Author :
Annisa Pamungkas
Main
Cast : Junhyung (B2ST), Changsun
(Lee Joon Mblaq), Minho (Shinee)
Original cast :
Haesa, Eungi
Genre :
romance
Length :
one shoot
@@@
Haesa PoV
Aku
kesal setengah mati setelah tahu Minho selingkuh di depan mataku sendiri. Cih,
dia pikir dia siapa? Dia memang tampan, tapi ternyata dia tak sebaik yang
kupikirkan selama ini.
Aku
menghempaskan tubuh ke kursi di sebuah café. Dan aku terbelalak mendapati Eungi
di sana. Eungi, dia teman SMA ku dan dia telah merebut Changsun dariku. Tapi
sekarang, dia sudah dengan pria lain lagi, melupakan Changsun begitu saja. Jika
tahu seperti ini nantinya, aku akan menunggu Changsun dan mengabaikan pesona Minho,
si playboy gak penting itu.
Selagi
pelayan meletakkan pesananku di meja, mataku masih tertancap lurus ke arah
pasangan kekasih yang duduk tak jauh dari tempatku berada. Tapi kini fokusku
kepada pemuda itu. Aku merasa seperti pernah meihatnya, tapi aku lupa.
Masih
dalam menatap pemuda itu, tanganku terjulur dan meraih gelas berisi jus
stroberi kesuakaanku. Nah, itu dia, aku ingat. Kami pernah saling berebut jus
stroberi beberapa kali sewaktu SMA. Dia ternyata kakak kelasku. Tapi aku hanya
tahu sebatas itu. Dan aku yakin pemuda itu juga pasti sudah tidak mengenaliku.
Saat
menyeruput jusku, terlintas sebuah ide jahil di sana. Ini bukan ajang balas
dendam, tapi aku hanya ingin bersenang-senang untuk melupakan kekesalanku pada
si Minho itu.
Aku
berdiri dari kursi menuju meja di mana Eungi berada. Tapi aku sedikit memutari
beberapa meja agar kesannya aku baru datang dari arah pintu.
“Jadi
kau di sini?” bentakku pada pemuda itu yang bisa dipastikan langsung terkejut.
“Kau bilang kau ingin mengantar ibumu ke dokter, tapi kau malah berduaan dengan
gadis ini!” tuduhku bohong sambil menunjuk Eungi.
Pemuda
itu berdiri dan otomatis Eungi ikut berdiri. “Junhyung! Ada hubungan apa kau
dengan Haesa?”
Ku
dengar Eungi menyebut namaku. Cih, ku pikir dia sudah lupa. Aku menunggu reaksi
pemuda itu selanjutnya setelah cukup lama diam.
Eungi
memberikan Junhyung tatapan membunuh. “Apa dia selingkuhanmu?”
Aku
menepiskan tangan Eungi yang menunjuk hidungku. “Enak saja! Kau pasti yang
ingin merebut Junhyung lagi dariku seperti kau merebut Changsun dulu!” lanjutku
semakin menjadi. Beruntung tadi Eungi sempat menyebut nama pemuda itu yang
langsung saja aku manfaatkan.
Ku
lihat Eungi hampir menangis dan aku tertawa dalam hari. Setidaknya dia telah
merasakan apa yang ku rasakan dulu. Tak lama Eungipun pergi.
“Eungi
tunggu!” teriak pemuda itu namun tak berniat mengejar Eungi. Dan aku tak
menyia-nyiakan sekempatan untuk kabur.
@@@
Aku
sampai di sebuah taman yang sepi. Aku duduk di sebuah kursi semen lalu kembali
tertawa sampai perutku sakit.
“Eungi maaf, aku hanya
ingin bersenang-senang. Setidaknya aku tidak benar-benar merebut pemuda itu
darimu,” ujarku seorang diri. Sedikit merasa bersalah memang, tapi aku sama
sekali tak berniat untuk meminta maaf pada Eungi setelah ini.
Tak
lama aku mendengar ponselku berbunyi. Namun tanpa harus melihat layarnya, bisa
ku tebak bahwa yang menelpon adalah si Minho. Aku memang sengaja menggunakan
nada khusus untuk panggilan dari nomornya. Dan beruntung itu adalah lagu
favoritku, jadi aku lebih memilih mendengarkannya dari pada mendengar suara
cempreng milik Minho.
So beautiful my girl,
Oh oh girl, oh oh girl,
Sigan-i jinado,
Nuguboda naega deo deo
deo,
Neoleul akkyeojulge my
girl,
Modu da julge neo, (You)
Neoege (You) eege oh oh,
(Niga eodi issdeun dallyeo
gal su isseo,
I always think about you,
)
[B2ST-‘Beautiful’]
“Setelah
menghancurkanku, ternyata kau malah bersantai-santai di sini!”
Aku
mendongak. Astaga! Pemuda itu kini sudah ada di hadapanku. Junhyung. Mau apa
dia? Apa dia mau menghajarku setelah ini. Gawat. Minho tolong aku. Setidaknya Minho
pernah belajar taekwondo dulu dan hanya dia satu-satunya yang bisa ku harapkan
walau aku masih kesal setengah mati padanya.
Aku
tersentak saat tangannya sudah lebih dulu menarik tanganku dengan kasar. “Lepaskan!”
aku meronta-ronta untuk melepaskan diri namun tangannya lebih kuat dan lebih
besar.
@@@
Ternyata
dia membawaku kembali ke café tadi. Tapi kini dia mengajakku ke tempat yang
lebih dalam lagi dan kursinya pun tidak hanya untuk dua orang saja.
“Ku
mohon maafkan aku Junhyung,” pintaku sambil mengatupkan kedua tangan.
Junhyung menatapku tajam.
Hampir sama seperti yang dilakukan Eungi padanya beberapa waktu yang lalu. “Kau
pikir bisa semudah itu lepas dariku? Kau harus bertanggung jawab!”
“Aku tidak bermaksud
melakukan itu pada kalian,” kataku masih terus memohon.
Junhyung
merapatkan tubuhnya ke meja membuatku merapatkan tubuh ke sandaran kursi.
“Lalu?” Tanya Junghyun serius.
Apa
aku harus cerita? Akh, itu pasti memalukan. Balas dendam untuk urusan cinta.
Tapi Junhyung masih menungguku untuk bicara. Ku rasa dia memang benar-benar
menginginkan jawaban dariku.
“Sebenarnya
aku…” ujarku gugup sambil sedikit menggaruk kepala. “Aku hanya ingin Eungi tahu
bagaimana rasanya jika kekasihnya di rebut gadis lain,” seruku akhirnya. “Tapi
sebenarnya aku tak berniat balas dendam pada Eungi,” kataku cepat-cepat sebelum
Junhyung berpikir jelek lagi tentangku. “Kejadian itu mengalir begitu saja.
Karena aku juga sedang bermasalah dengan kekasihku. Dan sialnya aku malah
bertemu dengan Eungi di saat seperti ini.”
“Jadi,
Eungi pernah merebut kekasihmu?”
Aku
mendongak. Jelas saja terkejut. Kenapa Junhyung sudah tak terlihat kesal
padaku? Dan kenapa dia tak membela Eungi sama sekali?
“Ternyata
benar,” gumam Junhyung samar.
“Kau
bicara apa?” tanyaku untuk memastikan pendengaranku tak salah.
“Tidak
ada.”
Dari
gelagatnya, aku tahu kalau Junhyung menyembunyikan sesuatu dariku. Tapi aku
belum bisa menangkap itu. Sampai akhirnya ponselku kembali berbunyi dan masih
dari si Minho itu. Walau tadi aku sempat ingin meminta bantuannya, tapi
kekesalanku padanya kembali muncul.
“Kenapa
tak di angkat?” tegurnya karena aku masih saja menggenggam ponselku. “Apa dari
kekasihmu?”
Aku
mendongak, bingung akan menjawab apa. Aku ingin katakan ‘tidak’, tapi sebenarnya
aku belum benar-benar putus darinya. Tapi jika aku katakana ‘ya’, akh, aku sama
sekali sudah tak ingin mengakuinya sebagai kekasih.
“Sini
biar aku yang jawab,” kata Junhyung yang dengan cepat menyambar ponselku
sebelum aku sempat merespon apapun. Dan aku hanya menunggu dengan cemas apa
yang akan dikatakan Junhyung pada Minho. “Aku Junhyung. Kekasihnya Haesa.”
Mataku
membulat sempurnya saat mendengar apa yang dikatakan Junhyung tadi. Apa dia
benar-benar berniat balas dendam padaku?
“Setelah
ini, ku mohon kau jangan pernah menghubungi Haesa karena sebentar lagi kami
akan menikah.”
“Apa
maksudmu?” omelku tak lama setelah Junhyung mematikan telpon.
Dia
menatapku datar, seolah tidak pernah terjadi apapun sebelum ini. “Bukankah kau
bilang kau sedang bermasalah dengan kekasihmu? Dan ku lihat, kau seperti sudah
tidak menginginkannya. Jadi anggap saja aku ini telah membantumu dan kau juga
tidak perlu repot-repot mengucapkan terima kasih,” ujarnya enteng.
Aku
berdiri dan bersiap pergi. Namun Junhyung kembali menarik tanganku dan
memaksaku untuk duduk.
“Kau
pikir kau sudah terbebas dariku?”
Kembali,
aku hanya bisa membulatkan mata dan menatapnya kesal. Bertambah lagi
orang-orang yang membuatku kesal hari ini.
“Aku
berjanji untuk mengenalkan Eungi pada ibuku. Karena Eungi pergi, jadi kau yang
harus menggantikannya,” putusnya tanpa meminta persetujuanku sebelumnya.
“Bukankah
kau telah membalasnya tadi?” protesku untuknya yang telah tanpa ijin menjawab
telponku dari Minho.
“Itu
baru satu.”
“Maksudmu?”
jeritku tak terima. “Kau tahu, setelah ini aku pasti akan benar-benar putus
dari Minho. Apa itu belum cukup?”
“Itu
hanya untuk Eungi, belum untuk ibuku,” serunya santai.
Aku
sudah hampir kembali berdiri jika saja tidak ada seorang wanita yang
menghampiri meja kami. Bukan, itu bukan pelayan.
“Ibu?”
pekik Junhyung yang sukses membuatku hampir pingsan.
Habislah
aku. Ternyata Junhyung benar-benar mempertemukanku dengan ibunya.
“Ini
kekasihmu?” Tanya ibu Junhyung pada anaknya sambil melirik ke arahku.
“Iya,
bu. Ini Haesa,” jelas Junhyung.
Pemuda
itu benar-benar sudah gila. Hampir sama dengan Minho. Setidaknya yang membuatku
sedikit lega adalah, ibunya terlihat sangat ramah padaku.
@@@
Aku
langsung melarikan diri setelah menemani Junhyung mengantar ibunya ke mobil.
Aku tahu jika Junhyung berlari mengikutiku dari belakang. Untuk apa lagi?
Akupun
berhenti ketika merasakan seseorang menarik tanganku. “Apa kau masih ingin
membalas dendam padaku?” protesku sambil menghentakkan tanganku.
“Apa
maksudmu?”
Aku tersentak.
Suara itu sangat familiar di telingaku. Itu bukan suara Junhyung. Ketika
berbalik, mataku langsung membulat sempurna. “Minho?” Ternyata orang ku sangka
sebagai Junhyung adalah Minho.
“Minho?
Ternyata kau di sini? Aku telah mencarimu sejak tadi.”
Ada
seorang gadis di belakangku. Dengan cepat aku berbalik. “Kau?” desisku penuh
selidik karena gadis itu adalah Eungi. Dan yang membuatku semakin kesal padanya
adalah dia menyunggingkan senyum penuh kemenangan dariku.
Kilasan
bayangan itu kembali muncul di pikiranku. Seorang gadis dalam pelukan Minho.
Meski aku hanya melihatnya dari belakang, tapi kini aku yakin jika gadis itu
adalah Eungi. Setelah Changsun, kini... Minho?
Aku
menatap Eungi intens. Bahkan tatapanku sama sekali tak bergeser saat Eungi
menggerakkan badannya. Bergeser dan kini ia berdiri di samping Minho.
“Kau
sudah ingat sekarang?” Tanya Eungi meremehkan.
Kini
aku sudah tidak menyesal telah membuat Eungi meninggalkan Junhyung. Pemuda
sebaik dia tak pantas mendapat perlakuan buruk dari gadis licik seperti Eungi.
“Karena
kau telah membuat Junhyung pergi dariku, sudah saatnya aku mengakhiri semua
ini.”
“Jadi
kau telah merebut Minho dariku?” tanyaku sinis.
Eungi
tertawa dan Minho juga tak berbuat apa-apa. “Bukan aku yang mulai. Tapi kau?”
“Maksudmu?”
“Aku
menyukai Junhyung sejak lama, tapi dia lebih memilihmu.”
“Aku
tidak pernah mengenal Junhyung sebelumnya!” protesku atas tuduhan itu.
“Tentu
saja, Junhyung mundur karena kau lebih dulu bersama Changsun sebelum kalian
saling kenal. Setelah aku berhasil mendapatkan Changsun, aku sudah melupakan
perasaanku pada Junhyung.”
“Jadi
kau tidak benar-benar menyukai Changsun? Sial! Changsun pasti akan membunuhmu
jika dia mengetahui itu,” kataku serius namun Eungi sama sekali tak beranggapan
seperti itu.
“Benar!”
ujar Eungi dengan nada di buat-buat. “Karena setelah itu, aku menyukai Minho.”
Tatapanku
beralih ke Minho. “Minho! Katakan sesuatu!” paksaku agar Minho mau bicara.
“Maaf,
sebenarnya sejak awal aku menyukai Eungi. Tapi karena dia telah lebih dulu
bersama Changsun, aku beralih padamu. Tapi, bukankah Junhyung telah menjadi
kekasihmu sekarang?” Tanya Minho polos. Ternyata dia masih mengingat itu.
“Tapi
kau berpacaran dengan Junhyung!” hardikku lagi pada Eungi.
“Anggap
saja itu bonus untukku,” serunya enteng.
Sudahlah.
Aku memang harus mengakhiri semua ini. Aku merelakan Minho untuk Eungi karena
sejujurnya, aku masih lebih mencintai Changsun dari pada Minho. Namun aku sama
sekali tidak tahu di mana keberadaan pemuda itu.
Aku
menghembuskan napas keras. “Oke. Semoga kalian bahagia.” Hanya itu yang
kuucapkan sebelum akhirnya berbalik. Sebenarnya kata-kata itu terlalu manis
untuk seseorang yang dikhianatin seperti ku. Tapi aku sudah tidak
mempedulikannya. Ini lebih baik dari pada aku terus di bohongi lebih lama lagi.
@@@
Aku
melangkah lurus ke depan. Sama sekali tak ingin menoleh ke belakang sedikitpun.
Sampai akhirnya, ada sebuah tangan yang melingkari pinggangku. Membuat
langkahku sontak berhenti. Aku menunduk dan terpaku pada gelang yang melingkar
di pergelangan tangan orang itu. Gelang itu sangat mirip dengan milikku yang
hilang sudah lama. Saat aku masih SMA.
Akupun
segera berbalik dan mendapati Junhyung di sana. “Kau?”
“Ingat
ini?” dia membawa gelas berisi cairan berwarna merah muda ke depan wajahku.
Junhyung membuka
penutupnya hingga aroma minuman itu menguar dan masuk ke dalam hidungku. “Jus
stroberi?” tanyaku bingung dan Junghyung hanya menjawab dengan senyuman
membuatku semakin bingung.
Dia memberikan gelas itu
padaku. Setelah itu, ia membuka gelang yang ia kenakan, lalu memasangkannya
padaku.
“Aku tahu jika Eungi yang
merebut Changsun dan Minho darimu.”
Aku mendongak untuk
menatap wajahnya yang lebih tinggi dariku. Dia tersenyum. Memang bukan yang
pertama ku lihat hari ini. Tapi ada yang berbeda dari senyuman itu.
“Tapi tak usah lagi kau
pedulikan Eungi. Aku sudah membalaskan dendam kita padanya.” Junhyung kembali
tersenyum, seolah kami berhasil menjalankan sebuah misi rahasia.
Namun masih ada kata-katanya
yang kurang ku mengerti. “Dendam kita?” aku mengulangi ucapannya.
Raut wajah Junhyung
berubah serius. “Aku tidak pernah memiliki perasaan apapun pada Eungi. Gadis
yang selalu menarik perhatianku selam ini hanya kau.”
“Tapi kita tidak saling kenal?”
aku masih mempermasalahkan itu.
“Kata siapa? Hanya kau
yang belum mengenalku. Aku telah memperhatikanku sejak dulu. Sejak kita
memperebutkan air itu,” dia melirik aneh jus stroberi di tanganku.
Aku hanya bisa tertawa
menanggapinya. “Tapi, bukankah kau ingin mempertemukan Eungi dengan ibumu?”
“Maaf jika aku sedikit
membohongimu. Seperti yang ku bilang tadi, hanya kau yang belum mengenalku.
Café tadi milik keluargaku. Dan ibuku selalu datang di jam-jam seperti tadi.
Jadi, kejadian itu tidak di rencanakan. Aku sama sekali tak berniat mengenalkan
Eungi pada ibuku.”
Ku rasakan pipiku panas.
Pemuda tampan di hadapanku ternyata benar-benar tak menganggap Eungi
sedikitpun. Tanpa sadar, aku menyeruput minuman di tanganku secara perlahan
untuk mengalihkan kegugupanku.
“Apa yang kau lakukan!”
Aku hampir saja
memuncratkan jus itu ketika mendengar suara Junhyung yang mengagetkanku.
“Kenapa?”
“Jus itu milikku. Tapi
jika kau meminumnya, kau juga harus jadi milikku!” lagi-lagi Junhyung
memutuskan sesuatu seorang diri.
“Tapi kau tidak
mengatakannya tadi!” protesku.
“Aku sudah mengatakannya!”
balas Junhyung. “Di dalam hati…” lanjutnya saat aku mempelototinya.
Astaga! Pemuda ini memang
suka seenaknya. Tapi apa yang bisa ku perbuat? Yang bisa ku lakukan saat ini
adalah, berjalan di sampingnya sambil membawa jus stroberi yang telah
memberikanku kisah dengannya. Mendengarkannya bercerita tentangnya yang belum
pernah ku ketahui.
Ternyata Junhyung menejer
di café ibunya. Ia suka basket, berenang, bermain gitar, memasak walau hanya
sedikit, … , dan yang pastinya jus stroberi.
Aku menyesal telah
mengenal Minho sebelum ini. Menyesal karena dulu pernah membiarkan Changsun
jatuh ke tangan Eungi. Dan menyesal karena pernah menjadi kekasih dari seorang
Minho.
Tapi aku akan
sangat-sangat menyesal jika tadi tak jadi mengerjai Eungi dengan mengaku
sebagai kekasihnya Junhyung. Meski begitu, Eungi dan Minho cukup berjasa
untukku dan Junhyung.
Aku menghentikan langkah
tiba-tiba membuat Junhyung juga berhenti dan menatapku bingung. “Tapi, apa tidak
terlalu cepat? Aku baru saja putus dengan Minho, tapi aku sudah mendapatkan
penggantinya. Apa itu tidak jahat?” ujarku terdengar ragu.
“Aku juga baru putus
dengan Eungi. Jadi kita sama-sama jahat, kan?”
Satu kesimpulan terakhirku
tentang Junhyung. Dia memang suka seenaknya!
@_E_N_D_@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar