Joongki berdiri sambil menatap nanar Sehun yang
masih menangis histeris. Tak lama Luhanpun menyadari keberadaannya.
“Hyung…
Kris…” hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut Luhan meski nyaris tanpa
suara, namun Joongki sangat mengerti maksudnya. Ia mengangguk pasti sebelum
akhirnya mengikuti dokter Jaesuk ke dalam ruangan tersebut.
Luhan
menghela napas untuk menenangkan dirinya. Ia juga tak membiarkan Sehun jauh
dari dekapannya. Dua kakak beradik ini duduk di lantai dan menyandar tembok.
Tak
lama Kyungsoo ikut duduk di samping Sehun. Ia menyentuh pundak sahabatnya tanpa
tahu harus berkata apa. Otaknya masih sulit mencerna karena ternyata Kris yang
selama ini di benci oleh kakaknya adalah kakak kandung Sehun juga selain Luhan.
Secara
berurutan Chanyeol, Tao dan Jongdae duduk di kursi dan menunggu Kris dengan
cemas.
Saat
mendongak, tatapan Luhan bertemu dengan sosok Baekhyun yang juga duduk di
lantai berseberangan dengannya. Pemuda itu masih menggenggam tabung obat milik
Kris dan menatap benda itu dengan tatapan kosong.
Luhan
langsung menatap khawatir saat Baekhyun berdiri. Luhan memperhatikan bahwa
sejak tadi pemuda itu kerap kali memegangi dada kirinya. “Kyungsoo, tolong jaga
Sehun,” pinta Luhan dan Kyungsoo langsung mengangguk. Luhanpun segera menyusul
Baekhyun dan meninggalkan Sehun yang masih menangis.
Ditempatnya,
Chanyeol juga menyadari kepergian Baekhyun. Disusul Luhan tak lama kemudian.
@@@
Luhan
masuk ke dalam toilet karena sempat melihat Baekhyun masuk ke sana. “Baekhyun…?”
seru Luhan pelan, namun seketika matanya membulat melihat tabung berisi
butiran-butiran obat yang sangat familiar di matanya. “Apa yang kau lakukan!”
teriak Luhan mencegah agar Baekhyun membatalkan untuk menenggak butiran obat
milik Kris tersebut.
Meski
sudah terlambat, Luhan tetap bersikeras agar Baekhyun memuntahkan lagi obat itu
dengan cara menepuk-nepuk punggung Baekhyun.
“Hentikan!”
jerit Baekhyun berusaha menghindari Luhan.
“Kau
tidak tahu itu obat apa!”
“Hyung!”
bentak Baekhyun yang akhirnya membuat Luhan diam. Tangan Baekhyun bertumpu pada
tepi wastafel. Ia menatap nanar pantulan dirinya di cermin.
“Kenapa
kau melakukan itu?” Tanya Luhan cemas melihat kondisi Baekhyun yang terlihat
sama terpuruknya dengan Sehun.
“Aku
tahu…” ujar Baekhyun lirih. Hening beberapa saat. Yang terdengar hanyalah
desahan suara napas Baekhyun yang cukup keras. “Aku tahu itu obat apa.”
“Kalau
kau tau, kenapa kau masih memasukkan obat itu ke dalam tubuhmu?” protes Luhan. Di
saat yang lain terpuruk, Luhan harus tetap tegar.
Baekhyun
tersenyum pahit. Ia menatap Luhan melalui cermin, namun Luhan masih menatapnya
secara langsung. “Sejak kapan Kris menderita penyakit itu?” Tanya Baekhyun yang
sebenarnya berat mengatakan hal itu.
Luhan
diam.
Baekhyun
menoleh. “Hyung!” tegurnya membuat Luhan mendongak. Sepertinya saat itu Luhan
sedang melamun hingga tak menyadari pertanyaan Baekhyun.
@@@
“Jongin!
Dari mana saja kau!” cecar Suho kesal saat melihat adiknya berani memunculkan
diri di sana.
Jongin hanya melirik Suho
datar dan sesaat. Karena ia masih belum tahu apa yang bisa ia katakan saat ini.
Pemuda itu memilih duduk di sofa dan menenggelamkan punggungnya ke sandaran
sofa. Minseok dan Lay juga masih setia menemani Jongin.
“Kalian!”
hardik Suho pada Minseok dan Lay. Mereka membalas tatapan itu takut-takut.
“Hyung,
maaf,” Minseok berinisiatif untuk lebih dulu berbicara. “Sebenarnya, apa yang
terjadi padamu sebelum ini?”
“Apa
Kris yang memukulmu?” tuduh Lay yang ikut bicara.
Suho
langsung memberikan tatapan tajam pada Lay. Tentu saja ia seperti ini bukan
karena Kris. Meski Jongin bersikeras menuduh Kris bekerjasama dengan Doojoon,
tapi Suho tetap pada pendiriannya bahwa Kris sama sekali tak terlibat.
“Katakan
dulu, bagaimana kondisi Kris!” desak Suho yang merasa tebakannya benar. Pasti
terjadi sesuatu pada Kris.
Lay
dan Minseok saling melempar pandangan dan tak ada yang berani menjawab. Apalagi
Jongin, pemuda itu menutupi wajahnya menggunakan jaket.
“Jadi
kalian masih beranggapan bahwa Kris yang menyakitiku?” bentak Suho yang mulai
tak bisa menahan emosinya.
Suara
Suho bahkan sampai membuat Jongin tersentak. Ia menatap Suho tak percaya.
Pemuda itu bukan seperti Suho yang Jongin kenal selama ini.
“Aku
yakin, pasti telah terjadi sesuatu pada Kris,” lanjut Suho. Tuduhannya semakin
terbukti. Tiga pemuda dihadapannya kini sama sekali tak ada yang bisa membela
diri.
“Sebenarnya
apa yang kalian pikirkan!” bentak Suho semakin kesal. Susah payah ia menahan
emosi sambil menahan sakit di tubuhnya. Justru hatinya yang akan semakin sakit
jika benar-benar terjadi sesuatu pada Kris.
“Jika
benar Kris bekerja sama dengan Doojon, dia tidak akan mengorbankan dirinya. Dia
tidak akan membelaku tadi!” seru Suho. Suaranya mulai terdengar samar-samar.
Jika tadi ia menahan emosi, kini Suho sedang berusaha menahan tangisnya.
Tatapan
Suho tertancap lurus pada Jongin. “Kris telah mengetahui kalau kau adalah
adikku,” ujar Suho pelan namun sukses membuat Jongin mendongak dengan mata yang
mulai berkaca-kaca. “Jika Kris berniat jahat pada kalian, dia akan benar-benar
menghabisiku di sana,” lanjutnya.
Minseok
dan Lay ikut terperangah mendengar pengakuan-pengakuan Suho yang sama sekali
tak sedikitpun menjatuhkan Kris.
Suho
buru-buru menoleh ke arah lain dan menyeka dengan kasar buliran bening di sudut
matanya. “Jika sesuatu yang buruk terjadi pada Kris, jangan pernah kau
memanggilku ‘hyung’ lagi,” ancam Suho dengan memberi tekanan ketika menyebut
kata ‘hyung’.
“Hyung!” seru Jongin panic dan kini ia
pindah duduk di samping ranjang Suho. Tangannya menggenggam tangan Suho penuh
dengan rasa bersalah. “Tolong jangan siksa aku dengan ancaman seperti itu,”
mohon Jongin dengan sangat.
“Kau
tidak tahu apa yang pernah Kris lakukan untukku.” Perlahan Suho menjauhkan
tangan Jongin. Dan Jongin hanya menatap nanar tangannya yang sudah tidak
menggenggam tangan Suho. “Aku bukan ingin menyiksamu, tapi aku hanya ingin
kalian sadar. Kris tidak seburuk yang kalian pikirkan.”
“Itu
karena kau belum mengenal Kris lebih dalam,” protes Minseok akhirnya. Kesal
karena Suho selalu membela Kris.
Suho
mendongak ke arah Minseok dan Lay yang berdiri. Ia memberikan mereka senyuman
pahit. “Apa kalian pikir kalian lebih tahu tentang Kris dari pada diriku?” Suho
memberikan pertanyaan yang kembali tak bisa di jawab.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar