Author :
Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast :
·
Lee
Joon/Changsun (Mblaq)
·
Lee
Minhyuk (BtoB)
·
Jung
Yong Hwa (CN Blue)
Original cast :
Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support cast :
·
Im
Siwan (Ze:a)
·
Nichkhun
Horvejkul (2PM)
·
Yoon
Doojoon (Beast/B2ST)
·
Luhan
(Exo-M)
·
Im
Yoona (SNSD)
·
Choi
Minho (SHINee)
·
Choi
Sulli (F(x))
·
Kim
Himchan (B.A.P)
·
Lee
Sungmin (Super Junior)
·
Cha
Hackyeon ‘N’ (VIXX)
Genre :
romance
Length :
part
***
“Joon,” tegur Sungmin pada leader ‘Blue
Flame’ tersebut.
Joon
langsung menyimpan kembali ponselnya kemudian berdiri. Di sampingnya, Doojoon,
tampak menepuk pundaknya memberi semangat. Joon membalas dengan anggukan
kepala.
“Semangat,
hyung!” Luhanpun turut memberikan semangat untuk leadernya itu. “Ini rekaman
untuk lagu terakhir. Lakukan yang terbaik,” lanjutnya membuat Joon terkekeh.
Joon
masuk ke dalam ruang rekaman. Ia langsung mengenakan headphone di kedua telinganya. Di luar sana, Sungmin bersama
seorang produser mereka. Sementara member ‘Blue Flame’ yang lain tampak
menunggu di belakangnya.
“Bisa
kita mulai, Joon?” tanya sang produser tersebut. Joon langsung mengacungkan ke
dua ibu jarinya dengan mantap tanda bahwa ia sudah siap untuk rekaman.
neol
ijeumyeon da kkeutnalgeot gata
ijebuteon kkumeseo kkaewojwo
I love you and I need you
neobogoshipeo michilgeot gateunde
ijebuteon kkumeseo kkaewojwo
I love you and I need you
neobogoshipeo michilgeot gateunde
This time is
over
wae nareultteonayo
moksumboda deo neol saranghaenneunde
ajikkkaji nan geu sarange gachtyeo
michin deushi neolbureumyeo neoman chaja
wae nareultteonayo
moksumboda deo neol saranghaenneunde
ajikkkaji nan geu sarange gachtyeo
michin deushi neolbureumyeo neoman chaja
(This Time
Is Over – B1A4)
Setelah
itu, rekaman selesai. Joon melakukannya dengan sangat baik. Cukup tiga kali
pengulangan, hasil terbaik sudah mereka dapat. Joon dan yang lain memang
bekerja sangat keras untuk album ke tiga mereka yang rencananya akan segera di
liris setelah rangkaian tour mereka selesai.
“Tak
sia-sia kita latihan setiap malam, hyung.” Luhan berujar sambil merentangkan
tangannya menyambut kedatangan Joon yang baru saja menyelesaikan rekaman untuk
bagiannya.
Tentu
saja Joon langsung membalasnya dengan senang hati. “Kita semua sudah bekerja
keras sekali.”
Luhan
dan Joon melepaskan pelukan mereka. Kemudian Nichkhun tampak merangkul Joon
dari belakang. “Kau harus istirahat leader,” goda Nichkhun.
Joon
terkekeh menanggapinya. “Kita semua harus istirahat untuk konser kita nanti malam.”
“Sungmin,
hyung!” Doojoon terdengar memanggil nama menejer mereka. “Untuk konser
selanjutnya ku dengar di undur?” tanyanya setelah Sungmin menoleh. Sementara
yang lain juga menunggu jawaban menejer mereka tersebut.
“Tidak
bisa di undur. Yang itu terpaksa di batalkan karena jadwal kalian selanjutnya
sudah menunggu,” jelas Sungmin.
Mendengar
jawaban Sungmin, ke lima member ‘Blue Flame’ tersebut saling melempar tatapan
penuh arti. Nampaknya mereka memikirkan hal yang sama.
“Kalau
begitu, kami bisa pulang, hyung?” Siwan terdengar bertanya penuh antusias.
Sudah beberapa minggu ia dan yang lain memang berkutat di luar kota.
“Ku
harap memang begitu,” gumam Luhan penuh harap yang langsung disetujui oleh yang
lain.
“Kalian
bisa pulang,” kata Sungmin akhirnya sambil mengangguk tegas. Membuat para
pemuda tampan itu bersorak gembira. “Manfaatkan dengan baik. Dan jangan lupa
kalian juga harus menghafal materi lagu di album ke tiga kalian. Besok pagi
akan ku bagikan CD-nya.”
“Siap,
hyung!” mereka menjawab kompak. Doojoon, Siwan, Luhan dan Nichkhun sudah
membayangkan hal-hal apa saja yang akan mereka lakukan saat pulang. Tak
terkecuali Joon. Tentu saja si leader tersebut akan langsung menemui Hye Ra.
Harus.
***
Himchan
tampak meregangkan otot-otot tubuhnya karena sudah duduk beberapa jam di sana.
Ia menoleh ke samping dan mendapati Minhyuk yang sedang berbincang serius
dengan beberapa pekerja yang memang membantu mereka merenovasi bangunan
tersebut. Minhyuk cukup serius melakukan pekerjaannya. Lalu mata Himchan
menangkap benda persegi tergeletak di dekat laptopnya. Mini album ke tiga ‘Blue
Flame’ yang bahkan sudah ditanda tangani langsung oleh Joon. Pemuda itu
langsung memutar disc melalui laptop.
Tak lupa ia juga mengeraskan volume.
You make me
go insane (sane)
She gives me so much pain (pain)
I won't be back again (I wanna hate you)
(hangsang neon amureohji anheun cheog
Kkog jigeum jeonhwal badayagesseo?)
You make me go insane (sane)
She gives me so much pain (pain)
I won't be back again
She gives me so much pain (pain)
I won't be back again (I wanna hate you)
(hangsang neon amureohji anheun cheog
Kkog jigeum jeonhwal badayagesseo?)
You make me go insane (sane)
She gives me so much pain (pain)
I won't be back again
(Insane –
BtoB)
Beberapa
menit kemudian, Minhyuk tampak menghempaskan badan di kursi. Tepat di samping
Himchan. Ia lalu menyambar sebuah buku dan pulpen. Minhyuk tampak menulis-nulis
sesuatu. Terkadang ia tampak berpikir, namun sedetik kemudian Minhyuk mengacak
rambutnya, frustasi.
“Ada
apa?” tegur Himchan yang menjadi sediki tak tenang dengan sikap temannya itu.
“Aku
salah perhitungan,” jawab Minhyuk masih dengan ekspresi wajah frustasinya.
“Hackyeon sedang memeriksa kembali untuk lantai atas.”
Himchan
tampak menggeser kursinya lebih dekat ke tempat Minhyuk dan ikut melihat
pekerjaan pemuda itu. Tak lama, Minhyuk seperti tampak bersiap-siap untuk
pergi. “Tak bisakah melalui telpon saja?” sarannya.
Minhyuk
menggeleng tegas lalu merobek kertas berisi tulisan tangannya. “Untuk lebih
jelas, aku harus ke sana. Ku tinggal dulu,” seru Minhyuk yang kemudian melesat
pergi tanpa ada yang bisa menghalanginya.
Minhyuk baru akan
menggapai knop pintu, namun pintu sudah lebih dulu terbuka. Yoona tampak
memunculkan diri di sana. “Kau Himchan?” tanyanya.
“Bukan,”
jawab Minhyuk pendek. Ia lalu menunjuk dengan jari ke tempat Himchan berada
namun tatapannya seakan tak teralih dari Yoona.
Yoona
mengangguk mengerti. Minhyuk menunjuk ke tempat Himchan berada, dan kebetulan
pemuda itu juga menyadari kehadiran Yoona di sana. “Aku Yoona,” ujarnya yang
secara tak langsung membuat Minhyuk diam-diam melebarkan matanya seakan tak
percaya wanita itu ada di hadapannya. “Kau yang bernama Himchan?”
Mendengar
wanita itu memperkenalkan diri dengan nama Yoona, buru-buru Himchan bangkit
lalu melesat mendekat. Minhyuk juga tampak masih berdiri di sana. “Iya, aku
Himchan. Akhirnya bisa bertemu denganmu, noona.” Himchan mengulurkan tangan
yang langsung dibalas oleh Yoona. “Ini temanku, Minhyuk,” tunjuknya pada sosok
Minhyuk. Mereka hanya saling melempar senyum, namun Minhyuk tampak sedikit
kaku. “Dan itu Hackyeon.” Kali ini Himchan menunjuk ke seseorang yang baru saja
memunculkan diri dari arah tangga.
Yoona
dan Hackyeon juga tampak saling melempar senyum. “Senang akhirnya bisa bertemu
kalian,” kata Yoona penuh semangat. “Kalian pasti belum makan siang, kan? Aku
sudah pesankan.”
“Akh,
iya.” Himchan menggaruk tengguknya, canggung. “Mari duduk, noona.”
Hackyeon
sendiri secara spontan menarik sebuah kursi seakan menyiapkan untuk Yoona.
Tentu saja dengan senang hati model cantik tersebut menerima perlakuan baik
para pemuda itu. Namun baru beberapa langkah, Yoona berhenti karena
perhatiannya tersita pada Minhyuk. “Kau ingin pergi?”
“Ya?”
Minhyuk tampaknya sedikit kurang berkonsentrasi.
“Dia
ingin memesan ulang barang-barang yang dibutuhkan di sini,” jelas Himchan.
“Sudahlah
nanti saja,” kata Yoona. Tentu saja ia bisa bebas memutuskan apapun karena ini
juga proyeknya. “Sebentar lagi makanannya datang.” Yoona kemudian melanjutkan
langkah lalu duduk di tempat yang sudah ada. Mata Yoona juga sempat menangkap
benda persegi yang meningingatkannya pada Joon. Yoona tersenyum samar karena
terdapat tanda tangan Joon di sana.
Himchan
juga duduk di sana. Sementara Hackyeon tampak menggerakkan tangannya untuk
Minhyuk sebagai isyarat pemuda itu untuk ikut bergabung. Karena tadi Yoona
memang sudah menyuruhnya untuk tetap tinggal, Minhyuk akhirnya kembali ke dalam
lalu duduk tepat di seberang Yoona yang kini tampak sudah berbincang serius
dengan Himchan.
Berhadapan
langsung dengan Yoona, tentu saja membuat Minhyuk mengingat akan sosok
kakaknya, Joon. Ia juga tahu bahwa Yoona yang pernah di sukai Joon adalah
seorang model. Dan ia bertemu langsung dengan wanita itu. Belum lagi Minhyuk
menangkap reaksi Yoona yang mencurigakan ketika melihat sampul album music
‘Blue Flame’ di atas meja.
“Hyung, bidadarimu ada di sini. Haruskah aku
melaporkan padamu?” gumam Minhyuk dalam hati. “Sebaiknya jangan. Yoona sudah menikah. Dan hyung tidak boleh berharap
lagi padanya,” lanjutnya dengan tatapan yang tak teralih dari wajah Yoona.
***
Hye
Ra menutup pintu mobilnya yang terparkir di halaman gedung Universitas tempat
ia kuliah dulu. Ia baru saja bertemu Sulli di sana. Gadis lalu lalu membuka
laci dashboard dan secara asal
mengambil salah satu album music ‘Blue Flame’ yang memang sudah ia miliki sejak
lama. Album pertama mereka.
I want you
in my life (in the castle, in the air)
I want you kiss me everyday (I take your hand, my dear)
I want you in my life (I don't want you fly away)
I want you smiling at me everyday (You're my dreaming days)
If your love won't stay with me forever
I'll be loving you, whenever
You in my life (tell me everything's alright)
I wanna be your shining light, Forever
I want you kiss me everyday (I take your hand, my dear)
I want you in my life (I don't want you fly away)
I want you smiling at me everyday (You're my dreaming days)
If your love won't stay with me forever
I'll be loving you, whenever
You in my life (tell me everything's alright)
I wanna be your shining light, Forever
(Love
Revolution – CN Blue)
Setelah
salah satu lagu di album music tersebut terputar dan memenuhi ruang di mobil
itu, Hye Ra lalu mengeluarkan ponselnya. Ia berniat menelpon Joon dalam kondisi
sedang memutar lagu kekasihnya itu. Bisa dipastikan Joon akan dua kali lebih
senang dan dua kali lebih narsis karena ia pasti akan mengatakan Hye Ra sangat merindukannya.
Sambil
menunggu panggilannya di jawab, Hye Ra menyambar sebuah majalah yang tadi ia
beli. Gadis itu juga mengenakan handsfree
di ponselnya. Tentu saja memungkinkan tangannya dengan leluasa membuka lembar
tiap lembar halaman di majalah dan terhenti pada halaman yang memasang foto Lee
Joon.
Hye
Ra terpana sesaat melihat foto diri kekasihnya di sana. “Benarkah kau setampan
ini, Joon?” seru Hye Ra untuk dirinya sendiri. Tak biasanya ia mengagumi Joon
seperti ini.
“Tidakkah
kau mengetahuinya sejak lama? Aku memang tampan sejak lahir.”
Hye
Ra membeku mendengar suara seorang pemuda yang ia dengar melalui sepasang handsfree yang menggantung di
telinganya. Saat memeriksa layar ponselnya, terlihat perhitungan waktu sejak
Joon menjawab panggilannya. “Apa setiap artis senarsis kau?” desis Hye Ra tajam
yang memang tak mau mengakui ketampanan kekasihnya itu secara langsung. Joon
pasti akan semakin besar kepala.
Terdengar
Joon terkekeh puas. Pemuda itu baru saja menghempaskan diri di kasur kamar
hotelnya yang ia tempati bersama Siwan. Beruntung Siwang tak langsung kembali
ke kamar mereka. “Biar ku tebak. Kau pasti sedang melihat fotoku di majalah
terbaru itu?”
“Hmm,”
Hye Ra menjawab malas.
Sontak,
Joon menegakkan tubuhnya lalu duduk bersila di atas kasurnya. “Kalau begitu,
jangan buka halaman selanjutnya,” perintah Joon seakan tahu jika Hye Ra akan
melakukan hal itu.
Di
tempatnya berada, Hye Ra bingung sendiri dengan perkataan Joon. “Memangnya
setelah ini ada foto siapa? Doojoon atau Siwan oppa?”
“Bukan
itu. Maksudku, kau lihat fotoku saja. Bukankah kita sudah beberapa minggu ini
tidak bertemu? Apa kau tidak merindukanku?” tanya Joon yang sangat berharap Hye
Ra membenarkan perkataannya.
Hye
Ra tak langsung menjawab. Sementara Joon menyambar sebuah majalah milik Siwan
yang ia temukan di atas nakas kecil. Joon membalik-balikkan majalah dengan satu
tangan dan terhenti di sebuah halaman yang memuat foto dirinya. Itu majalah
yang sama yang sedang dilihat Hye Ra. Joon juga sempat membuka halaman
selanjutnya yang ternyata terdapat foto Doojoon.
Joon
sempat membeku sesaat. Kebetulan yang sangat pas. Padahal Joon tidak bermaksud
menyinggung masalah Doojoon. Hye Ra dulu memendam perasaan pada bassist bandnya
tersebut. Meski kini gadis itu sudah membuka hati untuknya. Joon bahkan tak
menyadari bahwa Hye Ra sama sekali belum bersuara sejak ia melontarkan
pertanyaannya tadi.
Hye
Ra mendesah berat lalu menyandarkan punggungnya lebih dalam lagi ke jok mobil.
Ia baru saja melihat Yong Hwa bersama Sulli dari balik kaca mobilnya. Semua
yang terjadi antara dirinya dan Yong Hwa juga melibatkan Joon. Hye Ra bahkan
tanpa alasan dan kecurigaan apapun menuruti perkataan kekasihnya untuk tidak
membalikkan halaman majalah.
“Kenapa
kau selalu menolak melakukan video call denganku?”
Hye Ra balik bertanya. Ia sama sekali tak ingin menjawab pertanyaan Joon.
Di
tempatnya berada, Joon membalikkan kembali halaman majalah tempat foto dirinya
terpampang. “Itu hanya akan membuat aku semakin merindukanmu. Aku bisa melihat
wajahmu, tapi aku tidak bisa menyentuhmu. Jika bertemu, aku ingin langsung memelukmu.”
Senyum
Hye Ra terukir setelah mendengar perkataan Joon. Tuhan maha adil. Ketika Hye Ra
melepaskan cintanya untuk Doojoon, ia mendapatkan cinta yang lebih besar dari
Joon. Sama halnya dengan Yong Hwa, Sulli, Yoona, dan juga Joon sendiri. Mereka
melepaskan satu cinta untuk mendapatkan cinta yang lain. Tapi mungkin belum
saatnya untuk Minhyuk yang baru saja melepaskan cintanya pada Sulli.
Tanpa
sadar, air mata gadis itu menetes. Buru-buru ia menyekanya. Namun isakan kecil
itu tetap terdengar.
“Kau
menangis?” desak Joon. Hye Ra tak menjawab. “Kau curang! Kenapa menangis di
telpon? Jika bersamaku kau tidak pernah menangis?” protesnya. “Aku jadi tidak
bisa mengapus air matamu dengan tanganku,” serunya sedikit heboh dan sukses
menyulut tawa Hye Ra.
“Aku
tidak ingin kau melihatku menangis.” Hye Ra masih berusaha menghilangkan
sisa-sisa air mata di wajahnya.
Joon
mengukir senyum. Biasanya Hye Ra lebih suka menggodanya jika di telpon. Namun hari
ini mereka terlibat pembicaraan yang sedikit serius, menurut Joon. Pemuda itu
juga seperti tak bisa mengatakan hal apapun setelahnya. “Aku benci saat seperti
ini. Nanti ku telpon lagi,” putus Joon kemudian. “Aku mencintaimu,” ujarnya
sedetik sebelum ia benar-benar mematikan telponnya.
“Aku
ta…” Hye Ra terdengar tak menyelesaikan kalimatnya. Joon pasti tidak ingin
mendapatkan jawaban yang tidak ia inginkan. Lebih baik tidak usah sama sekali. Hye
Ra kembali mengarahkan matanya pada sosok Joon dalam majalah di tangannya. “Aku
mencintaimu, Joon. Tapi, aku takut mengatakan hal itu secara langsung untukmu.
Aku hanya takut tak sanggup jika suatu hari nanti kau meninggalkanku dengan
keadaan apapun.”
Gadis itu menghela
napasnya sesaat. Masih dengan mata yang tertancap lurus pada gambar diri Joon.
“Tapi, sungguh. Aku tulus mencintaimu.” Hye Ra memejamkan matanya. Dan tak
disadari ternyata air matanya kembali jatuh. Gadis itu hanya sedikit teringat
tentang perasaannya yang nyaris saja mengkhianati Joon karena Doojoon. Ia
sungguh menyesal akan hal itu.
More, bigger halls
and albums
Don't lose my first intention
I never lose myself everyday
More, bigger home and bling-blings
Don't lose my first intention
I never lose myself everyday
More, bigger home and bling-blings
We got more
concentration
I never lose myself everyday
I can get pressures at times
But I am strong and I try to sing all night
(Try Again, Smile Again – CN Blue)
I never lose myself everyday
I can get pressures at times
But I am strong and I try to sing all night
(Try Again, Smile Again – CN Blue)
Di
tempatnya berada, Joon tampak memainkan ponselnya untuk melihat slide-slide
foto Hye Ra yang diam-diam ia ambil langsung dari ponsel kekasihnya itu
sendiri. Tak lama, pintu kamar hotelnya tampak terbuka. Ternyata Siwan yang
baru kembali. Joon langsung membaringkan tubuhnya dan masih tetap memandangi
foto-foto Hye Ra.
Siwan
sendiri langsung bergegas menyambar ranselnya. Ia juga memasukkan beberapa
barang yang sekiranya ingin ia bawa. “Kau sedang apa, Joon?” tegurnya meski
masih menyibukkan diri dengan kegiatannya.
Joon
sempat melirik sesaat, namun sedetik kemudian kembali menatap foto kekasihnya
itu. “Merindukan Hye Ra,” serunya asal.
Mendengar
jawaban Joon, Siwan sampai menghentikan kegiatannya dan sontak menoleh ke
tempat leadernya itu berbaring santai. “Kita harus bergegas ke tempat konser!”
seru Siwan mengingatkan.
Joon
hanya mendengus kesal. Namun dengan terpaksa, ia mengangkat tubuhnya untuk
bangkit. Tugasnya sebagai seorang ‘idol’ sudah menunggu.
***
Hye
Ra telah sampai kembali di rumahnya. Setelah dari kampus tadi, ia sempat mampir
ke tempat butiknya yang masih dalam tahap renovasi tersebut. Ia juga sekaligus
mengajak Yoona untuk pulang. Sesampainya di rumah, gadis itu langsung melesat
ke kamarnya. Melempar majalah tadi ke kasur dan menghempaskan tubuhnya ke sana
juga. Hye Ra langsung menegakkan kembali tubuhnya karena Yoona membuka pintu
kamarnya. Wanita itu masuk dan langsung duduk di tepi tempat tidur.
“Minho
oppa belum pulang,” kata Yoona seperti memberi tahu. Hye Ra hanya mengangguk
samar. “Ini Joon?” seru Yoona yang sontak saja membuat Hye Ra menoleh cepat.
Ternyata wanita itu menemukan majalah baru Hye Ra.
Dengan
gerakan cepat dan cenderung kasar, Hye Ra menyambar majalan tersebut dari
tangan Yoona. Hanya untuk memastikan apa yang dilihat kakak iparnya itu. Dan
ternyata benar itu foto Joon yang seperti dugannya. Sedetik kemudian gadis itu
menyerahkan lagi majalah tadi pada Yoona. “Eonnie. Bisa tolong lihatkan halaman
selanjutnya? Tapi jangan tunjukkan padaku.”
Meski
dengan sedikit bingung, Yoona tetap melakukan permintaan Hye Ra. Setelah
memastikan gambar siapa yang dimaksud, Yoona mendongakkan kepala dan menatap
Hye Ra penuh arti. “Doojoon,” gumamnya lemah.
Hye
Ra berusaha untuk tidak bereaksi berlebihan. Ia tidak tahu ini sebagai pertanda
apa? Yang ada dipikiran gadis itu sekarang adalah meja belajarnya dan mengambil
beberapa senti sebuah solasi bening. Hye Ra sengaja mengunci foto Doojoon agar
tidak terbuka olehnya meski tanpa sadar.
Yoona
menghela napas panjang melihat apa yang dilakukan Hye Ra. “Aku bahagia melihat
Joon bersamamu. Kau pasti bisa membahagiakan dirinya lebih dari orang lain.”
Hye
Ra hanya menatap Yoona datar tanpa bisa membalas perkataan Yoona. Akhirnya
gadis itu hanya mampu untuk tersenyum tipis. Ia memang sudah mencintai
kekasihnya.
***
Minhyuk
tiba di apartmen sudah sangat sore. Ia pulang dari butik Yoona dengan menumpang
bus kota. Pemuda itu memang tidak ingin memanfaatkan kekayaan dan ketenaran
kakaknya. Sudah beberapa hari ia tinggal sendiri karena Joon masih di luar kota
atau terkadang menginap di dorm ‘Blue Flame’.
Seusai
membersihkan badan, Minhyuk bersantai di ruang tamu sambil menikmati secangkir
kopi buatannya. Ingin mengusir bosan dengan menonton televisi, ternyata tidak
ada acara yang menarik perhatiannya.
Sampai
akhirnya mata Minhyuk terhenti tepat ke kolong meja di hadapannya. Ada sebuah
majalah edisi lama. Merasa penasaran, Minhyuk menyambarnya. Kebetulan saat itu
‘Blue Flame’ yang sedang mengisi kolom sampul mereka.
“Ternyata
Changsun hyung semakin terkenal saja,” ujar Minhyuk sebelum membalikkan majalah
ke halaman selanjutnya. Selama di Jepang, ia kurang mengikuti perkembangan
terbaru ‘Blue Flame’ kecuali dalam aspek album-album terbaru mereka. Joon pasti
hampir selalu mengabarinya.
Beberapa
lembar dilewati Minhyuk begitu saja. Sampai akhirnya mata Minhyuk terhenti
karena menangkap gambar wajah kakaknya dan member ‘Blue Flame’ yang lain. Belum
lagi dengan judul berita yang bisa terbilang cukup menghebohkan, terlebih jika
melibatkan sebuah band besar sekelas ‘Blue Flame’.
“Jadi,
selama ini Luhan sudah memiliki kekasih?” kata Minhyuk untuk dirinya sendiri.
Ia dan Luhan memang berteman sejak SMA seperti halnya ia dan Hye Ra juga.
“Doojoon hyung juga?” lanjutnya yang memang juga mengenal sosok Doojoon sebelum
pemuda itu tergabung di ‘Blue Flame’.
Minhyuk
kemudian kembali ke sampul majalah. Ia terkekeh saat melihat tanggal terbitnya
majalah tersebut. “Ya ampun, ternyata berita ini sudah cukup lama,” serunya
sambil terkekeh. Namun tawanya hanya bertahan sementara karena seseorang
menekan bel apartmen yang ditempatinya. Minhyuk langsung melesat ke depan.
Setelah memastikan orang
yang datang melalui intercom, Minhyuk langsung membukakan pintu. Tampak seorang
wanita hamil karena kondisi perutnya yang sedikit terlihat membuncit, sudah
berdiri di sana. “Noona jadi datang?” seru Minhyuk sedikit terkejut.
“Kau pikir?” desis wanita
itu tajam. Ia lalu menerobos masuk ke dalam.
Minhyuk
sendiri hanya bisa mendesah berat sebelum akhirnya menutup pintu lalu kembali
ke dalam menyusul wanita tadi yang ternyata adalah kakak kandungnya, Hyorin.
***
Hye Ra terpana sesaat melihat foto diri kekasihnya di sana. “Benarkah kau setampan ini, Joon?” seru Hye Ra untuk dirinya sendiri. Tak biasanya ia mengagumi Joon seperti ini.
BalasHapus“Tidakkah kau mengetahuinya sejak lama? Aku memang tampan sejak lahir.”
Hye Ra membeku mendengar suara seorang pemuda yang ia dengar melalui sepasang handsfree yang menggantung di telinganya. Saat memeriksa layar ponselnya, terlihat perhitungan waktu sejak Joon menjawab panggilannya. “Apa setiap artis senarsis kau?” desis Hye Ra tajam yang memang tak mau mengakui ketampanan kekasihnya itu secara langsung. Joon pasti akan semakin besar kepala.
Terdengar Joon terkekeh puas.
-> dasar Hye Ra.. gak mau ngakuiin secara langsung kalo Joon itu ganteng banget.. hahahaha