Author :
Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast :
·
B2ST/Beast Lee Gikwang
·
Infinite Lee Howon (Hoya)
·
SNSD Im Yoona
Support cast :
·
Other member B2ST/Beast, Infinite and SNSD
·
Yong Hwa CN Blue
·
Siwan Ze:a
·
Jonghyun, Minho and other member Shinee
·
Member Super Junior
·
All member A-Pink
·
Hara KARA
·
Sulli, Victoria F(x)
Genre
: romance, family,
friendship
Length : chapter
***
“Hati-hati,
Yoon!”
“Oke,”
ujar Yoona riang ketika ia mengayuh kembali sepedanya dan berpisah dengan
Gikwang di persimpangan jalan. Cewek itu tentu saja akan menemui Howon di
taman. Dan benar saja, setelah beberapa menit menelusuri jalan, Yoona tiba di
taman yang langsung di sambut oleh Howon bersama Sungyeol.
“Lo
dari mana? Kok arahnya beda kayak biasa?” tanya Sungyeol.
Yoona
baru saja menyodorkan tas kecil yang biasa ia gunakan untuk membawa
barang-barang milik Howon, ke pemiliknya. “Abis dari sekolah temen gue,”
jawabnya.
“Jangan
bilang dari SMA Paradise?” seru Sungyeol sedikit heboh dengan nada menyelidik.
Yoona
memutar bola matanya, kesal. Kasus Gikwang tadi nyaris terjadi lagi. “Iya gue
dari SMA Paradise. Kenapa? Mau nuduh gue mata-mata?” desisnya mengingat
kejadian yang dialami Gikwang tadi.
“Nggak,
Yoon!” Howon menyelak sebelum Sungyeol kembali sempat buka suara. “Lo apaan
sih?” protesnya pada Sungyeol. Howon lalu menatap Yoona. “Jangan dengerin
omongan si tiang listrik ini.”
Sungyeol
menatap Howon kesal. “Lo kok gitu sih, Hoy?”
“Udah
deh diem aja,” desis Howon tajam. “Kita jalan dulu ya, Yoon.”
“Cuma
berdua? Yoseob sama Dongwoon?”
“Kita
mau ke klub. Nggak latihan di sekolah. Kebetulan mereka di Running Boys, dan
gue sama Hoya di Dream Boys,” jelas Sungyeol, sementara Yoona hanya
mengangguk-anggukan kepala. “Ya udah, duluan ya?” pamit Sungyeol lagi. Ia
menepuk pundak Howon sebelum mendahuluinya berjalan ke sebuah mobil yang
terparkir di pinggir jalan.
Howon
sudah hampir menyusul, namun ia membatalkan niat. “Nyaris lupa,” ujarnya sambil
menyodorkan sebuah kertas ke tangan Yoona. “Biasa. Udah lunas, kok.”
Yoona
mengangguk mengerti. “Hati-hati!” teriaknya yang hanya di balas lambaian tangan
oleh Howon. Yoona memasukkan kertas di tangannya ke dalam saku jins. Kemudian
ia menyambar sepedanya dan memutar balik ke arah sebelumnya. Baru beberapa
langkah, Yoona kembali berhenti karena ada seorang cewek yang menghalanginya.
***
Sore
itu Sungmin masih saja berkutat dengan pekerjaannya di kantor. Di salah satu
sudut meja pria itu terpampang sebuah figura berisi foto dirinya bersama
Gikwang saat anaknya itu menjuarai sebuah turnamen sepakbola tahun lalu.
Perhatian
Sungmin dari pekerjaannya baru bisa sedikit teralihkan karena suara getaran
ponselnya. Sebuah panggilan masuk dari nama ‘Eunhyuk’.
“Iya,
Hyuk. Lagi di mana lo?” ujar Sungmin setelah menempelkan ponselnya ke telinga.
Sementara
di tempatnya berada, Eunhyuk harus sedikit menyingkir karena suasana lapangan
sedikit ramai. “Gue lagi lapangan. Biasalah. Tapi gue mau tanya, nih.”
“Oh,
ada apaan emang?” Sungmin nggak bisa menahan rasa penasarannya.
“Gikwang
anak lo kan, Min?”
“Lee
Gikwang?” seru Sungmin memastikan. “Iya, dia anak gue. Cari masalah apaan dia?”
“Bukan
gitu, Min. Tapi, lo udah bilangin kalo dia ada latihan di klub gue, kan?
Masalahnya anak lo itu belom dateng. Nomornya yang tercantum di data gue juga
nggak aktif,” jelas Eunhyuk. Secara nggak langsung, ia juga meminta solusi dari
orang tua peserta didiknya yang bersangkutan.
Sungmin
sedikit terkejut dengan penjelasan Eunhyuk. “Masa sih dia nggak dateng? Udah gue
kasih tau, kok. Tapi emang belum lama ganti nomor.”
“Apa
masih jalan? Eh, tapi bentar deh. Jangan di tutup dulu,” kata Eunhyuk karena ia
melihat sosok Junhyung yang juga di tepi lapangan. “Gimana, Jun?” tanyanya.
Junhyung
yang menyadari Eunhyuk bicara padanya, langsung menghampiri pria itu. “Junhyung
lagi coba nelpon temennya Gikwang, nih. Mau minta nomor barunya,” jelasnya
karena sejak tadi Eunhyuk memang menunggu-nunggu kabar dari Gikwang.
“Emang
nggak ada kabar dari anak lo nih, Min.” Eunhyuk melanjutkan obrolannya dengan
Sungmin.
“Ya
udah, gue coba buat nelpon dia dulu.”
“Gue
tunggu, Min,” kata Eunhyuk sebelum Sungmin mengakhiri obrolan mereka.
***
Sesaat
cewek itu menatap ke arah mobil yang tadi di huni Howon dan Sungyeol. Ia
berdiri sambil melipat tanganya di depan dada. “Lo abis ketemu mereka?” serunya
dingin masih sambil menatap ke tempat yang di tinggalkan mobil tadi.
Yoona
sempat menoleh sesaat untuk memastikan maksud tatapan cewek itu. “Maksudnya
Sungyeol sama Hoya?” serunya.
“Lo
bukan ceweknya Sungyeol, kan? Apalagi Howon,” desis cewek itu yang kini
menunjukkan pada Yoona tatapan tak suka.
“Ya
bukanlah. Gue kenal mereka juga belom lama lagi.” Yoona menjawab santai. Ia
sama sekali nggak terpengaruh dengan tatapan sinis cewek tadi.
Cewek
itu menghela napas, lega. “Syukur deh kalo gitu,” gumamnya. Ia bahkan seperti
melupakan tatapan sinis yang sejak awal dia bentuk.
Yoona
menatap detail cewek di hadapannya itu. “Lo ceweknya Sungyeol? Atau mungkin
Hoya?” Kali ini giliran Yoona yang bertanya seperti itu.
“Gue
Eun Ji,” ujar cewek itu kembali sedikit dingin yang sepertinya baru kembali ia
sadari. “Dan gue, ceweknya Hoyo.” Cewek itu bicara dengan penuh penekanan di
setiap kata-katanya.
“Jadi,
lo ceweknya Hoya?” seru Yoona sedikit takjub. “Akhirnya gue bisa ketemu sama
lo,” ujarnya membuat Eun Ji menunjukkan tatapan aneh. “Masalahnya gue nggak tau
harus nanya sama siapa? Kalo ke Hoya langsung, itu nggak mungkin.”
“Lo
apaan, sih?”
Buru-buru
Yoona merogoh saku jinsnya lalu menyodorkan kertas tanda bukti pembayaran di
sebuah laundry. “Bisa gantiin tugas gue ngambilin seragam bolanya Hoya?”
Eun
Ji semakin menatap Yoona, aneh. “Tugas apaan?”
“Ngambil
seragam bolanya Hoya yang ada di laundry,” jelas Yoona.
“Ngapain
ke laundry coba? Emang mesin cuci di rumahnya Hoya itu rusak?” Eun Ji tampak
masih bingung dengan arah bicara Yoona.
Yoona
menarik kembali tangannya untuk sementara karena Eun Ji belum juga mengambil
kertas tadi. “Katanya si Hoya di larang main bola lagi sama ibunya. Lo pasti
tau, kan? Makanya dia ngelakuin ini biar nggak di curigain.”
Eun
Ji berdecak kesal. “Gue nggak tau soal itu, dan kenapa harus lo yang dimintain
tolong sama dia?” kesalnya.
“Yaelah,
mana gue tau, sih? Tapi yang gue tau ya karena gue ngasih sepatu kesayangannya
ke orang lain.”
“Kenapa
lagi sama sepatunya Hoya? Lo certain semuanya deh yang lo tau tentang Hoya,”
desak Eun Ji yang tampaknya sudah sangat nggak sabar.
***
Gikwang
sudah ingin membiasakan diri untuk menggunakan kendaraan umum jika bepergian.
Termasuk hari ini. Ia nggak mengendarai motor kesayangannya yang ia biarkan
terparkir di apartmen. Cowok itu menunggu bus di halte tempat ia pernah bertemu
Yoona saat hujan. Baru saja mendaratkan tubuh di kursi, Gikwang langsung
merogoh jinsnya karena ada panggilan masuk. Dari Yong Hwa.
“Kenapa,
Yong? Lo lagi latihan, kan?” serunya curiga mengingat ini memang waktunya
mereka latihan sepakbola. Termasuk Yong Hwa.
Di
saat yang bersamaan, Yong Hwa berada di tepi lapangan klub sepakbolanya bersama
Jonghyun dan Sunggyu juga. Yong Hwa bahkan sengaja memasang modus ‘loadspeaker’
agar mereka semua bisa mendengar suara Gikwang juga.
“Junhyung
tadi nelpon gue. Dia bilang lo disuruh latihan di Running Boys,” jelas Yong
Hwa.
Gikwang
tampak mendesah malas. “Jelas-jelas gue di keluarin, Yong!” keluhnya.
“Iya,
Kwang. Lo jangan begitu aja percaya omongannya Junhyung,” sambar Sunggyu seakan
memprovokasi.
“Tapi
lo pastiin juga ke sana,” sahut Jonghyun yang nggak ingin ketinggalan untuk
ikut ambil bagian.
Sunggyu
menatap tajam temannya itu melalui matanya yang sedikit sipit. “Ngapain juga,
Jong? Nggak perlu deh percaya sama omongannya Junhyung. Apalagi menyangkut
Running Boys.”
“Kok
jadi lo berdua yang ribet, sih?” lerai Yong Hwa.
“Ya
sudah, ku tutup,” putus Gikwang yang tampaknya malas ikut campur dengan
perdebatan dua temannya itu. Nggak lama setelahnya, ponsel Gikwang kembali
bergetar. Kali ini panggilan dari ayahnya, Sungmin. “Iya, pa.”
“Kamu
di mana, Kwang?”
Gikwang
mengawasi sekitar sambil berpikir alasan yang cocok untuk ayahnya. “Hmm… lagi
di…” ujarnya terputus karena Gikwang masih belum menemukan kata-kata yang
tepat.
“Nggak
latihan bola di Running Boys? Tadi pagi papa udah ingetin kamu, kan?” cecar
Sungmin. “Barusan pelatihnya sendiri yang nelpon papa. Katanya kamu belum juga
datang.”
“Sial. Berarti yang tadi diomongin Yong Hwa
tentang Junhyung beneran? Kok bisa? Bukannya gue udah resmi dikeluarin? Tapi,
papa nggak mungkin bohong.” Gikwang sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia
bahkan juga mengabaikan kata-kata ayahnya tadi pagi.
“Yaudah,
kalo emang masih sempet, kamu langsung ke sana aja.”
Gikwang
akhirnya bernapas lega karena Sungmin sudah lebih dulu mengakhiri pembicaraan
mereka. Namun nampaknya, Gikwang nggak langsung meninggalkan tempat itu. Baru
saja menyandarkan punggung ke sandaran kursi, Gikwang langsung terlonjak dan
melesat pergi karena melihat sosok Yoona dikejauhan sambil menuntun sepeda
karena cewek itu sedang mengobrol bersama seorang temannya.
***
“Besok,
di jam dan tempat yang sama. Jangan sampe lupa, ya?”
Eun
Ji justru mendesah berat mendengar ucapan Yoona ketika mereka baru saja
meninggalkan tempat laundry untuk mengambil pakaian Howon. “Apa kalian udah
sedeket itu sampe-sampe lo tau kalo Hoya di larang main bola sama nyokapnya?”
tanya Eun Ji terdengar sedikit frustasi. Di depan Yoona ia mengakui Hoya
sebagai pacarnya. Tapi ia justru tau dari orang lain apa yang dialami Hoya.
Yoona
yang sejak tadi menuntun sepedanya, langsung menghentikan langkah. Eun Jipun
melakukan hal yang sama. “Semuanya nggak sengaja saat gue mergokin nyokapnya
Hoya mau ngebuang sepatu. Dan karena gue ngasih sepatu itu ke orang lain, Hoya
minta pertanggung jawaban dari gue. Inilah bentuknya.” Yoona sampai mengangkat
tinggi-tinggi sepasang sepatu sepakbola yang tadi ia gantung di sepeda. Howon
memang menitipkan salah satu sepatunya di tempat laundry.
“Yoon!”
“Astaghfirullah!”
seru Yoona dan Eun Ji nyaris bersamaan. Mereka terkejut dengan kedatangan
Gikwang yang tiba-tiba.
“Gue
boleh pinjem itu nggak?” tunjuk Gikwang pada sepasang sepatu sepakbola di
tangan Yoona dengan napas yang masih sedikit tersengal.
Yoona
menatap Gikwang dari atas ke bawah. “Lo mau main bola di lapangan yang waktu
malam-malam itu ya?” tebaknya sedikit antusias karena waktu itu Gikwang memang
berpakaian hampir sama persis seperti saat ini.
Gikwang
justru mengusap wajahnya. Bingung harus menjelaskan seperti apa tentang hal
yang ia alami saat ini. “Bukan Yoon, tapi…” Gikwang menggantungkan ucapannya.
Ia masih saja menatap lekat sepasang sepatu di hadapannya. Lalu tanpa buang
waktu, Gikwang langsung menyambar untuk kemudian ia coba. “Waah… pas!” seru
Gikwang dan tampak lega. “Tinggal cari celana,” gumamnya pelan.
Eun
Ji sempat melirik Yoona untuk meminta penjelasan. Namun Yoona juga hanya bisa
menggeleng. “Kwang, ada apaan sih?”
Gikwang
nggak menjawab pertanyaan Yoona karena ia sudah lebih dulu mendapatkan sebuah
telpon masuk dari seseorang. “Bang, di rumah ada siapa? Gue mau pinjem seragam
bola. Apa aja.”
Mendengar
Gikwang membahas seragam sepakbola, Eun Ji langsung menepuk pundak Yoona karena
ia seperti teringat sesuatu. Ia kemudian mengangkat tinggi-tinggi ke hadapan
Yoona kantong plastic berisi seragam sepakbola milik Howon yang berada di
tangannya.
Yoona
yang mengerti maksud Eun Ji, langsung saja menarik-narik lengan jaket Myungsoo
yang masih dikenakan Gikwang.
“Bentar, Yoon!” desis
Gikwang karena ia masih berbicara dengan seseorang melalui telpon. “Hah! Jadi, masih
pada di Surabaya? Terus, nggak ada orang, dong? Chunji kan juga pasti lagi
nggak di rumah,” serunya kembali sedikit frustasi.
Eun
Ji yang nggak sabar, langsung saja mengeluarkan seragam tersebut lalu ia
bentangkan ke hadapan Gikwang. Sementara Yoona berusaha menarik perhatian
Gikwang.
“Apaan…”
Gikwang yang awalnya ingin memprotes Yoona, langsung kehilangan kata-kata
setelah melihat apa yang ada di tangan Eun Ji. Gikwang terperangah sesaat.
“Lo
hutang cerita sama gue besok di kelas,” ujar Yoona seperti menyadarkan Gikwang
dari lamunannya. “Dan kalo emang lo buru-buru banget, pake sepeda gue aja
sekalian.”
Gikwang
menahan diri untuk tidak berjingkrakan sebagai ekspresi rasa senangnya hari
ini. “Waah… lo emang penyelamat gue, Yoon! Makasih banyak, ya!” Gikwang juga
nggak lupa menoleh ke tempat Eun Ji berada. “Lo juga. Walaupun kita belum
saling kenal.” Ia lalu kembali menatap Yoona. Sesaat Gikwang bingung harus
berkata seperti apa lagi. Rasanya kata ‘terima kasih’ saja belum cukup
sebanding atas apa yang Yoona lakukan padanya. “Gue kasih lo satu permintaan!”
putus Gikwang akhirnya sebelum ia melesat pergi dengan menggunakan sepeda Yoona
juga.
Yoona
sendiri hanya geleng-geleng kepala melihat sosok Gikwang yang semakin menjauh.
“Satu
permintaan?” gumam Eun Ji mengingat perkataan Gikwang tadi membuat Yoona
menoleh dan menatapnya bingung. Eun Ji lalu balas menatap Yoona. “Ajak kencan
aja!” kata Eun Ji penuh semangat.
Yoona
membulatkan matanya. “Gila kali ya gue minta kencan?” protesnya lalu balik
kanan dan meninggalkan Eun Ji. Bukan karena nggak suka dengan usul teman
barunya itu. Tapi tentu saja karena Yoona malu jika membayangkan hal itu.
Eun
Ji sendiri tampak nggak merasa bersalah. “Sampe ketemu di sekolah,” teriaknya
meski Yoona sama sekali tak merespon.
***
Secepat
mungkin Gikwang berlari menuju lapangan utama Running Boys menggelar latihan
setelah ia sempat mengganti pakaian juga tadi. Di hadapannya sudah berdiri
Eunhyuk yang memang menunggunya dengan gusar. Dan ketika salah satu anak
didiknya itu datang, Eunhyuk menatapnya gemas.
“Ke mana
aja Lee Gikwang?” tanya Eunhyuk santai namun terdengar penuh penekanan.
“Hmm…”
Gikwang putar otak untuk memikirkan alasan yang tepat. Mustahil rasanya jika ia
mengatakan bahwa ia nggak percaya dengan ucapan Sungmin yang menyuruhnya
latihan di Running Boys. Tentu saja saat itu Gikwang masih menganggap dirinya
dikeluarkan klub bola tersebut bahkan sebelum pernah mencicipi latihan di
dalamnya.
Namun
beruntung bagi Gikwang karena Eunhyuk sudah mengetahui kasus sebenarnya dari
Junhyung. “Biasanya hukuman apa yang suka Sungmin kasih buat kamu?”
“Hmm?”
Gikwang tampak nggak siap dengan pertanyaan Eunhyuk. Namun cowok itu tetap
menjawabnya meski diliputi dengan tatapan bingung. “Lari keliling kompleks,
ngebersihin kamar mandi bahkan kolam renang juga pernah. Nyuciin baju-bajunya
papa dan itu nggak boleh pake mesin. Terus…” Gikwang sempat memberikan jeda
sesaat dalam kata-katanya untuk mengingat kembali hukuman yang pernah ia terima
dari ayahnya sendiri. “…nyuci piring, nyapu, ngepel, nyuci mo…”
“Kamu
di hukum apa lagi training jadi pembantu rumah tangga?” seru Eunhyuk menyelak
ucapan Gikwang.
Gikwang
hanya terkekeh mendengarnya.
Terdengar
Eunhyuk menghela napasnya. “Ya udah, kamu sekarang gabung dengan yang lain. Masuk
di kelompoknya Junhyung aja,” perintah Eunhyuk yang langsung disanggupi oleh
Gikwang.
Gikwang
langsung melesat dengan setengah berlari ke tempat Junhyung berada. “Gue di
suruh gabung di sini,” ujar Gikwang karena mendapati Junhyung yang sudah
menyadari kedatangannya.
Junhyung
dan beberapa temannya yang lain langsung menghentikan permainan dan langsung
menatap ke tempat Gikwang berada. Junhyung awalnya berdiri di tengah-tengah
rekannya yang lain yang berdiri mengelilinginya, menyingkir dari sana. “Dan gue
terpaksa nerima lo,” ujar Junhyung yang masih mempertahankan sikapnya selama
ini ke Gikwang. “Ke tengah,” serunya singkat yang secara nggak langsung berupa
perintah.
“Ngeliat
lo jutek gitu, gue kasian sama Hara,” bisik Gikwang dengan nada sedikit
menggoda Junhyung dan bisa dipastikan hanya cowok itu yang bisa mendengarnya. Tanpa
sepengetahuan Junhyung, Gikwang terkekeh geli. Sampainya di tengah-tengah,
Gikwang berhadapan dengan salah satu teman sekelasnya di SMA Sun Moon. “Seob,
lo di sini juga?” serunya riang.
Yoseob
tak kalah senangnya dengah kehadiran Gikwang di sana. “Iya, Kwang. Selamat bergabung
ya.”
Gikwang
hanya menunjukkan ibu jarinya sebelum balik kanan karena letak bola tadi ada di
belakangnya. Dan tepat saja, bola ada dalam kekuasaan kaki Junhyung.
Di tempatnya
berada, Yosoeb tercengang dengan nama yang tertera di punggung kaos bola
Gikwang. “Hoya?” serunya tanpa suara. Gikwang memang mengenakan seragam bola bernomor
9 milik Howon yang nggak sengaja ia pinjam dari Eun Ji dan Yoona tadi.
***
Pagi hari.
Yoona memarkirkan motornya sebelum masuk kelas. Nggak jauh dari sana ia melihat
Gikwang yang juga baru selesai memarkirkan motornya. Cowok itu membawa tas
karton di tangannya. Yoona sempat melirik jam tangannya. Bel masuk masih lama. Yoona
melangkah ke arah Gikwang.
“Pagi,
Kwang,” sapa Yoona sambil terus berjalan.
Gikwang
sempat bingung karena Yoona melangkah ke arah yang berlawanan dari jalan menuju
gedung kelasnya. “Yoon! Lo mau ke mana?” tanya Gikwang setengah teriak.
Yoona
sempat berbalik dan kini ia berjalan mundur dengan menghadap Gikwang. “Kantin. Gue
belom sarapan.”
Mendegar
itu, Gikwang bergegas menyusul. “Gue ikut!”
Gikwang
dan Yoona berjalan menuju kantin bersama. Mereka memilih salah satu meja yang
kosong. “Gue aja yang pesen. Lo mau apa?” tanya Yoona yang hanya meletakkan
ranselnya di atas kursi.
“Samain
aja kayak lo,” kata Gikwang.
Yoona
bergegas menuju konter makanan. Tak lama ia kembali sambil membawa baki berisi
dua porsi nasi goreng dan dua botol air mineral. Gikwang juga membantu Yoona
mengambil piring miliknya.
“Oiya,
ini pesenan lo.” Gikwang mendorong tas karton ke hadapan Yoona. “Baju temen lo
yang kemaren gue pake lagi gue cuci. Besok baru gue bawain lagi,” jelasnya. “Sepatunya
juga ada di dalam situ.”
Yoona
sempat mengintip tas karton tersebut. “Oke. Makasih, Kwang.” Mereka lalu sibuk
dengan makanan masing-masing. “Oiya, lo masih hutang penjelasan.”
“Iya.”
Gikwang baru teringat tentang hal itu. “Tapi sebelumnya, gue tau lo sedikit
nggak suka sama sepakbola. Dan itu bukan berarti lo nggak mau bertemen dengan
pemain bola kayak gue, kan?”
Yoona
terkekeh. “Lo pikir Myungsoo apa? Dia juga main bola.”
“Iya,
gue lupa.” Gikwang ikut terkekeh menanggapinya. “Kemarin tuh sebenernya gue
telat dateng latihan di Running Boys. Gara-gara ada masalah tentang gue yang
nggak lulus dari SMA Paradise.”
“Oh,
yang waktu itu lo cerita?”
Gikwang
mengangguk. “Jadi, awalnya gue pikir gue dikeluarin juga dari Running Boys. Makanya
gue dadakan gitu kemarin karena di telpon bokap suruh latihan. Untung aja ada
lo sama temen lo juga.”
“Maksudnya
Eun Ji?” seru Yoona memastikan. “Dia anak sekolah ini juga tau, Kwang.”
“Oh,
ya?”
“Nah…
itu dia,” seru Yoona ketika melihat seorang cewek melangkah masuk ke kantin. “Eun
Ji!” teriak Yoona sambil melambaikan tangan.
Eun Ji
yang menyadari panggilan Yoona, langsung mendekat dan bergabung di meja yang
sama dengan Gikwang juga.
“Nanti
sore tetep jadi, ya. Lo kasih yang ini aja. Hoya biar pake punya Gikwang dulu,”
ujar Yoona mengingatkan sambil menyodorkan tas karton dari Gikwang tadi.
Eun Ji
langsung memastikan apa yang ada di dalam tas karton tersebut. “Lho? Emang Hoya
nggak ada seragam lain, apa?” protesnya. “Sampe harus pake punya orang lain
segala.”
“Hoya
lagi di larang main bola. Inget!” Yoona mengingatkan dengan tegas. “Dia
ngelakuin ini sembunyi-sembunyi. Jadi, yang bisa dia pake cuma 2. Yang kemarin
di pinjem Gikwang, sama satu lagi yang dia pake latihan kemarin,” jelasnya
kemudian. “Nanti pasti lo bakal di kasih kertas buat ambil baju di laundry.”
Eun Ji
hanya menganggukkan kepala tanda mengerti. Sementara Gikwang tampak tak ingin
ikut campur dengan pembicaraan ke dua cewek dihadapannya itu. Gikwang lebih
memilih menghabiskan sarapannya.
“Ya
udah, gue pergi dulu,” pamit Eun Ji kemudian. Namun ia seperti baru sadar jika
Yoona bersama Gikwang, cowok yang ia temui kemarin. Eun Ji lalu kembali
berbalik dengan tatapan jahil. “Yoon, jadi permintaan yang di kasih dia kemarin
cuma lo pake buat minta traktir makan?”
Yoona
menoleh cepat. Begitu pula dengan Gikwang yang seakan teringat jika kemarin ia
memberikan satu permintaan untuk Yoona.
Melihat
itu, Eun Ji tampak sedikit gemetaran. “Nggak jadi, Yoon!”
“Eun
Ji!” pekik Yoona karena Eun Ji sudah lebih dulu melarikan diri.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar