Author :
Annisa Pamungkas
Main
Cast :
All member U-Kiss = Dongho, Kyungjae(Eli), Hoon, Kiseop, Soohyun, Jaeseop(AJ),
Sunghyun(Kevin).
Original cast :
Hye Ra, Hyo Ri
Genre : romance, tragedy
Length : one shoot
@@@
Dongho.
Seorang pemuda berusia 23 tahun. Kabur dari rumah sejak 3 tahun lalu karena
dipaksa menikah untuk menyelamatkan perusahaan keluarga dengan gadis yang
bahkan baru lulus SMA. Jelas saja Dongho lebih memilih kabur karena gadis itu
adalah kekasih Sunghyun, adiknya—mereka hanya beda setahun. Meski Dongho belum
pernah bertemu dengan gadis itu sebelumnya.
Kini ia tinggal di sebuah
rumah kontrakan kecil bersama temannya, Jaeseop. Bekerja full time di sebuah
café dan sering melakukan taruhan dalam balapan motor liar. Saingan terbesarnya
adalah Kyungjae dalam balap liar tersebut.
@@@
“Yang
benar saja?!” seru Dongho yang terkejut dengan berita yang disampaikan Jaeseop
melalui telpon. Ia kembali mematikan mesin motor sportnya. “Ini balapan liar!
Dia mau ngorbanin nyawa orang lain? Terlebih harus seorang gadis!” Dongho diam
ketika mendengarkan penjelasan Jaeseop. “Sial!” pekiknya lalu memutuskan
sambungan telpon secara sepihak.
Dongho
melesat dengan motornya meninggalkan sebuah café tempat ia bekerja yang telah
tutup. Ini memang sudah hampir tengah malam.
“Tolong…!”
Di
tengah-tengah perjalanan, Dongho mendengar jeritan seorang gadis. Beruntung
penglihatan Dongho cukup tajam. Ada sedikit keributan dari dalam sebuah gang
sempit. Dongho segera menepikan motor lalu melesat menuju keributan tersebut. Ternyata
ada seorang gadis yang terpojokkan di antara pria-pria yang mengganggunya.
Tanpa
pikir panjang, Dongho menarik pundak salah satu dari mereka lalu menghajarnya
tanpa ampun. Dua orang yang lain juga langsung membantu. Namun preman jalanan
seperti mereka tak sebanding dengan Dongho. Meski hanya sendiri, Dongho
berhasil melumpuhkan ketiga preman tersebut dengan mudah.
Dongho
menyeka tepi bibirnya yang berdarah menggunakan lengan jaket, lalu melirik
gadis yang masih duduk memeluk lutut di sudut gang.
Perlahan
Dongho berlutut di hadapan gadis itu. “Kau sudah aman, ayo pergi dari sini,” ujarnya
lembut sambil menarik tangan gadis itu dan membawanya menuju tempat di mana motornya
terparkir.
Gadis
itu tampaknya masih syok. Ia hanya bisa diam sambil memeluk erat tasnya. Ia
juga sampai tidak sempat menghapus air mata yang masih membasahi wajah
cantiknya itu.
Dongho
yang sudah berada di atas motor, menoleh karena ia merasakan gadis itu masih
diam. “Aku akan mengantarmu pulang.” Tangan Dongho terulur sebagai isyarat agar
gadis itu naik ke atas boncengan motornya.
“Katakan
padaku, di mana rumahmu?” Tanya Dongho sambil mengendarai motornya pelan.
Tidak
ada jawaban. Hanya isak tangis yang di tahan dari gadis di belakangnya. Dongho
jadi serba salah, sampai-sampai ia tidak sadar bahwa di depannya sudah ramai
oleh orang-orang yang akan melihat pertandingan balap motor liar.
@@@
“Itu
Dongho!” pekik Kiseop, teman dari Kyungjae, yang membuat semua menoleh ke arah
yang ia tuju.
Tak
terkecuali Jaeseop yang sudah ada di sana. Ia bahkan langsung berlari
menghampiri Dongho. “Kau datang?” Tanya Jaeseop, namun matanya melirik ke
sesuatu di belakang Dongho. “Siapa?” selidiknya karena sulit melihat wajah
gadis tersebut yang menunduk di balik punggung Dongho.
Dongho
merutuki diri kenapa bisa sampai di sana. “Aku harus mengantar gadis ini
pulang,” seru Dongho yang sudah menutup kembali kaca helmnya. Namun Kiseop
sudah lebih dulu merentangkah bendera di depan motonya seiring deru mesih motor
berhenti di samping Dongho.
“Kau
harus tetap bertanding,” ujar Jaeseop yang sudah membawakan jaket dan helm untuk
gadis di belakang Dongho. “Berikan tas mu padaku,” bisik Jaeseop lembut.
Dongho
menoleh. Pesaingnya, Kyungjae, sudah siap di sana dan menunjukkan sebuah senyum
meremehkan untuk Dongho. Kyungjae juga tak lupa membawa seorang gadis di
belakangnya.
Jaeseop
menepuk pundak Dongho membuat pemuda itu menoleh padanya. Dongho masih tak
ingin melakukan ini, tapi Jaeseop terus menyemangatinya. Donghopun tersentak ketika
tangan gadis itu melingkar kuat di pinggangnya.
“Tiga…”
Kiseop mulai menghitung.
“Apa-apaan
ini! Aku belum setuju untuk bertanding!” Dongho masih ingin protes, namun tak
ada yang meresponnya.
“Dua…”
Kiseop masih tetap menghitung membuat Dongho yang terpojokkan justru terpaksa
siap-siap agar Kyungjae jangan sampai mencuri start darinya. “Satu…!” pekik
Kiseop sambil mengangkat bendera tinggi-tinggi sebagai tanda pertandingan di
mulai.
Kyungjae
sedikit mengungguli Dongho, namun Dongho dengan ketat terus membayangi
Kyungjae. Gadis di belakang Dongho pun semakin kencang memeluk pinggang Dongho.
@@@
Seluruh
penonton berdebar-debar menunggu siapa yang lebih dulu melewati garis finish.
Tak jauh dari sana, dua motor berbelok dan masih bersaing ketat. Sampai
akhirnya Kiseop mengibarkan kembali bendera sebagai tanda berakhirnya
pertandingan. Tidak sampai setengah dari orang-orang yang hadir menghampiri
Dongho karena memenangkan pertandingan. Sisanya adalah pendukung Kyungjae yang
hanya diam di tempat.
Perlahan,
gerombolan yang mengerumuni Donghopun bubar menyisakan pemuda itu hanya bersama
Jaeseop.
“Aku
harus mengantarnya pulang,” ujar Dongho terburu-buru.
“Tapi…”
ucapan Jaeseop terputus karena tak melihat gadis tadi di atas boncengan motor
Dongho.
Dongho
yang menyadari gadis itu menghilang, segera turun dari motor dan berlari
kebelakang. Ke arah orang-orang yang kembali berkerumun. Dongho menyeruak masuk
dan terkejut karena gadis yang bersamanya tadi sudah terkapar tak sadarkan diri
dengan kepala yang mengeluarkan darah karena terbentur batu.
@@@
Dongho
berhenti di depan loket administrasi. Ia menengadahkan tangannya di hadapan
Jaeseop.
“Apa?”
Tanya Jaeseop bingung.
“Uang
taruhanku dan carikan identitas gadis itu,” seru Dongho dan langsung dituruti
temannya itu.
Jaeseop
menyerahkan kartu identitas gadis tersebut karena tas gadis tadi masih di
tangannya. Dongho langsung menuliskan identitas gadis tersebut ke selembar
kertas formulir. Gadis tersebut bernama Jung Hye Ra. Lalu Jaeseop mengeluarkan
amplop coklat dari dalam jaketnya. Setelah urusan selesai, mereka kembali ke
depan ruangan tempat gadis tadi mendapat perawatan dan menunggu di sana.
“Apa
kalian yang menghubungiku?”
Dongho
dan Jaeseop mendongak setelah mendengar suara seseorang yang sepertinya
berbicara pada mereka. Belum sempat mereka menjawab, seorang dokter lebih dulu
muncul.
“Bagaimana
keadaan Hye Ra, dok?” sergah pemuda yang baru muncul tadi.
Dongho
dan Jaeseop ikut berdiri sambil menunggu penjelasan dari dokter. Setelah
dipastikan gadis bernama Hye Ra tadi sudah dalam keadaan lebih baik, mereka
bertiga masuk ke dalam ruangan tempat Hye Ra di rawat.
“Soohyun?”
gumam Hye Ra pelan.
“Apa
yang terjadi padamu?” Tanya Soohyun cemas.
Hye
Ra tak menjawab. Ia malah menatap dua pemuda di belakang Soohyun, terutama
Dongho. “Hoon?” seru Hye Ra dengan mata berbinar. Tangannya terulur dan
berharap Dongho menyambutnya.
Dongho
yang bingung hanya menatap Soohyun dan menuntut penjelasan.
“Soohyun,
lihat. Hoon masih di sini. Dia tidak jadi meninggalkanku,” seru Hye Ra lagi
namun tak terlalu di tanggapi oleh Soohyun.
@@@
“Siapa
Hoon?” Tanya Dongho penuh selidik setelah Soohyun mengajaknya dan Jaeseop
berbicara di luar.
“Dia
kekasih Hye Ra,” ujar Soohyun lemah. “Mereka sudah cukup lama menjalin kasih,
namun Hoon pergi ke luar negeri karena hubungan mereka tidak direstui oleh
kedua orang tua Hoon.”
Dongho
diam saja mendengarkan cerita Soohyun. Ada sedikit rasa bersalah karena membawa
gadis itu ke arena balap motor liar. Kini Hye Ra harus di rawat di rumah sakit,
dan penyebabnya adalah karena Dongho membawanya balapan.
Hye
Ra pasti tidak terbiasa dengan kondisi seperti itu. Hingga akhirnya ia pasti
pingsan karena pusing dan kepalanya membentur batu.
“Kau
siapanya Hye Ra?” Tanya Jaeseop memecah keheningan.
“Namaku
Soohyun. Aku kakaknya Hye Ra,” jelas Soohyun.
Jaeseop
mengangguk tanda mengerti. “Aku Jaeseop dan ini temanku, Dongho.”
@@@
Malam
itu, Dongho tak bisa memjamkan matanya. Di tempat tidur sebelah, Jaeseop telah
sejak lama merajut mimpi di sana. Dongho menghembuskan napas keras. Ia masih
kepikiran ucapan dokter tentang kondisi Hye Ra.
Gadis itu mengalami
amnesia ringan. Karena masalah asmaranya dengan pemuda bernama Hoon, ia
kehilangan sebagian memori tentang kekasihnya itu, termasuh wajah Hoon
sebenarnya. Dan entah apa yang membuat Hye Ra menyangka Dongho adalah Hoon.
Mungkin karena pemuda terakhir yang ia lihat sebelum kecelakaan tersebut adalah
Dongho.
Rasa
bersalah masih menghantui Dongho meski ia telah bertanggung jawab atas seluruh
biaya perawan Hye Ra. Namun terbesit sebuah niat untuk tetap menjaga Hye Ra
sampai ingatan gadis itu kembali seutuhnya. Terlebih Dongho telah mengetahui
jika Hye Ra sudah tidak memiliki orang tua dan hanya tinggal bersama Soohyun.
@@@
“Hye
Ra akan pulang hari ini. Terima kasih telah banyak membantu. Kami tidak akan
merepotkan anda lagi,” ujar Soohyun formal.
Dongho
mengangguk samar. Urusannya telah selesai. Dia dan gadis itu sudah bisa hidup
dengan normal seperti sebelumnya. Tapi entah mengapa, ia merasa sangat berat
untuk berbalik dari depan kamar rumah sakit yang ditempati Hye Ra beberapa hari
ini. Apa karena Dongho belum bertemu dengan gadis itu. Ditekannya kuat-kuat
perasaan aneh itu. Ia harus pergi dari kehidupan gadis itu.
Dan
malam itu, Dongho kembali ke arena balapan liar. Kedatangannya di sambut
antusias oleh beberapa penonton yang hampir selalu mendukungnya ketika ada
pertandingan.
@@@
“Hoon!”
Dongho
menghentikan langkahnya ketika baru keluar dari pintu café. Ia membeku seketika
saat mendapati seseorang yang tadi memanggilnya meski bukan menggunakan nama
‘Dongho’. Hye Ra.
“Apa
kau ingin kabur dariku lagi?” Tanya Hye Ra sambil mendekatkan wajahnya pada
Dongho yang masih diam mematung. “Tidak akan bisa,” desis gadis itu serius yang
langsung diiringi tawanya.
Dongho
semakin bingung dan tidak tahu apa yang harus ia lakukan setelah ini. Senyuman
gadis itu membuat syarafnya seolah berhenti bekerja. Beberapa hari lalu gadis
itu terkulai lemah dan bercucuran darah tepat di depan matanya, dan kini semua
berbeda. Dongho sangat terpesona akan kecantikan gadis itu meski bekas luka
masih menghiasi keningnya.
“Jangan
berpura-pura lupa!”
Dongho
menautkan alisnya, masih sangat bingung dengan apa yang dikatakan gadis itu.
“Kau kan berulang tahun
hari ini! Ayo traktir aku makan,” paksa Hye Ra yang kini sudah menarik tangan
Dongho kembali masuk ke dalam café tempat pemuda itu bekerja.
Itu
awal kedekatan mereka, meski sebenarnya itu bukan hari ulang tahun Dongho, tapi
entah kenapa ia tak bisa menolak ajakan gadis itu. Dan sekarang, telah sebulan
lebih mereka melalui kebersamaan. Dongho juga sudah sangat jarang bahkan tidak
pernah lagi mengikuti balapan liar.
@@@
“Hoon!”
pekik Hye Ra senang ketika mendapati Dongho menunggu di depan sebuah rumah
sakit tempatnya bekerja sebagai perawat. Ia tak menyangka jika pemuda itu
datang ke sana.
“Apa
kau sudah siap?”
Hye
Ra menatap bingung pertanyaan Dongho, “untuk apa?”
Dongho
tak menjawab, ia hanya menggerakkan kepalanya sebagai isyarat agar Hye Ra naik
ke atas boncengan motornya. Meski terlihat ragu, gadis itu tetap menuruti
permintaan Dongho. Ternyata pemuda itu mengajak Hye Ra jalan ke sebuah pusat
perbelanjaan.
Di sana
Dongho menyadari sesuatu. Hye Ra berbeda dari kebanyakan gadis seumurannya. Ia
tak terlalu bernafsu memburu barang-barang mahal yang di jual di sana. Ketika
Dongho menawarinya sebuah pakaian, Hye Ra hanya menjawab bahwa ia belum terlalu
membutuhkan itu.
Tak
hanya sampai di sana, saat libur Dongho mengajak Hye Ra ke taman bermain.
Mereka tertawa lepas. Kedekatan mereka bahkan sudah terlihat seperti sepasang
kekasih.
@@@
Ini
sudah genap tiga bulan mereka dekat, namun hingga saat ini Hye Ra masih memanggil
Dongho dengan sebutan Hoon. Dan pagi itu giliran Hye Ra yang memberi kejutan
untuk Dongho. Ia telah menunggu Dongho di café bahkan sebelum Dongho datang.
“Kenapa
kau ada di sini?” Tanya Dongho sumringah sambil duduk di hadapan Hye Ra. Ini
sebuah kebahagiaan kecil untuknya.
Hye
Ra menatap Dongho datar membuat pemuda itu memandang bingung padanya.
Dongho
terlihat khawatir, “kau sakit?” cemasnya.
Hye
Ra menggeleng. “Aku sudah tidak bisa lagi menyusahkanmu. Dan maaf jika selama
ini aku terkesan memanfaatkanmu.”
“Apa
maksudmu?”
“Aku…”
Hye Ra menghela napas sesaat. “Kau boleh meninggalkanku,” ujar Hye Ra sambil
berdiri dan langsung pergi dari sana. Ia meninggalkan café tempat Dongho
bekerja sambil menangis. Hye Ra yang memutuskan, namun ia sendiri pula yang
harus merasakan sakitnya.
Dongho
menarik tangan Hye Ra ketika gadis itu sudah berjalan cukup jauh hingga sampai
ke sebuah taman. “Jika kau tidak ingin menyakitiku lagi, bicara!” seru Dongho
lembut meski sebenarnya ia sedikit memaksa.
“Sebenarnya…”
Dongho
tetap menunggu dengan tatapan yang seolah bisa bicara bahwa ia siap mendengar
apapun yang dikatakan Hye Ra untuknya. Ia bahkan membawa Hye Ra ke sebuah
bangku taman agar gadis itu lebih tenang untuk bercerita.
“Sebenarnya
sejak awal aku tahu bahwa kau bukan Hoon ku,” jelas Hye Ra.
“Lalu?”
ujar Dongho terus seolah itu bukan berita mengejutkan untuknya.
Hye
Ra menatap Dongho penuh rasa bersalah. “Aku terlalu sakit hati karena ditinggal
Hoon begitu saja. Jadi aku melampiaskannya padamu. Memanfaatkan kebersamaan
kita agar aku tidak merasa kehilangan. Tapi aku tak bisa lebih lama lagi
memperlakukanmu seperti itu.”
Tanpa
berkata, Dongho justru memeluk Hye Ra. Namun hanya sesaat. Gadis itu segera
melepaskan diri dari Dongho. Dan Dongho hanya menatapnya tak percaya seolah ia
berkata ‘apa salahku?’.
“Aku
tak pantas untukmu,” tegas Hye Ra yang segera melesat meninggalkan Dongho untuk
ke dua kalinya hari ini. Namun Dongho tak bisa menjangkau gadis itu karena Hye
Ra telah pergi menggunakan taksi.
@@@
Ketika
pulang bekerja, Dongho menunggu Hye Ra di tempat gadis itu bekerja. Cukup lama
Dongho menunggu. Dan ketika bertanya ke pusat informasi, waktu kerja Hye Ra
sudah selesai. Setelah itu Dongho berinisiatif untuk menemui Hye Ra di
rumahnya. Ternyata ia hanya menemukan Soohyun. Dan yang mengejutkan, ia tahu
dari Soohyun bahwa Hye Ra pindah bekerja namun Soohyun tak bisa mengatakan
padanya.
Donghopun
terpaksa kembali ke rumahnya bersama Jaeseop. Baru saja ia menutup pintu,
terdengar sebuah ketukan dari luar. Dengan enggan Dongho terpaksa membukakan
pintu. Ia melakukan itu tanpa ada rasa curiga sedikitpun.
Dongho tersentak melihat
siapa yang datang ke rumahnya saat itu. “Sunghyun?”
Pemuda
dihadapan Dongho tersenyum lega. “Akhirnya aku menemukanmu,” ujarnya sambil
memeluk Dongho.
Dongho
sama sekali tak merasa keberatan karena ia juga merindukan adiknya itu. Perlahan
Dongho melepaskan pelukannya. “Ada apa kau datang ke sini?” Tanya Dongho
dingin. Mungkin ini pengaruh karena ia tidak bisa bertemu dengan Hye Ra.
Raut
wajah Sunghyun berubah serius. “Pulanglah. Ayah dan ibu telah berjanji untuk tidak
akan memaksakan kehendak mereka lagi padamu,” jelas Sunghyun dengan nada
memohon.
Dongho
menghela napas berat. Mungkin ini memang sudah saatnya ia pulang. Apalagi Hye
Ra juga telah meninggalkannya. Dongho akhirnya mengangguk lemah dan Sunghyunpun
tersenyum lega.
Malam
itu juga Dongho pulang bersama Sunghyun setelah berpamitan dengan Jaeseop
sebelumnya. Dongho dan Sunghyun duduk di kursi belakang. Sekilas Dongho sempat
melihat foto seorang bayi laki-laki yang baru berusia beberapa bulan di layar
ponsel Sunghyun.
“Foto
anak siapa yang ada di ponselmu?” Tanya Dongho yang penasaran.
Sunghyun
langsung mengerti maksud pertanyaan Dongho. “Ini?” Sunghyun memperjelas foto
anak kecil itu ke hadapan Dongho. “Ini anakku, namanya Kevin.”
Dongho
membulatkan matanya tanda ia tak langsung percaya dengan apa yang dikatakan
adiknya itu. Sunghyun memang telah menikah tak lama setelah Dongho pergi dari
rumah. Ia menikah dengan kekasihnya yang dulu sempat dijodohkan kepada Dongho.
Tak
lama setelah menyaksikan drama pertemuan seorang anak laki-laki dengan orang
tuanya setelah kabur dari rumah selama beberapa tahun, Sunghyun pamit pulang.
Ia memang sudah tidak tinggal di rumah itu karena kini Sunghyun telah memiliki
keluarga kecil sendiri.
@@@
Esoknya,
keluarga Dongho diundang ke acara pernikahan anak dari salah seorang relasi
mereka. Sunghyun juga akan datang ke sana bersama istri dan anaknya.
Dongho
hanya mengikuti langkah ke dua orang tua mereka. Ia juga pasrah dikenalkan
kepada orang-orang yang bisa dipastikan adalah rekan bisnis ayahnya. Dongho
yang telah lelah dengan kegiatan yang menurutnya tak penting itu, diam-diam
menjauhkan dirinya dan meninggalkan kedua orang tuanya yang tak sadar jika
Dongho sudah tidak ada di sana.
Dongho
berjalan ke luar gedung mewah itu. Ia mencari-cari sosok Sunghyun yang pasti
bisa menemaninya di tengah kerumunan orang yang sangat asing untuknya. Dongho
masih berusaha menghubungi Sunghyun, namun belum mendapat jawaban sampai
akhirnya ia mendapati tulisan dua orang yang telah berbahagia saat ini, Hoon
dan Soo In.
“Hoon?”
ujar Dongho meyakinkan bahwa penglihatannya tak salah. Nama mempelai pria itu
memang ‘HOON’.
Entah
kenapa tiba-tiba rasa sakit menyerang dadanya. Ketika melihat tulisan yang
membentuk nama ‘Hoon’, Dongho langsung teringat akan Hye Ra. Seorang gadis yang
telah mengisi hari-harinya beberapa bulan belakangan ini. Satu yang ada
dipikirannya saat ini, ‘pulang’. Dongho tak sanggup berlama-lama di tempat itu.
Dongho
bergegas menuju parkiran. Tak jauh dari tempat ia berdiri sekarang, Dongho
mendapati seorang gadis yang baru saja menutup pintu salan satu mobil yang
terparkir rapi di sana. Tanpa pikir panjang, Dongho segera menghampirinya. Hye
Ra. Itu gadis yang ia cari saat ini. Gadis yang sangat ingin ia temui.
Memeluknya begitu saja.
“Kau
tidak bisa lepas lagi dariku,” bisik Dongho seperti menemukan hartanya yang
sangat berharga.
Mati-matian
gadis itu memberontak untuk melepaskan diri.
Dongho
menatapnya kecewa setelah ia menurut untuk melepaskan pelukannya. “Apa kau
sangat ingin meninggalkanku?”
‘Plak!’
Dongho
tak mendapat jawaban apapun selain tamparan keras dipipinya. Tak lama, Sunghyun
muncul di tengah-tengah mereka dan menarik gadis itu untuk berdiri di
sampingnya.
“Kau
memang kakakku. Tapi kau tak berhak memperlakukan istriku semaumu!”
Seperti
ada ribuan palu yang menghantam dadanya. Dongho membeku mendengar ucapan
Sunghyun. Ia tersenyum miris dan tak percaya begitu saja. Ia menatap gadis di
samping Sunghyun menuntut jawaban.
“Kalian
bohong, kan? Kita baru saja bertemu kemarin. Dan tidak mungkin jika kalian
telah menikah,” seru Dongho menolak kenyataan. Tangan Dongho telah terulur
untuk menyentuh gadis itu, namun Sunghyun menghalanginya.
“Apa
yang kau lakukan?” tegas Sunghyun. Ia masih menahan diri untuk tidak mengajar
Dongho karena pemuda itu adalah kakaknya.
“Katakan
padanya,” Dongho menunjuk Sunghyun. “Katakan yang sebenarnya bahwa beberapa
bulan ini kita sangat dekat. Kau tau? Aku mencintaimu, Hye Ra,” seru Dongho
seperti sudah tidak bisa membendung lagi perasaannya.
Sunghyun
menatap bingung gadis di sampingnya. Gadis itu juga melakukan hal yang sama
sambil menggeleng lemah. Berusaha mengatakan bahwa ia sama sekali tak mengerti
apa yang dikatakan Dongho.
“Hye
Ra, jawab aku,” paksa Dongho.
“Siapa
yang kau maksud Hye Ra?”
Dongho
menatap Sunghyun bingung.
“Dia
adalah Hyo Ri, istriku, bukan Hye Ra,” jelas Sunghyun yang baru menyadari bahwa
Dongho salah orang.
“Kau…
bukan Hye Ra?” ulang Dongho perlahan. Tatapannya berubah nanar ketika gadis itu
mengangguk membenarkan ucapannya. Apalagi di kening gadis itu tidak ada luka
bekas kecelakaan. Dia memang bukan Hye Ra, tapi Hyo Ri.
Sunghyun
menyentuh pundak Dongho. “Ceritakan padaku apa yang terjadi. Dan siapa Hye Ra?”
kata Sunghyun lembut. Biar bagaimanapun, Dongho adalah kakaknya.
@@@
Beberapa
bulan setelah itu, meski Dongho sudah disibukkan bekerja di perusahaan ayahnya,
ia masih belum bisa menepiskan bayang-bayang Hye Ra begitu saja. Apalagi wajah
Hye Ra sangat mirip dengan Hyo Ri, istri adiknya. Bahkan nama merekapun hampir
sama. Bisa dipastikan Dongho akan sering bertemu dengan Hyo Ri.
Saat
pulang bekerja, ia mendapati Kevin di sana bersama ibunya, nyonya Park.
“Sunghyun menitipkan Kevin di sini?”
Nyonya
Park menoleh. “Hanya malam ini saja. Sunghyun dan Hyo Ri sedang ada urusan
sebentar.”
Dongho
tersenyum. Setelah melempar jas dan kopernya sembarangan ke lantai, pemuda itu
mendekati keponakannya yang masih sangat kecil. Kelucuan Kevin memang cukup
bisa menghiburnya.
“Cepatlah
menikah. Dan kau akan punya anak yang lucu juga seperti Kevin,” sindir nyonya
Park secara halus ketika melihat kedekatan Dongho dengan cucunya itu.
Dongho
tersenyum samar lalu menoleh ke arah ibunya. “Doakan saja, bu.” Senyuman itu
hanya sebagai kedok untuk menutupi perasaan Dongho yang sebenarnya. Saat ini
hanya ada satu nama di hatinya, yaitu Hye Ra. Belum ada yang bisa
menggantikannya.
@@@
Sementara
itu di sebuah rumah sakit, tampak Hye Ra tengah tergesa-gesa menuju ruang UGD. Di
sana ia berpapasan dengan seorang dokter yang pernah menjadi masa lalunya,
Hoon. Mereka sama sekali tak menyangka bisa bertemu di tempat itu. Namun
ternyata Hoon telah menikah.
“Ku
pikir kau yang kecelakaan,” seru Hoon heboh dan Hye Ra hanya menatapnya
bingung. “Gadis itu sangat mirip denganmu,” lanjut Hoon namun Hye Ra tetap tak
mengatakan apa-apa dan begitu saja meninggalkan Hoon.
Ternyata
benar, Hye Ra membeku seperti melihat dirinya terbaring lemah di sana.
“Tolong
temui keluarga pasien di depan. Nona Hyo Ri memutuhkan tranfusi darah,”
perintah seorang dokter yang membuyarkan pikiran Hye Ra.
Dengan
pikiran yang berkecamuk, Hye Ra menyeretkan kakinya keluar. Di sana ia
menemukan seorang wanita paruh baya dan seorang pemuda yang berdiri
memunggunginya dan menggendong seorang anak laki-laki.
“Sabar
ya sayang, sebentar lagi kita akan menemui ibumu,” ujar pemuda itu untuk
menenangkan anaknya yang mulai resah.
“Maaf,
kalian keluarga nona Kim Hyo Ri?”
Wanita
langsung mendongak dan pemuda itu sontak membalikkan badan. Mata Hye Ra membuat
saat melihat wajah pemuda itu. Baru beberapa bulan yang lalu ia dikejutkan
karena bekerja di tempat yang sama dengan Hoon, mantan kekasihnya. Dan kini,
takdir kembali mempertemukannya dengan seseorang yang pernah mengisi
hari-harinya, Dongho.
“Hyo
Ri… Kau?” wanita itu membekap mulutnya ketika memandangi Hye Ra. Ia lalu
memegangi kepalannya yang pusing dan beberapa detik kemudian sedikit kehilangan
kesadaran. Beruntung Hye Ra sigap menangkap tubuhnya.
@@@
“Kau yakin
ingin mendonorkan darahmu untuk gadis itu?” Tanya Hoon untuk yang kesekian
kalinya sebelum ia menusukkan jarum di lengan Hye Ra. “Walau kalian mirip, aku
tahu kau tidak mengenalnya.”
Hye
Ra melirik kesal karena Hoon sedikit cerewet. Sekilas ia kembali teringat
kenangannya bersama Dongho. Namun sedetik kemudian ia disadarkan oleh wajah
imut anak kecil yang digendong Dongho tadi. “Aku hanya berutang budi pada
suaminya. Dia pernah menolongku saat aku kecelakaan,” ujar Hye Ra lalu
menolehkan wajahnya dari Hoon.
“Kau
pernah mengalami kecelakaan?” pekik Hoon cemas.
“Cepat
lakukan tugasmu dan berhenti bertanya!” omel Hye Ra yang sudah tidak bisa
menahan emosi.
@@@
Karena
telah mendonorkan darah, Hye Ra mendapat ijin untuk pulang lebih cepat. Pasien
bernama Hyo Ri pun telah dipindahkan ke ruang perawatan. Hye Ra tanpa sengaja
melintas di depan kamar itu. Di sana si kecil Kevin sudah tidak di gendong oleh
Dongho, tapi Kevin tertidur di pelukan ayah kandungnya, Sunghyun. Sunghyun juga
mengalami kecelakaan bersama istrinya, namun ia hanya mengalami luka ringan di
area kening dan tangan.
Dongho
juga berada di sana, ia bahkan telah lebih dulu melihat kedatangan Hye Ra. Ia
berniat menghampiri gadis itu namun Hoon sudah lebih dulu mengajaknya bicara.
Rasa rindunya pada Hye Ra sudah tak terbendung lagi, karena itu ia berniat
mengejar Hye Ra. Jika Hoon masih berada di sana, ia mungkin akan menunggu
hingga mereka selesai bicara.
Setelah
sekitar lima belas menit mereka bicara, Hoon yang lebih dulu berdiri dan
meninggalkan Hye Ra di bangku taman rumah sakit. Dongho hanya mengangguk
sekilas saat Hoon melintas di hadapannya. Setelah itu Dongho segera menghampiri
Hye Ra yang masih duduk di sana.
“Jadi,
dia Hoon mu?”
Hye
Ra tersentak mendapati Dongho telah duduk di sampingnya. Sedetik kemudian ia
tersenyum. “Dia memang Hoon, tapi dia bukan milikku lagi,” ujar Hye Ra tanpa
menatap Dongho.
Selama
beberapa saat, hening mendominasi mereka. Sampai akhirnya Hye Ra lah yang
berinisiatif memulai obrolan. “Tadi ku lihat anakmu dengan seorang pemuda, apa
dia adikmu?”
Dongho
menoleh cepat saat Hye Ra mengira bahwa Kevin adalah anaknya. Sedetik kemudian
ia tertawa membuat Hye Ra menatapnya bingung. “Jadi kau menyangka bahwa Kevin
adalah anakku?” Tanya Dongho, namun Hye Ra tak menjawab. “Anak itu umurnya
sekitar satu setengah tahun, dan kita saling kenal bahkan belum genap setahun.
Bagaimana bisa aku memiliki anak sebesar Kevin?” Dongho geleng-geleng kepala.
“Kalaupun saat pertama bertemu dulu kita langsung menikah, kira-kira kau baru
saja melahirkan anak kita sekarang.”
Hye
Ra melotot saat Dongho mengibaratkan mereka seperti itu. Tawa Dongho semakin
keras saat melihat wajah Hye Ra yang seperti itu. “Boleh aku Tanya sesuatu?” Dongho
hanya mengangguk mendengar permintaan Hye Ra. “Siapa nama orang tua Hyo Ri?”
Hye Ra terdengar sangat mengharapkan jawaban dari pertanyaannya.
“Kim
Jongkook dan Lee Hyun Rae,” jawab Dongho tanpa pikir panjang dan Hye Ra membulatkan
matanya saat mendengar jawaban itu.
Hye
Ra membekapkan mulutnya tak percaya dengan apa yang dikatakan Dongho. Ia
berlari meninggalkan Dongho namun pemuda itu segera menyusul.
Langkah
panjang Dongho berhasil menjangkau Hye Ra dan langsung menarik gadis itu ke
dalam pelukannya. “Sebenarnya aku hanya anak angkat di keluarga Soohyun. Orang
tua Soohyun menculikku karena sakit hati dengan orang tuaku. Tapi mereka sangat
menyayangiku seperti anak sendiri. Dan sebelum meninggal, mereka telah memberi
tahuku tentang rahasia ini dan menyuruhku untuk mencari orang tuaku,” jelas Hye
Ra panjang lebar diiringi tangisnya. “Maafkan aku Dongho,” isaknya.
Dongho
semakin menguatkan pelukannya. “Kau tak perlu meminta maaf,” bisik Dongho
lembut.
“Sebenarnya
aku tidak ingin meninggalkanmu. Tapi aku juga ingin bertemu orang tuaku.”
Dongho
tersenyum samar mendengar ucapan Hye Ra. “Tapi Hoon?”
Hye
Ra melepaskan pelukannya dan menatap Dongho melalui matanya yang basah. Hye Ra
menggeleng, “Hoon telah menikah. Kami tidak ditakdirkan untuk bersatu.”
“Jadi,
kau…”
Dongho
dan Hye Ra menoleh. Sudah ada Hyo Ri yang duduk di kursi roda bersama Sunghyun
yang menggendong Kevin. Hye Ra segera membungkuk ke hadapan Hyo Ri, sementara
Dongho merebut Kevin karena Sunghyun sedikit kerepotan mendorong kursi roda dan
menggendong Kevin sekaligus.
“Jadi,
kita…” ujar Hyo Ri lambat-lambat. “Kita kembar?”
Hye
Ra mengangguk lemah lalu memeluk Hyo Ri dan mereka menangis bersama.
“Di
mana ayah dan ibu?” Tanya Hye Ra setelah melepaskan pelukannya.
“Mereka
ada bisnis di luar kota dan baru akan kembali minggu depan. Mereka pasti sangat
bahagia mendengar kedatanganmu.” Hyo Ri melirik Dongho sekilas lalu kembali
menatap saudara kembarnya itu. “Kau dan Dongho…” Hyo Ri tak melanjutkan ucapannya
karena Hye Ra lebih dulu menggeleng.
“Apa
maksudmu menggeleng? Jika kau tidak menyukaiku, kenapa kau tadi kau bilang kau
tidak ingin meninggalkanku?” protes Dongho. “Kau tahu, aku sangat suka, hmm
tidak. Tapi aku mencintaimu Hye Ra. Aku sangat ingin kau menjadi kekasihku.”
Hyo
Rid an Sunghyun ikut tegang menunggu jawaban Hye Ra. “Hanya kekasih?” Hye Ra
balik bertanya lalu berdiri. Dongho membeku dan tak tahu harus membalas Hye Ra
dengan apa. “Kau tak ingin kita menikah? Kau tak ingin seperti mereka?”
Skak
mat! Biasanya seorang pemuda yang membuat sang gadis tak sanggup berkata-kata,
tapi kini Dongholah yang kehabisan kata-kata. Dengan jahilnya Sunghyun merebut
Kevin kembali dan mendorong pelan tubuh Dongho ke arah Hye Ra.
“Kalau
begitu, minggu depan kita akan menikah. Untuk urusan orang tuamu, mereka pasti
akan menijinkan kita,” seru Dongho akhirnya tanpa rasa berdosa membuat
Sunghyun, Hyo Ri dan Hye Ra menatapnya tak percaya.
Dan
seminggu kemudian, mereka benar-benar dibuat percaya dengan ucapan Dongho yang
awalnya terkesan main-main. Resepsi pernikahan Dongho dan Hye Ra benar-benar
terlaksana. Hoon juga datang bersama istrinya. Dongho juga tak melupakan
Jaeseop yang juga datang malam itu. Termasuk Soohyun. Dan yang tak habis pikir
adalah kedatangan Kyungjae, Kiseop bersama beberapa rekan mereka di arena balap
liar. Ternyata Kyungjae adalah kakak dari Hye Ra dan Hyo Ri. Ternyata malam itu
ia tak sempat melihat wajah Hye Ra yang datang bersama Dongho.
@_E_N_D_@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar