Author :
Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast :
·
Lee
Joon/Changsun (Mblaq)
·
Lee
Minhyuk (BtoB)
·
Jung
Yong Hwa (CN Blue)
Original cast :
Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support cast :
·
Im
Siwan (Ze:a)
·
Nichkhun
Horvejkul (2PM)
·
Yoon
Doojoon (Beast/B2ST)
·
Luhan
(Exo-M)
·
Im
Yoona (SNSD)
·
Choi
Minho (SHINee)
·
Choi
Sulli (F(x))
·
Kim
Himchan (B.A.P)
·
Lee
Sungmin (Super Junior)
·
Cha
Hackyeon ‘N’ (VIXX)
Genre :
romance
Length :
part
***
Usai
menggelar konser malam tadi, ke lima member ‘Blue Flame’ beserta hampir seluruh
orang yang terlibat dalam konser tersebut kembali ke hotel dan langsung
beristirahat di sana. Karena di pagi hari mereka ada rapat untuk membahas
rencana konser berikutnya, juga rencana konsep untuk MV (Musik Video) single di
album terbaru ‘Blue Flame’ yang baru selesai di rekam semalam.
Setelah tiga jam lebih,
akhirnya rapat selesai dan itupun hanya untuk membahas evaluasi konser terakhir
mereka semalam serta persiapan untuk konser berikutnya.
“Kalian
jangan pergi dulu,” perintah Sungmin untuk ke lima pemuda tampan ‘Blue Flame’
tersebut yang hampir saja meninggalkan ruang rapat menyusul yang lain.
“Harusnya dua jam lagi kita bisa berangkat, tapi tadi aku dapat berita pesawat
kita terpaksa tunda. Mungkin bisa sampai sore.”
Semua
member ‘Blue Flame’ mendesah kecewa mendengar ucapan Sungmin tadi. Tak
terkecuali. Ke limanya sudah sangat ingin pulang. Namun mereka terpaksa
bertahan beberapa waktu di hotel. Doojoon, Siwan dan Nichkhun sudah kembali
menempati kursi mereka seperti tadi. Di susul Joon dan Luhan kemudian.
“Kalian
sudah terima CD rekaman kalian kemarin?” tanya Sungmin akhirnya. Sedikit
memecah keheningan. Yang lain hanya menjawab dengan anggukan. Luhan bahkan
kembali terpejam di kursinya. Mereka memang mengalami lelah yang luar biasa.
“Tanganmu bagaimana Siwan?”
“Sudah
lebih baik, hyung,” seru Siwan. Semalam ia memang sedikit mengalami cedera di
bagian pergelangan tangan saat konser.
“Apa
kita ada rencana untuk membuat album ‘repackage’?”
Sungmin
menatap Nichkhun penuh arti. “Sudah lama hal itu ada dibenakku. Tapi tidak
mungkin untuk jangka waktu dekat. Projek untuk album-album terbaru terus
bermunculan.”
“Apa
kita setenar itu?” gumam Joon sedikit tak semangat yang saat itu menopang
wajahnya menggunakan tangan dengan posisi kedua sikunya menempel pada permukaan
meja. Membayangkan dirinya akan semakin sibuk layaknya momok menankutkan.
Sungmin
mengangguk mantap. “Kalian sedang berada di puncak saat ini.”
“Kalau
begitu, maanfaatkan peluang yang ada. Dan aku juga sangat ingin memiliki album
‘repackage’ tersebut,” timpal Doojoon.
“Bisakah
kita yang memilih lagunya? Aku sangat ingin ‘Here I Am’ muncul lagi,” sahut
Siwan penuh semangat yang secara tidak langsung sudah ikut menyetujui rencana
untuk album ‘repackage’ tersebut.
Luhan
tiba-tiba mengangkat salah satu tangannya. Meski setengah tertidur, Luhan tetap
menyimak obrolan menejer bersama teman-temannya yang lain. “Aku ingin lagu
‘Heart Attack’.”
“Bagaimana
kalau ‘Tired Of Waiting’ juga?” kata Nichkhun yang ikut menyuarakan pikirannya.
Joon dan Doojoon saling
melempar tatapan seolah mereka saling menanyakan lagu apa yang mereka pikirkan
untuk masuk ke album ‘repackage’ tersebut.
“Bagaimana
kalau ‘Shadow’?” ujar Doojoon akhirnya.
Dan
hanya Joon yang tersisa membuat yang lain penasaran dengan pilihan leader
mereka tersebut. “Hmm… ‘Where You Are’?” ujar Joon yang terdengar sedikit ragu.
Memang karena sedang tidak ada satupun lagu ‘Blue Flame’ yang sedang
dipikirannya.
“Sudah
ku duga kau akan memilih lagu itu, hyung.” Luhan tampak membuka mata dan
menatap Joon setengah menggoda. Ia teringat kejadian saat Hye Ra menghilang dan
Joon harus merekam lagu tersebut. Leader ‘Blue Flame’ itu benar-benar
melakukannya dari hati. Sementara yang lain terkekeh mendengar perkataan Luhan,
juga karena tatapan membunuh yang ditunjukkan Joon.
“Apa
kau tidak ingin memasukkan satu lagu, hyung?” tanya Nichkhun pada Sungmin yang
seolah bisa menebak pikiran menejernya itu.
“Bolehkah?” Sungmin justru balik bertanya karena ia merasa hanya sebagai menejer dan tidak berhak ikut campur dalam selera bermusik anak-anak ‘Blue Flame’. Apalagi jika sampai membentuk sebuah album.
“Bolehkah?” Sungmin justru balik bertanya karena ia merasa hanya sebagai menejer dan tidak berhak ikut campur dalam selera bermusik anak-anak ‘Blue Flame’. Apalagi jika sampai membentuk sebuah album.
“Kenapa
tidak? Kau juga bagian dari ‘Blue Flame’, hyung,” timpal Doojoon.
Sungmin
berpikir sesaat. “Aku suka dengan lagu… ‘Cry’,” ujar Sungmin akhirnya. Yang
lain mengangguk setuju dengan pilihan Sungmin.
***
Aku mendapat libur sebentar. Nanti malam
aku sampai dan akan langsung menemuimu. Jangan di tunda, atau kau akan sulit
menemuiku.
Setelah
membaca pesan dari Joon tersebut, Hye Ra sontak melebarkan mata. Sedikit tak
percaya jika kekasihnya yang juga artis terkenal itu akan pulang dan
menemuinya. Gadis itu melirik jam dinding di kamarnya yang baru menunjukkan
pukul 1 siang.
Hye
Ra kemudian melirik meja kecil di samping tempat tidurnya yang terdapat dua
buah bingkai foto berisi foto Joon dan dirinya di masing-masing figura. Hye Ra
lalu menyambar figura berisi foto Joon dan membawanya ke meja belajar. Gadis
itu menuliskan sesuatu di atasnya menggunakan spidol.
Sesaat
Hye Ra menatap penuh kagum hasil karyanya tersebut sambil tersenyum. Setelah
mengembalikan foto Joon ke tempat semula, Hye Ra membuka lemari dan mengambil
pakaian yang akan ia gunakan hari ini. Lalu ia bersiap untuk pergi. Jadwalnya
hari ini cukup banyak. Selain ikut mengawasi renovasi gedung untuk butiknya
nanti, gadis itu juga memiliki janji dengan Sulli untuk mengantarkan gaun
pesanannya. Dan setelah itu, menemui Joon pastinya.
***
“Jadi
hyung sudah memiliki kekasih? Dan memang benar bukan Yoona,” pikir Minhyuk yang
saat itu tak sengaja menemukan sebuah majalah lama di atas meja. Pemuda itu
sedang berada di gedung calon butik Yoona dan Hye Ra. Himchan dan Hackyeon juga
sudah berada di sana. Saat ini mereka beserta pekerja yang lain sedang
beristirahat.
Pikiran
Minhyuk kembali melayang ke kejadian tadi pagi saat ia menemukan sebuah majalah
edisi lama. Judul artikel tentang ‘Blue Flame’ masih terbayang jelas di
otaknya. BLUE FLAME MEMILIKI KEKASIH.
“Selamat
siang semuanya…” seru Hye Ra penuh ceria. Gadis itu baru saja memunculkan diri
di balik pintu. Hampir semua orang yang ada di sana langsung menoleh. Tak
terkecuali Minhyuk.
“Ku
pikir kau tidak datang?” sahut Himchan dari arah dalam.
Hye
Ra melangkah dengan riang lalu duduk di hadapan Minhyuk. “Mana mungkin aku
tidak datang. Yaah… walaupun aku juga tidak mungkin sampai sore di sini,”
serunya sedikit merasa bersalah. “Aku masih ada sedikit kesibukan lain di
luar.”
Himchan
hanya mengangguk tak keberatan. “Oh, iya. Ini titipan dari Hackyeon,” kata
Himchan yang bahkan sudah memutar laptopnya hingga kini menghadap Hye Ra. Gadis
itu menerimanya dengan tatapan berbinar.
Di
tempatnya berada, Minhyuk pura-pura sibuk dengan majalah di hadapannya. Padahal
sesekali ia sedikit mengawasi Hye Ra lewat sudut matanya. Cukup cemburu melihat
kedekatan keduanya. Minhyuk menoleh ke arah lain karena ia mendengar sebuah
kekehan kecil. Dan ternyata itu perbuatan Hackyeon yang tidak bisa menahan
tawanya melihat ekspresi kesal di wajah Minhyuk. Minhyuk sendiri hanya
mengeluarkan tatapan membunuhnya pada Hackyeon.
***
Pesawatku mungkin akan mendarat sekitar jam
8. Aku minta tolong kau untuk menjemput.
Yong
Hwa hanya membalas singkat pesan kakaknya itu dengan jawaban yang menandakan ia
menyetujui untuk menjemput Sungmin di bandara jam 8 malam nanti. Pemuda itu
menggenggam stir dengan ketat.
Jika beberapa hari yang
lalu ia tidak bertemu dengan Hye Ra, mungkin keadaannya tidak akan seperti ini.
Ia tidak akan sakit hati membayangkan Hye Ra dan Joon akan bertemu. Yong Hwa
memang sudah bisa menerima keberadaan Sulli, namun ia tak semudah itu
melepaskan Hye Ra.
Yong
Hwa melirik jam di tangannya. Saat itu masih pukul 6 sore. “Aku masih ada waktu
bertemu Sulli,” ujarnya seorang diri lalu menjalankan mobilnya untuk menuju
rumah Sulli.
Sekitar
setengah jam, Yong Hwa sudah benar-benar tiba di rumah keluarga kekasihnya itu.
Namun Yong Hwa sendiri tak langsung meninggalkan mobilnya. Sudah ada mobil Hye
Ra juga di sana.
“Apa
Minhyuk juga ada di sana?” serunya khawatir sambil menatap bangunan mewah itu
dari dalam mobilnya. Karena terakhir kali ke sana, Minhyuk datang bersama Hye
Ra, gadis yang pernah dicintainya. Dan mungkin sampai detik ini perasaan itu
masih tersisa.
Yong
Hwa memaksakan tubuhnya untuk ke luar dari mobil. Ia melangkah sedikit
tertunduk. Tepat di depan pagar, Yong Hwa berhenti karena terkejut mendapati
seseorang membuka pagar dari dalam. Gadis itu Hye Ra.
“Oh,
kau?” seru Yong Hwa datar.
Hye
Ra tersenyum manis. “Hei… baru datang?” ujarnya ceria. Sejak menerima pesan
dari Joon tadi siang, suasana hati gadis itu menjadi lebih cerah.
Yong
Hwa tak berkata-kata lagi setelah itu. Ia sempat melirik suasana rumah Sulli.
Nampaknya tidak ada tanda-tanda Sulli atau siapapun di sekitar sana. Yong Hwa
lalu mengarahkan tatapan lagi pada Hye Ra.
“Kau
kenapa?” tanya Hye Ra yang bingung dengan reaksi Yong Hwa.
Pemuda
itu memejamkan matanya sesaat. Yong Hwa kemudian menghela napas untuk
menenangkan dirinya. Tangan pemuda itu mengepal erat hingga ia bisa merasakan
sendiri satu-satunya cincin yang ia pakai. Cincin tunangannya dengan Sulli.
“Hye
Ra maafkan aku,” kata Yong Hwa lembut. Belum sempat Hye Ra merespon dengan bentuk
apapun, Yong Hwa sudah menarik tengkuk Hye Ra lalu mencium tepat di bibir gadis
itu. Tak lama, dan kemudian Yong Hwa pergi meninggalkan Hye Ra begitu saja yang
masih membeku di sana.
Tangan
Hye Ra meraba bibirnya. Dan dengan langkah yang sedikit tersendat, Hye Ra
menyeret kakinya menuju mobil. Baru beberapa langkah, Hye Ra berhenti. Tepat di
depannya, Minhyuk berdiri dengan tatapan tajam dan sedikit sulit di artikan.
Itu karena Minhyuk melihat kejadian beberapa saat lalu saat Yong Hwa mencium
Hye Ra.
Dengan
susah payah, Minhyuk mengulurkan tangannya yang menggenggam album music milik
‘Blue Flame’. Hye Ra menerima benda itu, lalu tanpa berkata-kata lagi Minhyuk
balik kanan dan berjalan menjauh.
“Minhyuk!”
Hye Ra memanggil pemuda itu dengan nada sedikit keras. Namun Minhyuk seakan tak
mendengar, dan Hye Ra sendiri tampaknya tak berniat mengejar Minhyuk. Ia masih
membeku di sana sampai sebuah getaran di ponsel yang menyadarkannya. Sebuah
pesan dari Minho.
Cincin pesananmu sudah bisa di ambil.
Secepatkan kau beri tahu pada Joon. Kalian harus segera bertunangan dengan
resmi dan dihadiri keluarga besar.
Setelah
membaca pesan tersebut, Hye Ra langsung melesat menuju mobilnya. Gadis itu
menggeleng cepat saat kembali teringat ciuman singkat yang dilakukan Yong Hwa
dan tatapan tajam yang ditunjukkan Minhyuk.
“Yang
Yong Hwa lakukan bukan apa-apa. Dan Minhyuk…” Hye Ra tiba-tiba kehilangan
kata-kata. “Apa mungkin Minhyuk kecewa dengan Yong Hwa karena… Sulli? Astaga?
Mungkinkah Sulli tunangan Yong Hwa saat ini adalah Sulli yang sama dengan
kekasih Minhyuk? Kenapa aku baru menyadari itu?” pikirnya.
Hye
Ra berdecak. Saat melirik jam tangannya, gadis itu sedikit terkejut. Sudah
hampir jam 7 malam. Ia harus bergegas lalu bersiap untuk bertemu Joon dan
terpaksa mengabaikan tentang dua pemuda itu.
***
Yong
Hwa terlihat meninggalkan rumah keluarga Sulli. Ia langsung masuk ke dalam
mobil dan menyalakan mesin untuk segera bergegas meninggalkan tempat itu. Baru
saja Yong Hwa menginjak pedal gas, ia harus langsung menginjak pedal rem. Ada
seseorang yang tiba-tiba muncul di depan mobilnya.
“Minhyuk!”
seru Yong Hwa sesaat sebelum ke luar dari mobil untuk menghampiri orang
tersebut. “Apa-apaan kau? Mau bunuh diri di depan rumah Sulli?”
Minhyuk
justru mendengus dan menatap Yong Hwa meremehkan. “Bukannya kau yang ingin mati
di depan rumah Sulli?” ucapan Minhyuk justru membuat Yong Hwa menatapnya
bingung. “Jangan pikir aku tak lihat saat kau mencium Hye Ra.”
Yong
Hwa bungkam seketika mendengar perkataan Minhyuk.
“Jika
kau masih menginginkan Hye Ra, lepaskan Sulli padaku.”
Kali
ini raut wajah Yong Hwa berubah. “Tidak akan. Lagi pula bukankah kau sudah
melepaskan Sulli? Dan yang tadi ku lakukan pada Hye Ra hanya merealisasikan apa
yang belum pernah ku lakukan saat masih berpacaran dengan Hye Ra.”
Minhyuk
menatap Yong Hwa marah. Sementara kedua tangannya terkepal dengan erat. Ia dan
Yong Hwa hanya berjarak beberapa meter saja. “Brengsek kau!” dengan satu
pukulan, Minhyuk sukses membuat Yong Hwa tersungkur.
Yong
Hwa menyeka tepi bibirnya yang berdarah. Ia mendongak dan menatap Minhyuk
meremehkan. Pemuda itu tertawa di balik kilatan kebencian dari mata Minhyuk.
Perlahan Yong Hwa mengangkat tubuhnya hingga ia kembali berdiri berhadapan
dengan Minhyuk.
“Kau
ingin aku kembali memilih satu antara Sulli dan Hye Ra?” ujar Yong Hwa
menantang. Senyum meremehkan masih menghiasi bibirnya. Di tempatnya berdiri,
Minhyuk masih mengarahkan tatapan tajamnya. “Tentu aku akan tetap memilih
Sulli.”
“Setelah
kau mencium Hye Ra, kau akan melepaskannya begitu saja?”
“Apa
kau akan melaporkan pada kekasih Hye Ra?” Yong Hwa justru balik bertanya. “Lakukan
sesukamu. Asal kau tau saja, pemuda itu salah satu anggota ‘Blue Flame’. Dan ‘Blue
Flame’ sendiri sudah ada dalam perjalan kembali ke sini. Setelah itu, Hye Ra
pasti akan menemui pemuda tersebut,” yakinnya.
“Jangan
mengarang cerita,” kata Minhyuk yang tidak bisa percaya begitu saja.
Yong
Hwa berdesis kesal. “Sungmin, menejer ‘Blue Flame’ adalah kakak kandungku,”
jelasnya dan tentu saja Minhyuk tidak akan langsung percaya begitu saja. “Dan
beri aku alasan untuk berbohong? Kau bisa tanyakan langsung pada Sungmin hyung,”
lanjutnya lagi yang kemudian balik kanan untuk meninggalkan Minhyuk di sana. Minhyuk
sendiri juga sudah pergi dari sana. Saat di dalam mobil, Yong Hwa menyambar
tissue untuk menghilangkan sisa darah di tepi bibirnya. “Sial kau Minhyuk!”
desisnya tajam sambil menahan perih di bibirnya.
***
Gadis
itu terlihat ke luar dari sebuah toko perhiasan. Di tangannya menenteng sebuah
tas karton berukuran kecil. Gadis itu adalah Hye Ra yang baru saja mengambil
cincin pesanannya seperti apa yang Minho suruhkan. Seusai mengambil cincin yang
nantinya akan ia gunakan untuk pertunangannya dengan Joon nanti,—itupun karena
Minho yang mendesaknya—Hye Ra semakin tak menghilangkan senyumannya. Ia
terlampau senang hari ini.
Hye
Ra masuk ke dalam mobil dan langsung memeriksa ponselnya. Ada sebuah pesan
masuk dari Joon.
Aku baru ke luar bandara dan akan langsung
ke tempat yang kita janjikan. Sudah tidak sabar untuk bertemu denganmu. Aku
mencintaimu.
“Aku tau Joon,” kata Hye Ra sambil tersenyum gemas
pada ponselnya sendiri. Lalu gadis itu menginjak pedal gas mobilnya dan pergi
dari sana. Hanya beberapa menit saja, gadis itu sudah tiba di sebuah taman kota
yang memang sedikit sepi saat malam hati.
Hye Ra memarkirkan
mobilnya di luar pagar yang membatasi lalu meninggalkannya ke dalam. Ia
berjalan sendiri di terangi lampu yang sedikit temaram. “Susahnya memiliki
kekasih seorang artis terkenal. Harus bertemu di tempat yang sepi,” gumamnya
pelan sedikit untuk menyibukkan diri agar tidak terlalu merasa sepi karena ia
memang hanya sendiri di sana.
“Merindukanku,
sayang?”
Hye
Ra tersenyum mendengar suara pemuda yang sudah familiar di telinganya. Pemuda
itu berjalan mengikuti Hye Ra dari belakang. “Bukankah kau yang sangat
merindukanku?” balasnya, namun pemuda itu tidak berkata apa-apa lagi selain masih
mengikuti Hye Ra semakin ke dalam taman karena gadis itu sendiri juga tidak
berhenti melangkah.
***
Saat
di dalam taksi, Minhyuk masih terbayang perkataan Yong Hwa tadi tentang
jatidiri kekasih Hye Ra yang katanya adalah salah satu member ‘Blue Flame’. Minhyuk
juga berusaha mengingat sebuah artikel di tabloid yang membahas tentang
konferensi pers ‘Blue Flame’ karena foto-foto skandal mereka.
“Saat
terakhir kali aku bertemu Doojoon hyung, kekasihnya adalah Sung Hye noona.
Gosipnya mereka juga sudah bertunangan. Walaupun Hye Ra pernah menyukainya,
tapi rasanya tidak mungkin. Lalu Luhan…” Minhyuk memejamkan mata sambil
berusaha mengingat kutipan artikel tersebut. “Akh, iya. Pembaca berita.
Nichkhun hyung juga tidak mungkin. Ia sudah menikah dengan Minjung dari ‘Red
Inject’.”
Minhyuk
memutar-mutar dengan bosan ponsel di tangannya. Otaknya juga tidak berhenti
mengingat-ingat sekaligus menebak-nebak pemuda yang menjadi kekasih Hye Ra
tersebut.
“Apa kau ‘flamers’?” tanya Hye Ra cukup antusias.
Setidaknya ini untuk mencairkan suasana karena setelah ini ia dan Sulli akan
segera membahas proyek mereka bersama. “Siapa yang kau suka dari mereka? Aku
mengagumi Siwan.”
Minhyuk
menggeleng tegas tentang ingatannya saat ia dan Hye Ra mengunjungi rumah Sulli.
“Tidak mungkin Siwan hyung. Hye Ra bilang ia hanya mengaguminya. Dan kalau
memang ‘iya’, Hye Ra pasti sudah mengakuinya.”
Minhyuk
lalu melempar tatapannya ke luar jendela. “Target terakhir, Changsun hyung…”
ucapannya terputus seketika saat matanya menangkap sebuah mobil yang sangat
familiar. Mobil Hye Ra. Tidak mungkin salah. Sedetik kemudian, Minhyuk meminta
si supir menghentikan taksi dan Minhyuk segera melesat ke luar setelah membayar
ongkos taksi.
Pemuda
itu menatap tiap detail mobil. “Sama persis,” ujarnya ketika memeriksa plat
nomor mobil tersebut. Tanpa sadar, mata Minhyuk terhenti pada kaca mobil bagian
depan. Terdapat sebuah album music ‘Blue Flame’ di atas dashboard mobil. Dan album tersebut adalah benda yang beberapa
waktu lalu ia kembalikan pada Hye Ra tepat di depan rumah Sulli.
Minhyuk
mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Tidak terlalu ramai. Bahkan orang-orang
yang melintas bisa dihitung dengan jari. Tak jauh di sana, ada seorang pemuda
tampak memasuki area taman. Pemuda itu mengenakan jaket dengan hoddie yang
menutupi kepalanya dan ke dua tangan yang di masukkan ke dalam saku celana.
Minhyuk yang tiba-tiba saja menaruh curiga pada pemuda tersebut, langsung
mengikutinya diam-diam. Dan hanya beberapa meter didepan pemuda tadi, tampak
Hye Ra berjalan seorang diri. Minhyuk tidak mungkin tidak mengenali gadis itu.
Minhyuk
masih menunggu apa yang akan dilakukan pemuda mencurigakan tersebut. Ia terus
saja mengikuti diam-diam. Sampai akhirnya, pemuda itu justru memeluk Hye Ra
dari belakang. Tentu saja Minhyuk tidak tinggal diam. Ia melangkah mendekat,
lalu dengan kasar ia menjauhkan tubuh pemuda itu dari Hye Ra. Tak lupa Minhyuk
juga melancarkan sebuah pukulan hingga pemuda tadi terjungkal.
***
“Masih
ingat kalau aku pernah bilang sangat ingin memelukmu?”
Hye
Ra tersenyum mendengarnya. Tidak mungkin ia melupakan hal itu. Joon pernah
mengatakannya dengan jelas. “Apa artinya kau akan merealisasikan hal itu?”
tanya Hye Ra setengah menantang dan masih pada posisi semula. Ia membelakangi
pemuda tersebut.
Di
bawah sorot lampu taman yang memang tidak terlalu terang tersebut, bisa dilihat
pemuda tadi tersenyum. Senyuman khas seorang Lee Joon, leader band ‘Blue
Flame’. Pemuda tersebut, yang bisa dipastikan memang Joon, mengeluarkan ke dua
tangannya dari dalam saku celana. Lalu ia rentangkan untuk bisa memeluk tubuh
Hye Ra dari belakang.
Hye
Ra tersenyum dengan perlakuan Joon saat itu. Namun hanya sesaat karena setelah
itu, ada seseorang yang menarik tubuh Joon menjauhinya. Dan bahkan ia memberikan
sebuah pukulan pada Joon.
“Joon!”
jerit Hye Ra sedikit histeris. Ia sudah ingin menghampiri Joon yang terjerembap
ke aspal, namun tersangka yang memukul Joon tadi justru menahan tangan Hye Ra
dan menarik gadis itu ke arahnya. “Minhyuk!” seru Hye Ra tertahan ketika
melihat dengan jelas wajah pemuda itu berkat bantuan cahaya lampu taman di
sana.
Minhyuk
menangkupkan wajah gadis itu dan menatap mata Hye Ra penuh kekhawatiran. “Kau
baik-baik saja, kan?” tanya Minhyuk cemas.
Hye
Ra seperti tidak mempedulikan Minhyuk. Ia sudah ingin melepaskan diri dari
pemuda itu, tapi Minhyuk justru tidak ingin melepasnya. Tatapan gadis itu lebih
memilih tertuju pada Joon.
Joon
kini sudah berdiri dan menatap tajam ke duanya. Belum lagi Minhyuk justru sudah
merengkuh tubuh Hye Ra ke dalam pelukannya. Minhyuk tetap berusahan menahan
tubuh Hye Ra meski gadis itu memberontak. Joon menarik ke belakang hoddienya
lalu menyeka tepi bibirnya yang berdarah dengan ujung jaketnya.
“Jadi
ini yang kalian lakukan di belakangku?” ujar Joon dingin.
Minhyuk
membeku mendengar suara yang sudah sangat di hafalnya tersebut. Perlahan ia
menjauhkan tubuhnya dari tubuh Hye Ra. Minhyuk juga memaksakan diri menoleh ke
tempat Joon berada. Matanya membulat sempurnya saat mendapati kakaknya di sana.
“Hyung?” serunya pelan.
***
Minhyuk masih menunggu apa yang akan dilakukan pemuda mencurigakan tersebut. Ia terus saja mengikuti diam-diam. Sampai akhirnya, pemuda itu justru memeluk Hye Ra dari belakang. Tentu saja Minhyuk tidak tinggal diam. Ia melangkah mendekat, lalu dengan kasar ia menjauhkan tubuh pemuda itu dari Hye Ra. Tak lupa Minhyuk juga melancarkan sebuah pukulan hingga pemuda tadi terjungkal.
BalasHapus-> maen pukul ajah si Minhyuk.. parah dah akh.. hmmm