Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu,
Myungsoo,
Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast :
Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast :
(Boy Friend) Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
Donghyun, Youngmin, Kwangmin
Genre
: romance, family
Length : part
***
Sebuah
sepeda motor berhenti tepat di depan sebuah halte di mana Hye Ra duduk sendiri
menunggu seseorang. Gadis itu menoleh tepat saat sang pengendara membuka kaca
helmnya. Pemuda itu adalah Sungyeol.
Hye
Ra mendekati Sungyeol. “Oppa, kau yang menjemputku?”
Sungyeol
menyunggingkan senyumannya. “Kau keberatan? Di café tak ada yang bisa
menjemputmu.”
“Bukan.
Tapi aku hanya…” Hye Ra tak melanjutkan ucapannya. “Ah, oppa. Bisakah kita ke
suatu tempat sebentar?”
Sungyeol
melirik jam tangannya seperti mempertimbangkan permintaan Hye Ra. Sementara
gadis itu menunggu dengan khawatir. Sungyeol menatap Hye Ra penuh arti. Dengan
sangat menyesal Sungyeol menggeleng. “Café sedang ramai,” sesalnya.
Hye
Ra menghela napas. “Yasudahlah. Ayo kita kembali ke café.” Gadis itu memegang
pundak Sungyeol lalu naik ke atas motor.
Beberapa
menit kemudian, mereka sampai di café. Dan Hye Ra segera melesat ke dalam
meninggalkan Sungyeol. Gadis itu juga tak mempedulikan keberadaan Jeongmin di
sana. Bahkan ketika Hyunseong menyapapun, gadis itu tetap berlalu ke dalam. Ia menuju
ruangan Sunggyu dan merebahkan diri di kasur. Bahkan ia tak memberikan sapaan
apapun pada kakaknya itu.
Belum
sempat Sunggyu beranjak dari kursinya, Woohyun tampak muncul dari balik pintu.
“Kau
kenapa?” tegurnya pada Hye Ra. “Mau aku masakkan sesuatu?” tawarnya.
Sunggyu
menatap adiknya, menunggu sampai gadis itu merespon ucapan Woohyun. Tapi tetap
tak ada jawaban apapun dari Hye Ra. Sunggyu melirik Woohyun. “Buatkan saja,”
ujarnya menanggapi tawaran Woohyun untuk Hye Ra.
Woohyun
hanya mengangguk sekilas lalu meninggalkan ruangan Sunggyu. Saat berbalik, ia
mendpaati Sungyeol muncul dari dalam toilet. “Apa yang terjadi pada Hye Ra?”
“Dia
tidak cerita apa-apa, hyung.” Sungyeol dan Woohyun masih di sana beberapa saat,
namun mereka saling diam. “Bagaimana keadaannya sekarang?” Tanya Sungyeol.
“Ku
rasa dia hanya butuh istirahat.” Woohyun sedikit enggan membahas Hye Ra lebih
lanjut. Ia lebih memilih untuk kembali bekerja meninggalkan Sungyeol di sana.
***
Seusai
berlatih sepakbola, Hoya meninggalkan lapangan seorang diri. Namun langkahnya
dihalangi seseorang. Sungjong.
“Aku
akan mengatakan langsung maksudku. Sepertinya Haesa mulai tertarik padamu. Dan
yang ku tanyakan, apa kau menyukai gadis lain? Aku sangat butuh jawabanmu,”
cecar Sungjong tanpa basa-basi.
Hoya tak langsung menjawab
pertanyaan Sungjong. Ia tampak mengawasi sekitar. Hoya hanya sedikit
menggerakkan kepalanya mengajak Sungjong untuk sedikit menyingkir dari sana.
“Maaf
Sungjong. Tapi ku rasa, kau belum berhak tau tentang aku menyukai gadis lain
atau tidak.”
“Tapi
menurutku Haesa…”
Hoya
memotong ucapan Sungjong. “Katakan pada Haesa untuk tidak memiliki perasaan
apapun padaku. Dia bisa menyukai pemuda lain. Myungsoo atau Dongwoo, mungkin.”
Hoya bersiap meninggalkan Sungjong, namun pemuda itu menahan tangannya.
“Aku
tau kau pemuda baik. Kau tidak ingin menyakiti siapapun, terlebih pada seorang
gadis.” Sungjong berkata setenang mungkin. “Tapi dengan caramu seperti ini, kau
tidak sadar jika akan banyak yang kau sakiti tanpa sadar. Kau lihat Hye Ra
tadi?”
Hoya
menoleh tajam saat Sungjong menyinggung soal Hye Ra. “Ada apa dengan Hye Ra?”
“Kau
pasti sadar gadis itu datang ke lapangan. Tapi ia langsung pergi begitu saja.
Dan ku yakin penyebab utama Hye Ra seperti itu adalah karena dia melihatmu
bersama Haesa.” Sungjong memberi jeda sesaat dalam ucapannya. “Walau aku belum
genap seminggu sekolah di sini, tapi aku mengawasi hampir setiap kejadian di
kelas. Dan yang paling mencolok adalah tentang kau, Hye Ra, Myungsoo, serta
Dongwoo.”
Terdengar
helaan napas kasar dari Hoya. “Lalu, apa yang kau mau dariku?” Pemuda itu
bicara tanpa menatap Sungjong.
“Tidak
ada. Tapi kalau bisa, kau bicarakan semua.”
Hoya
masih berusaha mencerna tiap kata yang meluncur dari bibir Sungjong. Bahkan
setelah pemuda itu pergi, Hoya masih berdiri di sana beberapa saat.
***
Sunggyu
masih mengawasi adiknya yang tertidur. Gadis itu terlihat sangat lelap. Sampai
akhirnya, Hye Ra mulai membuka matanya perlahan.
“Apa
tadi ada pelajaran olahraga di sekolah?”
Hye
Ra menoleh ke arah Sunggyu yang mengajaknya berbicara. “Sejak kapan oppa ada di
sana?”
“Jadi
kau tidak menyadari aku ada di sini sejak kau datang?” Sunggyu berdecak kecewa
karena Hye Ra melupakan kehadirannya.
“Aku
bahkan tidak ingat berapa lama aku tertidur.” Hye Ra bicara sambil mengusap
matanya. “Sepertinya sudah hampir sore.”
“Ini
bahkan sudah malam.”
“Benarkah?”
Hye Ra terkejut medengar ucapan kakaknya. Ia lalu bergegas ke luar dari ruangan
Sunggyu menuju toilet. Setelah membasuh wajahnya, Hye Ra kembali ke ruangan
Sunggyu untuk mengambil ranselnya. “Oppa aku ingin pulang.”
Sunggyu
meninggalkan sejenak tugas kuliahnya. “Makan dulu,” ujarnya sambil menggerakkan
dagu ke arah nampan berisi makanan yang tadi dibuatkan Woohyun untuk Hye Ra.
“Aku
makan di rumah saja. Oppa bisa mengantarku sebentar?” gadis itu sudah bersiap
diri.
“Kau
ikut Hyunseong saja. Tadi dia ijin untuk pulang lebih cepat.”
Hye
Ra mengangguk lalu meninggalkan ruangan Sunggyu dan mencari Hyunseong.
Kebetulan pemuda itu juga baru ke luar dari ruangan karyawan.
“Oppa,
boleh aku ikut pulang denganmu?” pinta Hye Ra.
Hyunseong
mengangguk tanpa berpikir terlebih dahulu. “Ayo,” ajaknya sambil merangkul Hye
Ra. Namun tatapan gadis itu seperti mencari-cari seseorang. Tepatnya penghuni
belakang meja bar. Siapa lagi kalau bukan Sungyeol. Tapi nampaknya pemuda itu
sedang tidak berada di sana.
Hye
Ra akhirnya berhenti mencari dan hanya sedikit menundukkan wajahnya saat
meninggalkan café.
Satu
yang tak mereka sadari, Sungyeol justru yang mengawasi mereka. Pemuda itu
memang sengaja bersembunyi dari pandangan Hye Ra. “Bahkan semua orang yang ada di café ini sangat memperhatikannya,” gumam
Sungyeol dalam hati. Tak ada lagi yang bisa ia perbuat kecuali kembali
melanjutkan pekerjaannya.
***
Sementara
itu di kediaman keluarga Haesa, gadis itu tampak menuju halaman belakang
rumahnya. Ia menghampiri Sungjong yang tengah menebarkan makanan ikan ke
permukaan kolam. Serempak saja ikan-ikan peliharaannya berebut memakan makanan
dari Sungjong.
Sungjong
menoleh karena merasa ada seseorang yang berdiri di sampingnya. Ia tidak
mengatakan apapun saat mengetahui orang itu adalah Haesa.
“Kau
bicara apa dengan Hoya?” Tanya Haesa langsung ke intinya.
Sungjong
tak langsung menjawab. Ia memilih menyingkir menuju kursi panjang tak jauh dari
kolam ikan. Haesapun mengikuti pemuda itu dan duduk di sampingnya.
“Jujur
padaku. Kau menyukai Hoya?”
“Kau
masih ingin membahas itu?” Haesa justru menjawabnya dengan kembali bertanya.
Sungjong
berdecak dan mengalihkan tatapannya kembali menuju kolam ikan. “Kalau begitu,
kau tidak perlu tau apa yang aku bicarakan pada Hoya.”
“Oke,”
seru Haesa terdengar mengalah. “Aku mengaguminya. Hanya itu. Karena aku tau
Hoya menyukai seseorang di kelas kita.”
“Benar.”
Sungjong mengangguk. Ia lalu melirik Haesa penuh arti. “Ternyata dugaan kita
sama.” Pemuda itu kembali menoleh ke arah lain. Tatapannya seperti menerawang sesuatu.
“Dan aku kasihan dengan gadis itu.”
Haesa
menarik pundak Sungjong agar pemuda itu menatapnya. “Kau juga menyukai Hye Ra?”
Tanya gadis itu, sedikit tak mempercayai kesimpulan pikirannya.
Sungjong
meresponnya datar. Ia sama sekali tak terpengaruh dengan ucapan Haesa. “Mereka
sama-sama suka. Tapi Hoya tampak menjauhi gadis itu dengan cara memanfaatkan
keberadaanmu.”
“Ku
rasa itu bukan urusan kita.”
“Karena
kau terlibat, itu menjadi urusan kita juga.” Sungjong menunggu jawaban Haesa.
Tapi gadis itu tak memberikan respon apapun. “Bagaimana jadinya jika kau yang
berada di posisi Hye Ra? Aku tak ingin kau menjadi gadis yang bahagia di atas
penderitaan gadis lain.”
“Kau
pikir aku sejahat itu?” Haesa melancarkan protes keras. Secara tidak langsung,
Sungjong menuduhnya demikian.
“Ku
mohon kau cari tau tentang ini pada Hoya.”
***
Hye
Ra tengah mengikat tali sepatunya di teras rumah ketika Sunggyu telah bersiap
di samping mobilnya. Pemuda itu melirik jam tangan lalu menatap adiknya penuh
Tanya.
“Biasanya
kau cerewet jika jam segini kita masih di rumah,” komentar Sunggyu saat
mendapati Hye Ra sudah beranjak menuju mobil.
Hye
Ra lebih memilih terlebih dulu masuk ke dalam mobil sebelum menjawab kecurigaan
kakaknya.
“Kau
bertengkar dengan Hoya?” tebak Sunggyu.
Hye
Ra terlihat malas membahas Hoya pagi ini. “Lupakan pemuda itu untuk hari ini.”
Sunggyu
hanya mengangguk pelan. “Ku rasa si Hoya itu memang tidak pantas untukmu?”
“Apa
maksud oppa?” gadis itu melirik tajam kakaknya.
“Tidak
ada.” Sunggyu sama sekali tak merasa bersalah. Ia tetap berkonsentrasi
menyetir. Dan setelah itu, tidak ada lagi yang mereka bicarakan sampai mereka
tiba di sekolah Hye Ra.
***
Saat
istirahat tiba, Hoya, Haesa dan Sungjong segera menuju kantin. Mereka memilih
meja sedikit lebih dalam. Sungjong bersandar di kursi sambil melipat tangannya
di depan dada saat mengawasi Hye Ra yang baru saja datang bersama Myungsoo
tentu saja. Tak lama bergabung Minwoo dan dua temannya yang kembar. Tidak hanya
Myungsoo dan Minwoo saja yang terlihat akrab dengan Hye Ra, tapi dua anak
kembar tadi juga.
Sungjong
melirik Hoya yang berada di sampingnya. Pemuda itu juga melancarkan tatapan
menusuk ke meja yang dihuni Hye Ra. Sampai akhirnya, Haesa datang sambil
membawa baki berisi makanan dan minuman pesanan mereka.
“Ternyata
gadis itu ramah kepada siapa saja. Hmm… aku jadi ingin dekat juga dengannya,”
ujar Sungjong yang tanpa sadar membuat Hoya juga menatapnya tajam. Tapi
sepertinya Sungjong memang sengaja melakukan itu untuk melihat reaksi Hoya.
Sementara
Haesa yang tidak tau apa-apa, menatap Sungjong dan Hoya bergantian.
“Tak
ku sangka gadis itu memiliki cinta yang tak terbalas. Padahal ku yakin, di
sekolah ini banyak pemuda yang tertarik padanya. Sebut saja…” Sungjong sengaja
sedikit mengulur ucapannya seolah-olah tengah berpikir keras. “Dongwoo.” Pemuda
itu bicara masih tidak menatap Hoya.
Seolah
mengerti maksud ucapan Sungjong, Haesa menoleh ke belakang. Ia mendapati Hye Ra
yang terlihat asik bersama empat pemuda disekitarnya.
Hoya
berdiri dan bergegas meninggalkan Sungjong dan Haesa.
Kali
ini Haesa yang menghadiahi Sungjong tatapan dingin. “Hentikan!” serunya lalu
menyusul Hoya.
Sungjong sendiri sama
sekali tak berniat menyusul Haesa dan Hoya. Ia justru lebih memilih menikmati
makanannya yang sama sekali belum tersentuh tadi.
“Hoya,
tunggu!” teriak Haesa untuk menghentikan langkah Hoya.
Tentu
saja Hye Ra, Myungsoo dan yang lainnya mendengar Haesa meneriaki nama Hoya dan
menyusul pemuda itu meninggalkan kantin. Tiba-tiba saja suasana hati Hye Ra
berubah buruk. Myungsoo yang menyadari perubahan itu segera mengalihkan pikiran
Hye Ra dari Hoya.
***
Hoya
berjalan tanpa mempedulikan keadaan sekitar. Termasuk teriakan Haesa yang saat
ini tengah mengejarnya. Ia juga tak meminta maaf ketika tubuhnya membentur
siapa saja yang dilaluinya.
Haesa
berhenti di ambang pintu dan sedikit membuatnya menjadi pusat perhatian. Gadis
itu tak mempedulikan tatapan penuh Tanya dari teman-temannya. Ia segera melesat
dan duduk di kursinya, tepat di samping Hoya.
“Maafkan
Sungjong,” sesal Haesa atas perbuatan saudara tirinya itu.
“Lupakan,”
balas Hoya datar. Pemuda itu sibuk membaca bukunya.
Tapi Haesa tau, apa yang
Hoya lakukan itu hanya untuk mengalihkan keadaan. Gadis itu menarik paksa buku
dari hadapan Hoya. Sayangnya setelah itu, tidak ada yang bisa dikatakan Haesa.
Mereka hanya saling tatap.
“Ikut
aku,” paksa Hoya yang sudah menarik tangan Haesa dan membuat gadis itu tak bisa
memberontak.
Hoya
membawa Haesa ke area parkiran mobil. Pemuda itu mengawasi sekitar sebelum
kembali menatap Haesa. Tapi ia tak menyadari bahwa dari kejauhan Sungjong juga
sedang mengarah ke sana.
“Jadi
kekasihku.”
Haesa
menatap Hoya datar. Tidak ada rasa keterkejutan sedikitpun karena Hoya juga
mengatakan hal tersebut seperti tanpa ada maksud dan tujuan.
“Aku
tidak memiliki perasaan apapun padamu.”
“Berpura-puralah.”
“Maksudmu?”
Haesa menatap Hoya bingung.
“Aku
kepikiran ucapan Sungjong kemarin.”
“Kalau
begitu abaikan saja,” Haesa memotong ucapan Hoya.
Pemuda
itu menggeleng. “Sungjong benar. Karena itu aku meminta bantuanmu untuk
berpura-pura menjadi kekasihku. Hanya untuk di lingkungan sekolah saja dan itu
tidak akan berlangsung lama.”
“Jadi
benar, kau…”
Hoya
menghela napas. Perasaan yang ia tutupi selama ini harus terbongkar. Meski
setidaknya hanya untuk dihadapan Haesa. “Aku menyukai Hye Ra sejak hari pertama
dia pindah ke sekolahku. Sekitar 2 tahun yang lalu,” jelas Hoya akhirnya meski
terlihat berat ia mengatakan itu.
“Kenapa
kau tak mengatakan perasaanmu itu padanya?”
“Ini
bukan hanya sekedar masalah mengatakan perasaan saja.” Saat mengatakan hal itu,
Hoya tampak seperti menahan emosinya agar tidak memuncak. “Jika aku mau, aku
sudah mengatakannya sejak lama.” Hoya memutuskan kontak matanya terhadap Haesa.
Ia bersandar di badan mobil.
“Lalu?”
Hoya
mendongak, berusaha mencari kata yang tepat untuk bercerita. Selama ini memang
tidak ada yang mengetahui alasannya menjauhi Hye Ra.
Pemuda
itu menghela napas sebelum mulai bercerita. “Alasanku tak berani mendekat
apalagi mengatakan perasaanku pada Hye Ra, karena aku tak ingin meninggalkannya
dalam keadaan dia sebagai kekasihku. Apalagi aku tau dia juga memiliki perasaan
padaku. Setelah lulus nanti, aku akan menetap di Jepang dan tidak akan kembali
ke sini.”
Haesa
mendengarkan cerita Hoya dalam diam. Meski tak bisa dipungkiri, ia juga terkejut
saat Hoya mengatakan akan menetap di Jepang.
“Seharusnya
aku sudah pindah ke Jepang sekarang. Semua keluargaku sudah di sana sejak tahun
lalu. Dan tersisa aku di sini. Aku bertahan karena aku ingin melihat Hye Ra
lebih lama lagi sebelum benar-benar pindah ke Jepang,” lanjut Hoya.
“Tapi
bukankah kalian tetap akan bisa berkomunikasi?”
“Resikonya
besar. Aku sudah memikirkan itu sejak lama. Tak bisa dipungkiri, aku takut
berpindah ke lain hati saat aku dan Hye Ra sudah memiliki hubungan khusus tapi
kami berada di tempat yang berjauhan. Terlebih dalam jangka waktu yang lama.”
Haesa
diam tak sanggup membalas ucapan Hoya. Mereka menoleh bersamaan saat menyadari
ada seseorang yang mendekat.
“Jadi
kau lebih memilih menyembunyikan perasaanmu pada Hye Ra?” Tanya orang itu yang
ternyata adalah Sungjong.
Hoya
sudah membuka mulutnya, tapi tidak ada satu katapun yang keluar. Sampai
akhirnya Sungjong yang mendekat dan menepuk pundak Hoya.
“Aku
tau itu pilihan yang sulit.” Kali ini Sungjong menatap Haesa. “Apa kau mau
membantu Hoya?”
“Sejujurnya
aku tak tega melakukan itu, tapi ku rasa…” Haesa tak langsung berujar. “Ah,
kalau memang itu yang terbaik. Ayo kita lakukan.”
Hoya
mengembuskan napas, lega. Tapi ia tak tau apakah ia bisa benar-benar lega
setelah ini. Karena bisa dipastikan jarak antara dirinya dan Hye Ra akan
semakin jauh.
***
Beberapa
menit lagi istirahat akan segera selesai. Myungsoo yang terlebih dulu mengajak
yang lainnya untuk kembali ke kelas. Menyusul si kembar Youngmin dan Kwangmin
di belakang Myungsoo. Sementara Minwoo sengaja mengajak Hye Ra untuk
memperlambat langkah mereka.
“Noona,
berjanjilah padaku.”
Hye
Ra menoleh. “Berjanji untuk apa?”
“Jika
Hoya mulai membuatmu sakit hati, kau harus segera menemuiku karena aku yang
akan menghiburmu.”
Mata
Hye Ra berbinar menanggapi perhatian adik sepupunya itu. Di banding dengan
Myungsoo, Minwoo memang sangat perhatian padanya. “Apa kau akan membelikanku es
krim?”
“Bukan
hanya es krim, kau boleh meminta apapun dariku asal kau tidak bersedih lagi,”
seru Minwoo meyakinkan.
Hye
Ra yang terlalu senang, memeluk Minwoo dengan penuh semangat.
“Tapi
itu hanya berlaku jika kau disakiti Hoya. Kalau kau bertengkar dengan Myungsoo
hyung atau Sunggyu hyung, aku hanya bertanggung jawab menemanimu, tidak
mentraktirmu apapun,” lanjut Minwoo sebelum Hye Ra menyalahgunakan kebaikan
hati Minwoo.
“Tapi
setidaknya itu lebih baik. Dari pada Myungsoo. Dia malah memojokkanku dengan
Dongwoo,” seru Hye Ra dengan nada kesal.
Minwoo
seketika tertawa membuat Hye Ra melepaskan pelukannya. “Noona jangan marah.
Setidaknya aku tidak ikut memojokkanmu dengan Dongwoo hyung, kan?” rayu Minwoo
sambil mengejar Hye Ra.
Hye
Ra menghentikan langkah lalu berbalik. Kali ini giliran ia yang menertawai
Minwoo. “Kau lucu sekali jika panic seperti itu,” ujarnya sambil mengacak
rambut Minwoo.
Minwoo
hanya mendengus kesal karena ternyata Hye Ra mengerjainya.
“Jangan marah…”
“Iya,
nona…” Minwoo menunjukkan senyumnya.
“Kembalilah
ke kelas, dan… terima kasih atas tawarannya.”
Minwoo
mengangguk sebelum berjalan ke arah yang berlawanan dengan Hye Ra. Dan Hye Ra
juga kembali ke kelasnya. Di sana tampak Myungsoo yang berdiri di ambang pintu.
Pemuda itu seperti menunggunya.
“Kenapa
jalanmu lama sekali?” protes Myungsoo.
“Aku
hanya mengobrol dengan Minwoo,” jelas Hye Ra. Mereka juga tak langsung kembali
ke dalam.
“Mengobrol apa?” Tanya Myungsoo
ingin tau.
“Rahasia,” ucapan Hye Ra
membuat Myungsoo sedikit cemberut.
Dan tak lama kemudian,
tampak Hoya dan Haesa muncul dari arah koridor. Hye Ra tampak memutar matanya
lalu menarik Myungsoo ke dalam seolah tak mempedulikan kehadian dua orang tadi.
Hoya
menghela napasnya. Sementara Haesa hanya mengusap lengan Hoya sebagai upaya
menenangkan pemuda itu. Hoya justru berjalan lebih cepat meninggalkan Haesa di
belakangnya.
Saat
akan menyusul Hoya ke dalam, tangan Haesa di tahan oleh Sungjong yang berada di
belakangnya. Pemuda itu seakan menanyakan apa yang baru saja terjadi di sana.
“Kurasa
efeknya mulai terjadi,” ujar Haesa, lalu melanjutkan langkahnya masuk ke dalam
kelas.
***
Hari
ini Hye Ra pulang sendiri dari sekolahnya menggunakan kendaraan umum. Setelah bel pulang berdentang, ia bergegas
menuju halte untuk menunggu bus. Saat baru memasuki pintu café, ponselnya
bergetar. Sebuah panggilan dari Myungsoo.
“Aku
baru saja sampai di café,” seru Hye Ra setelah menempelkan ponselnya ke telinga.
“Aku
mencarimu, dan kau ternyata telah sampai di café?” pekik Myungsoo dari seberang
sana membuat Hye Ra harus sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya.
Hye
Ra duduk di kursi andalannya di belakang meja bar. Di sana juga ada Sungyeol
yang tengah sibuk membuat minuman. “Sudahlah, jangan bahas itu. Ada apa
memangnya kau sampai menelponku seperti ini?”
“Tidak
ada. Aku hanya ingin menelpon.”
Hye Ra
memutar matanya mendengar ucapan Myungsoo. “Astaga! Kita bahkan bertemu setiap
hari di kelas.”
Myungsoo
terkekeh mendengar ucapan Hye Ra. “Ya sudah, aku mau pulang. Minwoo sudah
sampai,” ujar Myungsoo sebelum memutuskan sambungan telponnya.
Hye
Ra melirik ke arah Sungyeol yang baru kembali setelah mengantarkan pesanan
pelanggan. “Sepertinya kau sibuk sekali, oppa?”
Sungyeol
hanya melirik sekilas sambil tersenyum karena masih ada minuman yang harus ia
buat. “Yaah… begitulah.” Sungyeol siap mengantarkan minuman lagi untuk
pelanggan. “Tunggu sebentar, ya.”
Tak
lama Sungyeol kembali setelah mengantarkan minuman pelanggan. Sementara Hye Ra,
seperti biasa, sudah kembali disibukkan dengan tugas sekolahnya.
“Mau
ku buatkan minuman?” tawar Sungyeol sambil menyentuh pundak Hye Ra dengan satu
jari.
Hye Ra
tampak menimbang-nimbang tawaran Sungyeol. Tapi ia sama sekali tak menemukan
jenis minuman yang ia inginkan sekarang. “Apa kau bisa merekomendasikan
sesuatu?”
“Hmm…”
Sungyeol juga tampak berpikir. “Bagaimana kalau stroberi milk shake?”
“Ide
bagus, oppa.” Hye Ra tampak berbinar dan langsung berubah penuh semangat.
“Oke,
tunggu sebentar.”
Setelah itu Sungyeol
tampak sibuk membuatkan minuman untuk Hye Ra, sementara gadis itu kembali
berkutat dengan tugas sekolahnya. Tak butuh waktu lama untuk Sungyeol
menyajikan minuman tadi di hadapan Hye Ra.
Sungyeol
menunggu reaksi Hye Ra setelah meminum minuman buatannya. “Bagaimana? Kau suka?”
Tanya Sungyeol antusias.
Hye Ra
mengelap tepi bibirnya menggunakan tangan. “Kau hebat, oppa.”
Terdengar pujian untuk
Sungyeol dari bibir Hye Ra membuat pemuda itu terlihat sangat puas dengan hasil
karyanya. Lalu gadis itu kembali menyeruput minumannya.
“Ku
harap kau tidak pernah lupa bahwa aku sangat menyukai stroberi milk shake. Tidak
seperti Hyunseong oppa. Dia sering tertukar dengan minuman kesukaan Sunggyu oppa.”
Sungyeol
terkekeh mendengar cerita Hye Ra. “Bagaimana dengan Jeongmin?”
Hye Ra
terlebih dulu mengawasi sekitar. Lebih tepatnya mencari tau di mana keberadaan
Jeongmin saat ini. Ternyata pemuda itu masih berada di meja pelanggan. “Dia
lebih payah dari Hyunseong oppa. Dan ku sarankan, jangan pernah menyerahkan
tugasmu padanya. Karena dia bisa mengacaukan segalanya.”
Dan kali
ini Sungyeol justru tertawa sedikit lebih keras dari yang sebelumnya. Bahkan Hye
Ra pun ikut terbawa suasana untuk tertawa.
“Apa
yang kalian tertawakan?” tegur seseorang.
Tiba-tiba
tawa Hye Ra dan Sungyeol berhenti. Saat mengetahui pemuda yang menegur mereka
adalah Jeongmin, tawa mereka kembali tersulut, bahkan lebih keras lagi dari
yang lain.
“Hentikan!”
omel Jeongmin yang merasa ada yang tak beres dengan kedua orang itu. Dan tentu
saja Hye Ra dan Sungyeol belum ingin menghentikan tawa mereka.
***
hahaha..
BalasHapusMinwoo kocak banget..
aku juga mau dong di traktir makan es krim kalo lagi sedih.. pasti lebih menyenangkan kalo Minwoo yang beliin, apalagi makannya ditemenin sama Minwoo... hmmm....
mau.. mau.. mauuu...
hmmm...
lagi2 ada unsur2 stroberi...
yang ini stroberi milk shake lagi.. zzzzz....
jadi pengen kan... author harus tanggung jawab nih..
author juga pengen... itu nulisnya karena lagi ngidam milk shake stroberi...
BalasHapusaku juga mau ditemenin Minwoo nya boyfriend... huhuhu
nah pengen juga kan?? hahaha
BalasHapusowh.. pantesan..
aku sekarang lagi ngidam kue tart stroberi nih..
bikinin cerpen atau dimasukin novel aja dong ada kue tart stroberi.. yah yah yah???
hahaha
mau aja apa mau banget?? kan aku udah nge tap in duluan sama Minwoo boyfriend.. hehehe :)
akh telat,,, di part 3 Myungsoo bawa rainbow cake... coba bilang, kan bisa di ganti sama stroberi cake...
BalasHapusya udah, di sini author sama bang Yeollie aja...
BalasHapushahaha
BalasHapusiya sih telat bilangnya.. soalnya baru ngeliat di tv, kmrn itu ada yang makan stroberi cake.. dan kayanya enak banget gtu.. warnanya merah2 campur creamnya yang putih2 gmna gtu.. hmmm.. makin nyes aja ngeliatnya..
hmmm... yummy banget gtu ngeliatnya..
jadi pengen stroberi cake kan... *ngelap bibir ala Donghae*
hihihi
iya gpp author sama bang Yeollie aja, kan author udah banyak biasnya.. bagi2 bias dong..
ya tapi jangan bias gue juga yang lo ambil *Minwoo boyfriend*
BalasHapushahahaha
BalasHapusowh iu bais mu yah?? wkwkwk
kiraiin ga ada yang mau ngakuiin..
eh, bikin FF yang main cast nya boyfriend dong..
ish!!!
BalasHapusFF Boyfriend??
udah rencana sih, tapi nanti ya...
soalnya masih ada proyek FF yg masih ngantri...
FF 3shoot aja belom lanjut sama FF yg main castnya MBLAQ...
iya maksudnya FF boyfriend..
BalasHapusokeh dedh chagi..
gomawo author.. :)
apaan aja tuh masih ngantri FF nya??
FF 3shoot spa yang maen??
oh MBLAQ blm dibikin juga yah??
FF 3shoot nya random, ada yonghwa, jonghyun, GO, dongjun, sungyeol, changmin, taeckyeon, siwon, hyunseung... hmm cek aja di label 3shoot...
BalasHapusbuset..
BalasHapusitu kayanya yang pertama, kedua sama ke empat bias kau semua itu.. ckckckck
iya ntr di cek..
judulnya apa??
sungyeol ke 5, bukan 4... hmmm
BalasHapuseh iya.. salah ngitung.. wkwkwkwkwk
BalasHapusudah sih gpp sama yang ke 4 juga, cakep juga ko.. hahahaha