Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu,
Myungsoo,
Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast :
Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast :
(Boy Friend) Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
Donghyun, Youngmin, Kwangmin
Genre
: romance, family
Length : part
***
Setelah
memarkirkan mobilnya, Myungsoo tidak langsung masuk ke kelas, tapi ia menuju
pintu gerbang utama sekolahnya. Tak lupa Myungsoo membawa serta adiknya,
Minwoo, untuk menemaninya di sana.
“Kenapa
tidak nanti saja kau ceritakan di kelas,” keluh Minwoo yang terlihat tak ikhlas
menemani kakaknya.
Myungsoo
mengedarkan pandangan ke jalan raya seperti menunggu kedatangan sesuatu. “Hye
Ra harus menjadi orang pertama yang tau. Tidak akan berkesan lagi kalau sudah
sampai kelas.”
Minwoo
menepuk-nepuk pundak Myungsoo. Dengan sangat terpaksa Myungsoopun membalikkan
badan. “Lalu kau anggap aku dan si kembar itu apa jika kau ingin Hye Ra noona
jadi orang pertama yang tau?”
“Ah,
iya… Maaf Minwoo.” Hanya itu yang dikatakan Myungsoo, ia lalu kembali
mengedarkan pandangannya ke jalan. Tak lama, Myungsoo tampak menegakkan
badannya saat sebuah mobil yang sudah sangat ia kenal berhenti tak jauh dari
gerbang.
“Hyung,
tunggu!” pekik Minwoo karena Myungsoo sudah lebih dulu melesat menuju mobil
itu. Saat Minwoo menyusul, ternyata Myungsoo sudah membukakan pintu mobil dan
menarik paksa Hye Ra untuk segera ikut bersamanya.
“Ada
apa dengan kakakmu?” tegur Sunggyu dari dalam mobil.
Minwoo
hanya mengangkat bahu. “Apa kabar hyung?” seru Minwoo setelahnya. Ia baru ingat
bahwa sudah lama ia tak bertemu dengan kakak sepupunya itu karena kesibukan
mereka masing-masing.
“Baik.
Hmm… maaf waktu itu aku tak sempat menjengukmu di rumah sakit,” ujar Sunggyu
merasa bersalah.
“Jangan
khawatir, hyung. Lagi pula, aku hanya semalam saja dirawatnya.”
Sunggyu hanya mengangguk
mendengar ucapan Minwoo. “Ya sudah, hyung harus berangkat ke café.”
“Ku
usahakan besok akan main ke cafemu hyung,” seru Minwoo sebelum Sunggyu pergi.
Sunggyu
pun bersiap pergi bersama mobilnya. “Ku tunggu ya,” ujarnya seolah Minwoo tidak
boleh melupakan janjinya.
“Iya.
Hati-hati di jalan, hyung.”
Setelah
mobil Sunggyu melesat, Minwoo kembali ke dalam sekolah. Dan tentu saja Myungsoo
dan Hye Ra sudah tidak terlihat di sana.
***
Myungsoo
menarik tangan Hye Ra sampai koridor di depan kelas mereka. Tapi Myungsoo tak
langsung mengajak gadis itu ke dalam.
“Ada
apa?” Tanya Hye Ra curiga dengan sikap aneh yang ditunjukkan Myungsoo pagi ini.
Myungsoo
mengawasi sekitar. Beruntung pagi ini masih belum terlalu banyak siswa yang
berlalu-lalang. Pemuda itu mendekatkan wajahnya ke telinga Hye Ra dan
membisikkan sesuatu di sana.
Mata
Hye Ra perlahan melebar seiring dengan tiap kata yang dibisikkan Myungsoo.
“Benarkah?” serunya untuk meyakinkan bahwa ia tak salah dengar.
Myungsoo
mengangguk penuh semangat.
“Kapan
kau melakukan itu?”
“Kemarin
setelah menelponmu.”
“Kenapa
tak kau katakan di telpon?” protes Hye Ra.
Myungsoo
hanya menyunggingkan senyumannya. “Aku ingin mengatakannya langsung padamu.”
“Lalu,
apa kau juga cerita pada Minwoo?” Tanya Hye Ra tak kalah senang dengan berita
baik yang disampaikan sepupunya itu.
Tapi
kali ini wajah Myungsoo berubah murung. “Minwoo dan temannya yang kembar itu
bahkan menguping saat aku menyatakan perasaanku pada Eun Gi.”
Hye
Ra terkekeh mendengar cerita kejahilan Minwoo terhadap kakaknya. “Youngmin dan
Kwangmin juga?” tawa Hye Ra semakin menjadi. “Harusnya aku tidak pulang cepat
kemarin.”
Myungsoo
menatap kesal Hye Ra yang tak bisa berhenti tertawa. “Jika kau masih tertawa,
aku tidak tadi mentraktirmu makan.”
Mendengar
Myungsoo berniat mentraktir makan, Hye Ra bersusah payah berhenti tertawa. “Oke…
Oke… Aku tidak akan tertawa,” serunya sambil sesekali menutup mulut. Ia belum
bisa benar-benar menghentikan tawanya. Tapi kali ini Hye Ra benar-benar
berhenti tertawa karena Myungsoo tak berhenti memberikannya tatapan membunuh. “Sudah,
kan? Kau ingin mentraktiru di mana?”
“Di
café Sunggyu hyung,” jawab Myungsoo enteng.
Hye Ra
justru lebih memilih meninggalkan Myungsoo ke dalam kelas.
“Hye
Ra, tunggu!” teriak Myungsoo sambil mengejar. “Memangnya ada yang salah?”
Hye
Ra duduk di kursinya. Ia dan Myungsoo tak sadar jika mereka sedikit membuat
kegaduhan saat baru datang. Dan tentu saja momen tadi sukses menyita perhatian
Hoya dan Haesa yang juga sudah di sana.
“Kau
pasti akan meminta potongan harga. Aku tidak mau kakakku rugi karenamu.”
***
“Hai
Sungyeol oppa,” tegur Hye Ra saat baru sampai di café.
Sungyeol
menghentikan sejenak pekerjaannya. “Mau ku buatkan sesuatu?” tawarnya seperti
biasa.
Hye
Ra meletakkan ranselnya di meja bar lalu menatap Sungyeol penuh arti. “Sepertinya
aku sedikit merasa sakit ditenggorokanku.”
“Bagaimana
kalau ku buatkan lemon hangat?”
“Sepertinya
kau memang selalu mengerti diriku,” seru Hye Ra. Tanpa sadar ia mengagumi sosok
Sungyeol dengan perhatian-perhatian kecil untuknya. “Ku tunggu, ya.”
Sungyeol
tampak tak bisa membendung senyumannya. “Benarkah
aku bisa mengerti dirimu, Hye Ra?” gumam Sungyeol dalam hati. Tak lama
pemuda itu mengantarkan minuman untuk Hye Ra.
“Oppa,
terima kasih.”
Segera
Sungyeol kembali ke tempatnya dan berkutat lagi dengan pekerjaannya.
“Itu
untuk siapa?” Tanya Hye Ra heran. Karena menurut pandangannya sudah tidak ada
pelanggan yang menunggu minumannya di antar. Sementara Sungyeol sibuk
membuatkan 3 gelas milk shake.
“Untuk
Woohyun hyung, Jeongmin dan Hyunseong. Mereka sudah sangat bekerja keras hari
ini.”
Hye
Ra tertegun dengan ucapan Sungyeol tadi. “Ternyata
dia memang perhatian pada siapa saja. Percaya diri sekali bahwa dia hanya
peduli padaku.” Gadis itu mengalihkan pandangannya saat mendapati Sungyeol
meliriknya.
Sungyeol
kembali tersenyum meski hanya melihat Hye Ra dari samping. Ia lalu memutar
badannya ke belakang untuk memberikan minuman pada Woohyun melalui jendela yang
terhubung ke arah dapur. Tak lama Jeongmin tampak mendekat ke tempatnya.
“Mana
Hyunseong?” Tanya Sungyeol. Namun tangannya tampak menyodorkan gelas ke arah
Jeongmin.
“Sepertinya
ke toilet. Oh, ini untukku?” Jeongmin tampak terkejut mendapati Sungyeol
memberikan minuman padanya. “Terima kasih,” ujarnya setelah Sungyeol mengangguk
membenarkan pertanyaannya.
Hye
Ra berusaha mengalihkan pikirannya dari Sungyeol dengan menyibukkan diri bersama
tugas sekolahnya.
“Hye
Ra…”
Gadis
itu mendongak saat ada seseorang yang menyebut namanya. Ternyata Sunggyu. “Oppa
jadi pergi? Kapan akan pulang?”
Sunggyu
memang sudah rapih dan membawa sebuah ransel berukuran sedang. Ia ada acara
kemping dari kampusnya. “Jangan membuatku mengurungkan niat untuk pergi,” ujar
Sunggyu dengan berat hati.
Hye
Ra tersenyum untuk mengubah suasana. “Maaf, oppa. Kalau begitu kau boleh pergi.
Dan untuk urusan café, serahkan padaku.”
Sunggyu
terkekeh melihat adiknya yang kelewat percaya diri. Ia lalu mengacak rambut Hye
Ra dengan gemas membuat adiknya melotot tak terima. “Nanti akan aku bawakan
sesuatu untukmu,” rayu Sunggyu agar ia tak terlalu terbebani untuk pergi.
“Oleh-oleh
yang ku ingin hanya oppaku.”
Sunggyu
tertegun mendengar ucapan adiknya. Biar bagaimanapun, memang hanya ia keluarga
yang dimiliki Hye Ra sekarang. Meski ada Myungsoo dan Minwoo, tapi hubungan
kakak adik kandung memang berbeda.
“Hyung,
sebaiknya kau cepat pergi.” Woohyun yang tiba-tiba muncul, langsung mendorong
tubuh Sunggyu untuk menjauh dari Hye Ra. Bukan berniat jahat. Tapi Woohyun
hanya ingin merubah suasana haru seprti tadi agar lebih ceria. “Kau tenang
saja, aku dan yang lain akan menjaga adikmu dengan baik.”
Jeongmin
ikut membantu Woohyun membawa Sunggyu ke luar dari café.
“Kau
jaga diri,” teriak Sunggyu dari kejauhan.
***
Hyunseong
mengetuk-ngetuk pintu ruangan Sunggyu. “Hye Ra!” teriaknya karena gadis itu
yang berada di sana.
Tak
lama terdengar pintu terbuka dengan kasar. “Ada apa?” Tanya Hye Ra mendengar
kepanikan Jeongmin.
“Ada
pelanggan yang ingin protes,” seru Jeongmin. Dan Hye Ra segera melesat ke luar
bahkan sebelum Jeongmin menjelaskan kronologi kejadian yang sebenarnya.
Di
dekat salah satu meja pelanggan Hye Ra mendapati Sungyeol sedang membereskan
pecahan gelas yang berserakan di lantai. Karena Sunggyu sedang tidak berada di
tempat, gadis itu lah yang menggantikan posisi kakaknya.
“Maaf
tuan, kami akan…”
“Hye
Ra?”
Gadis
itu mendongak dan mendapati Dongwoo di sana. “Kenapa kau ada di sini?”
protesnya dengan nada bicara yang berubah 180 derajat dari niat sebelumnya yang
ingin meminta maaf.
Dongwoo
menatap Hye Ra tak berkedip. “Jadi kau pemilik café ini?” serunya kagum.
Hye
Ra sendiri tampak malas meladeni Dongwoo. “Sudahlah, aku akan mengganti
pesananmu,” Hye Ra hendak pergi, namun tangannya di tahan oleh Dongwoo.
“Duduk!
Dan aku tidak akan berbuat macam-macam pada cafemu,” ujar Dongwoo serius. Ada
nada setengah mengancam di sana.
Hye
Ra setengah mati menahan kesal. Andai saja ia sedang tidak menggantikan posisi
kakaknya. Mungkin ia sudah menendang Dongwoo ke luar dari cafenya. Namun
keadaan sebenarnya tidak seperti itu. Hye Ra tidak bisa bahkan tidak boleh
melawan pelanggan. Meski itu seorang Dongwoo sekalipun.
“Temani
aku makan sebentar,” ujar Dongwoo lagi.
Dengan
sangat terpaksa gadis itu menghempaskan tubuhnya ke kursi di depan Dongwoo.
Namun matanya menatap nanar punggung Sungyeol yang semakin menjauh.
Woohyun
ke luar menghampiri Hyunseong di dekat meja bar tepat saat Sungyeol berjalan
juga ke arah sana, namun pemuda itu langsung ke belakang.
“Ada
apa?” Tanya Woohyun setengah panic.
“Sebenarnya
Dongwoo yang tak sengaja menabrak Sungyeol. Tapi Sungyeol yang merasa bersalah.
Jadinya Dongwoo memaksa minta dipanggilkan menejer kita. Kau tau kan Sunggyu
hyung sedang tidak di sini, jadilah Hye Ra yang terpaksa menemui Dongwoo,”
jelas Hyunseong panjang lebar.
Tawa
Woohyun terdengar tertahan. Saat Hyunseong menoleh, Woohyun tertawa lepas.
“Jadi Dongwoo…” Woohyun tak melanjutkan ucapannya karena sibuk tertawa. Ia
memang mengetahui tentang fans Hye Ra nomor satu tersebut. Tak di sangka
Dongwoo sangat beruntung dan pintar memanfaatkan kesempatan.
Dari
meja pelanggan, Hye Ra bisa melihat Woohyun yang sangat bahagia di atas
penderitaannya yang harus terjebak bersama Dongwoo. Ia mencoba memberikan
Woohyun tatapan mengancam, namun tampaknya itu tak berpengaruh apapun.
Hye
Ra mengalihkan pandangannya lalu jatuh pada buku yang biasa untuk mencatat
pesanan pelanggan. Tampaknya itu yang tadi di bawa Sungyeol dan sekarang
tertinggal di sana. Dongwoo sendiri tampaknya terlalu sibuk dengan makanannya. Diam-diam
Hye Ra mengulurkan tangannya untuk meraih buku tersebut dan menuliskan sesuatu
di sana.
Tepat
saat Jeongmin berlalu, Hye Ra dengan cepat melempar buku tersebut ke atas baki
kosong yang akan di bawa Jeongmin kembali ke dapur. Jeongmin hanya menoleh
sekilas tanpa mengurangi kecepatan langkahnya sedikitpun.
Sementara
itu Woohyun dan Hyunseong masih mengawasi Hye Ra dari depan meja bar.
“Sepertinya setelah ini
Hye Ra akan benar-benar membunuh kit, hyung,” seru Hyunseong yang bergidik
ngeri melihat betapa Hye Ra kesal setengah mati. Tangannya terulur untuk meraih
buku di atas baki yang di bawa Jeongmin ke sana.
Sementara
Woohyun tetap terkekeh seolah ketakuta Hyunseong hanyalah lelucon biasa.
Hyunseong
menyenggol lengan Woohyun. Saat pemuda itu menoleh, ia membentangkan sebuah
tulisan di buku tadi ke hadapan Woohyun. Somebody
help me, pleaseee!!!
Lagi-lagi Woohyun terkekeh
membaca tulisan tadi. Ia melirik Hye Ra yang tak pernah melepaskan pandangannya
ke arah Woohyun dan Hyunseong. Woohyun tampak menggeleng untuk menggoda Hye Ra.
Tentu saja Hye Ra membulatkan matanya dan jika Woohyun berada di dekat gadis
itu, ia akan bisa mendengar sumpah serapah yang dilancarkan Hye Ra.
Woohyun
menyuruh Hyunseong dan Jeongmin yang mengurus Hye Ra, sementara dirinya harus
kembali ke dapur. Hyunseong dan Jeongmin segera menuju meja tempat Hye Ra
berada.
“Hye
Ra, Woohyun hyung membutuhkan bantuanmu,” seru Hyunseong. Tentu saja itu hanya
bohong.
Hye
Ra bangkit, dan Dongwoo pun berusaha mengejar gadis itu namun Jeongmin lebih
dulu menahannya untuk kembali duduk. “Kau hanya ingin ada yang menemani, kan?
Aku akan menggangtikan Hye Ra di sini,” paksa Jeongmin sambil menyuruh Dongwoo
untuk kembali duduk.
“Hye
Ra!” panggil Dongwoo, tapi Jeongmin dengan agresifnya tak membiarkan Dongwoo
mengejar Hye Ra. Tentu saja itu semua bagian dari rencana yang ia susun bersama
Hyunseong.
“Oppa
terima kasih telah menyelamatkanku,” ujar Hye Ra pada Hyunseong saat menuju
dalam. Ia sengaja kembali ke ruangan Sunggyu. “Jika Dongwoo sudah pergi, kabari
aku.”
***
Hye
Ra ke luar dari ruangan Sunggyu dan langsung menuju meja bar. Café sudah hampir
tutup. Jeongmin, Hyunseong dan beberapa karyawan lain tampak sibuk membereskan
café. Gadis itu duduk di kursi andalannya. Matanya tercengang melihat tumpukan
buku-bukunya yang sudah rapih. Padahal ia ingat saat terakhir meninggalkan meja
bar, kondisi meja cukup mengenaskan.
Hye
Ra melirik ke tempat biasa Sungyeol berada. Tapi hanya ada ponselnya di dekat
meja kasir. “Mana Sungyeol oppa?” Tanya Hye Ra pada Jeongmin yang tak sengaja
lewat di hadapannya.
“Tadi
dia buru-buru pulang,” jelas Jeongmin sambil berlalu.
“Dia
bilang ibunya sakit. tapi ku rasa Sungyeol juga dalam keadaan kurang sehat,”
tambah Hyunseong yang juga melintas di hadapan gadis itu dari arah yang
berlawanan dengan Jeongmin.
“Berarti ponselnya tertinggal,” gumam
Hye Ra yang sedetik kemudian menyambar ponsel milik Sungyeol dan membawanya ke
dalam. Ke ruangan Sunggyu lebih tepatnya. Gadis itu memeriksa computer di meja
kerja kakaknya. Mencari file yang berisi daftar alamat seluruh karyawan yang
bekerja di café itu.
Setelah
menemukan alamat rumah tempat Sungyeol tinggal, Hye Ra mencatatnya dalam
selembar kertas kecil. Beberapa kali gadis itu menatap dengan seksama tulisan
tangannya. “Ini seperti alamat di
daerah rumah lamaku sebelum ayah dan ibu meninggal,” ujar gadis itu pelan.
Diperhatikannya sekali lagi kertas tadi. “Benar, tapi hanya berbeda blok dari
rumahku.”
Hye
Ra segera melesat ke luar, kembali ke meja bar untuk mengambil ransel dan
sweaternya. “Oppa, aku pulang duluan,” pamitnya pada Hyunseong yang kebetulan
ada di sana.
“Aku
sebentar lagi menyelesaikan ini. Kau bisa pulang bersamaku.”
“Aku
ingin pulang sendiri saja.” Hye Ra menolak ajakan Hyunseong. “Sampaikan pada
Woohyun oppa.” Gadis itu segera melesat menuju pintu ke luar.
“Mau
ku antar pulang?” tawar Jeongmin. Namun Hye Ra melambaikan tangannya menolak
ajakan Jeongmin sambil tetap berjalan ke luar café.
Karena
alamat Sungyeol masih familiar untuknya, Hye Ra tak terlalu mengalami kesulitan
mencarinya. Ia memilih naik bus karena hari juga belum terlalu malam meski
jarak yang harus di tempuh tidak tidak terlalu dekat. Lagipula besok sekolahnya
libur, jadi anggap saja ia sekalian jalan-jalan selagi Sunggyu tak ada.
Selama
perjalanan gadis it uterus berpikir. “Mungkinkah
Sungyeol oppa benar-benar tinggal di sana?” tanyanya seorang diri.
Terdengar cukup janggal bahwa Sungyeol tinggal di rumah mewah, sedangkan ia
hanya bekerja di café yang tidak terlalu besar.
Akhirnya Hye Ra sampai di
tempat tujuan. Gadis itu tampak ragu untuk menekan bel. Jika benar ini rumah
keluarga Sungyeol, untuk apa pemuda itu mau bersusah payah bekerja di cafenya.
Sungyeol bisa saja mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih baik dari pada harus
sekedar menjadi pelayan café.
“Ibu,
hentikan! Telingaku sakit!”
“Biar
saja. Rasakan ini karena kau berani-beraninya mengerjai ibumu!”
Terdengar
sedikit keributan dari dalam rumah.
“Iya
iya, aku janji tidak akan melakukan itu lagi. Aku akan lebih berhati-hati lagi
menjaga ponselku.”
Di
luar pagar, Hye Ra membeku mendengar suara pemuda itu. Sangat mirip dengan
suara Sungyeol. Tapi Sungyeol yang ia kenal adalah pemuda baik yang tidak
banyak bicara. Bukan seperti pemuda itu yang bahkan berani mengerjai ibunya.
Entah apa yang telah dilakukan pemuda itu. Tapi yang pasti sudah membuat ibunya
marah besar seperti tadi.
Hye
Ra menggeleng kuat dan berniat pergi dari sana. Baru saja berbalik, ia
mendengar suara pintu terbuka.
“Siapa?”
teriak seseorang dari balik pagar.
Hye
Ra tak mungkin lagi untuk kabur. Ia menghela napas sebelum memutuskan untuk
membalikkan badan.
“Hye
Ra?”
“Sungyeol
oppa?”
Ternyata
pemuda itu benar-benar Sungyeol. Sungyeol seorang karyawan café milik Sunggyu
yang Hye Ra kenal. Buru-buru pemuda itu membukakan pintu pagar.
“Ada
apa kau ke sini?” Tanya Sungyeol panic seolah rahasia terbesarnya telah
terbongkar. Tapi sepertinya, memang ada satu rahasia Sungyeol yang sudah
terbongkar oleh Hye Ra. Yaitu bahwa pemuda bernama Lee Sungyeol yang bekerja di
café milik Sunggyu adalah seorang anak orang kaya.
“Aku…”
Hye Ra tak meneruskan ucapannya karena merasakan tetesan air jatuh di puncak
kepalanya. Saat mendongak dan menengadahkan tangan, tetesan air itu semakin
banyak dan lama-kelamaan semakin deras.
Tanpa
perintah, Sungyeol menarik tangan Hye Ra dan membawanya ke dalam untuk
berteduh. Dan tak ada penolakan dari gadis itu karena keadaannya memang tidak
memungkinkan untuk menolak. Yang ada tubuh Hye Ra bisa basah kuyup karena
kehujanan.
“Kau
belum jawab pertanyaanku,” seru Sungyeol menagih.
“Ah,
iya.” Hye Ra yang langsung teringat sesuatu, membuka ranselnya dan mengeluarkan
sebuah ponsel. “Milikmu.” Gadis itu menyodorkan ponsel ke arah Sungyeol.
“Tertinggal di meja bar.”
Sungyeol
terkesiap. Pemuda itu meraih ponsel dari tangan Hye Ra sambil menghela napas,
lega. “Ku pikir benar-benar hilang.”
“Kenapa
tak mencoba menelponnya tadi. Mungkin yang akan menjawab aku, Jeongmin oppa
atau Hyunseong oppa.”
Sungyeol
tak menjawab. Ia justru hanya menggaruk belakang kepalanya yang tidak dalam
keadaan gatal. “Sebenarnya…” ucapan Sungyeol terputus saat mendengar suara
pintu di belakang mereka terbuka.
“Kenapa
temanmu tidak di ajak masuk?”
“Ibu…”
Sungyeol tergugup mendapati ibunya di sana. Terlebih ia bersama seorang gadis
di sana.
Hye
Ra mengangguk sekilas. Ia juga bingung harus melakukan apa di depan ibunya
Sungyeol.
“Ayo masuk…”
ajak ibunya Sungyeol yang sudah menarik lengan Hye Ra.
Gadis itu sempat melirik
Sungyeol, namun tak ada yang bisa di harapkan. Sungyeol hanya tersenyum
kemudian mengikuti masuk ke dalam rumah.
“Siapa
namamu?” Tanya ibunya Sungyeol saat mengajak Hye Ra duduk di ruang tamu.
Hye
Ra menautkan jari-jarinya yang mulai terasa dingin. “Kim Hye Ra, tante.”
Ibu Sungyeol
menatap Hye Ra seperti melihat malaikat cantik. Wanita itu tersenyum lalu
membelai rambut panjang Hye Ra yang sedang terurai membuat gadis itu gugup
membeku. Sudah hampir dua tahun ia tak merasakan hal seperti itu. Namun itu juga
yang membuat Sungyeol mengawasi mereka dengan waswas. Sungyeol tak sanggup
membayangkan reaksi Hye Ra setelah ini. Mungkin Hye Ra akan marah, atau…
benar-benar tak bisa di bayangkan.
“Kalau
kau tidak keberatan, kau boleh memanggilku ibu.”
Bibir
Hye Ra bergetar. Entah ia masih bisa menyebut kata itu atau tidak. Yang bisa ia
lakukan sekarang adalah, mendekatkan tubuhnya ke arah ibunya Sungyeol lalu
memeluk wanita itu sekuat-kuatnya. Menangis sekeras-kerasnya, melepaskan rindu
pada seseorang yang sudah tidak bisa ia rengkuh lagi jiwanya.
Begitupula
baginya ibunya Sungyeol. Wanita itu seakan menemukan kembali putrinya yang
hilang. Saat pertama kali bertemu, ia sudah jatuh cinta pada gadis itu. Bukan
hanya ia, bahkan putranya pun sudah lebih dulu jatuh cinta pada Hye Ra.
“Sungyeol!”
Pemuda
itu tersadar dari lamunannya saat ibunya meneriaki namanya. “Iya, bu.”
“Kenapa
kau hanya berdiri di sana? Ayo ambilkan Hye Ra minuman,” titah ibu Sungyeol.
“Oh,”
sahut Sungyeol singkat.
“Oppa
tidak usah,” suara Hye Ra menghentikan langkah Sungyeol. “Akui ingin pulang
saja. Kapan-kapan aku akan main lagi ke sini.”
Sungyeol
mengurungkan niat untuk ke dalam. “Ya sudah. Aku ambil jaketku dulu di dalam.”
“Pulang?
Ini sudah malam dan lagi pula di luar hujannya deras. Ibu tidak setuju jika
Sungyeol mengantarmu menggunakan motor.”
“Lalu
aku akan mengantar Hye Ra menggunakan apa? Bukankah ibu menyita mobilku dan
mobil ibu juga sedang ada di bengkel?” protes Sungyeol. Benar-benar berbeda
dengan Sungyeol yang Hye Ra kenal di café.
“Siapa
yang menyurukmu mengantar Hye Ra pulang?” ibu Sungyeol balik bertanya. “Ku rasa
hujan akan turun lama. Hye Ra akan menginap di sini.” Ucapan ibunya Sungyeol
sama sekali tak bisa di bantah. Dua remaja itu hanya bisa terkejut dan saling
melempar tatapan satu sama lain tanpa ada yang bisa membantu.
***
jiah kebiasaan dah.. lagi enak2 baca udah habis part nya.. hehehe
BalasHapusOMO!!!
kenapa Dongwoo disitu menyebalkan sekali??
tapi akhirnya Hye Ra bisa lepas juga dari Dongwoo.. hihihi
Woohyun kayanya bahagia banget ketawanya saat Hye Ra bener2 ga bisa ngapa2in pas lagi sama Dongwoo.. parah banget.. tertawa diatas penderitaan orang lain.. wkwkwk
minta di lempar lagi tuh sama Hye Ra pake daftar menu.. hahahaha
Kit itu apa??
bener apa yang dikatain sama Sungyeol, kalo ibu nya bener2 merindukan anak perempuannya yang hilang.. hmmm...
biasalah,, Dongwoo kan fans Hye Ra nomor 1... bisa banget ngegunain kesempatan... iye bener, harusnya Woohyun di tampol dulu... wkwkwkwk
BalasHapuskan waktu Sungyeol ngejanjiin mau ngajak Hye Ra ketemu ibunya, dia bilang ibunya emang pengen banget punya anak cewek... hmm... Hye Ra jadi seperti menemukan pengganti ibunya yang udah meninggal...
iya tau Dongwoo fans beratnya Hye Ra nomor 1, tp ga gtu juga kaleeee....
BalasHapuspas bagian itu nyebelinnya dapet banget..hahaha
iye bener.. mencari kesempatan dalam kesempitan..
nah ntu die.. Woohyun blm kena lempar buku menu yang ke 2x aja sama Hye Ra.. wkwkwkwkwk
ne..ne. ne...
dan akhirnya mereka bertemu dengan cara yang seperti itu..
eh, itu Kit apa???
kok Woohyun kena lemparan buku yg ke2 kalinya? perasaan emang nggak kena lempar deh...
BalasHapusiya emang engga..
BalasHapusmaksudnya, si Woohyun blm aja kena lemparan yang ke 2x sama Hye Ra pake buku menu gara2 dy ketawa ngakak banget pas Hye Ra sama Dongwoo.. trz Hye Ra nya ga bisa ngapa2in.. bgtu..
ngerti ga maksdunya??