Author :
Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast : B.A.P (Yongguk, Himchan, Daehyun,
Youngjae,
Jongup, Zelo [Junhong])
Support cast :
A-Pink (Chorong, Bomi, Naeun, Eun Ji, Namjoo,
Hayoung), G.Na (Soloist), B2ST (Doojoon), BtoB
Genre
: romance, family,
brothership
Length : chapter
***
Zelo
melesat ke luar rumah saat mendapati mobil Youngjae tiba. “Mas! Jangan di
masukin dulu!” teriaknya. Zelo bahkan sudah berdiri di depan pagar sambil
merentangkan tangan seolah-olah menghalangi jalan.
Youngjae
sudah menekan klakson keras-keras. Namun Zelo sama sekali tak mau menyingkir.
Akhirnya Youngjae membuka jendela mobil, bahkan sambil menjulurkan kepala untuk
menegur Zelo. “Lo apa-apaan sih, Zel? Buruan minggir!”
Zelo
seperti tak menghiraukan perintah Youngjae. Ia justru melesat ke dalam mobil
Youngjae. “Kita ke luar lagi, mas.”
“Mau
ke mana, sih?” tanya Youngjae heran.
“Supermarket,”
jawab Zelo cuek.
“Ngapain?”
Zelo
menoleh cepat karena Youngjae tak hentinya bertanya. “Sebagian pembantu kita
pulang kampung. Sisanya sibuk ngurusin yang lain. Ayo jalan sekarang.”
Youngjae
tak menuruti perintah Zelo begitu saja. “Sejak kapan? Gue nggak denger berita
kalo pembantu kita mau pulang kampung.”
“Dadakan
mas, tadi pagi pas mas Youngjae pergi.” Zelo tampak nggak kehabisan akal. “Kita
pergi sekarang, atau nggak ada makan siang di rumah,” ancamnya kemudian. “Mumpung
papa lagi libur, nih.”
Dengan
sedikit berat hati, Youngjae memundurkan kembali mobilnya yang bahkan sudah
setengah jalan memasuki halaman rumah. Youngjae sempat menghela napas berat.
Sulit menolak Zelo jika sudah seperti ini. “Yaudah, kita ke mana?” tanya
Youngjae mengalah.
“Jalan
aja dulu.” Zelo menyembunyikan senyum penuh kemenangannya.
***
Bomi
membantu Himchan membereskan peralatan makan yang sudah kotor untuk di cuci.
Tak lama Daehyun menyusul dan melakukan hal yang sama. Tepat ketika Bomi baru
saja membuka keran air untuk mencuci piring.
“Lo
mau ngapain?” tanya Himchan.
“Nyuci
piringlah. Mau ngapain lagi?” balas Bomi.
Himchan
melirik cewek itu dengan tatapan meremehkan. “Emang bisa?”
Bomi
memutar badannya untuk menghadap Himchan. “Ngeremehin?” Ia menatap tajam cowok
di hadapannya. “Udah deh. Mas Himchan tunggu depan aja.”
Himchan
diam, namun tetap mempertahankan tatapan meremehkan untuk Bomi. Sementara
Daehyun hanya geleng-geleng kepala melihat kakak dan temannya berada dalam
posisi seperti itu.
Tanpa
menunggu reaksi apapun dari Himchan, Bomi kembali ke posisi semula dan mulai
memberikan sabun pada sebuah piring. Himchan sendiri memilih meninggalkan Bomi
hanya bersama Daehyun.
“Pergi
kan tuh mas Himchannya,” bisik Daehyun yang mengganggu pekerjaan Bomi. “Lo
sih?”
Bomi
menoleh galak. Ia sempat meninggalkan pekerjaannya, namun hanya sesaat. “Kok
gue yang di salahin?” serunya tak terima.
“Iyalah.
Giliran nggak ngeliat mas Himchan sehari aja, lo kayak induk ayam kehilangan
ayam. Tapi giliran mas Himchan di depan mata, malah lo usir begitu.”
“Gue
seneng, Dae, liat tampang jutek kakak lo yang satu itu.”
Daehyun
terkekeh kecil. “Jahil juga ya otak lo.”
***
Youngjae
dengan malas mendorong troly yang sudah di isi sebagian barang yang mereka
cari. Atau lebih tepatnya yang Zelo cari, karena hanya cowok itu yang tampak
antusian mencari beberapa bahan makanan sesuai dengan yang ada di daftar
catatannya.
“Udah
belom sih, Zel?” keluh Youngjae. Ia memang tidak terlalu suka melakukan hal ini
kecuali memang ada yang ia cari.
Zelo
seperti tak mendengar. “Brokoli itu yang hijau apa yang putih?” ia justru balik
bertanya sambil menunjukkan dua jenis sayuran yang sepintas terlihat mirip.
“Di
situ ada tulisannya pasti,” kata Youngjae sedikit ketus.
Malas
memastikan kembali, Zelo justru melempar keduanya ke dalam troly. Membuat Youngjae
sedikit terkejut dengan perbuatannya. Mereka lalu berpindah ke lokasi lain.
Karena sedikit bosan,
Youngjae iseng-iseng melihat tumpukan wortel. Ia lalu menjulurkan tangan dan
meraih satu buah. Tanpa disengaja, ternyata ada tangan orang lain yang memegang
wortel yang sama. “Maaf,” kata Youngjae buru-buru. Ia bahkan sampai melepaskan
wortel di tangannya. Namun rasa bersalah itu hanya berlangsung sesaat setelah
Youngjae melihat seorang cewek yang tadi mengambil wortel yang sama dengannya.
“Elo?”
Cewek
itu, Eun Ji, berdecak malas karena bertemu Youngjae di tempat itu. “Fansnya
Naeun,” cibir Eun Ji. Tanpa menghiraukan keberadaan Youngjae, cewek itu
mengambil beberapa buah wortel yang kemudian ia masukkan ke dalam plastic.
Eun
Ji berbalik dan memasukkan wortel pilihannya ke sebuah troly yang didorong oleh
Ilhoon. Tanpa pamit, Eun Ji melangkah pergi menyusul Ilhoon yang tampaknya
nggak sadar atau mungkin nggak tahu kalau Eun Ji bertemu seseorang.
Zelo
menangkap Youngjae yang menatap ke arah perginya Eun Ji. Ia kemudian melihat
apa yang menarik perhatian Youngjae, lalu menatap Youngjae lagi bergantian.
“Itu yang namanya Naeun sama Daehyun, ya?” tebak Zelo.
Youngjae
terkesiap mendengar pertanyaan Zelo. Zelo memang pernah mendengar cerita
Youngjae tentang temannya yang bernama Naeun dan Daehyun. Tapi hanya sebatas
itu. Youngjae nggak pernah menunjukkan foto mereka ke hadapan Zelo.
“Bukan,”
kata Youngjae pendek.
“Lho!
Mas, kok ditinggal?” seru Zelo heboh karena Youngjae melenggang pergi dan
melupakan troly bahkan Zelo juga. Dengan sedikit panic, Zelo menyusul Youngjae
sambil bersusah payah mendorong troly.
***
Himchan
kembali ke meja makan. Dan ia mendapati Yongguk meletakkan sepiring makanan dan
segelas air ke atas baki. Himchan mendekati kakaknya lalu membantu meletakkan
sebuah apel ke dalam baki. “Mau buat Jongup?” tebaknya karena hanya adik
bungsunya itu yang tadi tidak ikut makan siang bersama.
Yongguk
mengangguk sambil menjawab, “iya.”
“Kuenya
nggak sekalian?” goda Himchan saat melirik ke dalam dus yang masih menyimpan
setengah bahkan lebih kue yang dibeli ibunya khusus merayakan ulang tahun
Youngjae.
“Mau
bikin adenya mogok makan, ya?”
Himchan
hanya terkekeh dan membiarkan Yongguk pergi sambil membawa baki makan siang
untuk Jongup. Seiring perginya Yongguk, tawa Himchan perlahan memudar. Ia
teringat kejadian beberapa bulan lalu.
Flashback…
Di rumah saat itu hanya ada Himchan yang sudah
pulang sejak siang. Tak lama kemudian, di susul G.Na yang baru kembali dari
bekerja. Wanita itu juga masih mengenakan seragam rumah sakit tempat ia bekerja
sebagai perawat. G.Na berlajan begitu saja. Ia bahkan seperti tak menyadari
bahwa ada Himchan yang sedang menonton televisi.
“Ibu.”
Himchan menyapa duluan. Tepat sebelum G.Na masuk ke dalam kamarnya.
“Kenapa?”
sahut G.Na dengan nada datar.
“Besok
Jongup ulang tahun. Gimana kalau kita bikin kejutan kecil buat dia?” Himchan
berujar penuh semangat sambil membayangkan ekspresi bahagia Jongup nantinya.
“Terserah.
Kalian bisa lakuin apapun.” Wanita itu seakan enggan membahasnya. Ia bahkan
sudah ingin kembali membuka pintu kamarnya jika Himchan nggak buru-buru bangkit
untuk mencegahnya.
“Tapi
ibu akan bantu, kan?” pintanya penuh harap.
“Nggak
janji.”
“Kalo
gitu, kenapa ibu selalu ngerayain ulang tahun Youngjae dan Junhong?” protesnya
yang tentu saja berbuah tatapan tajam ibunya.
“Itu
karena mereka nggak ada di tengah-tengah kita. Harusnya kamu pikirin itu juga.
Bagaimana hidup mereka tanpa ibu? Apa mereka cukup makan? Apa mereka bisa
sekolah dengan layak? Kita nggak ada yang tau,” ujar G.Na dingin. “Dan satu hal
lagi. Nggak usah ngerengek untuk ulang tahun Jongup. Kalo kalian mau, lakuin
aja sendiri.”
G.Na
masuk ke dalam kamarnya lalu menutup pintu dengan keras. Himchan sendiri hanya
mampu mengepalkan tangannya. Rahangnya terkatup keras menahan sakit hati yang
ia terima bahkan dari ibu kandungnya sendiri.
Dengan
berat hati, Himchan berbalik perlahan. Di sana matanya melebar mendapati Jongup
yang ternyata sudah berdiri dengan tatapan nanar. Setelah itu, Jongup berbalik
dengan cepat lalu melesat masuk ke dalam kamarnya. Melihat sikap Jongup, bisa
dipastikan cowok itu mendengar semua pembicaraan ibunya dan Himchan.
“Maafin
mas Himchan,” lirihnya pelan. Bahkan nyaris tanpa suara.
Flashback end…
***
Yongguk
mengetuk pintu kamar yang dihuni Jongup bersama Daehyun. Meski tak mendapat
respon apapun dari dalam, Yongguk tetap membuka pintu sambil menahan
keseimbangan karena membawa baki. Ia kemudian melangkah masuk dan mendapati
Jongup telungkup di atas kasurnya yang terpisah dengan kasur milik Daehyun.
“Jong,
mas Yongguk bawain makan nih. Kamu belom makan, kan?” Perlahan Yongguk
meletakkan baki ke atas meja belajar milik Jongup lalu mendekati adiknya dan
duduk di tepi tempat tidur yang dihuni Jongup.
Jongup
sama sekali nggak merubah posisi tidurnya. “Nggak laper.”
“Yang
masak Himchan. Kalo nggak kamu makan, nanti Himchan ngambek, terus siapa yang
mau masakin makanan buat kita lagi?” seru Yongguk. “Yaaa… walaupun masakannya
Himchan kadang sedikit aneh,” lanjutnya dengan ekspresi yang sulit di artikan
karena membayangkan masakan Himchan yang selama ini ia konsumsi. “Tapi itu
lebih baik sih dari pada masakannya Daehyun,” ujar Yongguk kali ini seperti
mengawasi perubahan reaksi Jongup.
Ternyata
benar, Jongup akhirnya berbalik meski masih tetap berbaring di tempat tidurnya.
“Mending nggak makan dari pada makan masakannya mas Daehyun.”
Yongguk
terkekeh mendengarnya.
“Dih,
kok gitu?” protes Daehyun yang tiba-tiba menerobos masuk ke kamar yang
ditempatinya juga.
“Iya
lah. Mas Daehyun harus belajar masak sama mba Naeun.”
“Udah…
udah…” Yongguk menengahi sebelum Daehyun sempat membalas perkataan Jongup lagi.
Ia kemudian menatap Jongup yang ternyata sudah dalam posisi duduk di kasurnya.
“Berarti sekarang udah mau makan, donk? Kasian Himchan kalo masakannya nggak
ada yang makan. Atau mau mas suapin?” godanya.
Jongup
menatap Yongguk ngeri. “Emang Jongup anak kecil?” serunya tak terima. Ia lalu
segera bangkit dan duduk di kursi belajarnya untuk menikmati makanan yang sudah
susah payah di siapkan oleh kakak-kakaknya.
“Gitu,
dong!” Dengan gemasnya Yongguk mengacak rambut Jongup.
“Mas!”
protes Jongup yang nggak suka dengan perlakuan Yongguk terhadapnya.
Yongguk
kembali terkekeh melihat kekesalan adiknya itu. “Ya udah, abisin makanannya.
Terus jangan lupa piring kotornya di cuci sendiri,” ujar Yongguk memperingatkan
lalu melangkah meninggalkan Jongup. Di susul Daehyun kemudian.
Jongup
menatap ke arah Yongguk sampai menutup pintu kamarnya. Ia kemudian menghela
napas berat setelah memastikan ia hanya seorang diri di kamarnya. “Ngeliat senyum mas Yongguk kayak gitu, mana
tega gue cerita kalo tadi ngeliat mba Chorong sama cowok lain.” Jongup
menenggak air minumnya. “Tapi kok
kayaknya gue ngerasa mereka sama sekali nggak kayak orang yang punya hubungan
khusus. Biasa aja.” Jongup mengacak rambutnya, frustasi. Hati dan kenyataan
yang dilihatnya seakan bertolak belakang.
***
“Mas!
Tungguin napa!” Zelo berusaha mengimbangi langkah cepat Youngjae.
Ketika mereka baru tiba di
rumah, Youngjae langsung melesat masuk. Saat membuka pintu, semprotan krim
salju menyerangnya diiringi suara-suara yang meneriakan kata ‘selamat ulang
tahun’ untuknya.
“SELAMAT
ULANG TAHUN YOUNGJAE…!”
Sudah
banyak orang yang menyambut kedatangan Youngjae. Beberapa ada teman-temannya,
namun nggak sedikit juga orang yang tidak dikenalnya. Sementara Doojoon berdiri
paling depan sambil membawakan sebuah kue tar untuk Youngjae lengkap dengan
lilin-lilin kecil yang menghiasi permukaan kue.
“Selamat
ulang tahun anakku tersayang.”
Youngjae
menatap Doojoon penuh arti karena mendengar Doojoon berkata demikian. Matanya
mulai berkaca-kaca, tapi sekuat tenaga Youngjae menahannya. Ia kemudian
memejamkan mata sebagai ritual sebelum meniup lilin kue ulang tahunnya.
“Aku hanya ingin bisa menemukan kembali hal
yang paling berharga di masa laluku.” Youngjae membuka mata lalu meniup api
kecil di atas lilin dengan sekali hembusan napasnya.
“Selamat
ulang tahun mas Youngjae.” Zelo tahu-tahu sudah mendekap Youngjae dari
belakang. “Maaf tadi Zelo Cuma ngerjain mas Youngjae waktu minta temenin ke
supermarket.”
Youngjae
terkekeh karena baru menyadari kalau ia sebenarnya hanya dikerjai. Youngjae
lalu mengacak rambut Zelo yang tubuhnya lebih tinggi darinya itu.
Setelah
itu, beberapa orang yang datang mulai mendekati Youngjae dan bergantian
mengucapkan kata selamat untuknya. Ternyata Zelo bekerja sama dengan Namjoo
untuk mengumpulkan beberapa teman dekat Youngjae. Sampai akhirnya giliran
Namjoo yang berhadapan dengan Youngjae.
“Selamat
ulang tahun Youngjae.” Tanpa sungkan, Namjoo memeluk Youngjae dan cowok itupun
membalas pelukannya. “Oiya, gue bawa seseorang,” seru Namjoo sambil menatap
Youngjae. Ia lalu melirik ke arah kiri, dan Youngjae mengikuti arah pandangan
Namjoo.
Naeun.
Cewek itu berdiri canggung di sana. Ia sama sekali tidak berani menatap
Youngjae yang sudah melangkah mendekat.
“Saatnya
makan-makan,” seru Zelo memecah keheningan. Ia memimpin teman-teman Youngjae ke
dalam untuk menikmati makanan yang ternyata memang sudah dipersiapkan untuk
melengkapi pesta kecil-kecilan ulang tahun Youngjae.
Namjoo
menjadi yang terakhir menyusul Zelo. Ia bahkan masih sempat melirik ke tempat
Youngjae dan Naeun berada. “Sampai
kapanpun gue sama sekali nggak pernah bisa ngedapetin tatapan itu dari
Youngjae,” batinnya saat sudah berbalik untuk menyusul Zelo.
“Lo…
nggak sama Daehyun,” kata Youngjae yang terdengar sangat kaku.
Naeun
mendongak cepat dan menatap Youngjae bingung. “Gue bahkan baru tau kalo lo ulang
tahun. Dan ini juga karena nggak sengaja ketemu Namjoo pas dia pulang beli
kue,” jawabnya jujur.
Hati
Youngjae terasa mencelos mendengar pengakuan dari mulut Naeun langsung. Ia
mengangguk-angguk seolah mengerti sekaligus untuk menutupi kegugupannya. “Hmm…
ayo ke dalam,” ajaknya masih diliputi rasa canggung. Entahnya, biasanya ia
tidak seperti itu meski pada Naeun sekalipun. “Biasanya sama temen kamu yang
itu.” Youngjae berusaha mencairkan suasana.
“Maksudnya
Eun Ji?” Naeun balik bertanya.
Youngjae
tak menjawab.
“Young,”
panggil Naeun. Mereka bahkan sampai menghentikan langkah. Ternyata sejak tadi
Naeun membawa sebuah tas karton di tangannya. “Buat lo. Tapi maaf, nggak sempet
di bungkus dulu.”
Sekuat
tenaga, Youngjae menerima benda pemberian Naeun. Dalam hati Youngjae tentu saja
sangat senang menerimanya. “Terima kasih ya?”
“Sama-sama,”
ujar Naeun. Mereka lalu melanjutkan langkah untuk bergabung dengan yang lain.
***
“Duuh…
di mana ya?” seru Eun Ji seorang diri. Ia sibuk mencari-cari sesuatu dengan
panic. Eun Ji bahkan sampai membongkar tumpukan buku-buku kuliahnya. “Nggak
mungkin keselip juga, kan?”
Ilhoon
yang nggak sengaja melihat kesibukan Eun Ji karena pintu kamar kakaknya itu
terbuka, langsung menghentikan langkah lalu mengawasi Eun Ji dari ambang pintu.
“Ngapain, kak?”
Eun
Ji sempat melirik Ilhoon, namun hanya sekilas. “Nyari binder baru kakak,”
jelasnya lalu melanjutkan kesibukan. Ia kini berpindah ke lemari pakaiannya dan
mulai mencari di sana.
“Yang
baru kemarin itu?” tanya Ilhoon memastikan.
“Iya,”
Eun Ji menjawab singkat.
Nggak
tega melihat kakaknya kesusahan, Ilhoon melangkah masuk dan ikut melihat ke
tempat yang sedang digeledah Eun Ji. Ilhoon memeriksa ke nakas kecil di samping
tempat tidur Eun Ji. “Kebawa temen, nggak?”
Mendengar
itu, Eun Ji langsung menghentikan aktifitasnya seakan berpikir keras atas
ucapan Ilhoon. Eun Ji kemudian berdecak kesal. “Kenapa nggak kepikiran dari
tadi, sih?”
Ilhoon
menoleh penuh arti. Seakan penasaran karena kemungkinan apa yang diucapkannya tadi
memang benar terjadi.
Eun
Ji berdiri dan langsung menutup rapat lemarinya. Ia kemudian melangkah ke dekat
tempat tidur dan menyambar ponselnya yang tergeletak di sana.
Ilhoonpun
ikut berdiri menghadap Eun Ji. “Udah tau ada di siapa?”
Eun
Ji yang sudah menempelkan ponselnya ke telinga, hanya menjawab dengan anggukan
sambil menoleh sekilas. “Halo… Naeun? Binder gue yang kemaren kebawa sama lo,
ya?” Eun Ji diam sesaat karena menunggu respon berikutnya dari Naeun. “Syukur
deh kalo emang ada di lo. Besok jangan lupa bawain ya? Gue tunggu di kampus.”
Ilhoon
hanya geleng-geleng kepala. “Makanya… inget-inget dulu kakakku yang cantik,”
kata Ilhoon yang gemas melihat kelakuan kakaknya. Ia bahkan sambil mencubit ke
dua belah pipi Eun Ji.
Eun
Ji hanya tersenyum sambil menampakkan deretan giginya.
***
Usai
Naeun berpamitan dengan Youngjae, Namjoo mengantar cewek itu ke depan rumah
Youngjae karena ia berniat untuk pulang. Sambil menunggu taksi pesanan Naeun
datang, mereka sempat bebincang sedikit.
“Gimana
hubungan lo sama Daehyun?”
Naeun
menoleh cepat. “Baik-baik aja, emang kenapa?” cewek itu balik bertanya.
Namjoo
sedikit membelalakkan matanya mendengar pernyataan Naeun. “Jadi…” cewek itu
menggantungkan kata-katanya.
“Kenapa,
sih?” paksa Naeun. “Kita baik-baik aja. Abis ini juga gue mau ketemu Daehyun.”
Namjoo
meringis mendengarnya. “Waktu itu gue liat Daehyun pulang kampus sama cewek
lain. Nggak cuma sekali atau dua kali. Gue pikir kalian…” Namjo kembali
kehilangan kata-kata dan nggak sanggup meneruskan. “Jadi, gue berani ngajak lo
ke tempat Youngjae. Soalnya yang gue tau Youngjae tuh cinta mati sama lo sampe
sekarang,” jelas Namjoo sedikit merasa bersalah.
Naeun
menyentuh pundak Namjoo sambil menatapnya lembut. “Apa perasaan lo ke Youngjae
udah ilang? Gue sama sekali nggak punya perasaan khusus ke Youngjae.”
“Sebenernya
masih, Na. Tapi…” Namjoo mengalihkan tatapannya. “Gue nggak mungkin lepas dari
Hyunsik,” serunya lirih.
Naeun
tersenyum. “Gue seneng kalo lo udah nemuin orang yang tepat buat lo.”
Namjo
kembali menoleh cepat. “Banyak alasan yang bikin gue nggak mungkin bisa
ngelepasin Hyunsik. Salah satunya karena kita udah pernah ngelakuin hal yang
dilarang sebelum nikah. Walaupun hanya sekali.”
Naeun
membekap mulutnya sambil melebarkan mata. Ia mengerti arah pembicaraan Namjoo.
“Tapi lo nggak sampe hamil, kan?” desaknya.
“Nggak
kok,” jawab Namjoo sambil menggelengkan kepala. “Hyunsik juga tetep tanggung
jawab. Dan rencananya beberapa bulan lagi kita bakal tunangan.”
Dengan
perasaan lega, Naeun memeluk sepupunya itu sesaat. “Orang tua lo udah tau
rencana kalian?”
Ada
perasaan kecewa jika Namjoo membahas orang tuanya. Ia lalu menggeleng tegas.
“Dengan atau tanpa restu mereka, gue tetep bakal ngejalanin hal itu. Gue juga
udah cerita ke bokapnya Zelo yang gue anggep seperti bokap gue sendiri.”
“Maksud
lo om-nya Youngjae?” seru Naeun memastikan.
Namjo
hanya mengangguk. “Itu taksi lo dateng. Cepat sana, nanti Daehyun jamuran
nungguin lo,” godanya sambil menepuk-nepuk pundak Naeun.
Sebelum
masuk ke dalam taksi, Naeun sempat menatap ke arah Namjoo lagi. Ia ikut sedih
dengan keadaan keluarga Namjoo. “Kalo ada apa-apa, kasih tau gue.” Namjoo hanya
mengangguk menyanggupinya.
***
Pagi itu
Eun Ji baru saja tiba di kampus dan baru saja turun dari boncengan motor
Ilhoon. Lalu Ilhoon langsung meninggalkan Eun Ji untuk memarkirkan motornya. Eun
Ji sendiri melangkah ke arah berlawanan. Di sana ia mendengar suara obrolan
beberapa mahasiswi.
“Lo
harusnya ikut ke pesta perusahaan di rumahnya pak Doojoon. Dia punya keponakan
ganteng banget.”
“Iya
bener. Anaknya pak Doojoon yang namanya Zelo juga cakep. Tapi sayang dia masih
SMA.”
“Serius
lo? Siapa namanya?”
“Namanya
Youngjae. Gue denger dia juga kuliah di sini. Nyesel banget gue baru tau kalo
satu kampus sama Youngjae.”
“Sama,
tau gitu gue deketin dulu dia di kampus. Jadi kan pas di pesta kemarin
orang-orang pasti pada ngiri kalo kita udah deket banget.”
“Youngjae
anak jurusan bisnis, bukan? Waahh… dia bisa jadi penerus perusahaan keluarganya
dong, ya?”
Eun
Ji menghentikan langkah setelah ke tiga cewek-cewek tadi berlalu. “Mereka lagi
ngomongin fansnya Naeun itu?” pikir Eun Ji. Saat menoleh, ia mendapati sebuah
mobil yang ia ketahui milik Youngjae baru saja terparkir.
“Tapi
pagi ini gue belo liat dia. Biasanya udah dateng,” ujar salah satu dari
cewek-cewek tadi yang disetujui dua temannya.
Mendengar
itu, sebuah ide jahil terlintas di pikiran Eun Ji. Ia mengarahkan tatapan pada
Youngjae yang baru saja memunculkan diri dari dalam mobil. Dan ternyata Youngjae
juga menyadari hal itu. Youngjae sempat melirik ke kanan dan ke kiri untuk
memastikan hal apa yang menarik perhatian Eun Ji.
“Ya
ampun! Si ganteng Youngjae!” jerit Eun Ji pura-pura histeris melihat kedatangan
Youngjae.
Tiga
cewek tadi, termasuk juga beberapa cewek lainnya langsung menoleh cepat untuk
memastikan kebenaran yang dikatakan Eun Ji. Youngjae hanya membulatkan mata ke
arah Eun Ji karena ia mulai menyadari kehadiran beberapa cewek yang mendekat ke
arahnya. Saat menyadari tatapan tak bersahabat dari Youngjae, Eun Ji memilih
untuk melesat dari sana dan berpura-pura nggak tahu kalau itu semua adalah
karena perbuatannya.
“Heh!
Eun Ji! Jangan lari lo!” teriak Youngjae berusaha menghentikan Eun J. Namun apa
daya, ia juga nggak bisa melepaskan diri dari cewek-cewek yang mengerubunginya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar