Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu, Myungsoo,
Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast :
Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast :
Boy Friend (Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
Donghyun, Youngmin, Kwangmin)
Genre
: romance, family
Length : part
***
Hye
Ra menghentakkan kaki karena kesal menunggu kakaknya. Sesekali gadis itu juga
melirik arlojinya. “Oppa, cepat! Aku hampir terlambat! Aku harus sampai sekolah
sebelum Hoya datang!” teriaknya tak sabar ke arah pintu.
Itu
dia pemuda yang sejak tadi di tunggu-tunggu, Sunggyu. Dan ia justru berjalan
dengan santainya. Bahkan ia masih mengenakan piyama dan rambutnya tampak
berantakan.
“Kau
masih saja memikirkan anak itu? Awas saja! Sampai kapanpun aku tidak akan
mengijinkanmu berpacaran degannya!” Sunggyu masuk ke dalam mobil sambil
membanting pintu.
Hye
Ra bertambah kesal melihat tingkah laku kakaknya. Ia juga ikut melakukan hal
yang sama seperti yang kakaknya lalukan, membanting pintu mobil. “Memangnya
kenapa kalau aku berpacaran dengan Hoya?” Tanya Hye Ra seakan tak terima dengan
perkataan Sunggyu tadi.
Sunggyu
tak langsung menjawab pertanyaan adiknya. Ia menyalakan mesin mobil lalu
menjalankannya. “Kita hanya tinggal berdua. Dan kau pasti akan mengabaikan
keberadaanku.” Sunggyu berujar tanpa melirik sedikitpun ke arah adiknya. Ada
nada kesedihan di sana.
Kim
Sunggyu dan Kim Hye Ra. Dua kakak beradik yang kini hanya tinggal berdua karena
orang tua mereka telah meninggal dua tahun lalu karena kecelakaan pesawat. Beruntung,
orang tua mereka meninggalkan sebuah café yang kini dikelola oleh Sunggyu untuk
menghidupi mereka berdua.
Ragu-ragu
Hye Ra menyentuh pundak Sunggyu yang tengah focus menyetir. “Oppa,” panggilnya
pelan. Ada sedikit rasa bersalah di sana.
“Hmm…”
hanya itu respon dari Sunggyu seakan tak ada yang bisa mengganggunya menyetir.
“Oppa
maafkan aku. Tapi kita harus terbiasa karena suatu saat kita akan menikah dan
memiliki kehidupan masing-masing.”
“Aku
tau. Tapi yang tak ku suka karena kau terlalu berlebihan,” seru Sunggyu membela
diri dan masih tetap tak ingin menoleh.
Perlahan
sudut bibir Hye Ra terangkat membentuk senyum. Lega akhirnya karena Sunggyu tak
benar-benar marah padanya. Hye Ra mencium pipi Sunggyu. “Aku cinta Sunggyu
oppa.”
Sunggyu
yang terkejut menghentikan mobilnya.
“Kenapa
berhenti?” protes Hye Ra karena ini belum sampai di sekolahnya.
“Aku
juga mencintaimu.” Sunggyu mengacak sayang rambut Hye Ra. Namun gadis itu
buru-buru menyingkirkan tangan Sunggyu.
“Astaga!
Ternyata kau berhenti hanya untuk melakukan itu?” omel Hye Ra yang kembali
dibuat kesal oleh kakaknya. Namun Sunggyu tampak tak mempedulikannya lalu
melanjutkan perjalanan mereka.
Beberapa
menit kemudian Sunggyu benar-benar menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang
sekolah Hye Ra.
Hye
Ra membuka pintu mobil Sunggyu namun ia tidak langsung turun. “Nanti aku akan
pulang ke café,” ujarnya dan setelah itu Hye Ra ke luar dari mobil Sunggyu.
Sunggyu
membuka kaca mobil. “Hye Ra,” panggilnya.
Hye
Ra pun segera kembali ke mobil Sunggyu. “Ada yang kau lupakan?”
“Bukan,”
Sunggyu menggeleng samar. “Nanti kau minta jemput Woohyun saja jika ingin ke
café,” lanjutnya.
“Sudahlah,
tak usah kau pikirkan. Mungkin aku akan menumpang mobil Myungsoo saja,” ujar
Hye Ra sebelum kembali meninggalkan Sunggyu.
Mobil
Sunggyu mulai bergerak sementara Hye Ra berjalan menuju gerbang sekolahnya. Sesampainya
di kelas, Hye Ra langsung berjalan menuju tempat duduknya. Di sana sudah ada
seorang pemuda, teman semeja Hye Ra, yang juga sepupunya, sedang sibuk bermain
PSP sambil mendengarkan mp3.
Hye
Ra dengan jahilnya menarik earphone yang digunakan pemuda itu lalu memasangkan
di telinganya. Pemuda itu hanya menoleh sesaat, lalu kembali tenggelam dalam
permainannya. Ia tidak akan protes jika yang melakukan itu adalah Hye Ra.
“Myungsoo,”
panggil Hye Ra pada pemuda di sampingnya. Ia ingin memecah keheningan karena
pagi ini baru ada mereka berdua.
“Apa?”
seru Myungsoo tanpa menoleh. “Hoya belum datang,” tebaknya seakan tau apa yang
akan Hye Ra tanyakan.
Hye
Ra berdecak kecewa. Ia lalu menyandarkan punggungnya ke kursi dengan malas.
Matanya sesekali melirik ke arah pintu. Tak lama muncul seorang pemuda yang
juga senang mengenakan earphone seperti Myungsoo. Dan tentu saja pemuda itu
sukses membuat Hye Ra kembali ceria. Namun sedetik kemudian, senyuman Hye Ra
yang belum sepenuhnya terbentuk, harus kembali pudar karena pemuda tadi
ternyata tidak muncul sendiri. Tapi, bersama seorang pemuda lagi.
Hye
Ra meletakkan sikunya di atas meja lalu menopang pipi menggunakan telapak
tangannya sambil menoleh ke arah Myungsoo dan membelakangi tempat kedua pemuda
tadi berada. “Kenapa Hoya harus datang bersama Dongwoo?” bisiknya pada Myungsoo
dengan nada kesal.
“Kau
tanyakan saja sendiri,” jawab Myungsoo cuek.
“Myungso!”
desis Hye Ra kesal sambil memukul lengan Myungsoo.
“Aww!” Myungsoo pun meringis lalu menghadiahi Hye Ra tatapan tajam. “Sakit tau!” protesnya namun Hye Ra justru menghadiahinya juluran lidah.
“Aww!” Myungsoo pun meringis lalu menghadiahi Hye Ra tatapan tajam. “Sakit tau!” protesnya namun Hye Ra justru menghadiahinya juluran lidah.
“Hye
Ra kau sedang apa?” Tanya Dongwoo saat melintas di dekat meja Hye Ra dan
Myungsoo.
Hye
Ra memeluk pundak Myungsoo dari samping. “Aku sedang berpacaran dengan
Myungsoo,” jawabnya ketus.
“Setidaknya
jangan mengaku berpacaran dengan karyawan café kakakmu lagi ya, seperti Woohyun
waktu itu,” goda Dongwoo.
“Kau
mengenal Woohyun?” Tanya Hye Ra sedikit histeris masih dengan posisi memeluk
Myungsoo.
Dongwoo
memamerkan senyum lebarnya. “Aku bahkan mengenal hampir semua karyawan di café
Sunggyu hyung.”
Hye
Ra berdecak kesal sambil perlahan menjauhkan tubuhnya dari Myungsoo. “Jangan
sok akrab memanggil oppaku dengan sebutan ‘hyung’,” protesnya namun tak
dipedulikan oleh pemuda bernama Dongwoo tadi. Sementara itu, pemuda yang tadi
datang bersama Dongwoo, tampak mengawasi obrolan tiga orang itu.
***
Sunggyu
baru sampai di café. Sehabis mengantar Hye Ra, ia langsung ke sana. Pemuda itu
melewati pintu depan yang tak terkunci. Berarti sudah ada salah satu
karyawannya yang telah datang. Sunggyu bergegas menuju dapur.
“Woohyun…”
panggil Sunggyu pada seseorang.
“Aku
di dapur, hyung!”
Setelah
mendengar seseorang menyahut, Sunggyu langsung menuju dapur. Tampak seorang
pemuda yang tengah sibuk menyiapkan bahan-bahan makanan. Sunggyu masuk ke dalam
dapur dan langsung menuju dispenser untuk mengambil air minum.
Sunggyu
meletakkan gelasnya yang sudah kosong di wastafel. “Karyawan baru itu akan
datang jam berapa?” tanyanya yang kini sudah berdiri di samping Woohyun untuk
membantu pemuda itu.
“Dia
ada di depan, hyung. Sedang bersih-bersih,” jawab Woohyun.
“Benarkah?”
Tanya Sunggyu tak yakin. Ia lantas segera ke luar untuk memasktikan kebenaran
ucapan Woohyun. Ternyata benar, ada seorang pemuda yang tengah mengepel lantai.
Mungkin ia tak melihatnya saat sampai tadi.
Tak
lama, tampak Woohyun menyusul Sunggyu. “Hyung, aku lupa bilang, kemarin
handukmu di bawa ke laundry oleh Hye Ra. Jika kau ingin mandi, kau bisa memakai
punyaku dulu,” kata Woohyun karena melihat Sunggyu yang masih mengenakan piyama
lengkap. Sunggyu memang sudah biasa mandi di café. Café ini sudah seperti rumah
kedua untuknya dan Hye Ra juga.
“Oke,”
jawab Sunggyu singkat lalu meninggalkan Woohyun ke dalam.
“Sungyeol?”
panggil Woohyun.
Pemuda
yang tadi tengah mengepel lantai itu sontak saja menegakkan badan sambil
menoleh setelah mendengar seseorang menyebut namanya. “Iya, hyung.”
“Kau
membantuku di dapur saja. Sebentar lagi Jeongmin dan Hyunseong akan datang.
Biar mereka saja yang melanjutkan pekerjaanmu,” jelas Woohyun. Setelah mendapat
respon dari Sungyeol, Woohyun pun kembali ke dalam.
***
“Nama
saya Lee Haesa,” ujar seorang gadis di depan kelas Hye Ra. Ia berdiri di
samping seorang pemuda. Dan tampaknya mereka baru saja menjadi siswa di sana.
“Saya
Lee Sungjong,” lanjut pemuda di samping Haesa.
“Apa
kalian sepasang kekasih?” sahut Dongwoo yang duduk di kursinya.
“Bukan,
kami saudara tiri,” jawab Sungjong.
Setelah
itu Sungjong berjalan menuju kursi yang diberikan oleh guru, tepat di samping
Dongwoo. Sementara Haesa berjalan ke arah yang berlawanan. Gadis itu akan
menjadi teman semeja Hoya.
“Kenapa
gadis itu harus duduk dengan Hoya?” kesal Hye Ra dengan nada pelan dan bisa
dipastikan hanya Myungsoo saja yang mendengarnya.
Myungsoo
memutar matanya. Bosan karena sepupunya itu sangat mengagumi pemuda bernama
Hoya. “Apa kau tidak tertarik dengan si Sungjong itu?”
Hye
Ra melirik Sungjong tanpa minat. “Hoya jauh lebih keren,” serunya. “Dan kau.
Apa kau tidak tertarik dengan teman semeja Hoya? Jika iya, kita bisa mengatur
strategi agar kau bisa duduk bersama Haesa, dan artinya aku bisa bersama Hoya.”
Myungsoo
melirik Hye Ra penuh minat. “Kau benar,” ucapan Myungsoo sukses membuat Hye Ra
berada di atas angin. Namun sedetik kemudian, raut wajah Myungsoo berubah.
“Tapi aku sama sekali tak berminat.”
Hye
Ra bersandar malas di kursinya dengan wajah cemberut.
***
Usai
membantu Woohyun di dapur, Sungyeol kembali ke depan. Tepatnya ke belakang meja
bar. Tapi café tersebut tak menyediakan minuman beralkohol. Sungyeol memang
akan ditempatkan di sana. Bar tersebut masih satu area dengan meja kasir. Dan
di ujung sana ada satu kursi tinggi.
Saat
melirik ke kolong meja, Sungyeol menemukan tumpukan buku pelajaran. Ia tertarik
untuk melihat lebih jauh. Buku-buku itu milik siswa kelas 3 SMA. Dan sepertinya
masih terpakai. Sungyeol mengambil buku cetak fisika. Saat melihat sampulnya,
tertera nama ‘Kim Hye Ra’.
“Sungyeol
kau sedang apa?” tegur Woohyun karena melihat Sungyeol berlutut di hadapan
buku-buku pelajaran milik Hye Ra.
Buru-buru
Sungyeol berbalik. “Tidak, hyung. Aku hanya sedang merapikannya sedikit,”
ujarnya membela diri lalu kembali berdiri.
Woohyun
sendiri tampak tak terlalu mencurigai Sungyeol. Karena memang tak ada hal aneh
yang dilakukan Sungyeol.
“Hyung,
kalau boleh tau, buku-buku itu milik siapa?” Tanya Sungyeol penasaran namun
sambil kembali bekerja membersihkan gelas. Ia sangat tertarik akan hal itu.
Terlebih saat ia telah mengetahui nama pemilik buku tersebut.
“Aku
belum cerita.” Woohyun mendekat dan tangannya ikut membantu Sungyeol membersihkan
beberapa gelas. “Sunggyu hyung hanya tinggal berdua dengan adiknya. Sepulang
sekolah Hye Ra selalu menghabiskan waktu di café ini. Dia lebih suka duduk di
meja itu,” Woohyun menunjuk salah satu sudut meja bar dengan sebuah kursi
tinggi didekatnya. “Mengerjakan tugas, atau terkadang ia suka membantu di meja
kasir.”
Sungyeol
mendengarkan setiap detail cerita Woohyun dengan penuh minat. “Lalu, orang tua
Sunggyu hyung…”
Woohyun
lebih dulu menyelak ucapan Sungyeol. “Tuan dan nyonya Kim meninggal sekitar dua
tahun lalu dalam kecelakaan pesawat,” nada bicara Woohyun terdengar cukup berat
dalam bercerita. “Hanya café ini yang tersisa. Sunggyu hyung harus mengurusnya
di samping kesibukannya kuliah.”
Kali
ini Sungyeol sibuk dengan pikirannya sendiri. “Dua tahun yang lalu? Waktunya hampir sama seperti saat terakhir kali
aku bertemu dengannya,” gumam Sungyeol dalam hati. Ia sampai sedikit
memperlambat pekerjaannya.
“Sejak
kejadian itu, Sunggyu hyung pindah ke rumah yang lebih kecil karena ia hanya
akan tinggal dengan adiknya,” lanjut Woohyun. Namun tampaknya untuk yang ini
Sungyeol tak terlalu memperhatikan. “Oiya, kau harus memperlakukan Hye Ra
dengan baik, ya!” seru Woohyun memperingatkan. Karena tak ada respon, Woohyun
menoleh dan mendapati Sungyeol hanya berkutat dengan satu gelas saja.
“Sungyeol!” Woohyun menyadarkan Sungyeol.
Sungyeolpun sedikit tersentak. “Ah, iya
hyung.”
“Apa
yang kau pikirkan?” Tanya Woohyun curiga.
“Tidak,
hyung.” Sungyeol menjadi gugup karena kepergok Woohyun sedang melamun. “Aku
hanya teringat teman SMA ku, dan namanya Hye Ra juga.” Sungyeol sukses membuat
alasan. Ia juga langsung cepat-cepat melanjutkan pekerjaannya untuk mengalihkan
perhatian Woohyun.
Kebetulan
hari sudah beranjak siang dan pengunjung café pun mulai berdatangan. Tak lama
setelah Sungyeol menyusun gelas di rak, tampak Jeongmin mendekat lalu
menyodorkan secarik kertas daftar pesanan salah satu pelanggan mereka. Woohyun
yang menerima, lalu kembali menuju dapur sambil membawa kertas tadi.
Jeongmin
sendiri langsung bergabung di tempat Sungyeol berada sambil berkutat membuatkan
minuman untuk pelanggan. Sementara Sungyeol mulai sibuk di meja kasir karena
aka nada pelanggan yang akan membayar.
Di
sela-sela kesibukan café, tampak Sunggyu datang namun langsung menuju tempat
buku-buku pelajaran Hye Ra berada. Ia mencari-cari sesuatu di sana. Pakaiannya
pun sudah lebih rapih. Tampaknya Sunggyu akan pergi setelah ini.
“Kau
cari apa, hyung?” Tanya Jeongmin, dan ia meminta Sungyeol untuk mengantarkan
pesanan.
Sunggyu
kini sudah menegakkan badannya. “Aku hanya mencari ini,” ujarnya sambil
menunjukkan sebuah pulpen.
Tak
lama Sungyeol telah kembali sambil menenteng baki yang telah kosong. Tepat
ketika Sunggyu ke luar dari area bar.
“Aku
harus ke kampus. Tolong kalian jaga café sebentar,” pesan Sunggyu sebelum
pergi.
“Hyung,
nanti siapa yang akan menjemput Hye Ra?” teriak Jeongmin.
Sungyeol
yang telah kembali ke belakang meja kasir, membeku saat mendengar nama ‘Hye Ra’
disebut. “Kenapa rasanya jantungku
berdetak tak karuan seperti ini?” keluh Sungyeol dalam hati.
“Dia
bilang Myungsoo yang akan mengantarnya,” jawab Sunggyu sebelum benar-benar
meninggalkan café.
Sungyeol
mengawasi gerak-gerik Jeongmin yang sudah pergi menuju meja pelanggan yang
kebetulan baru sampai. Di sana Sungyeol menghembuskan napasnya cukup keras. “Sungyeol… Sungyeol… Kenapa kau memikirkan
gadis itu? Jelas-jelas Myungsoo itu pasti kekasihnya!” Sungyeol memaki
dirinya sendiri.
“Sungyeol,
tolong antar ini.”
Suara
Woohyun tadi membuyarkan lamunan Sungyeol. Pemuda itu hanya mengangguk sambil
meraih baki berisi makanan yang telah disiapkan Woohyun.
***
Di kelas,
Hye Ra mengikat rambutnya menjadi satu dan tak lupa ia mengenakan kacamata
berbingkai hitam. Sederhana, namun terlihat sangat manis. Sekiranya itu alasan
seorang Hoya beberapa kali kerap melirik ke arah gadis teman semeja Myungsoo
itu. Namun saat Hye Ra juga mencuri pandang ke arah pemuda itu, Hoya langsung
mengalihkan pandangannya. Terlebih, Haesa juga tampak berusaha meraih perhatian
Hoya. Dan itu yang membuat Hye Ra kesal setengah mati.
Hye Ra sendiri langsung
membuang pandangannya ke arah lain. Tepat ketika Dongwoo juga menatapnya. Jelas
pemuda itu langsung menghadiahi Hye Ra senyuman termanisnya—hanya Hye Ra yang
menganggap sebaliknya—yang sukses menambah kejengkelan di hati Hye Ra. Tentu
saja Dongwoo sangat terhibur dengan pemandangan itu. Bahkan satu sekolah sudah
tau bahwa Dongwoo adalah penggemar Hye Ra nomor satu.
“Kau
ini kenapa?” protes Myungsoo yang merasa terganggu dengan tingkah laku Hye Ra.
“Kapan
kita pulang?”
Myungsoo
menatap ngeri sepupunya itu. “Kita bahkan belum melewati istirahat ke dua.”
Hye Ra
hanya bisa meniup poninya yang ia biarkan tak terikat. Tak lama, bel istirahat
terdengar. Hye Ra buru-buru berdiri tanpa merapikan peralatan tulisnya. Tak lupa
ia juga menyambar tangan Myungsoo untuk segera meninggalkan kelas.
Begitu
sampai kantin, Hye Ra dan Myungsoo langsung mencari tempat kosong untuk duduk.
“Sepulang
sekolah, bisa antar aku ke café?” pinta Hye Ra.
“Tapi
aku harus menunggu Minwoo selesai latihan sepakbola.”
Hye Ra
tampak mengangguk tak keberatan. “Tidak masalah. Jadi aku bisa mengerjakan
tugas dulu di perpustakaan.”
Myungsoo
langsung teringat sesuatu. “Kau benar. Kita bisa mengerjakan tugas dulu. Dan nanti
biar aku yang mengabari Sunggyu hyung.”
***
Hye Ra
membolak-balikkan buku di tangannya. Namun tatapan gadis itu justru mengarah ke
luar jendela perpustakaan yang menghadap langsung ke area belakang sekolah
tempat sebuah lapangan sepakbola berada.
Sementara
Myungsoo duduk di kursi dan benar-benar mengerjakan tugasnya. Ia yang kesal
karena Hye Ra tidak juga mengerjakan tugasnya, melempari gadis itu dengan
gumpalan kertas.
Hye Ra
menoleh sambil memegangi kepalanya yang terkena timpukan kertas. “Kau
mengganggu saja!” protes Hye Ra yang langsung kembali dengan kegiatannya
sebelum ini. “Aku masih ingin memandangi Hoya. Apalagi jika dia sedang bermain
sepakbola,” ujar Hye Ra mulai membayangi ia benar-benar melihat Hoya bermain
sepakbola dari dekat. Saat pemuda itu mendekat ke arahnya, dengan siap sedia
Hye Ra memberikannya air minum sambil mengapus sisa keringat di wajah Hoya
menggunakan handuk kecil.
Myungsoo
hanya menepuk keningnya menanggapi sikap berlebihan Hye Ra jika sudah
menyangkut tentang Hoya.
“Myungsoo…”
gumam Hye Ra pelan dengan tubuh membeku sambil tetap menatap ke luar jendela.
“Iya
aku tau, Hoya pasti terlihat sangat keren saat bermain sepakbola,” cibir
Myungsoo mencoba memperagakan gaya Hye Ra jika sedang menggilai seorang Hoya.
Tapi bukan
itu. Hye Ra benar-benar membeku karena di lapangan terjadi sebuah insiden. Salah
seorang pemain tampak bertabrakan dengan pemain lain hingga ia tersungkur di
rumput. Seketika permainan berhenti dan pemain yang lain mulai mengerubungi
pemain yang tersungkur itu.
Hye Ra
membanting buku di tanganya dengan kasar. “MINWOO!” teriaknya dan segera
melesat meninggalkan perpustakaan.
Mendengar
Hye Ra menyebut, bahkan meneriakan nama adiknya, Myungsoo langsung bangkit
menuju jendela dan memastikan apa yang baru saja dilihat Hye Ra. Tidak terlalu
jelas terlihat karena pandangan Myungsoo tertutup pemain lain. Tapi bisa
dipastikan telah terjadi sesuatu. Dan tanpa pikir panjang, Myungsoo segera
menyusul Hye Ra.
***
“Yang
lain lanjutkan latihannya,” perintah Hoya pada anggota tim sepakbolanya. Terutama
untuk angkatan di bawahnya yang segera saja menuruti tanpa protes.
“Aww!
Hyung, sakit!” pemuda yang terjatuh tadi meringis saat Dongwoo yang anggota tim
sepakbola juga, berusaha memberikan pertolongan pertama padanya.
Dongwoo
melirik Hoya yang kini sudah berlutut di sampingnya. Seakan meminta bantuan
saran apa yang sebaiknya dilakukan untuk anak itu.
“Minwoo,
biasanya Myungsoo masih menunggumu, kan?” Tanya Hoya pada anak yang cedera itu.
“Itu
Hye Ra noona,” tunjuk Minwoo pada Hye Ra yang sudah mendekat.
Hye Ra
mendorong paksa tubuh Dongwoo agar ia bisa berlutut di samping Minwoo. “Apa
yang terjadi pada adikku?” Tanya Hye Ra kesal pada Dongwoo seakan pemuda itu
penyebab Minwoo seperti ini.
“Noona,
aku bukan bertabrakan dengan Donghoo hyung,” Minwoo tampak membela Dongwoo dan
tentu saja pemuda itu membenarkan ucapan Minwoo.
Sementara
itu, Hoya tampak berdiri saat melihat Myungsoo menyusul Hye Ra. “Ku rasa adikmu
membutuhkan pertolongan medis.”
Myungsoo
hanya mengangguk tanda mengerti. Ia lalu berlutut di sisi lain Minwoo. “Kau
bisa berdiri?” Tanya Myungsoo memastikan keadaan adiknya.
Susah
payah Minwoo berdiri di bantu oleh Myungsoo dan Dongwoo juga. Hoya sendiri baru
kembali sambil menyerahkan tas olahraga milik Minwoo.
“Maaf
aku tidak bisa menjaga adikmu dan menemaninya ke rumah sakit,” ujar Hoya
sedikit bersalah.
Tentu
saja momen berharga seperti ini tidak di sia-siakan Hye Ra begitu saja. “Kau
tidak perlu meminta maaf. Aku yakin kejadian tadi benar-benar kecelakaan. Dan untuk
Minwoo kau tidak perlu khawatir karena ada aku dan Myungsoo yang akan
menjaganya.”
Bisa dipastikan
Myungsoo merasakan kejanggalan karena tidak ada seseorang yang mengikutinya
dari belakang. Saat menoleh, ia mendapati Hye Ra masih berusaha menyibukkan
diri bersama Hoya.
Myungsoo
meminta Dongwoo dan Minwoo untuk berhenti sesaat. “Hye Ra!” teriaknya.
“Iya
iya!” seru Hye Ra terpaksa karena menurutnya Myungsoo telah sangat mengganggu.
***
sepertinya Sungyeol adalah pacar atau mantan pacarnya Hye Ra??
BalasHapussabar part selanjutnya ya... ini kan baru 1...
BalasHapushehehehe
BalasHapussipp author..
ditunggu segera yah author.. ^_^
insya Allah setelah Blue Flame part 12 ya...
BalasHapussippp..
BalasHapusatur ajah..
yang penting tinggal baca dan comment.. ^_^