Author :
Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast :
·
Lee
Joon/Changsun (Mblaq)
·
Lee
Minhyuk (BtoB)
·
Jung
Yong Hwa (CN Blue)
Original cast :
Hye Ra
Support cast :
·
Im
Siwan (Ze:a)
·
Nichkhun
Horvejkul (2PM)
·
Yoon
Doojoon (Beast/B2ST)
·
Luhan
(Exo-M)
·
Im
Yoona (SNSD)
·
Choi
Minho (SHINee)
·
Choi
Sulli (F(x))
·
Kim
Himchan (B.A.P)
·
Lee
Sungmin (Super Junior)
·
Cha
Hackyeon ‘N’ (VIXX)
Genre :
romance
Length :
part
***
“Apa
salahnya jika aku hanya ingin mendengar ucapan cinta dari mu?” Joon tampak tak
mau mengalah. Ia diam sesaat karena merasakan sesuatu yang janggal. Hye Ra sama
sekali tak bersuara lagi, dan suasana terasa sangat hening. Joon kemudian
menatap layar ponselnya. Jelas saja tidak ada jawaban apapun dari Hye Ra.
Panggilan mereka bahkan sudah terputus beberapa saat yang lalu. “Kenapa di
matikan? Aku bahkan belum selesai bicara!” protes Joon sambil berdecak kesal.
“Ehm…!”
Joon
menoleh setelah mendengar seseorang berdeham. Dan ketika mendapati Sungmin di
sana, Joon langsung memasang senyumannya. “Hyung, aku senang sekali karena baru
saja mendengar suara Hye Ra,” serunya riang. Atau lebih tepatnya pura-pura
riang di hadapan Sungmin.
Sungmin
sendiri hanya memasang ekspresi wajah datarnya. Ia lalu mengangguk-anggukan
kepalanya dengan pelan dengan tatapan yang masih tertancap lulus ke arah Joon.
Di tempatnya, Joon berdiri membeku dan hanya mampu menelan ludahnya.
“Bagaimana
caranya aku mempercayaimu?” Sungmin seolah-olah sibu berpikir.
“Hyung!”
Joon berseru heboh. Ia kemudian meletakkan kedua tangannya di pundak Sungmin
sambil menatap menejernya itu dengan sungguh-sungguh. “Aku mencintaimu!” Lalu,
tanpa menunggu reaksi Sungmin, Joon sudah melesat masuk ke dalam ruang ganti
‘Blue Flame’ untuk bersiap menghadapi konser yang bisa terhitung hanya dalam
hitungan jam.
Sungmin
hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan salah satu anak asuhnya itu yang
selalu di luar dugaan.
***
“Yong
Hwa?” gumam Hye Ra bahkan nyaris tanpa suara. Namun setelah itu, Hye Ra menatap
ponsel di tangannya karena Joon kembali menelponnya. Langsung saja gadis itu
menjawab panggilan kekasihnya. “Sumpah, nanti aku akan menghubungimu lagi.”
Gadis itu segera memutuskan sambungan telponnya tanpa menunggu respon apapun
dari Joon.
“Ayo
masuk,” ajak Sulli yang bahkan sudah menyambar tangan Hye Ra. Itu juga sebagai
usaha untuk mengalihkan kegugupannya karena bertemu Minhyuk di sana.
Hye
Ra sendiri tampak pasrah dengan perlakuan Sulli terhadapnya. Ia juga sempat
melirik Minhyuk lalu menatap Yong Hwa juga ketika ia melewati pemuda itu. Dan
Yong Hwa menyusul tak lama kemudian. Sementara Minhyuk, ia masih tampak ragu
karena sudah sangat lama sekali tak mengunjungi rumah tersebut. Namun ketika
Hye Ra menoleh ke belakang kembali untuk memastikan pemuda itu juga ikut masuk,
Minhyuk akhirnya masuk dengan langkah berat.
“Kalian
duduk dulu saja,” ujar Sulli yang membawa tamu-tamunya ke ruang tengah.
“Aku
ingin ke toilet,” kata Minhyuk.
Sulli
langsung menoleh cepat. “Di sana.” Gadis itu menunjuk ke arah dapur.
Setelahnya, Sulli langsung melesat menuju tangga untuk ke kamarnya yang berada
di lantai dua rumah. Sementara Minhyuk, segera saja bergegas menuju toilet.
Sebenarnya Minhyuk sudah tahu letak toilet di rumah Sulli, namun ia hanya
pura-pura bertanya untuk mengurangi kecurigaan Hye Ra. Ia belum ingin Hye Ra
tahu jika gadis yang pernah menjadi kekasihnya dulu adalah Sulli yang sama
seperti yang mereka temui di sini.
“Duduk,”
ujar Yong Hwa memecah keheningan ketika Sulli dan Minhyuk tidak berada di
antara mereka.
Hye
Ra tersenyum canggung lalu duduk di salah satu sofa. Cukup jauh dari tempat
Yong Hwa duduk saat itu. Beberapa saat keheningan menguasai keduanya.
“Joon
mengkhianatimu, atau kau yang menghianatinya?” seru Yong Hwa memecah keheningan
sambil menatap Hye Ra sedikit menggoda. Sudah lama rasanya ia tak mengganggu
gadis dihadapannya itu.
“Tidak
keduanya,” kata Hye Ra cepat dengan nada dingin.
Yong
Hwa terkekeh mendengarnya. Ia yang awalnya bersandar, kini menegakkan badan dan
sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan. “Kau tiba-tiba datang bersama Minhyuk.
Dan aku juga sempat melihat kalian jalan di mall. Jadi, mana mungkin aku tidak
berpikir seperti itu,” ujarnya tegas dengan tatapan menyelidik ke arah Hye Ra.
Hye
Ra berdecak kesal menanggapinya.
“Tapi
kau tenang saja, aku tidak akan mengharcurkan hubunganmu dengan Minhyuk,” sela
Yong Hwa yang justru mendapatkan tatapan membunuh dari Hye Ra.
“Aku
dan Minhyuk sama sekali tidak memiliki hubungan apapun,” desis Hye Ra tajam dan
masih mempertahankan tatapan sinisnya untuk Yong Hwa.
“Lalu,
apa Joon tahu kau bersama Minhyuk saat ini? Bukankah dia sedang berada di luar
kota?” Yong Hwa sempat melirik jam yang melingkar di tangannya. “Sepertinya
konser mereka sudah hampir mulai.”
Hye
Ra menatap Yong Hwa semakin penuh selidik. “Kau tau segalanya tentang mereka?”
Yong
Hwa tersenyum meremehkan. “Kau tau menejer mereka yang bernama Sungmin?” Pemuda
itu justru balik bertanya. Namun Hye Ra tak menjawab. “Dia kakakku,” ujarnya
pelan.
“Sung…
Min?” gumam Hye Ra terbata.
“Apa
kalian sudah saling mengenal?” sela Sulli saat sedang menuruni anak tangga.
Gadis itu lalu menempatkan diri tepat di samping Yong Hwa sambil menatap
kekasihnya itu penuh minat.
“Kita
ternyata dulu satu SMA. Hye Ra adik kelasku,” jelas Yong Hwa. Pemuda itu juga
tak sepenuhnya berbohong.
“Waah…”
seru Sulli kagum. “Berarti kau juga mengenal Doojoon dan Luhan member ‘Blue
Flame’? Mereka juga satu sekolah dengan kita,” ujarnya antusias.
“Aku dan Doojoon bahkan pernah berpura-pura
pacaran,” desis Hye Ra dalam hati. “Apa kau ‘flamers’?” tanya Hye Ra cukup
antusias. Setidaknya ini untuk mencairkan suasana karena setelah ini ia dan
Sulli akan segera membahas proyek mereka bersama. “Siapa yang kau suka dari
mereka? Aku mengagumi Siwan.”
Sebelum
Sulli menjawab pertanyaan Hye Ra, Minhyuk baru saja kembali dan langsung
menjatuhkan diri di samping Hye Ra. Sementara Yong Hwa mengawasi dengan serius
obrolan ringan dua orang gadis yang pernah mengisi hatinya.
“Aku
sangat menyukai Lee Joon. Suaranya bagus,” ujar Sulli.
Yong
Hwa nyaris tertawa mendengarnya, namun ia masih bisa menahannya. Terutama di
hadapan Hye Ra yang bahkan sudah hampir melototinya.
“Apa Sulli lupa kalau Changsun hyung itu
kakakku?” gumam Minhyuk dalam hati.
Hye
Ra sendiri hanya tersenyum canggung. “Bagaimana
jadinya kalau Sulli tau bahwa aku dan Joon berpacaran, bahkan sampai
bertunangan dengannya?” batinnya yang sibuk membayangkan hal tersebut
terjadi.
“Mereka
bahkan datang di acara pertunanganku,” ujar Sulli namun ia berusaha tetap
menjaga perasaan Minhyuk.
Mendengar
itu, baik Minhyuk langsung membeku. Sementara Hye Ra tampak memudarkan
senyumnya. Gadis itu lalu menangkap sebuah cincin yang sama dikenakan keduanya,
Yong Hwa dan Sulli.
“Ah,
iya. Bagaimana jika kita mulai sekarang?” ajak Sulli mengalihkan keadaan. Hye
Ra mengangguk cepat lalu mengikuti langkah Sulli menuju meja makan yang tak
jauh dari ruang tengah di rumahnya tersebut. “Kau temani dia ngobrol ya?” pesan
Sulli pada Yong Hwa. Ia lalu menyambar tangan Hye Ra dan mengajaknya berbicara
di meja makan.
***
Beberapa
menit setelah Sulli dan Hye Ra pindah ke meja makan karena mereka pasti tak
ingin proyek mereka sedikit terganggu. Sementara Yong Hwa hanya menatap hampa
televisi dihadapannya dan tanpa minat karena Minhyuk juga sudah asik dengan
dunianya sendiri. Minhyuk memilih sedikit demi sedikit mengerjakan proyeknya
dengan Hye Ra.
Yong Hwa
tampak melirik ke arah dua orang gadis yang duduk di meja makan dengan posisi membelakanginya.
Mereka masih sibuk. Ia kemudian menatap Minhyuk. Terlintas sebuah ide jahil di
kepalanya. “Di antara dua orang gadis di sana. Mana yang akan kau pilih? Hye Ra
atau Sulli?” ujarnya penasaran. Ia bahkan sampai sedikit memajukan tubuhnya.
Yong Hwa melakukan itu karena ia tahu bahwa Minhyuk pernah ada hati pada ke dua
gadis di sana tersebut.
Minhyuk
sempat menghentikan tangannya yang sibuk bermain di atas mouse laptop. Namun sedetik kemudian, ia berusaha tak terpengaruh
dengan pertanyaan Yong Hwa yang bisa saja menjebak. “Bagaimana jika aku
membalikkan pertanyaan itu padamu?” desis Minhyuk yang lalu melirik Yong Hwa
tajam.
Yong
Hwa terdengar berdecak kesal. Sementara Minhyuk kembali menekuri pekerjaannya. “Aku
yang bertanya duluan. Kau tidak boleh melemparnya kembali.”
Minhyuk
mengangkat salah satu sudut bibirnya. “Jika tidak bisa menjawab, jangan
memberikan pertanyaan seperti itu,” sindir Minhyuk dengan nada meremehkan.
“Benar,”
gumam Yong Hwa yang seakan menyetujui perkataan Minhyuk. Ia kemudian
menyandarkan kembali punggungnya. “Tapi jika kondisinya seperti ini…” Yong Hwa
sedikit bermain-main dengan ucapannya dan sukses membuat Minhyuk mengawasinya
dengan ketat melalui ekor mata. “Jelas aku lebih memilih yang ada di depan
mataku.”
Minhyuk
tak langsung merespon. Ia berdecak meremehkan karena tahu yang dimaksud Yong
Hwa adalah Sulli. “Itu hanya karena kau sudah menang selangkah.”
“Hal
itu tidak dilarang, kan?” seru Yong Hwa tak ingin mengalah. “Lagipula, ini
hanya pertanyaan kecil. Dan kenyataannya Hye Ra juga sudah memiliki seseorang
yang ia cintai.” Yong Hwa tak menyadari perubahan raut wajah Minhyuk. “Kau tau
dia sudah punya kekasih, kan?” tanyanya memastikan.
Minhyuk
menoleh dan tak ingin terlihat kalah. “Aku tahu. Tapi aku tak perlu tahu siapa
kekasih Hye Ra.”
Yong
Hwa berusaha menyembunyikan tawanya sampai Minhyuk kembali sibuk dengan
pekerjaannya. “Kekasih Hye Ra bahkan
member ‘Blue Flame’ yang disukai Sulli,” kekehnya dalam hati. Ia juga tak
tahu jika antara Minhyuk dan Joon ada hubungan saudara kandung.
Tak
lama, Sulli dan Hye Ra kembali bergabung dengan Minhyuk dan Yong Hwa di ruang
tengah.
“Kita sudah selesai,” kata
Hye Ra yang secara tidak langsung ia juga mengisyaratkan Minhyuk untuk membereskan
barang-barangnya.
***
Beberapa
hari setelah itu. Hye Ra tampak sudah siap untuk ke luar rumah. Sementara salah
satu tangannya sibuk memainkan kunci mobilnya. Yoona juga sudah ke luar dari
rumah sakit. Dan saat ini wanita itu sedang menikmati sarapan paginya bersama
Minho yang juga siap untuk pergi ke kantor.
“Kau
mau ke mana?” tegur Minho saat Hye Ra baru saja duduk bergabung.
Hye
Ra awalnya tak langsung merespon perkataan Minho. Ia justru sibuk menyiapkan
sarapan paginya.
“Kalau
kau pergi, siapa yang menemani Yoona di rumah?” lanjut Minho.
Hye
Ra dan Yoona sontak saling melempar tatapan. Yoona menunjukkan raut wajah dan
seolah berkata bahwa ia baik-baik saja. Hye Ra langsung memutar bola matanya
sedikit kesal. “Oppa yang memaksaku menemui Himchan. Kalau aku tidak
menyelesaikan proyek itu secepatnya, mau kapan lagi? Menunggu sampai eonnie
melahirkan?” seru Hye Ra terdengar sedikit menantang.
Minho
langsung menoleh ke arah Yoona seolah meminta pertolongan. Namun tampaknya
Yoona pura-pura tak menyadari sikap Minho.
Malas
menunggu reaksi Minho, Hye Ra menyandarkan punggungnya sambil menatap Minho
dalam. “Sekarang bagaimana? Aku bisa pergi atau tidak?”
“Kau
berangkat saja sana,” putus Yoona sambil melempar tatapan sedikit memaksa pada
Hye Ra. “Cepat!” tegasnya.
Hye
Ra melirik Minho dan Yoona bergantian. Namun akhirnya ia memutuskan untuk
menuruti ucapan Yoona. “Terima kasih eonnie.” Hye Ra langsung melesat pergi
tanpa menghiraukan teriakan Minho yang memanggil namanya.
***
Hye
Ra memarkirkan mobilnya di depan bangunan yang nantinya akan menjadi butiknya
dan Yoona. Gadis itu berlari kecil memasuki gedung. “Maaf aku terlambat,”
serunya pada Himchan dan salah seorang teman pemuda itu yang membantu di sana.
“Oh,
hai. Kau datang?” ujar Himchan. “Kenalkan ini temanku. Dia hanya ingin
melihat-lihat.”
Pemuda
bersama Himchan di sana itu mengulurkan tangan. “Hackyeon,” serunya
“Aku Hye Ra,” kata gadis
itu riang. Hye Ra lalu tampak menoleh ke kanan dan ke kiri seperti mencari-cari
sesuatu. “Minhyuk belum datang?” tanya Hye Ra akhirnya.
“Dia
sedang memesan barang-barang yang kita butuhkan.” Himchan berkata tanpa beralih
dari layar laptopnya. Ia akhirnya mendongak dan langsung mengarahkan tatapan
pada Hye Ra. “Apa seluruh bagian tembok ingin kau pakaikan wallpaper?”
tawarnya. “Jika kau mau, Hackyeon bersedia membantu.”
Hye
Ra sontak menoleh ke tempat Hackyeon berada. Tepat ketika pemuda itu juga
menatap padanya. Ia lalu mengangguk cepat sebagai tanda setuju. “Bisa pilihkan
yang bagus? Eonnie ingin berbeda tema di tiap ruangan.”
“Aku
punya contohnya,” kata Hackyeon semangat sambil menyuruh Hye Ra mendekat karena
apa yang ingin ia tunjukkan ada di laptop Himchan.
Himchan
sendiri langsung sedikit bergeser guna memberi sedikit ruang pada Hackyeon yang
kemudian langsung mengoperasikan laptop. Hye Ra juga sudah bergabung di sana.
“Aku
sudah mendengar konsep kalian dari Himchan dan Minhyuk. Tapi ini hanya
beberapa. Mungkin besok akan aku bawakan contoh-contoh yang lain,” jelas
Hackyeon sambil membuka slide foto-foto contoh wallpaper dinding yang ia
tawarkan pada Hye Ra.
“Terserah
kau saja. Tapi serasikan juga dengan barang-barang yang dibeli Minhyuk,” kata
Hye Ra. Dan Hackyeon hanya mengangguk mengerti.
***
“Hyung,
giliranmu!” teriak Luhan mengingatkan Nichkhun untuk melakukan pemotretan untuk
album terbaru mereka. Sementara Nichkhun bersiap, Luhan menyingkir lalu
mengambil satu tempat di samping Joon yang tampak sibuk dengan sebuah majalah
di sana.
Joon
tampaknya tak terlalu menyadari kedatangan Luhan. “Tsk!” Ia berdecak kesal
seorang diri. “Apa mereka tidak punya majalah baru?” desisnya.
Mendengar
itu, Luhan mengintip ke salah satu halaman. “Itu Yoona noona?” serunya.
Joon
sontak menoleh cepat ke arah Luhan, kemudian ia mengikuti arah pandangan Luhan
ke majalah di tangannya. Di salah satu sudut kolom terpampang wajah cantik
Yoona. Joon langsung mengarahkan matanya ke deretan huruf yang membentuk
artikel tentang gadis yang dulu pernah dicintainya itu.
“Itu
kan sudah beberapa bulan yang lalu,” kata Luhan seperti mengomentari. Terlebih
ia juga sempat membaca artikel tersebut yang membahas tentang pernikahan Yoona
itu.
Joon
mengangkat satu sudut bibirnya. “Ternyata Yoona bisa berbohong juga,” kekehnya
kemudian setelah membaca bagian akhir artikel. Joon kemudian melirik ke tempat
Luhan berada karena merasakan Luhan juga tengah menatapnya.
“Aku
tahu,” ujar Luhan dengan tatapan mata seperti mengatakan ia menemukan sesuatu.
“Jadi Yoona noona berbohong?” ulangnya. Luhan lalu menatap Joon penasaran. “Ini
sebenarnya sudah lama ingin aku tanyakan,” kata Luhan yang bahkan tak
memperdulikan saat Siwan duduk di sampingnya. “Kau ke mana hyung malam itu?
Kenapa kau tidak datang ke pernikahan Yoona noona? Apa kau masih patah hati?”
Plak!
Siwan justru memukul belakang kepala Luhan hingga pemuda itu meringis lalu
melancarkan tatapan membunuh untuk Siwan. “Kenapa aku di pukul, hyung!” protes
Luhan.
Joon
dan Siwan hanya terkekeh melihatnya. “Kau ke mana saja selama ini sampai kau
tidak tahu hal itu?” tanya Siwan dengan nada meremehkan.
Luhan
menoleh ke tempat Joon berada seakan meminta penjelasan. Namun Joon sama sekali
tak tertarik untuk memberikannya. Luhan hanya mendesah kesal. Ia baru saja
menyandarkan punggungnya, tapi langsung ia tegakkan lagi karena mlihat kedatangan
Doojoon. “Hyung, lihat ini.” Luhan menyambar majalah di tangan Joon yang
kemudian ia sodorkan pada Doojoon.
Doojoon
langsung menarik sebuah kursi yang ia tempatkan di depan Luhan sebelum ia
menerima majalah tersebut. Seakan mengerti, mata Doojoon langsung menangkap
artikel tentang pernikahan Yoona. “Aku baru tau,” kata Doojoon lalu mendongkat.
“Yoona berbohong tentangmu?” tanya Doojoon pada Joon.
Joon
hanya mengangguk cepat karena saat itu ia tengah menenggak minumannya.
“Hyung,
jadi kau juga tau tentang keberadaan Joonie hyung malam itu?” tuntut Luhan.
Doojoon
mengembalikan majalah ke tangan Joon sebelum menoleh ke tempat Luhan berada
yang tengah menatapnya sambil menuntut sesuatu. Doojoon hanya mengangguk. “Joon
ada di ruang ganti. Ada Hye Ra juga di sana.”
“Kenapa
kau memusingkan hal itu?” Siwan terdengar bersuara.
Luhan
sudah ingin kembali buka mulut, namun Siwan sudah lebih dulu bangkit lalu pergi
dari sana. Saat menoleh ke tempat lain, ternyata Joon dan Doojoon juga
melakukan hal yang sama. Pergi dari tempat itu.
***
“Itu
Minhyuk,” seru Hackyeon saat mendapati seseorang membuka pintu utama.
Hye Ra dan Himchan
langsung mendongakan kepala. “Kau dapat semua?” tanya Himchan ketika Minhyuk
sudah benar-benar memunculkan diri di hadapannya. Sementara Hackyeon menggeser
sebuah kursi yang melingkari sebuah meja untuk Minhyuk.
Minhyuk
meletakkan barang bawaannya berupa seplastik botol minuman. “Oh, kau? Terima
kasih,” ujar Minhyuk sedikit terkejut karena melihat kehadiran salah satu
temannya juga di sana. “Sudah. Tapi beberapa barang memang harus di pesan dulu.
Mudah-mudahan semua bisa tepat waktu,” jelas Minhyuk untuk pertanyaan Himchan
tadi. Pemuda itu lalu memajukan tubuhnya lebih dekat ke tepi meja sambil
menatap Himchan. “Sudah kau buatkan perhitungannya?”
“Akh,
iya.” Himchan secara otomatis merubah arah layar laptopnya jadi menghadap
Minhyuk. “Kau bisa periksa lagi.”
Minhyuk
langsung mengambil alih laptop dihadapannya. “Itu minuman untuk kalian,”
ujarnya mengingatkan karena tak satupun dari Hye Ra, Himchan atau Hackyeon
menyentuh kantong plastic yang tadi di bawa Minhyuk.
Mereka hanya terkekeh
menanggapinya. Lalu Himchan tampak memulai dengan membongkar plastic tersebut. Ia
menyodorkan satu untuk Hackyeon dan Hye Ra juga. Dan terakhir ia mengambil
untuk dirinya. Minhyuk sedikit mengawasi hal terakhir tadi, yang kemudian
membuat matanya sedikit melebar.
“Himchan,
maaf,” sela Minhyuk yang bahkan sampai menahan tangan Himchan yang sedang
membuka tutup botol. “Yang itu untuk Hye Ra,” lanjutnya kemudian.
Himchan
menatap label minuman di tangannya. Ia kemudian melirik Hye Ra seperti meminta
penjelasan juga. “Maaf,” seru Himchan akhirnya sambil menukar botol miliknya
dengan botol yang tadi di tangan Hye Ra.
Hackyeon
yang menyaksikan itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menatap
Minhyuk penuh curiga. Minhyuk langsung panic di buatnya seakan kepergok dengan
Hackyeon. Hackyeon salah satu teman lamanya yang mengetahui tentang perasaannya
pada Hye Ra sejak dulu. Namun tidak dengan Himchan.
Minhyuk
menemukan sebuah meteran di atas meja. “Ada yang bisa membantuku mengukur?”
tanyanya pada siapa saja dengan tangan yang sudah menyambar alat tersebut untuk
mengalihkan perasaannya. Ia bahkan juga sudah berdiri lalu berjalan ke sudut
ruangan.
“Biar
aku saja,” kata Hackyeon menawarkan diri ketika melihat Himchan yang juga
bersiap untuk berdiri.
Hye
Ra menatap langkah Hackyeon yang menghampiri Minhyuk. Ia kemudian melirik ke
tempat Himchan berada. “Setengah jam lagi aku harus pergi. Dan mungkin baru
akan kembali saat makan siang.”
Himchan
langsung mengangguk. “Dan sepertinya aku juga membutuhkan Hackyeon.” Himchan
lalu melempar pandangan ke tiap sudut ruangan tempatnya berada. “Karena gedung
ini cukup besar untuk ukuran sebuah butik baru.”
Hye
Ra terkekeh mendengarnya. Ia juga mengarahkan tatapannya ke tiap sudut yang
terjangkau matanya. Memang cukup besar. “Sebenarnya eonniku sudah memiliki
butik. Namun tidak sebesar ini tempatnya. Dan di sini juga sekalian menjadi
kantor,” jelas Hye Ra kemudian. “Oiya, untuk Hackyeon terserah kau saja.”
“Tadinya
dia hanya ingin bertemu denganku saja. Sebelum kau datang, kami ngobrol banyak.
Ternyata pengalamannya juga lebih luas dari Minhyuk.”
“Hackyeon
juga arsitek?” tanya Hye Ra antusias dan terdengar cukup kagum. Ia bahkan
sempat melirik ke tempat Hackyeon dan Minhyuk berada.
Himchan
mengangguk cepat. “Hackyeon memiliki pengalaman, sementara Minhyuk memiliki
selera seni yang tinggi. Mereka juga teman lama. Dan terlihat sangat kompak.
Aku yakin kerja sama mereka tidak akan mengecewakanmu.”
“Mereka
teman lama?” Hye Ra mengulangi perkataan Hicmhan tadi. “Pantas aku seperti
pernah melihatnya. Mungkin di album foto milik Minhyuk, ada Hackyeon juga di
sana.”
“Seingatku,
mereka berpisah saat SMA. Kau baru mengenal Minhyuk saat SMA, bukan?”
“Iya,
sama sepertimu juga.” Hye Ra lalu menenggak minumannya yang kemudian ia
memeriksa jam tangannya. “Hmm… aku harus pergi sekarang,” ujarnya sedikit
terburu-buru lalu berdiri. “Aku ke luar dulu. Nanti kembali lagi,” serunya lagi
kali ini untuk Minhyuk dan Hackyeon yang menyadari ia ingin pergi. “Ambil kaset
di mobilku.”
Minhyuk
segera menyusul Hye Ra yang sudah lebih dulu berjalan setelah gadis itu
memberikan tanda padanya. Tak berapa lama, Minhyuk kembali sambil membawa
sebuah kaset di tangannya. Sementara Hackyeon sudah kembali bergabung dengan
Himchan di meja.
“Mini
album ke tiga ‘Blue Flame’?” tanya Hackyeon saat Minhyuk meletakkan benda
tersebut di atas meja.
“Apa
Hye Ra tahu kau adiknya Lee Joon?” timpal Himchan kemudian.
Minhyuk menggeleng. “Ku
rasa tidak.”
“Kenapa
tidak?” seru Hackyeon yang tampak kecewa dengan jawaban Minhyuk. “Kau bisa
memberikan kejutan untuk Hye Ra dengan mempertemukan ‘Blue Flame’.”
“Aku
tidak ingin menjual nama Changsun hyung untuk menarik perhatian Hye Ra,” desis
Minhyuk yang kesal dengan saran Hackyeon.
Hackyeon
hanya tertawa menanggapinya.
“Jadi,
kau menyukai Hye Ra?”
Hackyeon
menghentikan tawanya. Sementara Minhyuk menatap datar ke arah Himchan yang
memang tidak tahu apa-apa.
***
kutipan artiket dan foto album blue flame di atas hanya kebutuhan FF dan cuma terjadi di FF ini...
BalasHapus*author*
artikel ka, bukan artiket... hehehe :)
BalasHapustapi gambarnya emejing sekali... saya suka saya suka... ^_^
mampus lo si Yong Hwa, malah dibalikin lagi pertanyaannya.... hahahaha :D
dan dy langsung kya agak mingslep... :)
siwan kaya ga punya dosa banget sama Luhan.. maen pukul aja kepala anak orang... wkwkwkwk
ini MIRIS banget sih si Luhan.... wkwkwkwkwk :D
“Hyung, jadi kau juga tau tentang keberadaan Joonie hyung malam itu?” tuntut Luhan.
Doojoon mengembalikan majalah ke tangan Joon sebelum menoleh ke tempat Luhan berada yang tengah menatapnya sambil menuntut sesuatu. Doojoon hanya mengangguk. “Joon ada di ruang ganti. Ada Hye Ra juga di sana.”
“Kenapa kau memusingkan hal itu?” Siwan terdengar bersuara.
Luhan sudah ingin kembali buka mulut, namun Siwan sudah lebih dulu bangkit lalu pergi dari sana. Saat menoleh ke tempat lain, ternyata Joon dan Doojoon juga melakukan hal yang sama. Pergi dari tempat itu.
itu Haeckyon temen SMA Minhyuk yah??
wah kayanya bakalan seru nih kalo Minhyuk bener2 melakukan apa yang dibilang Haeckyon untuk ngasih Hye Ra kejutan untuk mempertemukan Blue Flame... pasti seru banget nih kejadiannya...
Ini sebenarnya sudah lama ingin aku tanyakan,” kata Luhan yang bahkan tak memperdulikan saat Siwan duduk di sampingnya. “Kau ke mana hyung malam itu? Kenapa kau tidak datang ke pernikahan Yoona noona? Apa kau masih patah hati?”
BalasHapusPlak! Siwan justru memukul belakang kepala Luhan hingga pemuda itu meringis lalu melancarkan tatapan membunuh untuk Siwan. “Kenapa aku di pukul, hyung!” protes Luhan.
-> kasian banget si Luhan di bully sama par Hyung nya.. hahahaha