Author :
Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast :
·
Lee
Joon/Changsun (Mblaq)
·
Lee
Minhyuk (BtoB)
·
Jung
Yong Hwa (CN Blue)
Original cast :
Hye Ra
Support cast :
·
Im
Siwan (Ze:a)
·
Nichkhun
Horvejkul (2PM)
·
Yoon
Doojoon (Beast/B2ST)
·
Luhan
(Exo-M)
·
Im
Yoona (SNSD)
·
Choi
Minho (SHINee)
·
Choi
Sulli (F(x))
·
Lee
Sungmin (Super Junior)
Genre :
romance
Length :
part
***
“Joon aku…” Hye Ra tak
melanjutkan kata-katanya karena Joon sudah lebih dulu balik kanan dan
meninggalkannya bersama Minhyuk di sana. “Minhyuk lepas!” teriak Hye Ra di
depan wajah pemuda itu. Karena tidak sabar, Hye Ra menghentakkan tangannya.
Setelah lepas, ia berlari sekencang mungkin ke arah Joon menghilang tadi.
“Hye
Ra!” pekik Minhyuk berusaha menghentikan langkah gadis itu. Namun usahanya
sia-sia. Suaranya seperti tak menembus gendang telinga Hye Ra. Minhyuk
melangkah, namun kakinya seperti menabrak sesuatu. Sebuah tas karton kecil yang
sepertinya terlepas dari tangan Hye Ra.
Tanpa pikir panjang,
Minhyuk membongkarnya. Di dalam tas karton tersebut ada sebuah kotak perhiasan.
Dengan lancang Minhyuk membukanya dan menemukan sepasang cincin. Minhyuk mengambil
salah satunya. Ada ukiran nama ‘Lee Joon’ di sana. Buru-buru Minhyuk
mengembalikan cincin tadi ke tempat semula dan memeriksa lagi yang satunya.
Minhyuk langsung mengembalikan lagi dengan perasaan mencelos. Jelas cincin ke
dua tadi milik ‘Hye Ra’.
Tangan
Minhyuk menjuntai ke bawah. Tidak menyangka jika gadis yang masih di cintainya
justru menjalin kasih dengan kakak kandungnya sendiri. Minhyuk mengacak
rambutnya frustasi. Ia juga melangkah gontai dari tempat itu. Entah sadar atau
tidak, Minhyuk membawa serta cincin milik Hye Ra.
***
“Joon!
Lee Joon!” Hye Ra berteriak sekeras mungkin saat kekasihnya itu melesat masuk
ke dalam mobilnya yang di kendarai supir pribadi Joon. Air mata juga sudah
membasahi wajah gadis itu. Ia bahkan sampai menggedor jendela mobil Joon agar
kekasihnya itu mau berhenti dan mendengarkannya. “Joon! Kenapa kau semarah
ini?” tandasnya lagi, namun tak menghasilkan apa-apa.
“Joon!” pekik Hye Ra
sekali lagi sambil mengejar mobil yang sudah semakin jauh meninggalkannya itu. Hanya
beberapa langkah saja Hye Ra bisa mengejar sebelum akhirnya ia tersandung
kakinya sendiri hingga lututnya mendarat mulus ke aspal hingga merusak celana
jinsnya. “Joon,” lirihnya lagi sambil memegangi ke dua lututnya yang kini
terluka. Air matanya masih saja mengalir deras.
Khayalan-khayalan manisnya
bersama Joon musnah sudah. Bahkan hanya karena sebuah kesalahpahaman yang belum
sempat ia jelaskan. Dan bodohnya Hye Ra bahkan tidak pernah tau kalau Joon dan
Minhyuk saudara kandung. Tapi Joon atau mungkin Minhyuk sendiri juga tidak
mengetahui kalau mereka mengenal bahkan bisa sampai jatuh cinta dengan gadis
yang sama.
Air
mata Hye Ra menetes mengenai lututnya yang terluka. Rasa sakit di lututnya
bercampur dengan rasa sakit di hatinya karena ia merasa telah gagal
mempertahankan cinta dari Joon. Dengan kasar Hye Ra menyeka wajahnya yang
basah. Dan baru ia sadari bahwa tangannya telah kosong.
“Di
mana cincinku?” seru Hye Ra yang kini panic mencari benda yang kini sangat
berharga untuknya. Tidak ada apapun di sekelilingnya. Gadis itu berusaha
bangkit dan berjalan ke tempat mobilnya terparkir. Hye Ra bahkan harus
mengabaikan luka di kakinya.
Hye
Ra mencari-cari di dalam mobil. Ia bahkan membongkar isi laci mobil yang isinya
hampir dipenuhi oleh album-album music ‘Blue Flame’. “Tidak ada,” gumamnya
lemah. Gadis itu berusaha mengingat-ingat terakhir kali benda itu masih berada
di tangannya. Di dalam taman. Hye Ra langsung menutup pintu mobil dan melesat
kembali ke dalam taman.
Sementara
Hye Ra berjalan ke dalam, sebuah mobil berhenti tak jauh dari tempat mobil Hye
Ra terparkir. Hampir sama seperti yang Minhyuk lakukan. Pemuda itu—Yong
Hwa—memperhatikan mobil Hye Ra dengan detail. Setelah memastikan kesamaan
ciri-ciri yang ia tahu, Yong Hwa menyapu pandangannya ke sekeliling.
Samar-samar ia melihat seseorang yang baru saja memasuki taman. Tanpa pikir
panjang, Yong Hwa segera melangkahkan kaki untuk menyusul.
“Hye
Ra!” Yong Hwa meneriakkan nama gadis itu. Namun tidak ada jawaban. Ia juga sedikit
kehilangan jejak Hye Ra saat mengejar gadis itu. Tapi pemuda itu juga tak hanya
sampai di sana. Ia terus menelusuri taman lebih dalam lagi.
Tepat
di bawah lampu taman yang menyorot, Yong Hwa menemukan seorang gadis terduduk
di sana sambil terisak. “Hye Ra,” gumamnya lemah. Kesekian kalinya Yong Hwa
melihat gadis itu terpuruk seperti saat ini. Dan Yong Hwa harus menguatkan
langkah agar bisa sampai ke sana.
“Joon…”
Gadis itu masih menangis. Terlebih ia juga tidak menemukan benda yang
dicarinya.
Yong Hwa
membeku seketika mendengar suara Hye Ra yang sangat memilukan. Namun hati kecil
pemuda itu menuntutnya untuk tetap menghampiri Hye Ra. Setidaknya ia bisa
menjadi teman yang mungkin bisa mengurangi beban gadis itu meski hanya sedikit.
***
Joon
tahu. Dan ia bahkan sadar jika tadi ketika Hye Ra mengejarnya, gadis itu dalam
keadaan menangis. Biasanya Hye Ra hanya akan berani menangis melalui telpon.
Tapi tadi? Joon bahkan bisa melihat mata Hye Ra yang basah. Akhirnya pemuda itu
hanya bisa meneteskan air mata juga diam-diam. Merutuki diri karena ia bahkan
ikut andil membuat air mata gadis yang dicintainya pecah. Bukannya mengapus air
mata itu dengan kedua tangannya seperti yang selalu ia ungkapkan pada Hye Ra
jika ia tahu kekasihnya sedang menangis.
“Aku
harus menemui Hye Ra,” putus Joon setelah menyeka air matanya sendiri. “Berhenti
di depan,” perintahnya. Mobilpun langsung menepi dan berhenti. Joon dan sang
sopir sama-sama ke luar dari dalam mobil. “Kau bisa pulang naik taksi. Biar aku
yang membawa mobil sendiri,” serunya yang bahkan sudah menyodorkan selembar
uang pada supirnya sebagai ganti ongkos taksi. “Datang lagi untuk bekerja
besok.”
Joon
kembali ke taman yang tadi. Ia bisa sedikit lega karena mobil Hye Ra masih
berada di sana. Dan sebuah mobil lagi yang seakan ia abaikan keberadaannya.
Joon sempat mengintip ke dalam karena Hye Ra lupa mematikan lampu mobil bagian
dalam. Betapa terkejutnya ia mendapati kondisi bagian dalam mobil sedikit
berantakan. Bahkan album music miliknyapun berserakan di jok.
“Ke
mana Hye Ra?” ujar Joon panic. Joon bahkan sampai mengacak rambutnya.
“Mungkinkah…” Joon mengepalkan tangannya karena teringat terakhir kali ia di
sana, ada Minhyuk juga. Pemuda itu berpikir kalau Hye Ra masih bersama adiknya.
Joon
memantapkan hati sebelum kembali ke dalam taman yang sudah sedikit merusak
kebahagiaannya malam ini setelah kedatangan Minhyuk. Joon melempar pandangan
keseluruh sudut taman yang bisa tertangkap matanya. Kemudian langkah pemuda itu
berhenti ketika melihat seorang pemuda ikut berjongkok di belakang seorang
gadis yang kemudian memeluk gadis itu dari belakang.
Joon
menajamkan mata memperhatikan pemuda tersebut karena itu bukan Minhyuk seperti
apa yang ia khawatirkan. Tapi Yong Hwa. Namun tampaknya Joon lupa tentang
pemuda itu.
Joon sedikit panic ketika
melihat Yong Hwa membimbing Hye Ra untuk berdiri. Ia segera mencari tempat
bersembunyi di sekitar sana. Pilihannya adalah sebuah pohon yang tidak
tersinari lampu taman. Saat mereka berbalik, Joon baru menyadari bahwa pemuda
itu adalah Yong Hwa. Seseorang yang pernah membuatnya sangat cemburu karena
kedekatannya dengan Hye Ra.
***
Di
dalam mobil Yong Hwa ada Sungmin. Dan saat Yong Hwa pergi menyusul Hye Ra, ia
meninggalkan Sungmin di sana. Kemudian pemuda itu ke luar saat melihat
kedatangan Yong Hwa. Ia belum sempat mendapat penjelasan apa-apa saat Yong Hwa
meninggalkannya tadi.
“Apa
yang terjadi?” desak Sungmin. Samar-samar ia melihat Hye Ra di belakang Yong
Hwa. “Itu Hye Ra?” gumamnya lalu berniat untuk mendekat karena ia melihat Hye
Ra seperti tidak dalam kondisi baik. Namun Yong Hwa sudah lebih cepat untuk
mencegahnya.
“Hyung.
Kau bawa mobilku dan ikuti kami,” kata Yong Hwa.
“Tapi
bagaimana bisa kalian di sini? Kalian janjian? Kau tau, kan? Hye Ra dan Lee
Joon…”
“Aku
tidak janji apapun!” sela Yong Hwa. “Dan tidak ada Lee Joon di dalam,” jelasnya
kemudian sebelum kakaknya itu mencurigai yang macam-macam.
Sungmin
diam. Setengah berpikir lebih tepatnya karena ia menangkap mobil Joon di
sekitar sana. Sungmin sudah ingin membuka mulut untuk memberi tahu tentang
mobil itu, namun Yong Hwa lebih dulu bicara.
“Kita
tidak punya banyak waktu, hyung.” Tanpa berkata apa-apa lagi, Yong Hwa sudah
melesat meninggalkan Sungmin di sana. Yong Hwa membimbing Hye Ra masuk ke dalam
mobil gadis itu, sementar ia yang akan menyetir.
Tanpa
bisa menolak, Sungmin mengikuti permintaan Yong Hwa. Ia kembali masuk ke dalam
mobil adiknya itu. Tidak lupa, Sungmin sempat menghubungi beberapa member ‘Blue
Flame’, kecuali Joon tentunya karena ia ingin bertanya tentang leader tersebut.
Sebagai menejer, sudah selayaknya ia tahu masalah anggotanya.
“Joon
sudah kembali ke dorm?” tanya Sungmin setelah mendapat jawaban dari Siwan.
Yang
kembali ke dorm hanya Siwan, Luhan dan Doojoon. Dan saat ini mereka sedang
berkumpul di meja makan setelah beberapa saat lalu makanan pesanan mereka
sampai.
“Joon
hyung pergi menemui Hye Ra,” kata Siwan. Sementara Doojoon dan Luhan menatap
penuh minat ke arah Siwan yang tengah berbicara dengan menejer mereka.
“Joonie
hyung bahkan sangat bersemangat tadi,” seru Luhan di dekat ponsel Siwan. Ia
memang tidak mendengar suara Sungmin. Namun ucapan Siwan tadi tentu saja adalah
jawaban dari pertanyaan Sungmin tentang Joon.
“Ah,
ya sudah. Jika Joon pulang, suruh ia langsung istirahat,” kata Sungmin akhirnya
sebelum mengakhiri pembicaraan. Tidak mungkin ia mengatakan hal yang sebenarnya
pada Siwan tentang apa yang ia lihat tadi.
***
Selama
perjalanan, Yong Hwa dan Hye Ra saling diam. Setelah beberapa menit, mereka tiba
di kediaman Hye Ra. Dan Yong Hwa masih belum bisa menanyakan hal apapun melihat
kondisi Hye Ra saat itu.
“Segera
masuk ke dalam dan obati lukamu,” hanya itu yang dikatakan Yong Hwa sebelum ke
luar dari mobil Hye Ra.
“Hmm…”
gumam Hye Ra pelan sebagai tanda ia merespon Yong Hwa. Ia bahkan tidak menoleh
ke tempat Yong Hwa berada.
Kemudian
Yong Hwa ke luar dari mobil. Sementara Hye Ra langsung berpindah ke tempat
kemudi untuk memasukkan mobil ke dalam garasi rumahnya. Dengan langkah gontai,
Yong Hwa berbalik menuju mobilnya yang dikendarai Sungmin.
Setelah
memastikan mobilnya terkunci, Hye Ra berbalik menuju pintu rumahnya sambil
memeriksa ponsel. Ternyata ada pesan masuk dari Minho. Hye Ra sempat berhenti
di depan pintu dengan posisi tangan memegang knop pintu, namun ia tidak
melakukan apapun selain membuka pesannya.
Kami menginap di rumah orang tua Yoona.
Besok siang baru akan kembali. Kau hati-hati di rumah. Oiya, kau masih bersama
Joon? Salam untuknya dan bilang padanya untuk cepat mengurus pertunangan
kalian.
Hye
Ra menghirup udara dalam-dalam untuk mengurangi rasa sesak didadanya. Sementara
tangannya menggenggam erat ponsel. Bukan hanya harapannya. Tapi harapan Minho
dan keluarganya agar Hye Ra menjalin hubungan lebih serius dengan Joon musnah
sudah.
“Apa
Yoona eonnie akan membenciku karena telah menyakiti Joon?” seru Hye Ra lirih.
“Itu semua sama sekali bukan kemauanku! Tapi…” Hye Ra tidak melanjutkan
ucapannya karena mendengar suara deru mesin mobil menjauh. Saat berbalik, ia
mendapati mobil Yong Hwa melintas. Pemuda itu baru saja pergi dari sana.
Hye
Ra melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan hampir setengah 10 malam. Di
luar dugaan, Hye Ra justru tidak jadi masuk ke dalam rumah, melainkan ke arah lain.
Ia berjalan menuju gerbang rumahnya. Mobil Yong Hwa sudah semakin menjauh, bahkan
sudah menghilang di belokkan membuat Hye Ra semakin memaksakan langkah menuju
jalan raya. Di sana ia menyetop sebuah taksi yang akan membawanya pergi ke
suatu tempat.
***
Di dalam taksi, Minhyuk
tampak melakukan browsing melalui
ponselnya tentang berita-berita ‘Blue Flame’ yang selama ini tidak ia ketahui.
Dan hasilnya cukup mengejutkan. Berita yang ia dapat, hampir semuanya
melibatkan Hye Ra.
“Hye
Ra memang mengagumi Siwan hyung. Tapi, ternyata ia juga dekat dengan Changsun
hyung?” gumam Minhyuk pelan. Ia lalu menelusuri kembali web yang sama dan
mendapatkan berita lain yang masih berkaitan degan berita yang sebelumnya.
Minhyuk
meremas ponselnya. Rasanya lebih sakit dari pada melihat secara langsung ketika
Yong Hwa mencium Hye Ra. Gadis itu justru menjalin hubungan dengan pemuda yang
bertahun-tahun ia panggil ‘hyung’. Pemuda yang bahkan lahir dari rahim yang
sama dengannya. Lee Joon. Kakak kandungnya sendiri.
Ponsel
Minhyuk yang sudah berfasilitas touch
screen, memungkinkan jari Minhyuk tanpa sadar menyentuh layarnya yang
ternyata terhubung dengan sebuah link. Minhyuk baru melihat kembali ponselnya
ketika sebuah web sudah muncul dengan sempurnya hingga membuatnya cukup
terbelalak.
Minhyuk
mengerutkan keningnya membaca artikel tersebut. “Apa lagi ini? Bahkan Doojoon
hyung mengakui Hye Ra sebagai kekasihnya?”
Tiga
artikel yang sangat mengejutkan untuk Minhyuk. Artikel yang sangat berpengaruh.
Dan bodohnya, ia baru mengetahui semua itu sekarang. Setelah ia sadar bahwa
kekasih Hye Ra adalah Lee Joon. Lalu tiba-tiba, Minhyuk teringat perdebatannya
dengan Yong Hwa beberapa jam lalu.
Flashback…
“Setelah kau mencium Hye
Ra, kau akan melepaskannya begitu saja?”
“Apa
kau akan melaporkan pada kekasih Hye Ra?” Yong Hwa justru balik bertanya.
“Lakukan sesukamu. Asal kau tau saja, pemuda itu salah satu anggota ‘Blue
Flame’. Dan ‘Blue Flame’ sendiri sudah ada dalam perjalan kembali ke sini.
Setelah itu, Hye Ra pasti akan menemui pemuda tersebut,” yakinnya.
Flashback end…
“Jadi,
yang dimaksudkan oleh Yong Hwa hyung, adalah Changsun hyung? Ia juga sudah tau
tentang itu?” pikir Minhyuk untuk dirinya sendiri. “Pantas ia tak ingin
melepaskan Sulli dan mengejar Hye Ra kembali. Changsun hyung tampak sangat
marah tadi. Itu artinya dia sangat mencintai Hye Ra.”
Minhyuk
menyandarkan punggungnya lebih dalam lagi ke jok mobil. Tak habis pikir dengan
apa yang ia alami. Kebahagiaannya saat bertemu kembali dengan Hye Ra harus di
bayar mahal dengan kenyataan lain yang melibatkan kakaknya sendiri dengan gadis
yang masih cukup dicintainya itu.
“Haruskah
aku bersaing dengan hyungku sendiri?”
Ini
keputusan berat. Antara cinta dan persaudaraan. Ke duanya sangat penting di hidup
Minhyuk. Dan siapapun pasti akan sulit memutuskannya. Kecuali antara ia dan
Joon ada yang siap dan rela untuk mengalah. Tapi tentu saja tidak semudah itu
juga untuk mereka melepaskan gadis yang sama-sama mereka cintai.
***
Hye
Ra tiba di gedung apartmen tempat ia dulu pernah tinggal. Atau dengan kata
lain, apartmen yang kini dihuni oleh Joon. Gadis itu bisa dengan mudah memasuki
gedung. Tidak terlalu lama, gadis itu tiba di pintu apartmen. Ia memasukkan
kode untuk membuka pintu. Tentu saja Joon pasti memberi tahu gadis itu.
Masih
dengan sisa-sisa air mata, Hye Ra menerobos masuk dan berharap kekasihnya ada
di sana. “Joon. Ku mohon maafkan aku…” ucapan Hye Ra semakin melemah seiring
dengan kedatangan seorang wanita hamil dari arah dapur. “Siapa kau?”
Wanita
itu, tentu saja Hyorin, menatap Hye Ra dari atas sampai bawah. Penampilan Hye
Ra sedikit berantakan. Wajah yang basah karena menangis, dan celana yang sobek.
Belum lagi sobekan tersebut meninggalkan sebuah luka.
“Aku
yang seharusnya bertanya. Siapa kau tiba-tiba menerobos masuk ke rumah…”
Belum
sempat Hyorin menyelesaikan ucapannya, Hye Ra sudah lebih dulu memilih berbalik
dan meninggalkan apartmen. Hye Ra bahkan menutup pintu dengan kasar dari luar.
“Hei!”
teriak Hyorin, namun Hye Ra sudah lebih dulu menutup pintu. “Apa di sini ada
orang gila?” serunya tak habis pikir. “Tapi bagaimana bisa dia mengetahui kode
apartmen Joon?”
***
“Kenapa
tidak bilang sejak tadi jika tidak ingin pulang ke dorm? Jadi, aku tidak harus
mengantarkan makanan Joonie hyung ke apartmennya,” gerutu Luhan yang dengan
terpaksa mengantarkan makanan Joon dari dorm ke apartmennya.
Luhan
sendiri sudah tiba di lobi apartmen Joon. Dan dari kejauhan tampak Hye Ra
berjalan tergesa-gesa. Hye Ra bahkan menubruk tubuh Luhan. Beruntung kotak
makanan di tangan pemuda itu tidak sampai terhempas ke lantai.
“Kau
tidak punya mata?” seru Luhan. Kekesalannya bertambah selain yang diperbuat
Joon.
“Maaf,”
lirih Hye Ra dengan wajah tertunduk. Hye Ra tentu saja sadar jika pemuda itu
Luhan. Ia tidak mungkin menunjukkan wajahnya yang basah di hadapan Luhan. Gadis
itu buru-buru melesat pergi dari hadapan Luhan sebelum pemuda itu menyadari
siapa dia.
Luhan
menatap punggung Hye Ra yang mulai menjauh. Sama sekali tak terpikir olehnya
kalau gadis itu adalah Hye Ra. Karena yang ia tahu, Hye Ra sedang bertemu Joon.
Ia kemudian langsung bergegas masuk ke dalam lift yang akan membawanya menuju
lantai tempat apartmen Joon berada. Karena hari sudah cukup malam, dan kondisi apartmen
yang memang tidak terlalu ramai, Luhan tidak melakukan penyamaran yang
berlebih.
***
Di
luar dugaan, Joon justru kembali ke dorm. Joon hanya menemukan Siwan dan
Doojoon di sana. “Hanya kalian?” serunya.
“Luhan
mengantar makanan ke apartmenmu. Dan dia langsung ke rumah sepupunya,” jelas
Siwan.
Joon
menghempaskan badan di samping Siwan. Sementara Doojoon memang duduk di sofa
lain hanya melirik sekilas pada Joon. “Katanya kau pulang ke apartmen?” tanya
Doojoon.
“Ada
sedikit masalah,” kata Joon enggan. “Sungmin hyung pulang ke sini atau tidak?”
Joon balik bertanya.
“Tidak
tahu,” jawab Siwan. “Tapi tadi dia menelpon dan menanyakanmu.”
“Tumben
kau pulang cepat? Tidak jadi bertemu Hye Ra?” timpal Doojoon tanpa menoleh
karena ia sedang focus menonton pertandingan sepakbola melalui televisi. Merasa
Joon tak langsung merespon, Doojoon menoleh kembali. Dan ia menemukan luka
kecil di tepi bibir Joon. “Hye Ra memukulmu?” tebaknya sambil mengarahkan
telunjuk pada luka tersebut.
Siwan
menoleh cepat. Tentu saja ia sedikit tertarik dengan ucapan Doojoon tadi. Siwan
bahkan sampai memajukan tubuhnya agar bisa melihat luka di bagian kiri bibir
Joon.
Joon
menepiskan tangan Siwan, pelan. Tentu saja ia menghindari hal tersebut. “Bukan
masalah besar,” ujarnya yang sedetik kemudian berdiri. “Panggil aku jika
Sungmin hyung datang,” pintanya sebelum melesat masuk ke dalam kamarnya.
***
Luhan
tidak berlama-lama di apartmen Joon. Setelah memastikan makanan tersebut telah
di terima oleh Hyorin, ia bergegas meninggalkan tempat itu. Ternyata di luar
mulai turun hujan. Luhan sedikit berlari kecil menuju mobilnya yang terparkir
di luar gedung.
Ada
sebuah kursi yang berada di sebuah taman kecil dan dihuni seorang gadis. Itu
gadis yang Luhan ketahui sempat menabraknya di lobi. Luhan melangkahkan kaki
untuk mendekat. Tak peduli jika pakaiannya mulai basah karena hujan. Gadis itu
juga tak tampak berniat sedikitpun untuk menyingkir dari sana.
Luhan
menyipitkan mata karena ia baru bisa melihat dengan jelas gadis itu. “Hye Ra?”
serunya. Mata Luhan bahkan menangkap luka di lutut Hye Ra.
Hye
Ra mendongak cepat. Ia bahkan sampai berdiri ketika mendapati Luhan dapat
menemukannya di sana. “Luhan? Kau?” Hye Ra sudah ingin kabur dari sana, namun
Luhan lebih cepat menahan tangannya.
“Kau
kenapa? Bukankah kau sedang bertemu Joonie hyung?” tanya Luhan sambil
melemparkan pandangan ke sekitar mencari-cari sosok Joon. “Mana dia?”
Hye
Ra menyerah dan kembali duduk meski hujan justu kian menderas. “Apa Joon punya
saudara? Berapa orang?”
Luhan
mengerutkan keningnya mendapati pertanyaan seperti itu. Ia masih bertahan
berdiri di hadapan Hye Ra. “Kau tidak pernah bertanya? Atau Joonie hyung tidak
pernah mengatakannya?”
Hye
Ra mengeleng. Dan setelah itu, barulah Luhan duduk di samping gadis itu.
“Bagaimana ceritanya kau tidak tahu tentang
itu?” Luhan justru melemparkan pertanyaan lagi. Luhan menghela napas. “Kau
kenal Lee Minhyuk, kan? Kalian cukup dekat saat SMA. Dia adik kandung Joonie
hyung. Dan mereka masih punya kakak perempuan lagi.”
Mendengar
itu, Hye Ra sontak menoleh cepat. “Apa kakaknya Joon sedang mengandung dan ia
sedang ada di apartmen Joon sekarang?”
Luhan
mengangguk cepat. “Kau ke apartmen Joonie hyung dan bertemu Hyorin noona? Tapi
kata noona, hyung belum pulang. Apa kau tidak jadi bertemu dengannya?”
***
''Bagaimana ceritanya kau tidak tahu tentang itu?” Luhan justru melemparkan pertanyaan lagi. Luhan menghela napas. “Kau kenal Lee Minhyuk, kan? Kalian cukup dekat saat SMA. Dia adik kandung Joonie hyung. Dan mereka masih punya kakak perempuan lagi.”
BalasHapus-> tumben bisa bener nih si Luhan dan bisa serius juga.. hahaha