Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast :
·
Chunji (Teen Top)
·
Ricky (Teen Top)
·
Niel (Teen Top)
·
LJoe (Teen Top)
·
CAP (Teen Top)
·
Changjo (Teen Top)
Original cast :
Hye Ra
Genre : romance
Length : two shoot
***
Chunji
melempar ranselnya sembarangan ke atas kasur. Ia bergegas masuk ke dalam kamar
mandi dan menyalakan keran wastafel. Pemuda itu menggulung lengan kaus
panjangnya lalu menadahkan air dengan tangan untuk membasuh mukanya. Pemuda itu
melakukan hal yang sama beberapa kali dan seperti orang kesetanan. Bajunyapun
sampai basah terkena percikan air.
Chunji
meletakan tangannya di tepi wastafel sambil menatap pantulan wajahnya di
cermin, lalu ia mengacak rambutnya yang setengah basah, frustasi. Napasnya
menjadi berat dan terdengar tak teratur.
Tak
lama, pintu kamar mandi terbuka dengan kasar. Chunji tak perlu repot-repot
menoleh karena ia bisa melihat sosok Ricky yang muncul melalui pantulan cermin.
“Katakan
apa yang terjadi? Dan kenapa justru Niel yang bersama Hye Ra? Kapan kau bertemu
denga pemuda itu?” Ricky menyerang Chunji dengan beberapa pertanyaan sekaligus.
Chunji
tak langsung menjawab. Ia masih menatap tajam wajahnya sendiri melalui cermin.
Tak lama kemudian, Chunji berbalik dan melangkah melewati Ricky ke luar dari
kamar mandi. Ia menyambar handuknya untuk mengeringkan wajah serta rambutnya.
*flashback*
Chunji
tak henti-hentinya tersenyum saat ia ke luar dari sebuah toko sambil
menggenggam tas kertas yang berisi coklat berbentuk hati. Dia bukan pemuda yang
romantis dan hanya itu yang bisa ia berikan untuk Hye Ra. Chunji berjalan
menuju mobilnya masih diiringi dengan senyuman. Baru membayangkan saja sudah
membuat hati Chunji bahagia. Apalagi jika Hye Ra benar-benar menerima cintanya.
Chunji
baru saja akan membuka pintu mobil bersamaan dengan seseorang menyentuh
pundaknya. Chunji berbalik dan mendapati seorang pemuda yang sedikit lebih
tinggi darinya. “Niel?”
Pemuda
yang dipanggil Niel oleh Chunji tampak senang karena pemuda itu masih
mengingatnya. “Aku senang bisa bertemu lagi denganmu di sini.” Niel memeluk
Chunji namun pemuda itu sama sekali tak membalasnya.
Niel
sama saja seperti ancaman untuk Chunji bisa mendapatkan Hye Ra. Pemuda itu
mantan kekasih Hye Ra. Mereka berpacaran cukup lama ketika SMA. Setelah lulus,
Niel melanjutkan kuliah ke luar negeri dan meninggalkan Hye Ra begitu saja
hingga membuat gadis itu sedikit frustasi sampai akhirnya menjadi seorang
playgirl.
“Kau
tau apa yang membuat aku meninggalkan Hye Ra dulu?”
Chunji sama sekali tak
berniat menebak apalagi menjawab pertanyaan Niel.
“Karena
jika aku bicara baik-baik, aku yakin Hye Ra tidak akan mau melepaskanku dan aku
juga akan menderita karena itu. Dan setelah aku kembali ke sini, aku akan
menemui Hye Ra dan mengajaknya untuk kembali bersamaku,” jelas Niel.
Chunji
masih diam. Tentu saja itu upaya untuk menahan emosinya.
Niel
menghela napas. “Aku juga mendengar bahwa Hye Ra berubah menjadi sedikit player. Tapi aku tidak peduli. Aku akan
menebus semua kesalahanku padanya, apapun itu,” lanjutnya.
Chunji
berusaha menahan dadanya yang mulai sesak. Sejak SMA, Chunji, Ricky dan Niel
berteman. Ketika Niel pergi, ia yang selalu berada di samping Hye Ra. Ia yang
menjadi saksi betapa terpuruknya Hye Ra saat ditinggalkan Niel. Apapun ia lakukan
agar Hye Ra bisa bangkit lagi dari keterpurukannya. Walau Hye Ra menjadi
player, ia tak peduli asalkan Hye Ra berhenti memikirkan Niel. Itu juga yang
membuat Chunji perlahan mencintai mantan kekasih sahabatnya. Karena memang
hanya Chunji yang berada di dekat Hye Ra. Termasuk Ricky, namun nampaknya
pemuda itu tak memiliki perasaan apapun pada Hye Ra.
Dan
sekarang, pemuda bernama Niel itu ada di sini. Berdiri tepat di hadapan Chunji.
Chunji menghela napas, berat. Ia tak yakin bisa membahagiakan Hye Ra karena
gadis itu mulai kembali menyinggung masalah Niel, terlebih setelah putus dengan
LJoe. Seolah sudah tak akan ada tempat lagi di hati Hye Ra untuk pemuda lain.
“Temui
Hye Ra di café, sekarang.” Setelah mengatakan itu, Chunji segera melesat
meninggalkan Niel yang sibuk dengan pikirannya seorang diri. Terlebih sebelum
benar-benar pergi, Chunji memberikan paksa bungkusan di tangannya kepada Niel.
*flashback off*
Ricky
mencegah tangan Chunji yang mulai menggapai tumpukan pakaiannya dari dalam
lemari. Chunji belum menjawab, ia bahkan telah menepiskan tangan Ricky. Tanpa
pikir panjang, Ricky sedikit mendorong tubuh Chunji, lalu menjauhkan koper
besar dari jangkauan Chunji yang akan memasukan pakaiannya ke dalam koper.
Tanpa
bisa berkata-kata, Chunji hanya menatap Ricky kesal. Ia bahkan sudah melempar
tumpukan pakaiannya ke atas tempat tidur.
“Aku
tidak akan membiarkan kau pergi ke manapun,” desis Ricky tajam.
Chunji
menghela napas. “Aku hanya akan bekerja di luar kota. Setidaknya Hye Ra sudah
menemukan kembali seseorang yang dicintainya.”
Ricky
tampak tak puas dengan jawaban Chunji. “Kau akan melepaskan Hye Ra begitu
saja?”
“Kau
sudah melihat Hye Ra bersama Niel, kan?” tebaknya. Tanpa menunggu Ricky
menjawab, jawabannya sudah pasti benar. “Aku yakin gadis itu pasti bahagia.”
“Setidaknya
kau harus memberitauku di mana kau bekerja!” tuntut Ricky sekaligus mengalihkan
pembicaraan. Chunji terlihat tersenyum tipis. Itu artinya, Hye Ra sudah kembali
jatuh ke dalam pelukan pemuda yang benar.
***
Satu
tahun berlalu. Dan Hye Ra tampak cukup menikmati keberadaannya bersama Niel.
Mereka selalu memanfaatkan waktu sesempit apapun di tengah-tengah kesibukan
mereka bekerja. Namun tak bisa dipungkiri, Hye Ra merasa sangat kehilangan
sosok pemuda yang selalu di sampingnya. Siapa lagi kalau buka Chunji? Pemuda
itu menghilang tanpa jejak. Mendesak Rickypun percuma. Pemuda itu juga tidak
akan mengatakan apapun tentang keberadaan Chunji saat ini.
Dan
sekarang, Hye Ra berdiri di depan kantor Niel menunggu pemuda itu untuk
menemuinya.
“Maaf,
membuatmu menunggu lama.”
Hye
Ra menoleh. Senyumnya selalu terukir ketika bertemu Niel. “Aku hanya ingin
memberimu ini,” Hye Ra menyerahkan paksa minuman kaleng ke tangan Niel.
Perlahan senyuman Hye Ra memudar ketika melihat Niel meresponnya datar. Tidak
biasanya pemuda itu berlaku demikian.
Niel
menatap Hye Ra. “Aku tidak suka susu stroberi, tapi vanilla. Yang menyukai ini
Chunji,” ujarnya polos.
Meski
ucapan Niel cukup lembut, tapi tetap saja itu semua sukses memberikan Hye Ra
sebuah tamparan keras. Bagaimana bisa ia lupa akan hal sekecil itu? Mungkin
kepergian Niel selama empat tahun sangat berpengaruh di bandingkan saat ia
mendapati Chunji menghilang satu tahun belakangan ini.
Empat
tahun bukan waktu yang singkat. Meski Hye Ra berpacaran dengan banyak pemuda,
tapi hanya satu yang selalu mendapat perhatian khusus darinya. Yaitu Chunji.
Hye Ra hampir tak pernah lupa mengirimi Chunji sekaleng susu rasa stroberi
setiap harinya meski mereka hanya bisa bertemu tak lebih dari satu menit.
Hye
Ra tersadar dari lamunannya. Ia buru-buru merebut kembali minuman pemberiannya
dari tangan Niel. “Aku akan menggantinya dengan rasa vanilla.”
Niel
menjauhkan kaleng itu dari jangkauan Hye Ra. Ia menggeleng pelan. “Tidak usah.
Kau kembali saja ke kantormu.”
Tak
ingin berlama-lama lagi, Hye Ra segera meninggalkan kantor Niel dan pemuda itu
kembali ke dalam kantornya. Ia berjalan sambil menatap hampa minuman di tangannya.
Selama
setahun. Setiap kali Niel ingin mendengar kehidupan Hye Ra selama ia tak ada,
nama Chunji tak pernah absen sekalipun terucap dari bibir Hye Ra. sementara
itu, di ujung koridor ada seorang pemuda yang mengawasi Niel. Itu Ricky. Mereka
bekerja di kantor yang sama. Begitu pula dengan CAP, namun saat ini baik Niel
ataupun Ricky sama sekali tak menyadari keberadaan pemuda itu yang juga tengah
mengawasi mereka berdua.
Sampai
akhirnya tatapan Niel dan Ricky bertemu. Ricky yang berinisiatif menghampiri
lebih dulu karena ia tertarik akan benda dalam genggaman tangan Niel.
“Itu
dari Hye Ra?” tebak Ricky. Niel tak menjawab. Ia hanya menghela napas sambil
menatap hampa kaleng minuman di tangannya. Untuk Ricky, semua itu sudah
mewakili pertanyaannya. “Ternyata,” gumamnya pelan lalu berniat menginggalkan
Niel, namun langkahnya terhalangi pemuda itu.
“Aku
yakin kau pasti tau keberadaan Chunji,” seru Niel di telinga Ricky tanpa
menatap pemuda itu.
“Maaf,
Niel. Kau tidak akan menemukan jawaban itu,” ujar Ricky dingin, lalu
benar-benar menjauh dari tempat Niel berada.
Setelah
cukup jauh dari keberadaan Niel, Ricky berhenti di sebuah koridor kantornya
yang siang itu cukup sepi. “Chunji harus tau kalau ternyata Hye Ra justru masih
mengingatnya,” Ricky mengeluarkan ponsel dari saku celananya.
Ricky
berdecak kecewa karena panggilannya beralih ke voice mail. “Kita harus bertemu.
Ada sesuatu yang kau harus tau. Cepat hubungi aku kembali!” Ricky segera
memutuskan sambungan setelah selesai mengirimkan pesan suara pada seseorang
dengan sedikit memerintah.
***
Sore
itu Niel duduk seorang diri di sebuah taman. Ia masih mengenakan pakaian
kantornya meski sudah terlihat sedikit berantakan. Lalu ia menoleh setelah
merasakan seseorang duduk di sampingnya. Niel hanya menatap pemuda itu datar.
Niel mengenali pemuda itu adalah salah seorang karyawan di kantor tempat ia
bekerja, tapi tampaknya mereka belum saling kenal.
“Aku
tau kau. Tapi aku yakin kau tak sedikitpun mengenalku.” Pemuda itu menyadari
tatapan bingung yang ditunjukkan Niel padanya. “Panggil saja aku CAP. Dan aku
juga tau bahwa Hye Ra adalah kekasihmu.”
Setelah
memahami maksud ucapan CAP tadi, Niel akhirnya tertawa. “Apa hubunganku dengan
Hye Ra sepopuler itu?” Tanya Niel heran.
Sedetik
kemudian mereka tenggelam dalam obrolan ringan mengenai Hye Ra. Gadis yang juga
sempat menjadi kekasih mereka. CAP bercerita tentang hubungannya, bahwa ia
cukup serius dan sudah sangat menyayangi Hye Ra selama mereka berpacaran. Namun
ternyata tanggapan Hye Ra berbeda. Beberapa kali CAP juga mendengar cerita Hye
Ra tentang Niel. Setelah itu mereka putus hingga membuat CAP kecewa. Ia juga
cukup menyesal karena sampat memanfaatkan perasaan Hye Ra terhadap LJoe untuk
membalaskan sakit hatinya.
Hingga
akhirnya pembicaraan mereka sampai pada sosok Chunji. Niel mengakui bahwa
antara dirinya, Chunji juga Ricky cukup akrab ketika mereka SMA.
“Chunji
mungkin tak menunjukkannya, tapi aku yakin pemuda itu menyimpan perasaan pada
Hye Ra sudah cukup lama. Dan Hye Ra sendiri, ku rasa tanpa sadar ia memang
selalu memberi perhatian pada Chunji. Bahkan ketika kami berpacaran, Hye Ra
selalu menyempatkan diri bertemu Chunji meski ia hanya memberikan sekaleng susu
rasa stroberi,” jelas CAP.
Niel
kembali teringat minuman yang Hye Ra berikan padanya siang tadi. Dan ia juga
baru menyadari bahwa Ricky tiba-tiba berprilaku cukup janggal setelah melihat
dirinya membawa minuman itu.
Niel
menatap CAP yang masih duduk di sampingnya. “Menurutmu, apa yang sebaiknya aku
lakukan?” Tanya Niel penuh harapan bahwa CAP bisa membantunya.
CAP
meletakkan tangannya di pundak Niel. “Maaf aku tidak bisa membantu. Tapi aku
yakin keputusanmu adalah yang terbaik demi kebahagiaan Hye Ra.”
***
“Astaga
Hye Ra! Bagaimana bisa kau memberikan Niel minuman kesukaan Chunji?” omel
Changjo setelah mendengar pengakuan Hye Ra. Sementara LJoe hanya berusaha
menengahi keduanya.
Sejak setahun yang lalu
hubungan antara Hye Ra dengan Changjo dan LJoe memang cukup baik. Mereka bahkan
semakin dekat. Terlebih semenjak Chunji juga menghilang di waktu yang
bersamaan.
“Jadi?
Kalau memang bisa memilih, siapa yang akan kau pilih? Chunji atau Niel?” Tanya
LJoe lembut. Ia tak ingin Hye Ra merasa semakin terpojokkan. Walau
bagaimanapun, mereka harus menyelesaikan masalah Hye Ra secepat mungkin.
Hye
Ra menutup wajahnya menggunakan tangan sambil menggeleng.
Changjo
dan LJoe hanya bisa menghela napas menanggapi jawaban Hye Ra. Tak lama, minuman
pesanan merekapun datang. Changjo langsung menggeser salah satu gelas ke
hadapan Hye Ra.
“Minum
dulu biar kau tenang,” seru Changjo.
Belum
sempat Hye Ra menyentuhnya, warna minuman itu cukup mencurigakan. Gadis itu
lalu memastikan dengan cara mencium aromanya. Sedetik kemudian ia tersadar dan
menatap tajam LJoe dan Changjo bergantian. Namun kedua pemuda itu justru
membalas Hye Ra dengan tatapan bingung.
“Kalian
mau semakin memojokkanku?” seru Hye Ra dengan nada pelan namun penuh dengan
penekanan. Ia sadar di tempat umum seperti ini akan membuatnya menjadi pusat
perhatian jika tadi nekat berteriak.
Tak
lama pelayan yang mengantarkan minuman tadi kembali dan mengatakan bahwa
minuman yang dipesan Hye Ra tertukar. Lantas pelayan itu membawa kembali gelas
di hadapan Hye Ra.
Samar-samar
LJoe sempat mencium aroma minuman yang di bawa pergi pelayan tadi. “Susu
stroberi?” gumamnya pelan, bahkan nyaris tanpa suara. Changjo ikut khawatir
melihat perubahan wajah LJoe.
LJoe
mengikuti langkah pelayan tadi yang mengantarkan minuman tersebut ke sebuah
meja yang dihuni dua orang wanita. Seakan teringat sesuatu, LJoe melirik Hye
Ra. Gadis itu juga baru saja menatap ke arah dua wanita tersebut dan kini Hye
Ra tertunduk, kecewa.
“Ku
rasa aku tau apa jawabannya,” ujar LJoe lalu menyeruput minumannya. Ia juga tak
mempedulikan Changjo yang melemparinya dengan tatapan ingin tau.
***
Niel
menegakkan badannya saat menyadari pintu gudang di kantornya terbuka dari luar.
Di sana muncul CAP yang membawa serta Ricky meski dengan sedikit paksaan. Ricky
berhenti memberontak saat menemukan Niel sudah berada di sana.
“Ku
mohon katakan di mana Chunji berada,” pinta Niel sungguh-sungguh.
Ricky
menatap CAP tajam karena pemuda itu pernah menanyakan hal yang sama seperti
Niel. “Percuma kalian bertanya padaku. Kalian tidak akan menemukan jawabannya.”
Niel
menarik napas dalam saat menatap Ricky hampir meninggalkan gudang. “Apa kau
tidak ingin melihat Chunji dan Hye Ra bersama?” seru Niel. Ia sudah sangat
bersusah payah mengatakan hal tersebut.
Ricky
membeku seketika. Tapi ia belum ingin berbalik karena ia belum bisa percaya
begitu saja dengan ucapan Niel. Biar bagaimanapun, Niel masih berstatus kekasih
Hye Ra. Niel langsung berdecak kecewa saat melihat Ricky memilih melanjutkan
langkah dan mengabaikannya.
***
CAP,
LJoe dan Changjo langsung menegakkan badan mereka saat melihat sosok Ricky ke
luar dari gedung kantornya. Mereka saling melempar tatapan dan memberi isyarat.
Tak lama tampak Changjo mendahului mereka untuk menghampiri Ricky.
“Masih
belum mau memberi tahu keberadaan Chunji?”
Ricky
yang berdiri di samping mobilnya, membatalkan niat untuk masuk. Ia berbalik dan
menatap Changjo penuh Tanya.
Changjo
tampak seperti melakukan peregangan otot. Sementara itu, CAP dan LJoe hanya
terkikik melihat kelakuan Changjo. “Sepertinya aku terpaksa melakukan cara
kasar,” ujarnya meremehkan. Dan tanpa pikir panjang, Changjo mulai melancarakan
aksinya. Ia menyambar ponsel Ricky dan segera membawanya kabur.
Ricky
yang panic hampir saja meneriaki Changjo seorang maling. Tapi itu tidak mungkin
ia lakukan. Akhirnya, Ricky lebih memilih mengejar Changjo. Di sana CAP dan
LJoe sudah menunggu. LJoe sudah bersiap, dan setelah Changjo melempar ponsel
Ricky padanya, ia pun segera menjauh. Sementara CAP membantu Changjo untuk
menghalangi Ricky dan membawa pemuda itu ke dalam mobilnya. Mereka menghimpit
Ricky di kursi belakang.
Sampai akhirnya LJoe masuk
ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi. Ia menengok ke belakang. “Ternyata
mereka akan bertemu di taman kota jam 4 sore ini,” ujarnya lalu menyalakan
mesin mobil. “Kalian tinggal atur pertemuan Niel dan Hye Ra juga.”
Mendengar
LJoe menyebut nama Niel dan Hye Ra, sontak saja membuat Ricky memberontak. Terlebih,
tempat itu adalah tempat yang ia rencanakan untuk bertemu Chunji. Namun ia
tampak tak berdaya di tengah-tengan tubuh besar milik CAP dan Changjo. “Apa
yang kalian rencanakan untuk Niel dan Hye Ra?” pekik Ricky menuntut penjelasan.
Dan tampaknya, LJoe sama sekali tak berniat mengembalikan ponsel Ricky.
“Diam!”
bentak CAP dan sedetik kemudian, ia sibuk dengan ponsel di tangannya. Begitu
pula dengan yang dilakukan Changjo. Sementara LJoe mulai menjalankan mobilnya
dan membawa mereka ke suatu tempat.
***
Setelah
mengulur waktu cukup lama, LJoe akhirnya menepikan mobil tak jauh dari sebuah
taman kota. Mereka berempat ke luar dari mobil. Changjo dan LJoe bergegas
meninggalkan CAP yang hanya berdua dengan Ricky.
“LJoe,
ponselku!” teriak Ricky.
LJoe
berbalik dan melangkah dengan berjalan mundur. “Nanti saja,” balasnya dengan
teriakan juga.
“Jadi,
kau benar-benar melakukan itu?”
Ricky
menoleh saat mendengar CAP berujar. Namun ternyata, ia sudah mendapati Niel
berdiri di samping CAP. Pemuda itu tampak memaksakan senyumnya.
“Ku
rasa itu yang terbaik,” seru Niel akhirnya.
CAP
menepuk pundak Niel. Ia tau pemuda itu sudah sangat susah payah mengatakannya.
“Kau hebat, Niel.”
Kembali,
Niel berusaha mengukir senyumnya. CAP cukup kagum melihat itu. Ia sendiri
justru menjebak Hye Ra dengan LJoe. Tidak seperti apa yang Niel lakukan. Ricky
sendiri hanya bisa menahan kesal karena hanya dia yang tidak tau apa-apa.
***
Sementara
di tempat berbeda, Chunji tampak memasuki sebuah supermarket. Pemuda itu tampak
semakin tampan dan dewasa dengan kacamata berbingkai hitam yang menghiasi wajahnya.
“Apa
stok susunya masih ada?” Tanya Chunji pada salah seorang karyawan di sana
perihal kaleng susu stroberi yang tak tersisa satupun. Chunji hanya menghela
kecewa karena stoknya benar-benar habis. Tanpa sengaja, matanya menangkap
seorang gadis yang baru saja melewati pintu supermarket. Segera saja Chunji
mengikuti gadis tadi.
Chunji
mengikuti gadis tadi hingga ke dalam taman kota. Di sana gadis itu duduk di
sebuah bangku lalu menatap minuman kaleng yang berada di tangannya. Chunji
melebarkan matanya saat mendapati gadis itu sudah mengangkat tinggi-tinggi
minuman itu seperti hendak membuangnya.
“Hentikan!”
pekik Chunji cepat-cepat demi menyelamatkan minuman favoritnya. Ia menatap
gadis tadi setelah kaleng itu berada di tangannya. “Dari pada kau buang, lebih
baik ini untukku saja.” Dan tanpa pikir panjang, Chunji segera membuka minuman
itu.
“Chunji!”
“Kau
boleh memarahiku setelah aku menghabiskan minuman ini,” ujar Chunji enteng
seakan memang sudah mengantisipasi kejadian itu. Terlebih karena gadis itu
adalah Hye Ra.
Chunji
sedikit lega karena rasa hausnya sudah hilang. Dan ia juga sudah siap
mendapatkan serangan kemarahan dari Hye Ra.
“Apa
kau sudah merasa hebat sekarang? Pergi tanpa pamit selama setahun? Kau bahkan
membungkam mulut Ricky!”
Chunji
justru tersenyum melihat amarah Hye Ra. Tanpa mempedulikan tatapan membunuh
dari gadis itu, Chunji justru menariknya ke dalam pelukan. Cukup lama, sampai
akhirnya Chunji merasa kemejanya basah dan terdengar isakan tangis seseorang.
“Maaf,
aku yang salah,” suara Chunji terdengar sangat merasa bersalah.
Hye
Ra menggeleng masih dengan posisi dalam pelukan Chunji. “Niel memutuskanku,”
ujarnya terisak.
Chunji
menghela napas. Menyesal untuk yang kesekian kalinya karena tidak sempat
mengutarakan perasaannya pada Hye Ra. Ia pun melepaskan pelukannya untuk bisa
menatap mata gadis itu yang kini basah karena air mata. “Sudah lama sekali aku
ingin mengatakan ini,” ujar Chunji lembut sambil mengapus sisa air mata di
wajah Hye Ra. “Aku ingin kau memberikanku kesempatan untuk menjadi kekasihmu.”
Hye
Ra menatap Chunji tajam. Mencoba mencari kebenaran di mata pemuda itu. Tanpa di
duga, Hye Ra justru menyingkirkan tangan Chunji. “Untuk apa kau kembali?”
desisnya dengan nada tinggi. Tanpa menunggu Chunji merespon ucapannya, Hye Ra
sudah lebih dulu membalikan badan.
“Karena
aku mencintaimu, Hye Ra!” teriak Chunji tepat di belakang Hye Ra. Ia lalu
memutar tubuh Hye Ra agar gadis itu menghadapnya. “Maaf, aku baru kembali
sekarang,” ujar Chunji untuk kesekian kalinya ia meminta maaf.
Air
mata Hye Ra kembali mengalir. “Kalau memang kau mencintaiku, ku mohon jangan
pergi lagi.”
Chunji
tersenyum lega, lalu menangkupkan wajah gadis itu menggunakan tangannya. Perlahan
Chunji mendekatkan wajahnya ke arah Hye Ra seperti akan mencium gadis itu.
Semakin dekat dan keduanya saling memejamkan mata. Chunji tak tau kalau Hye Ra
sudah menutup mulutnya menggunakan tangan. Merasa ada yang aneh, pemuda itu
membuka mata dan mendapati ia mencium tangan Hye Ra.
Hye
Ra menjauhkan tubuh Chunji. “Jika kau ingin menciumku, setidaknya hilangkan
dulu aroma susu favoritmu itu,” protesnya.
Chunji
hanya terkekeh karena rasa susu stroberi di mulutnya masih sangat terasa. “Jika
kau tidak suka, kenapa kau membeli susu itu?” Chunji mengajukan pertanyaan
menjebak. Dan tentu saja Hye Ra tak bisa menjawabnya membuat Chunji tersenyum
puas. “Aku tau,” pekiknya. “Itu pasti karena kau sudah sangat merindukanku,”
godanya. “Tapi setidaknya, kau menyukai pemuda pecinta susu stroberi sepertiku,
kan?” seru Chunji penuh percaya diri.
Hye
Ra mendengus kesal lalu menginjak kaki Chunji dan otomastis pemuda itu langsung
meringis kesakitan. “Itu untukmu,” serunya kesal sambil melangkah pergi.
“Hye
Ra kau harus bertanggung jawab!” pekik Chunji kesal sambil berusaha mengejar
ditengah kakinya yang berdenyut.
Di
depan sana Hye Ra berhenti. Dan tentu saja Chunji segera mempercepat langkahnya
menyusul gadis itu. Gadis itu menatap ke arah 5 orang pemuda di sekitar bangku
taman.
“Jadi
ternyata…” Chunji tak melanjutkan ucapannya. Lima pemuda tadi tak lain adalah
teman-teman mereka sendiri. Niel, CAP, Ricky, LJoe dan Changjo. Yang membuat
keduanya tercengang adalah tumpukan kaleng susu rasa stroberi di dekat 5 pemuda
tadi. Bahkan masih banyak yang utuh.
Chunji
segera mendakati dan tak lupa ia menyambar tangan Hye Ra untuk ikut bersamanya.
Tepat bersamaan saat LJoe menggoda Niel yang memang tak menyukai susu rasa
stroberi itu.
“Jadi
kalian memborong semua susu itu di supermarket?” tegur Chunji. Ia bahkan sudah
melepaskan kacamatanya.
Niel
tampak diam karena ia tak tau apa-apa masalah susu dan supermarket. Sementara
LJoe tampak menyenggol-nyenggol lengan CAP. Dan Changjo serta Ricky tampak
saling melempar pandang lalu tersenyum puas.
“Setidaknya
rencana kami berhasil, kan?” ujar Changjo yang sudah tidak sabar menggoda
Chunji karena masih menggandeng tangan Hye Ra.
Chunji
tampak menatap Ricky dan menuntut penjelasan. Namun Ricky tampak mengangkat
bahu dan tak mau ambil pusing. “Maaf Chunji. Aku juga menjadi korban di sini.”
“Jadi
kalian juga yang mengatur rencana pertemuanku dengan Chunji?” kali ini Hye Ra
yang bertanya, dan tak ada yang berniat menjawab. “Niel?” panggilnya, masih
dengan nada menuntut penjelasan.
Niel
tampak tak siap merespon ucapan Hye Ra. Ia melirik yang lain seolah meminta
bantuan. Tapi sedetik kemudian, Niel kembali menatap Hye Ra. “Kau pantas
bersama Chunji.”
Ucapan
Niel tadi membuat Chunji lega. Sementara CAP yang kebetulan berada di dekat Niel,
menepuk pundak pemuda itu.
“Sudahlah…”
Niel berusaha menghentikan perilaku CAP terhadapnya. “Lebih baik kita pergi. Jangan
mengganggu Chunji dan Hye Ra,” serunya mengalihkan. Ia juga sudah lebih dulu
berbalik menuju mobil. Di susul CAP dan LJoe tak lama kemudian.
“Sebaiknya
kita pergi,” bisik Chunji pada Hye Ra karena sudah mendapat gelagat tak baik
dari Changjo dan Ricky. Kedua pemuda itu pasti akan mengganggunya. “Cepat,”
seru Chunji sekali lagi sebelum menarik Hye Ra pergi bersamanya.
“Lain
kali kau tidak akan selamat, Chunji!” canda Changjo yang kemudian di tarik oleh
Ricky untuk menyusul yang lain.
*_E_N_D_*
hmm...
BalasHapuskeren bangetttt ceritanya..
jadi pengen susu stroberi nih..
hhhuuuuaaaa...
author harus tanggung jawab belin readers susu stroberi..