Author :
Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast : B.A.P (Yongguk, Himchan, Daehyun,
Youngjae,
Jongup, Zelo [Junhong])
Support cast :
A-Pink (Chorong, Bomi, Naeun, Eun Ji, Namjoo,
Hayoung), G.Na (Soloist), B2ST (Doojoon),
BtoB
Genre
: romance, family,
brothership
Length : chapter
***
Zelo
ke luar dari dalam toilet sekolahnya. Ia langsung melesat ke kantin. Nggak lupa
Zelo juga membawa serta ranselnya. Jam sudah menunjukkan waktu pulang sekolah.
Tapi Zelo masih bertahan karena satu jam setelah ini ia harus mengikuti ekskul
fotografi.
Saat
melihat sosok Hayoung di salah satu sudut kantin, tanpa pikir panjang Zelo
menghampiri teman semejanya itu. “Gue gabung,” ujarnya sambil meletakkan ransel
besarnya di atas meja yang di huni Hayoung. Zelo kemudian melangkah ke konter
makanan.
“Zelo
mau ekskul fotografi? Emang dia udah ada kamera lagi?” gumam Hayoung untuk
dirinya sendiri. Lalu tatapan cewek itu jatuh ke ransel besar di hadapannya.
Hayoung menatap benda itu curiga. Tanpa diperintah, tangannya terjulur untuk
membuka resleting tas milik Zelo tersebut. Ada sebuah tas kecil yang ia ketahui
sebagai tas yang sering Zelo bawa untuk menyimpan kameranya.
“Ngapain
lo?” tegur Zelo saat melihat kedua tangan Hayoung berada di atas ranselnya.
Zelo duduk dengan santai tanpa menaruh curiga sedikitpun atas apa yang Hayoung
lakukan.
Hayoung
sendiri sama sekali nggak merasa kepergok. Ia bahkan bisa dengan santainya
menutup kembali resleting ransel padahal Zelo sudah berada di hadapannya.
Hayoung justru yang menatap Zelo penuh curiga atas apa yang ia temukan tadi.
“Lo
mau ekskul fotografi?” Tanya Hayoung seperti mengintimidasi.
Zelo
menghentikan aktifitasnya lalu mendongak. “Lo nemuin tas kamera ya di ransel
gue?” Zelo justru balik bertanya. Tentu saja tebakannya benar.
“Berarti
kamera lo udah balik?” Tanya Hayoung lagi. “Kalo gitu Jongup udah nggak perlu
bayar utang lagi, donk?” sela Hayoung sebelum Zelo sempat merespon ucapannya
sebelum ini.
Zelo
menghembuskan napasnya berat. “Dengerin dulu,” pinta Zelo dingin, namun Hayoung
tetap menurutinya. “Lo pikir gue nggak di marahin abis-abisan sama bokap gue?
Udah untung gue nggak bilang kalo yang ngerusakin itu si Jongup.” Ada nada
sedikit kesal saat Zelo berkata seperti itu.
“Terus?”
“Yang
dirusakin Jongup itu sebenernya punya bokap. Gue juga bilangnya kamera itu lagi
di benerin. Dan yang gue bawa sekarang itu punya gue,” lanjut Zelo. Ia juga
sambil melanjutkan makannya yang sempat terganggu.
“Oh,”
kata Hayoung pendek. Sedikit merasa bersalah.
Setelah
itu hening yang menguasai keduanya. Zelo sibuk dengan makanannya. Begitu pula
dengan Hayoung.
“Lo
sendiri, kelar jam berapa ekskul musiknya?” Tanya Zelo di tengah-tengah
menikmati makanannya.
“Sekitar
jam tigaan.”
“Sama.
Kalo gitu, pulang bareng gue ya?” putus Zelo tanpa ingin ada penolakan
sedikitpun.
***
Pesta
perusahaan yang melelahkan. Begitu satu-persatu tamu yang sebagian besar rekan
bisnis Doojoon mulai meninggalkan acara, Youngjae langsung melarikan diri ke
belakang rumah. Namun ketika baru sampai dapur, cowok itu menghentikan
langkahnya bahkan sampai kembali mundur beberapa langkah.
Youngjae
berdecak kesal melihat pemandangan di hadapannya. “Pantesan aja gue cariin
nggak ada. Dia malah tidur di sini!” Dengan langkah cepat youngjae melesat
mendekati Zelo yang tertidur di meja makan.
Zelo
menekuk kakinya yang panjang agar tubuhnya cukup menempati seluruh permukaan
meja makan yang tidak terlalu besar itu. Karena meja tersebut bukan meja makan
utama yang selalu ia gunakan bersama Youngjae dan Doojoon. Zelo bahkan masih
mengenakan stelan jas lengkap seperti Youngjae saat ini. Lucunya, Zelo masih
sempat membawa bantalan sofa dari luar yang ia gunakan untuk alas di kepalanya.
Youngjae
menarik kasar dasinya yang kemudian ia gunakan untuk memukuli pipi tembam Zelo.
“Bangun nggak lo, Zel!”
“Hmm…”
Hanya terdengar gumaman berat dari mulut Zelo. Sementara mata cowok itu masih
terkatup erat.
Youngjae
sempat melirik ke belakangnya. Suasana di luar tampaknya masih cukup ramai. Ia
tak mungkin ke kamarnya karena Doojoon pasti akan langsung memergokinya saat
menaiki tangga. “Duuh… gimana nih?” Youngjae melirik jam tangannya dengan
resah. “Udah tengah malam. Kapan selesainya sih tuh acara? Males banget ketemu
sama anak temen-temennya om Doojoon yang nggak jelas gitu.” Youngjae menarik
sebuah kursi dan memutuskan untuk duduk di sana.
“Mas
Youngjae berisik, ikh! Balik sana ke depan!” protes Zelo masih dengan mata
tertutup rapat. Namun tangan panjangnya cukup untuk meraih pundak Youngjae dan
memukulinya karena merasa terganggu dengan suara keras Youngjae.
Tentu
saja Youngjae langsung mendelik kesal meski Zelo sama sekali nggak melihatnya.
“Ntar
kalo acaranya udah selesai, mas Youngjae bangunin aku di sini,” lanjut Zelo
karena nggak mendapat tanggapan dari Youngjae. Ia sempat membuka matanya, meski
hanya sesaat dan kemudian kembali terutup rapat.
“Udah
deh! Tidur, tidur aja. Nggak usah rewel!” balas Youngjae sambil menarik sebuah
kursi lagi yang ia gunakan untuk meletakkan ke dua kakinya. Namun tentu saja
Zelo nggak meresponnya lagi karena sudah lebih dulu kembali ke alam mimpi.
Youngjae
melepas jasnya yang kemudian ia sampirkan sembarangan di sandaran kursi. Cowok
itu tidak bisa tidur dengan posisi seperti ini atau seperti Zelo sekalipun.
Akhirnya youngjae menyibukkan diri dengan ponselnya.
Beberapa
saat kemudian, ada seorang cowok yang membawa paksa cewek bersamanya ke ambang
pintu yang menghubungkan dapur dengan ruang tengah. Namun tampaknya nggak
satupun dari mereka yang menyadari keberadaan Youngjae dan Zelo di sana.
Youngjae sendiri nggak buru-buru untuk berbalik karena posisinya yang
membelakangi dua orang tersebut.
“Changsub,
lepas!”
“Bisa
nggak sih nggak malu-maluin aku di depan rekan-rekan bisnis papa? Kamu itu
calon istri aku.”
“Tapi
aku masih punya pacar. Dan aku nggak mau nikah sama kamu!” kata si cewek nggak
terima.
Youngjae
masih menahan diri untuk tidak ikut campur. Namun rasanya suasanya semakin
nggak nyaman. Belum lagi kini mulai terdengar suara-suara kecupan paksaan
karena yang tertangkap telinga Youngjae, cewek itu seperti menolak. Langsung
saja Youngjae berdiri lalu mendorong kursi di depannya dengan kasar menggunakan
kaki.
Tentu
saja dua orang di belakang Youngjae menghentikan kegiatan mereka, sekaligus
terkejut karena ternyata di sana ada orang lain selain mereka. Termasuk Zelo
yang sama terkejutnya dan bahkan sempat mengangkat sedikit kepalanya, namun ia
sama sekali tak menghiraukannya lalu memilih untuk kembali tidur.
“Youngjae?”
seru cewek itu dengan suara tercekat. Cewek itu adalah Chorong, kekasih
Yongguk. Ia merasa sedikit terselamatkan dengan keberadaan keponakan dari
bossnya, Doojoon.
Sementara
Changsub menatap Youngjae tak suka. Dan Youngjae hanya membalasnya dengan
tatapan meremehkan. Youngjae memasukan tangan kirinya ke saku celana sambil
melangkah perlahan. Namun Changsub lebih memilih menyambar tangan Chorong, lalu
menariknya pergi dari sana.
Youngjae
tak mungkin tinggal diam. Ia mempercepat langkah untuk menahan tangan Chorong
yang lainnya.
Changsub
kembali melancarkan tatapan membunuhnya pada Youngjae meski sama sekali nggak
pengaruh apapun. “Lepasin tangan calon istri gue!” seru Changsub dengan nada
pelan, namun penuh dengan penekanan.
Youngjae
tersenyum meremehkan. “Baru calon aja udah belagu. Dia belom jadi istri lo!”
Dengan satu sentakan, Youngjae berhasil merebut Chorong dan membawa cewek itu
untuk berdiri di sampingnya.
Changsub
tampak berusaha menahan diri untuk tidak melancarkan tinjuan ke wajah Youngjae.
Changsub hanya bisa mengepalkan tangannya. “Tapi sebentar lagi dia akan jadi
milik gue,” serunya penuh percaya diri. Merasa ada celah, cowok itu menyambar
tangan Chorong namun sudah lebih dulu di halangi oleh Youngjae. Bahkan sebelum
ia berhasil menyentuh Chorong sedikitpun.
“Chorong
adalah salah satu karyawan di perusahaan keluarga gue. Dan itu artinya, gue
juga bertanggung jawab atas keselamatannya dari cowok kayak lo!” desis Youngjae
tajam. Lalu matanya menangkap seorang cewek yang melintas. “Dia di sini? Kenapa
baru keliatan, sih?” gumam Youngjae seorang diri. Ia kemudian menarik Chorong
untuk ikut bersamanya. Bahkan Youngjae sama sekali tak membiarkan Changsub bisa
menyentuh Chorong meski hanya seujung kuku.
“Lepasin
Chorong!” pekik Changsub yang juga mengikuti langkah Youngja.
Tentu
saja Youngjae sama sekali nggak memperdulikan Changsub. Ia sibuk mengejar
seorang cewek. “Namjoo!” teriaknya. Tak peduli kalau akhirnya ia menjadi pusat
perhatian tamu undangan yang masih tersisa.
Namjoopun
berhenti dan menoleh tepat ke arah tangan Youngjae yang masih menggenggam erat
tangan Chorong.
“Gue
butuh bantuan lo!” kata Youngjae yang tanpa menunggu persetujuan apapun, sudah
menarik tangan Namjoo menggunakan tangannya yang satu lagi. Jadilah ia membawa
dua orang cewek ke luar dari kerumunan pesta.
***
“Kenapa
lo?” tegur Ilhoon yang sudah duduk di salah satu kursi di depan meja bar. Saat
itu suasana kelab sudah cukup sepi. Ilhoon sendiri juga baru saja selesai membereskan
peralatan DJ-nya yang tadi ia gunakan.
“Cewek
itu nggak dateng?” ujar Jongup lemah.
“Cewek
itu?” ulang Ilhoon nggak mengerti. Namun ketika menyadari bahwa cewek yang
dimaksud Jongup itu adalah Namjoo, ia terkekeh. “Lo beneran naksir Namjoo?”
Jongup
meneguk ludahnya dan berusaha menyembunyikan ekspresi di wajahnya. “Emangnya lo
nggak?” serunya pelan, namun masih bisa tertangkap telinga Ilhoon.
“Namjoo
tuh temennya kakak gue. Jadi, sayangnya gue ke dia ya kayak gue ke kakak gue
itu,” jelas Ilhoon. “Jadi, lo beneran naksir dia?” Ilhoon mengulangi
pertanyaannya.
Jongup
nggak langsung menjawab. “Hmm… Dia punya masalah keluarga, ya?” tebaknya
mengingat pertemuan pertamanya dengan Namjoo adalah ketika cewek itu mabuk di
kelabnya.
Mendengar
pertanyaan Jongup, Ilhoon membeku sesaat. Ilhoon akhirnya hanya bisa
menghembuskan napasnya berat. Dia juga memikirkan hal yang sama ketika pertama
kali bertemu cewek itu.
Jongup
meletakkan tangannya ke pundak Ilhoon hingga membuat cowok itu menoleh. “Gue
nggak akan maksa lo cerita sekarang juga, kok.” Jongup menunjukkan senyumannya
lalu berbalik dan berniat meninggalkan Ilhoon di sana untuk mengganti seragam
kerjanya.
“Gue
tunggu di sini,” teriak Ilhoon sebelum tubuh Jongup benar-benar menghilang di
balik pintu. Sejak awal pertemuan mereka, ke dua cowok itu menjadi cukup akrab.
Jadwal kerja mereka juga hanya di akhir pekan. Bahkan keduanya akan saling
menunggu untuk pulang bersama karena apartmen Ilhoon tidak terlalu jauh dari
rumah Sungjae. Mereka baru akan perpisah di dekat jalan raya.
***
“Young,
ada apaan sih? Kok lo bisa sama mba Chorong juga?”
Youngjae
tak langsung menjawab pertanyaan Namjoo tersebut. Ia sempat menoleh ke belakang
untuk memastikan bahwa Changsub tidak mengikuti mereka lagi. Youngjae baru melepaskan
genggaman tangannya di ke dua cewek tersebut setelah mereka sudah berada di
depan pagar rumah keluarga Namjoo yang letakknya berseberangan dengan kediaman
Youngjae dan Zelo.
“Kalian
udah saling kenal?” tanya Youngjae.
Namjoo
sempat melirik Chorong, namun Chorong nggak menyadarinya. “Namjoo pacarnya adik
aku,” jelasnya yang tidak tau bahwa Namjoo justru nggak menginginkan hal itu
terjadi.
“Bagus
kalo kalian udah saling kenal.” Youngjae menatap Namjoo penuh harap. “Gue butuh
bantuan lo, Nam.”
“Hmm?”
Namjoo seperti tak menyimak perkataan Youngjae.
Youngjae
sempat melirik Chorong. “Gue nggak tahu lo ada masalah apa sama cowok tadi.
Tapi gue ngerasa ada sesuatu yang nggak baik aja. Belum lagi kejadian…”
Youngjae tak jadi melanjutkan ucapannya karena melihat Chorong yang tertunduk. Kali ini Youngjae kembali menatap
Namjoo. “Chorong boleh nginep di rumah lo, kan? Besok pagi dia gue jemput
lagi.”
Namjoo
mengangguk seperti hanya hal itu yang ia tahu tiap kali Youngjae meminta
bantuannya. Tidak ada yang lain.
Youngjae
sudah hampir kembali menyeberang jalan yang sepi malam itu. Tapi kemudian ia
justru berbalik lagi karena ada sesuatu yang tertinggal. “Dan kalo cowok tadi
dateng, jangan biarin dia bawa Chorong,” ujarnya mengingatkan sebelum akhirnya
benar-benar meninggalkan Namjoo bersama Chorong.
“Apa
acara kayak gitu selalu berakhir lewat tengan malam gini, ya?”
Mendengar
itu, Namjo melirik Chorong penuh arti. Bukan karena meremehkan Chorong yang
seperti orang ketinggalan berita. Tapi karena pernyataan Chorong yang
menegaskan kalau ini sudah lewat tengah malam.
“Youngjae!”
teriak Namjoo.
***
“Bisa
lewat depan rumah Namjoo, nggak?” pinta Jongup ragu-ragu ketika ia dan Ilhoon
baru saja keluar dari kelab tersebut.
Ilhoon
menoleh. Ia kemudian tersenyum penuh arti. “Kita bisa lewat mana aja asal lo
seneng, Jong.” Ilhoon sedikit menggoda Jongup.
Jongup
justru menghela napas kasar seakan tidak mempedulikan usaha Ilhoon untuk
mencairkan suasana. “Setelah di pikir-pikir, berarti hidup gue sedikit lebih baik
dari Namjoo.”
“Maksudnya?”
Jongup
nggak langsung menjawab. “Gue juga nggak dapet kasih sayang dari orang tua.
Bahkan gue aja belom pernah ketemu bokap kandung gue. Sementara nyokap, seakan
sibuk dengan dunianya sendiri,” kata Jongup akhirnya. Di sampingnya, Ilhoon
masih tampak diam. “Tapi seenggaknya gue masih punya kakak yang perhatian sama
gue.”
“Itulah
hidup. Selalu nggak adil.” Ilhoon tampak tersenyum miris. “Gue memang tumbuh
besar di sebuah keluarga yang ‘katanya’ harmonis. Tapi gue dan kakak gue justru
di paksa memilih jalan hidup kita seperti yang sudah direncanakan orang tua
gue.”
Setelah
berbagi cerita tentang kehidupan mereka masing-masing, kini Ilhoon dan Jongup
berjalan dalam diam. Mereka seperti sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai
akhirnya, mereka hanya tinggal berjarak beberapa meter saja dari pagar rumah
Namjoo.
“Bentar,
Hoon.”
“Kenapa,
sih?” tanya Ilhoon heran karena Jongup tiba-tiba menyuruhnya berhenti. Padahal
cewek itu masih di sana. Kesempatan mereka untuk bertemu Namjoo justru lebih
mudah. Namun setelah di teliti lagi, Jongup justru terfokus pada seorang cowok
di antara Namjoo dan Chorong, yaitu Youngjae.
“Lo
kenal cowok itu?” Jongup bertanya tanpa melirik Ilhoon sedikitpun.
“Yang
gue tau, itu cuma tetangganya Namjoo aja. Lagian pacarnya Namjoo tuh pemain
bola. Udah gitu sering keluar kota juga,” jelas Ilhoon meski Jongup sama sekali
tak memperhatikannya.
“Nggak…
Nggak…” Jongup menoleh cepat. “Bukan itu penjelasan yang gue mau.” Cowok itu
lalu kembali memperhatikan Youngjae yang sudah melangkah menuju rumahnya. “Ayo
pulang,” ajaknya sambil membalikkan badan. Jongup mengurungkan niat untuk
bertemu Namjoo malam ini.
“Tapi
Jong…” ucapan Ilhoon terputus seiring terdengarnya suara nyaring Namjoo yang
meneriaki nama ‘Youngjae’.
“Youngjae!”
Mendengar
itu, Jongup membeku seketika. Perlahan ia membalikkan badan. Hampir bersamaan
dengan apa yang dilakukan Youngjae.
“Selamat
ulang tahun!” teriak Namjoo lagi. “Jangan lupa traktirannya.”
Youngjae
terkekeh mendengar ucapan Namjoo. “Terima kasih. Gue tunggu juga kadonya,”
balas Youngjae.
Ada
yang aneh ketika Jongup melihat senyuman Youngjae. Seperti menemukan harta
karun yang selama ini menghilang. Buru-buru Jongup kembali balik kanan lalu
melesat menjauhi rumah Namjoo. Ia bahkan nggak mempedulikan kalau Ilhoon sibuk
dengan pikirannya sendiri untuk mencerna apa yang dia lihat.
***
“Gue
balik dulu, ya?” Jongup berpamitan pada Sungjae di pagi yang sudah beranjak
siang itu. “Makasih banget udah mau gue repotin terus.”
Sungjae
mengantar Jongup sampai ke depan pagar rumahnya. “Yaelah, nyantai aja lagi,”
kata Sungjae. “Oiya, kata mas Eunkwang kalo urusan lo sama Zelo udah selesai,
dia mau lo tetep kerja di tempat dia. Tapi yang di kelab itu ya nggak usah.”
Jongup
sempat berpikir sesaat. “Iya, sih. Gue juga maunya gitu. Terus juga mas
Eunkwang baru kehilangan satu pegawainya lagi.”
“Pas
liburan semester nanti gue juga mau nyoba kerja di sana. Buat pengalaman aja.
Kan enak tuh kalo masih ada lo juga. Gue jadi punya temen.”
“Serius,
lo?” seru Jongup seakan tak yakin. Sungjae langsung meliriknya tajam. “Eh, iya.
Oke… oke… Ya udah, gue balik ya.” Jongup buru-buru meralat ucapannya kemudian
berpamitan.
“Salam
buat pak Himchan!”
Mendegar
itu, Jongup menghentikan langkah lalu berbalik cepat ke tempat Sungjae berada.
Ia menatap temannya heran sekaligus menyembunyikan keterkejutannya. Karena
selama ini di sekolah memang tidak ada yang tahu—kecuali Hayoung—kalau ia dan
Himchan bukan sekedar hubungan guru dan murid. Tapi kakak dan adik.
Sungjae
terkekeh melihat perubahan raut wajah Jongup. “Udah lama gue curiga sama
kalian. Kalo Cuma berdua, lo manggilnya mas Himchan, kan?”
“Lo
tau dari mana?”
Sungjae
menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. “Gue sering nguping kalo kalian lagi
ngobrol berdua.”
Jongup
melotot tajam.
“Emang
kenapa sih? Kayaknya lo nggak mau banget orang lain tau kalo kalian udah kenal
deket. Emang pak Himchan siapa lo? Tetangga? Sepupu?” sela Sungjae karena
sepertinya Jongup belum siap menjelaskan.
“Yaa…
gue nggak enak aja, Jae. Lo tau gue. Kasian juga kalo mas Himchan jadi
bulan-bulanan kesalahan gue di sekolah.”
“Tuh
kan, lo manggil dia ‘mas’.” Sungjae mempertegas kecurigaannya. “Terus? Sama gue
lo nggak mau ngasih tau juga? Kan enak, Jong. Gue bisa belajar privat sama pak
Himchan. Terutama pelajaran Fisika.”
“Serius,
janji kalo lo nggak bakal ngomong sama siapa-siapa soal ini.”
“Janji
banget gue pokoknya.”
Jongup
sampai menghembuskan napasnya berat. “Mas Himchan itu kakak kandung gue. Udah,
kan? Gue balik, ya?” pamitnya buru-buru. Tak ingin Sungjae menanyainya lagi
yang macam-macam. Ia sempat mendengar teriakan Sungjae yang menyuruhnya
berhenti. Tapi, Jongup justru semakin kencang berlari. Lebih baik besok saja
jika Sungjae mau berkomentar tentang hubungannya dengan Himchan.
Setelah
berlari dari rumah Sungjae, Jongup akhirnya tiba di halte ‘transjakarta’. Ia
segera memesan tiket yang mengarah ke rumahnya. Kebetulan suasana pagi
menjelang siang itu cukup sepi. Jongup bahkan sampai menunggu di depan pintu
halte.
Cukup lama ia menunggu.
Dan tanpa sengaja ia melihat sebuah mobil sedan yang berjalan sedikit lambat di
samping jalanan khusus bus ‘transjakarta’. Jongup sempat melihat penghuninya.
Cowok itu yang ia lihat di depan rumah Namjoo. Bersama seorang cewek yang cukup
familiar dimatanya.
“Itu mirip ceweknya mas Yongguk,” ujar
Jongup dalam hati.
***
“Dae,
bukain pintu dong!” kata Himchan yang sedang sibuk membuat makan siang untuk
keluarganya.
Saat itu Daehyun baru saja
muncul dan ingin mengambil air minum. Mendengar kakaknya menyuruh seperti itu,
Daehyun langsung melesat ke luar memang karena ada seseorang yang membunyikan
bel rumah mereka. Daehyun sempat melewati kamar Yongguk saat kakaknya yang
paling tua itu muncul.
Daehyunpun
membukakan pintu dan mendapati Bomi di sana. Cowok itu menatap kesal. “Yaelah
lo, Bom. Kayak tamu aja sih pake pencet bel segala.”
Sementara
Bomi justru menatap Daehyun kecewa. “Kirain bakal mas Himchan yang bukain.”
Tanpa menunggu persetujuan pemilik rumah, Bomi melangkah masuk melewati
Daehyun. Ia juga membawa serta dus di tangannya.
Daehyun
hanya berdecak sambil menggelengkan kepala melihat kelakuan tetangga yang juga
temannya sejak kecil itu.
“Siang
mas Yongguk,” sapa Bomi pada Yongguk yang sedak duduk di kursi makan sambil
menikmati secangkir kopi buatannya sendiri.
“Eh,
Bomi. Waah… bawa apaan, tuh?”
Bomi
meletakkan dus yang ia bawa di atas meja sebelum akhirnya menarik kursi di
seberang Yongguk. Sementara Himchan tampak sedikit malas karena mengetahui kalau yang datang
adalah fans setianya. Daehyun yang melihat itu, hanya terkekeh.
“Sabar
mas,” goda Daehyun pada Himchan yang langsung dihadiahi pelototan tajam
kakaknya itu. Daehyun hanya tersenyum menunjukkan deratan giginya. Lalu
kemudian kembali ke depan bergabung dengan Bomi dan Yongguk.
“Mas
Yongguk ulang tahun, ya?” tanya Bomi polos.
Yongguk
dan Daehyun saling melempar tatapan. Bingung dengan pertanyaan Bomi. Dari dalam
dapur Himchan juga mengawasi pembicaraan dua saudaranya itu.
“Nggak
mungkin mas Himchan atau Daehyun, kan? Soalnya aku tau tanggal lahir mereka,”
seru Bomi lagi karena tak ada yang merespon ucapannya barusan. “Atau mungkin
Jongup?” tebak Bomi antusias.
Daehyun
menggeleng cepat. Ia lalu mengulurkan tangan untuk membuka tutup dus yang di
bawa Bomi tadi. Ia curiga bahwa isinya adalah kue tar karena sejak tadi Bomi
membahas tentang ulang tahun terus.
Yongguk
ikut tegang mengawasi berubahan raut wajah Daehyun saat melihat sesuatu di
dalam dus. Yongguk ikut berdiri untuk melihat isi dus secara langsung.
“Siapa
yang ngasih lo ini?” tanya Daehyun tegas.
“Ibu
kalian. Tadi gue ketemu di depan.” Bomi menjawab cepat. “Tapi kok namanya…
Young… Jae?”
Himchan
tiba-tiba melesat ke luar dan langsung memastikan sendiri apa yang sedang
dilihat tiga orang itu. Dus itu awalnya sudah kembali di tutup oleh Daehyun,
namun Himchan justru menariknya dengan paksa. Isinya memang sebuah kue tar black forest yang dihiasi tulisan
‘selamat ulang tahun’ dan ditujukan untuk ‘Youngjae’. Dengan kasar Himchan
membanting tutup dus di atas meja lalu kembali menghilang ke dapur.
“Apa
tante G.Na salah sambil pesenan, ya?” gumam Bomi yang seperti tidak menyadari
aura berbeda di antara tiga saudara itu.
“Ibu cari masalah aja, sih! Untung Jongup
belum…” Daehyun tak melanjutkan pikirannya karena mendengar suara pintu
utama rumah terbuka disusul suara derap langkah seseorang.
“Jong!”
teriak Yongguk memastikan bahwa yang datang adalah adik bungsunya. “Udah
pulang?” tanyanya lagi meski belum melihat pasti siapa yang datang.
“Iya,
mas,” sahut seseorang. Tak lama Jongup benar-benar memunculkan diri di sana. Ia
cukup terkejut melihat hampir semua kakaknya beserta Bomi ada di sana. Meski
Himchan tak terlihat, tapi pasti ia di dapur. “Waahh… pada kumpul, nih? Ada
acara apaan?” Tanpa menaruh curiga sedikitpun, Jongup melangkah mendekat.
Pelan-pelan
Daehyun menutup kembali kue tar yang bisa menyakiti hati Jongup. Namun
tampaknya mata Jongup lebih cepat menangkap gelagat aneh yang ditunjukkan
Daehyun.
“Apaan
tuh, mas?” Jongup sudah mengulurkan tangannya untuk menyambar benda tersebut
sebelum Daehyun atau Yongguk sempat menghalanginya. “Mba Bomi ulang tahun, ya?”
ujarnya. Tentu saja Jongup langsung membeku melihat sesuatu di dalam sana.
Jongup berusaha bersikap senormal mungkin meski sebenarnya ia menahan rasa
kecewa di dirinya.
Youngjae.
Satu nama yang membuat Jongup nyaris tidak bisa tidur semalaman. Dan untuk
pertama kalinya ia bertemu pemuda itu. Belum lagi semalam Namjoo mengucapkan
ulang tahun untuk Youngjae. Lalu kini di rumah, ibunya pasti juga akan
merayakan hal yang sama untuk salah satu kakak Jongup yang sampai sekarang
tidak diketahui keberadaannya. Meski tanpa kehadiran orang tersebut, tetap saja
itu membuatnya semakin kecewa.
“Kebetulan
udah pada ngumpul di sini. Kita bisa mulai acaranya.”
Yongguk,
Daehyun, Bomi bahkan Himchan menoleh kompak ke arah G.Na yang baru saja datang.
Namun tidak untuk Jongup. Saat ibunya duduk bergabung di meja makan, Jongup
justru melarikan diri tanpa pamit ke kamarnya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar