Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu,
Myungsoo,
Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast :
Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast :
(Boy Friend) Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
Donghyun, Youngmin, Kwangmin
Genre
: romance, family
Length : part
***
“Kau
ingat pemuda yang menolongku saat aku tenggelam di kolam renang sekolah?”
Myungsoo melirik Hye Ra penuh minat.
“Kau bertemu dengannya?”
Hye Ra menggeleng lemah.
“Lalu?
Kenapa tiba-tiba kau membahasnya? Sudahlah, lupakan saja,” ujar Myungsoo sambil
bersiap untuk meninggalkan kelas, namun Hye Ra sudah lebih dulu menariknya
untuk duduk kembali.
“Kau
ingat siapa nama pemuda itu?” Tanya Hye Ra penuh harap.
Myungsoo
mengingat-ingat sebentar. “Sungyeol?”
“Jadi
memang benar namanya Sungyeol? Bukan Chanyeol, kan?” Hye Ra mengulangi ucapan
Myungsoo agar lebih yakin dan justru malah membuat Myungsoo yang menjadi ragu.
“Entahlah,
aku lupa.” Kali ini Myungsoo berdiri, namun tidak pada Hye Ra. Gadis itu masih
duduk tenang di kursinya. “Kau tidak mau ikut aku ke kantin?” ajaknya.
Hye
Ra melirik ke arah pintu, dan tepat bersamaan saat Hoya, Haesa serta Sungjong
meninggalkan kelas. “Mereka semakin dekat saja,” kesalnya lalu berdiri dengan
kasar hingga membuat kursinya sedikit terdorong ke belakang. Sementara Myungsoo
hanya terkekeh melihat kekesalan sepupunya itu.
***
*flashback (2 tahun
lalu)*
Sungyeol menekan-nekan perut seorang gadis yang baru saja ia
tolong akibat nyaris tenggelam. “Hye Ra ku mohon bangun,” serunya nyaris
frustasi. Pemuda itu menatap sekeliling. Tidak ada seorangpun di sana. Sungyeol
menatap gadis itu ragu. Ini usaha terakhir darinya. Pemuda itu memberanikan
diri memberikan napas buatan. Dan ia sudah siap akan semua resikonya jika gadis
itu akan marah karena Sungyeol melakukan itu.
Beberapa kali Sungyeol memberikan napas buatan. Ia juga sudah
cukup kelelahan. Mungkin sudah yang ke empat atau ke lima kalinya, barulah Hye
Ra terbatuk dan mengeluarkan air yang sempat terminum olehnya. Namun gadis itu
kembali pingsan. Setidaknya keadaan Hye Ra sudah lebih baik.
Akhirnya Sungyeol menggotong tubuh Hye Ra dan membawanya ke
ruang kesehatan.
“Sungyeol, apa yang terjadi?” Tanya seorang pemuda cukup
panic melihat Sungyeol menggotong seorang gadis yang tak sadarkan diri dan
dengan seragam yang basah kuyup.
“Nanti saja ku ceritakan.” Sungyeol bergegas menuju ruang
kesehatan. “Kau hubungi teman sekelasnya.”
Sesampainya di ruang kesehatan, Sungyeol membaringkan Hye Ra
di ranjang. Tak lupa ia mencopot sepatu dan kaos kaki yang dikenakan gadis itu.
Semuanya basah. Sungyeol juga melakukan hal yang sama pada dirinya. Tak lupa ia
juga melucuti jam tangan yang sudah mati karena terendam air.
Sungyeol mengacak rambutnya yang basah untuk mengekspresikan
kebingungan karena ia tak tau harus melakukan apa lagi pada gadis itu. Akhirnya
Sungyeol hanya bisa menatap Hye Ra sambil menggenggam tangan gadis itu yang
terasa sangat dingin.
Esoknya,
Sungyeol mendapat kabar bahwa Hye Ra sudah tidak bersekolah di sana. Dan kini,
Sungyeol memilih untuk mampir sebentar ke kolam renang yang terletak di gedung
olahraga sekolahnya. Di sini pertama kalinya ia berinteraksi secara langsung
dengan gadis yang sudah menarik perhatiannya sejak masa orientasi. Tentu saja
selama ini Sungyeol hanya berani memperhatikan Hye Ra secara diam-diam.
Sungyeol
berdiri di tepi kolam tempat Hye Ra menjatuhkan diri. Ia menunduk menatap
permukaan air yang tenang. “Sebenarnya apa yang membuat Hye Ra nekat
menceburkan diri?” Sungyeol menebak-nebak seorang diri. “Jika dia mau bunuh
diri, tidak mungkin dia melakukan itu saat aku juga berada di tempat yang sama.”
Kali
ini Sungyeol berlutut dan mendekatkan wajahnya ke permukaan kolam. Mencoba
melihat sesuatu pada dasar kolam. Ada yang terlihat mencolok dari sana.
“Apa jangan-jangan…”
Sungyeol tak melanjutkan spekulasinya. Setelah teringat bahwa ada benda yang
dibawa Hye Ra terlempar ke kolam, Sungyeol segera membuka sepatu dan kemeja
seragam sekolahnya, lalu menceburkan diri ke dalam kolam. Sungyeol semakin
jelas melihat sebuah benda di dasar kolam. Ia mencoba meraihnya.
Setelah
mendapatkan apa yang ia cari, Sungyeol segera menampakkan diri ke permukaan dan
cepat-cepat ke luar dari dalam kolam.
Saat membuka tangan, ia menemukan sebuah kalung dengan liontin cincin. Ia
memperhatikan lebih teliti lagi, dan ternyata di bagian dalam cincin terukir
nama Hye Ra dan Sunggyu.
Melihat
nama gadis yang ia suka bersanding dengan nama seorang pemuda tentu saja
membuat Sungyeol sedikit sakit hati. Ia hanya menghela napas lalu bangkit untuk
meninggalkan tempat itu. Tak lupa Sungyeol juga membawa pergi kalung di
tangannya.
*flashback end*
Dari
balik meja kasir, Sungyeol masih memikirkan kejadian 2 tahun lalu yang hampir
saja ia lupakan. Tanpa sadar, tangannya menyentuh dada. Di balik seragam
kerjanya, Sungyeol menyembunyikan sesuatu. Ia pun mengeluarkannya dari balik
seragam. Itu kalung berliontin cincin milik Hye Ra. Perlahan sudut bibirnya
terangkat. Karena, nama pemuda yang terukir di dalam cincin adalah nama
Sunggyu, bossnya di café yang juga kakak dari Hye Ra.
Beruntung
saat Jeongmin mendekat, Sungyeol sudah kembali kealam sadarnya. Pemuda itu
memberikan secarik kertas berisi pesanan pelanggan pada Sungyeol.
***
Hye
Ra menunggu Myungsoo ke luar dari ruangan guru piket. “Myungsoo…”
Myungsoo
menghela napas. Ia sudah mengerti maksud pembicaraan Hye Ra. “Sudah ku bilang, Sunggyu
hyung akan menghajarku jika tau kau ikut membolos jam pelajaran.”
“Terserahlah,”
kesal Hye Ra dan kini berjalan mendahului Myungsoo. Sesampainya di kelas, Hye
Ra membanting tubuhnya ke kursi. Ia benar-benar mengabaikan kesibukan Myungsoo
yang tengah membereskan peralatan sekolahnya.
“Kau
mau ke mana?” tegur Dongwoo.
“Aku
mau menjemput Minwoo di rumah sakit,” jawab Myungsoo.
“Syukurlah
kalau Minwoo sudah baikan.” Dongwoo menepuk pundak Myunsoo tanda simpatik.
Sekilas ia melirik Hye Ra yang masih saja cemberut karena akan ditinggal
Myungsoo. “Kau jangan khawatir, aku yang akan menemanimu.”
Hye
Ra melirik tajam dengan tatapan membunuh. Bukan Dongwoo namanya jika
terpengaruh begitu saja. Ia justru tertawa dan menikmati tiap kekesalan Hye Ra
yang dilampiaskan padanya.
“Tak
perlu susah payah menunjukkan raut kesalmu,” saran Dongwoo. Tentu saja
ditujukan untuk Hye Ra. “Karena aku akan tetap menyukaimu sampai kapanpun.”
Myungsoo
terkekeh mendengar Dongwoo berusaha merayu sepupunya. “Kau jaga sepupuku ya,”
canda Myungsoo yang langsung melesat pergi sebelum Hye Ra benar-benar
melancarkan aksinya melempari Myungsoo dengan sepatu.
***
Kesibukan
terjadi di café milik Sunggyu. Seluruh karyawan di sana sibuk berkutat dengan
pekerjaan masing-masing. Tampak Jeongmin yang sedang mencatat pesanan salah
seorang pelanggan. Sedangkan Hyunseong membantu Woohyun di dapur. Sementara
Sungyeol sedang membuat minuman di meja bar untuk diantarkan ke meja pelanggan.
Saat
kembali, Sungyeol sedikit terkejut karena ternyata Hye Ra sudah di sana. Duduk
di kursi yang biasa gadis itu tempati. Dari luar meja bar, tampak Jeongmin
mendekati Hye Ra yang kelihatan sedang buruk suasana hatinya.
Jeongmin
meletakkan nampan di hadapan Hye Ra. “Kau kenapa?” tegurnya.
Hye
Ra menghela napas sebelum menjawab. “Myungsoo meninggalkanku setelah istirahat
jam pertama tadi,” jawabnya lemas.
“Meninggalkanmu
ke mana?” Tanya Jeongmin lagi yang mulai penasaran.
“Menjemput
Minwoo di rumah sakit.” Hye Ra mulai mengeluarkan beberapa buku pelajaran dari
dalam tasnya.
Wajah
Jeongmin berubah khawatir. “Minwoo sakit?” tapi ia tidak bisa menunggu sampai
Hye Ra menjawab pertanyaannya karena Hyunseong menyuruhnya untuk mengantarkan
makanan.
Di
sisi lain, Sungyeol mengawasi mereka sambil berusaha berkonsentrasi dengan
pekerjaannya membuat minuman.
“Sungyeol!”
panggil Woohyun dari dalam.
Sungyeol
berbalik dan sedikit menundukkan wajahnya agar sejajar dengan jendela yang
letaknya sedikit rendah dari tinggi badannya. Tanpa berkata-kata lagi, Sungyeol
tau bahwa Woohyun memanggil hanya untuk menyuruhnya mengantarkan makanan.
“Kemarin
dia cedera saat latihan sepakbola,” jelas Hye Ra saat Jeongmin kembali setelah
mengantarkan makanan pada pelanggan.
“Aku
ke dalam dulu,” pamit Jeongmin, bertepatan dengan Sungyeol yang baru kembali ke
meja bar.
Sungyeol
mengetuk-ngetukkan jari di meja. Tidak ada yang ia lakukan saat ini kecuali
sesekali melirik Hye Ra yang sibuk dengan tugas-tugas sekolahnya. Dan tampaknya
Sungyeol juga tak memiliki kesempatan untuk bicara banyak dengan Hye Ra karena
kesibukkannya setelah ini.
Saat
tengah serius mengerjakan tugas, tiba-tiba ada seseorang yang meletakkan sebuah
kotak berisi kue pelangi di atas buku Hye Ra. Tanpa perlu mendongak, gadis itu
sudah tau pelakunya pastilah Myungsoo.
“Jangan
merayuku,” seru Hye Ra ketus.
“Heh!”
Myungsoo dengan tidak sabar menangkup wajah Hye Ra agar menatapnya. “Jangan kelewat
percaya diri. Ini untuk Sunggyu hyung!” seru Myungsoo lalu membawa kue tadi ke
dalam café bersamanya.
Hye
Ra hanya bisa mengikuti langkah Myungsoo dengan tatapannya kesalnya. “Myungsoo
menyebalkan!” gerutunya. Hye Ra melampiaskan kekesalannya dengan cara
membolak-balikkan bukunya, kasar. Tak lama ada seseorang menahan tangannya.
“Segitu
kesalnyakah kau padaku hari ini?”
Hye
Ra mendongak sambil melepaskan tangan Myungsoo. “Benar.”
“Bukankah
sudah ku jelaskan…” Myungsoo berusaha membela diri namun Hye Ra lebih dulu
memotong ucapannya.
“Iya
aku tau. Tapi bukan hanya itu!”
“Bukan
hanya itu?” Myungsoo mengulangi ucapan Hye Ra. Tiba-tiba perasaannya berubah
tak nyaman. Bisa dipastikan ada sesuatu yang membuat Hye Ra sangat marah
padanya hari ini.
Hye
Ra menghela napas. Dan dengan sangat terpaksa, tapi ia memang harus menceritakan
hal ini pada Myungsoo.
*flashback*
“Kau jaga sepupuku ya,”
canda Myungsoo yang langsung melesat pergi sebelum Hye Ra benar-benar
melancarkan aksinya melempari Myungsoo dengan sepatu.
“Apa
yang kau lakukan?” protes Hye Ra saat mendapati Dongwoo sudah duduk di tempat
yang ditinggalkan Myungsoo.
“Aku
sedang menjalankan amanat dari Myungsoo,” ujar Dongwoo santai. Ia bahkan sudah
menyuruh Sungjong untuk mengambilkan tasnya.
Hye
Ra bersusah payah mendorong Dongwoo untuk pergi. Namun percuma, pemuda itu sama
sekali tak berniat untuk meninggalkan Hye Ra sendiri di kursinya.
Merasa
usahanya akan sia-sia, Hye Ra memilih bangkit dan membawa serta ranselnya. Jika
Dongwoo tak bisa pergi, biar dia saja yang pergi dari tempat itu. Hye Ra segera
melesat ke meja Dongwoo, tepat di samping Sungjong.
Tentu
saja Dongwoo tak akan tinggal diam. Ia berniat membuat Sungjong menyingkir dari
tempatnya. Namun Hye Ra sekuat tenaga mempertahankan Sungjong. Sampai akhirnya,
bel istirahat selesai berbunyi sehingga memaksa Dongwoo kembali ke meja
Myungsoo dengan wajah kesal.
*flashback end*
Myungsoo
tertawa setelah mendengar cerita Hye Ra. Namun gadis itu justru semakin
cemberut dan sudah sangat ingin melempar Myungsoo ke dalam panic milik Woohyun
di dapur.
“Harusnya
kau menyuruh Hoya untuk menjagaku!”
“Tidak
ada Hoya di sana,” seru Myungsoo beralasan.
“Tapi…”
“Kalian!
Bisa diam tidak?” tegur Woohyun membuat Hye Ra tak melanjutkan ucapannya. Tentu
saja ia tak benar-benar serius menegur seperti tadi. Woohyun lalu meletakkan
kue pemberian Myungsoo yang sudah ia potong menjadi beberapa bagian, di
tengah-tengah antara Myungsoo dan Hye Ra.
Hye
Ra mencomot salah satu bagian, begitu pula dengan Myungsoo. “Oppa, kau tidak
mau?”
“Aku
ingin kau yang menyuapinya,” seru Woohyun dengan nada dibuat-buat manja yang
sukses membuat Myungsoo pura-pura ingin muntah. Tapi pemuda itu tak peduli.
Terlebih Hye Ra juga menanggapi permintaannya.
Belum sampai kue itu ke
mulut Woohyun, Jeongmin sudah lebih dulu menyambar tangan Hye Ra untuk
menyuapinya terlebih dahulu.
“Jeongmin!”
Woohyun melancarkan protes keras. Sementara Jeongmin hanya tersenyum dengan
mulut penuh kue.
Tak
ingin ketinggalan, Hyunseong yang baru muncul dari dapur ikut berkumpul di
sana. “Aku juga mau,” kata Hyunseong yang sudah menatap kue yang masih setengah
utuh dengan penuh minat.
Dengan
jahilnya, Myungsoo menempelkan kue di tangannya ke bibir Hyunseong. “Ini
untukmu, hyung.”
“Hmppt…”
Hyunseong terpaksa melahap kue yang mendarat paksa ke mulutnya. Sedetik kemudian
ia melempari Myungsoo tatapan membunuh. Namun pemuda yang dimaksud hanya
tersenyum dan tak merasa bersalah.
Serempak,
mereka yang berada di sana terkekeh dengan kejahilan Myungsoo. Sementara itu,
tak jauh dari sana Sungyeol sengaja menyibukkan diri dengan membereskan meja
yang baru saja ditinggalkan pelanggan.
***
Pertama
Sunggyu. Ke dua Myungsoo. Lalu gadis itu menyebut nama Hoya. Woohyun juga
terlihat sangat akrab. Belum lagi pemuda bernama Dongwoo yang sempat tersebut
saat Hye Ra bercerita pada Myungsoo. Besok siapa lagi pemuda lain yang begitu
dekat dengan Hye Ra? Jeongmin dan Hyunseong?
Sungyeol
mengacak rambutnya, frustasi, menanggapi spekulasi-spekulasi tak jelas dalam
benaknya. Baru kali ini ia merasa dipermainkan oleh seorang gadis. Terlebih
gadis itu baru saja kembali memasuki kehidupannya setelah dua tahun menghilang.
Lagi-lagi tanpa sadar
tangan Sungyeol meraba dadanya. Anehnya, apapun yang terjadi, ia sama sekali
tak berniat melepas kalung yang selama 2 tahun ini menggantikan Hye Ra di
sisinya.
Pemuda
itu menoleh ke salah satu sisi. Sungyeol yang tengah menyendiri di pintu
belakang café, hanya mendapati jalan sempit yang seperti tak berujung. Ia juga
tak tau ke arah mana jalan tersebut tertuju. Sama seperti apa yang ia rasakan
saat ini. Ia tidak tau harus menuju jalan yang mana untuk bisa sampai ke tempat
hati Hye Ra berada.
Beberapa
menit kemudian, Sungyeol kembali ke dalam. Ke belakang meja bar lebih tepatnya.
Di sana ia melihat suasana masih hampir sama seperti tadi. Jeongmin, Hyunseong
dan Woohyun masih tampak tetap melakukan pekerjaan mereka meski akhirnya akan
kembali ke meja bar tempat Hye Ra dan Myungsoo berada. Namun bedanya kali ini
Sunggyu tampak telah bergabung. Ia sedikit bersandar ke punggung adiknya.
Beruntung
ada pelanggan yang baru datang. Sungyeol buru-buru menghampiri sebelum Jeongmin
sempat bergerak. Pemuda itu memang tampak menyibukkan diri. Cemburukah
mendapati kenyataan Hye Ra dikelilingi beberapa pemuda sekaligus? Sungyeol
menggeleng keras berusaha menepikan pikiran itu dari otaknya.
Setidaknya
takdir memang telah mempertemukan mereka. Di café ini. Dan tanpa ada unsur
kesengajaan sedikitpun. Tujuan utama Sungyeol bekerja di sana semata-mata bukan
karena Hye Ra. Pemuda itu bahkan tidak tau bahwa ia akan bekerja di café milik
keluarga Hye Ra.
Tampaknya
tidak ada yang menyadari perilaku janggal yang ditunjukkan Sungyeol, kecuali
Hye Ra.
“Sungyeol
oppa. Ayo bergabung. Kau bahkan belum mencicipi kue ini,” ajak Hye Ra yang
tentu saja sukses membuat Sungyeol membeku.
Tapi pemuda itu buru-buru
kembali ke alam nyata. Alasan utama adalah karena ia tengah bekerja dan tidak
ingin ada yang mencurigainya. Dan tentu saja karena di sana ada Sunggyu. Ia
masih sangat menghormati bossnya itu meski Sunggyu masih terbilang cukup muda.
Hanya dua tahun lebih tua darinya.
“Sungyeol,
ayo sini.” Sunggyu tampak ikut bicara, mengajak pemuda itu untuk bergabung.
Sungyeol
menimbang-nimbang ajakan bossnya. Hal yang membuat ia yakin untuk mendekat
adalah karena ternyata di sana bukan hanya ada Woohyun, Jeongmin dan Hyunseong
saja yang berstatus sebagai karyawan café. Tapi ada beberapa karyawan lain yang
silih berganti bergabung meski hanya sekedar mencicipi kue yang di bawa pemuda
bernama Myungsoo tadi.
Tampaknya
Myungsoo sendiri baru menyadari keberadaan seorang Sungyeol di café itu. “Dia
karyawan barumu, hyung?” bisik Myungsoo pada Sunggyu.
“Sungyeol,
kau haru kenal pemuda ini.” Sunggyu menunjuk ke arah Myungsoo.
Myungsoo
sudah lebih dulu mengulurkan tangannya. Tapi Sungyeol tampak sedikit mengulur
waktu. Meski akhirnya, Sungyeol membalas jabatan tangan dari Myungsoo. Tidak
sopan jika menolak niat baik dari seseorang meski pikiran dan perasanmu sedang
kacau karena hal yang belum pasti kebenarannya.
“Myungsoo,”
pemuda itu memperkenalkan diri di hadapan Sungyeol. “Aku sepupu Sunggyu hyung
dan Hye Ra.”
Lega
rasanya bahwa satu kenyataan pahit telah berubah manis. Pemuda itu hanya
sepupu. Walau hubungannya sangat dekat, tapi setidaknya status Hye Ra dan
Myungsoo tidak akan pernah berubah menjadi apapun. “Aku Sungyeol,” ujar
Sungyeol akhirnya.
“Oppa
kau tidak boleh kembali bekerja sebelum menerima ini,” paksa Hye Ra yang telah
lebih dulu menyodorkan sepiring kue.
Sungyeol
tampak melirik Sunggyu seolah meminta ijin untuk menerima kue pemberian Hye Ra.
Dan Sungyeol baru menerima piring dari tangan Hye Ra setelah Sunggyu
mengangguk.
Setelah
itu, Woohyun tampak kembali. “Oppa, nanti tolong buatkan sesuatu untuk Minwoo,”
pinta Hye Ra yang tentu saja tidak mendapat protes apapun dari Woohyun.
Protes
justru ke luar dari mulut Myungsoo. “Hanya Minwoo? Untukku tidak ada?”
“Tidak ada jatah untukmu,”
balas Hye Ra santai lalu kembali mencomot satu potong kue lagi.
“Apa
sepupumu hanya Minwoo?” protes Myungsoo lagi.
“Tidak.
Kau juga sepupuku. Tapi aku sedang tidak berbaik hati padamu.”
Sunggyu
terkekeh melihat kejahilan Hye Ra sambil mengacak lembut puncak kepala adiknya.
***
Dua hari
kemudian. Tepatnya sore hari, Hye Ra tampak berjalan sendiri ke lapangan
sepakbola sekolah. Dari dalam pintu masuk, tampak dua pemuda yang memiliki
kesamaan, baik fisik ataupun wajah, yang berjalan ke arah yang berlawanan
dengan Hye Ra.
“Di
dalam ada Myungsoo?” tegur Hye Ra saat mereka berpapasan.
“Ada,
noona. Bersama Minwoo,” jawab mereka kompak.
Hye Ra
menatap mereka takjub. Gadis itu seperti bicara dengan satu orang dekat cermin.
“Terima kasih,” seru Hye Ra gugup. Bingung lebih tepatnya untuk menggambarkan
suasana hatinya. Takjub, aneh, unik, dan semua menjadi satu.
Buru-buru gadis itu
melesat ke dalam meninggalkan dua anak kembar tadi di sana. Namun ironisnya,
Hye Ra justru disuguhkan pemandangan yang selama ini ia khayalkan. Bisa menemani
Hoya yang tengah bermain sepakbola. Dan gadis beruntung yang bisa melakukan itu
adalah Haesa. Hoya bahkan tak terlihat merasa terganggu dengan keberadaan teman
semejanya itu di sana.
Hye Ra
memutuskan untuk meninggalkan tempat itu. Melupakan tujuan utamanya ia ke sana.
Saat berbalik, gadis itu bertabrakan dengan tubuh seseorang. Sungjong.
“Kenapa
tak jadi ke dalam?” tegur Sungjong.
“Tidak.
Orang yang ku cari tidak ada di dalam,” dusta Hye Ra. Dan beruntung di ujung
sana ada Dongwoo yang baru kembali setelah berganti pakaian olahraga. “Dongwoo!”
teriaknya membuat pemuda itu menghentikan langkah karena Hye Ra lebih dulu
berniat untuk menghampirinya.
“Sudah
bertemu Myungsoo?” Tanya Dongwoo penuh semangat.
“Ponselku
tertinggal di rumah. Bisakah kau menghubungi cafeku? Minta seseorang untuk
menjemputku di sini.”
Dongwoo
mengangguk menyetujui. Apapun akan ia lakukan untuk seorang Hye Ra. “Aku akan
meminta Myungsoo menghubungi cafemu.”
“Katakan aku akan menunggu
di halte,” ujar Hye Ra. Dongwoo sempat menepuk pelan pundak Hye Ra sebelum
gadis itu berjalan meninggalkannya.
***
Sementara
itu dari tepi lapangan, ketika Hye Ra muncul kebetulah Hoya juga melihat ke
arah gadis itu. Begitu pula dengan Haesa yang berada di dekat Hoya.
Hoya buru-buru
menolehkan wajahnya ke arah lain ketika mendapati Hye Ra membatalkan niat untuk
masuk ke dalam area lapangan. Terlebih setelah mata mereka saling bertemu. Hoya
menenggak air minum dari dalam botol untuk menutupi suasana hatinya.
Di saat
yang bersamaan, Sungjong muncul dan langsung memilih duduk di samping Haesa. “Ku
rasa kau sudah tidak bisa menutupi hal tersebut dariku,” ujar Sungjong tepat
ketika Hoya menyerahkan botol minumnya dari Haesa.
“Maksudmu?”
Tanya Hoya pura-pura tak mengerti. Tapi pemuda itu juga tak ingin menunggu
Sungjong merespon pertanyaannya. Ia lebih memilih kembali ke dalam lapangan
untuk berlatih.
“Biarkan
saja sampai dia yang mau bercerita sendiri pada kita.”
Sungjong
menoleh ketika mendengar Haesa berkata. “Apa aku mulai menyukainya?”
Haesa
tampak menoleh. “Tunggu sampai aku mau menceritakannya padamu.”
Sungjong
berdecak kesal, seolah tengah dipermainkan saudaranya sendiri.
***
oh.. ternyata Sungyeol udah lama suka sama Hye Ra pas orientasi sekolah.. pantesan..
BalasHapusemang dasar Dongwoo, ngeledek Hye Ra mulu kerjaannya.. hahahahaha
kayanya Haesa sudah mulai jatuh cinta sama Hoya.. asik dah..
SUngyeol kayak model stalkernya Hye Ra lah... tapi gak berani deketin langsung... sekalinya dekat malah pas ada insiden kolam renang... udah gitu Hye Ra pindah sekolah... jadi baru ditakdirin ketemunya 2 tahun kemudian...
BalasHapusoh jadi Sungyeol kaya stalker Hye Ra..
BalasHapusne.. ne.. ne...
dy cuma ngawasin dari belakang aja yah gerak gerik nya Hye Ra dari jauh?? trz ga lama Hye Ra langsung pindah sekolah??
iya.. pas banget dy kerja di cafenya Sunggyu, dan cafe itu juga punya Hye Ra juga..
sebenernya Sungyeol kerja di cafe Sunggyu tuh gak tau kalo Hye Ra adiknya Sunggyu...
BalasHapusjadi itu semua takdir buat Sungyeol bisa ketemu lagi sama Hye Ra...
nah itu maksudnya...
BalasHapussekarang mereka udah ketemu..
apakah akan menimbulkan benih-benih cinta diantara mereka??
sungyeol mah emang udah jatuh cinta duluan ke hye Ra...
BalasHapusoh gtu yah.. hahaha
BalasHapuskasian aja Sungyeol mendem rasa cinta nya ke Hye Ra, ditinggal pula sama Hye Ra 2 tahun.. ckckck
kalo Hye Ra tau, mungkin dia nggak bakal ninggalin Sungyeol...
BalasHapuslagian kan emang ini kisahnya, Sungyeol dipisahin dulu sama Hye Ra, baru deh diketemuin lagi...
yupz benar sekali author...
BalasHapusoh emang sengaja yah ?? wkwkwkwk
biar ada insiden yang bisa mengingatkan mereka ber 2??
biar romance aja, takdir mereka dipermainkan dulu... kalo gak gitu, gak seru donk kalo nge-flat jalan ceritanya... misal : Sungyeol naksir Hye Ra, trus modusin biar bisa dekat, nembak, jadian... halah, udah pasaran yg kayak gitu...
BalasHapushmmm... iye bener..
BalasHapuskasian aja takdeir bisa dimaenin.. hahaha
iya juga sih..
haahahaha
dari hati banget tuh ngomongnya..
kayanya udah apal di luar kepala yah jalan cerita di Indonesia??