Author :
Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast : B.A.P (Yongguk, Himchan, Daehyun,
Youngjae,
Jongup, Zelo [Junhong])
Support cast :
A-Pink (Chorong, Bomi, Naeun, Eun Ji, Namjoo,
Hayoung), G.Na (Soloist), B2ST (Doojoon),
BtoB
Genre
: romance, family,
brothership
Length : chapter
***
Eun
Ji memasuki sebuah studio foto karena panggilan dari Peniel. Di sana cowok itu
sedang melakukan pemotretan karena pekerjaannya yang sebagai fotografi. Eun Ji
duduk si sebuah kursi untuk menunggu Peniel. Orang-orang yang terlibat di sana
juga sudah mengetahui tentang Eun Ji.
“Kita
break 15 menit,” seru Peniel pada
para model-modelnya. Ia kemudian berbalik dan memberikan kameranya pada
seseorang yang sejak tadi sibuk berkutat di balik layar komputer. Peniel
sendiri tidak heran dengan keberadaan Eun Ji di sana. Ia lalu melangkah ke
tempat cewek itu berada. “Ke ruangan gue aja,” kata Peniel singkat.
Tanpa
bertanya apa-apa lagi, Eun Ji mengikuti langkah cowok itu.
Sesampainya
di ruangan tersebut, Peniel dan Eun Ji menghempaskan tubuh mereka di sofa. Eun
Ji kemudian membongkar ranselnya dan mengambil sebuah map dari sana yang
langsung ia serahkan pada Peniel.
Peniel
mengintip sedikit isi map tersebut. Sedetik kemudian ia menghela napas berat
lalu menatap Eun Ji sendu. “Dunia desain bener-bener butuhin orang kayak lo.”
Dengan tanpa semangat, Peniel melempar map ke atas meja.
Eun
Ji hanya mampu menyandarkan punggungnya lebih dalam ke sandaran sofa. “Nggak
usah bahas itu lah, Niel.”
Peniel
sudah menegakkan tubuhnya. “Client gue yang ini kayak orang terpaksa di
jodohin. Jadi, nanti lo di sini aja. Nggak usah di ruangan yang biasa lo pake.
Biar gue yang nahan cowoknya di luar.”
“Terpaksa
di jodohin?” ulang Eun Ji tentang perkataan Peniel.
“Lo
pasti ngerti, lah. Dan cewek ini keliatan cukup tertekan. Jadi gue harap lo
bisa sesabar mungkin sama dia,” jelas Peniel. “Gue sengaja ngelimpahin tugas
ini ke lo karena gue yakin cuma lo yang bisa ngerti dia.”
“Lo
udah kenal mereka sebelumnya?” tanya Eun Ji lagi.
Peniel
menggeleng tegas. “Dia dapet rekomendasi ke gue dari Namjoo.”
“Apa
mungkin Namjoo juga berpikir hal yang sama kayak lo? Dia rekomendasiin lo
karena dia tau lo pasti bakal ngajak gue kerja sama?”
Peniel
perpikir sesaat tentang perkataan Eun Ji. “Bener. Dan secara nggak langsung dia
minta tolong sama lo.” Peniel dan Eun Ji kemudian sibuk dengan pikiran
masing-masing. Seseorang mengetuk pintu ruangan Peniel dari luar. “Masuk!” seru
Peniel dengan suara keras.
Pintu
perlahan terbuka dan memulcukan seorang cewek yang juga karyawan di sana. “Tamu
anda sudah datang,” lapornya.
Peniel
mengangguk cepat. “Suruh masuk saja,” ujarnya setengah memerintah.
Cewek tadipun langsung
berbalik dan tak lama kemudian ia kembali dengan membawa seorang cewek dan
cowok bersamanya.
“Semoga
berhasil,” bisik Peniel sambil menepuk pelan pundak Eun Ji sesaat sebelum
berdiri untuk menghampiri dua tamunya tersebut yang ternyata adalah Chorong dan
Changsub. “Kalian udah dapat rekomendasi tempat untuk pemotretan?” tanya Peniel
setelah berdiri di hadapan Chorong dan Changsub tersebut.
Tidak
ada yang merespon ucapannya. Seperti yang bisa terlihat, Chorong sedikit
tertunduk dan sangat menghindari ketika Changsub seakan berusaha mengajaknya
bicara.
Peniel
sempat melirik Eun Ji sesaat seperti mengatakan bahwa ucapannya tadi tentang
Chorong terbukti. Sama sekali nggak terlihat kalau mereka pasangan yang saling
mencintai, terutama dari sisi Chorong. “Hmm… bagaimana kalau kalian lihat
rekomendasi dari saya?” ujar Peniel seolah mengalihkan suasana. Ia lalu melirik
Chorong. “Mba Chorong bisa berbincang dengan Eun Ji,” serunya sambil menunjuk
ke tempat Eun Ji berada. “Dia desainer kami,” lanjutnya.
Chorong
mendongak malas lalu menatap Eun Ji yang sudah berdiri dan mengangguk singkat
sambil tersenyum. Dengan langkah berat, Chorong mendekat pada Eun Ji. Changsub
sudah ingin melangkah untuk mengikuti Chorong, namun buru-buru Peniel
menahannya.
“Mas,
bisa ikut saya ke ruangan lain. Di sini khusus untuk urusan para cewek,” kata
Peniel berusaha mengalihkan perhatian Changsub. “Saya punya beberapa contoh
tempat favorit pasangan yang biasanya di pakai untuk foto pra wedding mereka.”
Dengan
sedikit paksaan, Peniel mendorong pundak Changsub yang sepertinya tak bereaksi
apapun. Peniel juga sempat melirik Eun Ji sekilas untuk memberi semangat pada
temannya itu sebelum ia meninggalkan ruangannya sendiri.
***
Zelo
tidak langsung masuk ke kelasnya. Ia mengawasi dulu dari ambang pintu. Di sana
ia melihat Jongup dan Hayoung yang berada di meja masing-masing. Itu artinya,
mereka tidak sedang terlibat pembicaraan atau apapun antara keduanya. Zelo
melangkah dan berdiri tepat di tengah-tengah antara Jongup dan Hayoung.
“Gue
mohon balikin kartu memori kamera gue yang waktu itu nggak sengaja lo jatohin,”
kata Zelo untuk Jongup.
Jongup
mendongak perlahan saat Zelo mengawasi Hayoung. Ia bahkan mendapati sebuah
amplop coklat di tangan Zelo yang mengarah padanya. Jongup sempat mengawasi
sekitar. Masih cukup pagi dan kelas baru di huni beberapa orang. Bahkan Sungjae
belum datang.
“Terus,
ini maksudnya apa?” Jongup justru balik bertanya dengan nada datar.
Zelo
baru menoleh kembali saat Jongup bersuara. Ia sejak tadi sedang memperhatikan
Hayoung. Cewek itu tampak sama sekali nggak tertarik dengan urusannya bersama
Jongup. Biasanya Hayoung tidak akan tinggal diam jika di rasanya Zelo akan
melakukan sesuatu yang buruk pada Jongup.
“Uang
lo gue balikin. Dan gue mau memori itu balik juga ke gue,” ujar Zelo lagi. Dan
setelah itu, ia melirik Hayoung lagi.
Jongup
juga nggak langsung merespon. Ia bahkan sempat menatap ke tempat Hayoung berada
seperti yang dilakukan Zelo. Cewek itu sedang membolak-balikkan buku paket
pelajarannya dengan tidak minat. Dengan pelan, Jongup menjauhkan amplop di
depannya hingga Zelo menoleh. “Kenapa nggak lo beli memori baru lagi aja pake
uang itu?”
Zelo
melebarkan matanya. “Isi dalam memori itu bahkan lebih mahal dari pada harga
kamera yang lo rusakin kemarin,” desis Zelo seakan nggak terima dengan ucapan
Jongup.
“Oke
maaf,” sesal Jongup. “Besok gue balikin ke lo. Dan uangnya juga nanti aja kalo
memori itu udah gue kasih.”
Zelo
kemudian nggak berkata-kata lagi karena perhatian sedikit tersita dengan
pergerakan Hayoung. Cewek itu tampak berdiri dan berjalan meninggalkan mejanya
menuju pintu kelas. Jongup juga memperhatikan langkah Hayoung yang kini bahkan
sudah tidak terlihat karena melewati pintu.
“Hayoung
kenapa?” tanya Zelo pada Jongup karena hanya ada cowok itu di sana dan
memungkinkan untuk bisa menjawabnya. Ia seakan melupakan begitu saja apa yang
baru terjadi antara dirinya dan Jongup.
Jongup
mengangkat ke dua tangannya ke atas seperti melakukan peregangan sambil
menyandarkan punggungnya ke kursi. “Nggak tau,” jawabnya singkat. “Dari gue
baru dateng udah begitu. Dan kalo di tanya, cuma ngejawab seadanya. Mungkin dia
pernah cerita ke lo kalo dia ada masalah?” ujar Jongup seakan membalikkan
pertanyaan Zelo. “Hayoung kan lebih deket ke lo dibandingkan ke gue,”
lanjutnya.
Zelo
tampak nggak ingin merespon ucapan Jongup tadi. Ia memilih kembali ke kursinya
yang tepat bersebelahan dengan Hayoung. Jelas karena ia nggak memiliki jawaban
dari pertanyaan Jongup tersebut.
***
“Tolonglah
mba, itu di luar dugaan. Dan yang ngilangin itu saya, bukan Eun Ji,” terdengar
suara Naeun di depan loket kemahasiswaan di kampusnya hingga membuat Youngjae
langsung menarik tubuh untuk bersembunyi di balik pilar nggak jauh dari sana.
“Masalahnya,
mahasiswi bernama Jung Eun Ji itu bukan pertama kalinya kehilangan transkrip
nilai,” kata salah satu staff di sana. “Apalagi di semester ini.”
“Jadi
nggak bisa, nih?” pinta Naeun sekali lagi.
“Atau
nggak, bikin surat permohonan dari orang tua,” ujar staff tersebut, namun tetap
saja nggak bisa ngebuat Naeun bernapas lega. Pasalnya, cewek itu tau benar
bagaimana kondisi keluarga Eun Ji.
Naeun
memejamkan matanya. Penyesalan masih terasa karena dialah penyebab transkrip
nilai Eun Ji jatuh ke tangan Youngjae. Cewek itu lantas berbalik dengan tangan
hampa. Dari kejauhan, tampak Daehyun berlari kecil ke tempat Naeun berada.
“Bisa
nggak, Na?” tanya Daehyun penasaran.
Naeun
menggeleng lemah. “Bukannya waktu itu kamu pegang transkrip nilainya Eun Ji,
ya?”
“Justru
itu yang sekarang kebawa Youngjae. Aku juga dari tadi nyariin dia, tapi nggak
ketemu. Bahkan temen deketnya aja juga nggak tau,” jelas Daehyun sambil
merangkul Eun Ji dan mengajak ceweknya itu pergi dari sana. “Oiya, Eun Ji-nya
mana?”
“Kata
Ilhoon lagi ke tempat Peniel.”
Perlahan
Youngjae ke luar dari persembunyiannya di balik pilar seiring dengan langkah
Daehyun dan Naeun yang semakin menjauh dan obrolan ke duanya juga nggak bisa
tertangkap telinga Youngjae lagi. Akhirnya cowok itu memilih menuju loket yang
baru saja dikunjungi Naeun.
“Apa
kalo nggak ada transkrip itu, nggak bisa ngajuin perbaikan nilai?” tanya
Youngjae yang memang belum pernah melakukan itu. Sejauh ini nilai-nilai
kuliahnya cukup memuaskan.
“Iya.
Karena semua rinciannya ada di situ,” jelas si staff tersebut sambil menatap
Youngjae penuh minat. “Kamu mau ngajuin per…”
“Nggak,
terima kasih!” sambar Youngjae yang sedetik kemudian sudah berbalik dan melesat
pergi. Namun baru beberapa langkah, Youngjae menghentikan langkah karena
mendengar suara cewek yang udah cukup dikenalnya. Saat berbalik, ia mendapati
Eun Ji di loket tersebut.
“Saya
udah bilang ke ceweknya temen deket kamu yang anak kedokteran juga. Siapa
namanya? Cowok yang sering nemenin kamu ke sini juga. Yang kemaren ngambilin
transkrip nilai kamu,” jelas cewek staff loket sedikit berbelit.
“Ceweknya
Daehyun?” tanya Eun Ji memastikan.
“Iya
kali.” Staff itu menjawab dengan nada yang berbeda 180 derajat ketika bicara dengan
Youngjae.
Eun
Ji hanya mendesah pasrah kemudian berbalik dan berniat meninggalkan loket. Namun
ia cukup tersentak mendapati Youngjae berdiri seakan mengawasinya. Mau tidak
mau, Eun Ji tetap melangkah dengan sedikit menutupi wajahnya di depan Youngjae.
Ia masih seperti terauma dengan perlakuan Youngjae padanya di kelas kosong
tempo hari.
“Eun
Ji.” Youngjae berusaha menyapa dengan ramah.
“Pliss,
jangan gangguin gue lagi, Young. Gue juga nggak akan ngerjain lo kayak kemarin
lagi kok,” seru Eun Ji takut. Ia bahkan masih tidak berani mengangkat
kepalanya. “Udah, ya!” lanjutnya yang kemudian melesat melarikan diri dari
jangkauan Youngjae.
“Eun
Ji, tunggu!” teriak Youngjae namun Eun Ji seperti nggak mendengar perkataannya.
“Tuh cewek kenapa, sih? Emang gue satpol PP, apa? Kok dia ampe ketakutan gitu?”
***
Siang
itu Bomi tampak berdiri menunggu bus di halte. Ia memang pulang cepat dan
sengaja nggak menunggu Daehyun untuk pulang bersama seperti yang selalu mereka
lakukan sejak sekolah. Ia sedang ingin sendiri.
Sambil
menunggu, Bomi memasang handsfree di
ke dua telinganya untuk mendengarkan lagu yang ia putar melalui ponselnya. Nggak
lama kemudian, berhenti sebuah motor sport yang memang sudah sangat familiar di
mata Bomi. Itu motor milik Himchan.
“Mas
Himchan? Kok dia ada di sini?” pikir Bomi. Jelas saja cewek itu bertanya-tanya.
Terlebih Himchan berhenti tepat di depan dirinya berada.
Cowok
itu udah membuka helmnya yang tadi sempat menutupi wajah tampannya. “Ayo
pulang,” seru Himchan sambil tersenyum. Senyum yang sukses membekukan Bomi.
Baru
saja Bomi hendak bergerak, sudah ada seorang cewek yang lebih dulu menghampiri
ke tempat Himchan berada. Dia adalah cewek yang memang sejak tadi duduk tepat
di samping Bomi. Mereka jelas nggak saling kenal. Dan saat naik ke boncengan
motor Himchan, cewek itu melingkarkan tangannya di pinggang pemuda yang sudah
bertahun-tahun dikagumi seorang Bomi.
“Duluan,
ya?” seru Himchan. Ia nggak mungkin sejahat itu mengabaikan Bomi begitu saja,
padahal mereka sudah cukup lama saling kenal. Sementara cewek di belakang
Himchan, hanya menatap nggak suka ke arah Bomi.
Bomi
hanya menatap nanar motor Himchan yang semakin menjauh. Tanpa sadar, air
matanyapun jatuh. Cepat-cepat Bomi menyekanya sebelum ada yang curiga. Gadis
itupun berniat pergi dari halte tersebut. Niatnya untuk menyendiri semakin
kuat. Bomi akhirnya memilih berjalan kaki menelusuri jalan. Sampai kemudian ada
sebuah mobil yang memang sengaja menghampirinya. Tampak Minhyuk memunculkan
diri dari sana.
Minhyuk
berdiri tepat di depan Bomi. Ia sudah hampir buka mulut untuk menanyakan Eun Ji
tentu saja, namun ia bungkam lagi karena melihat raut wajah Bomi. Bahkan mata
cewek itu sedikit memerah. “Lo kenapa?” tanya Minhyuk.
“Nggak
usah peduliin gue!” kata Bomi dingin. Ia sudah berniat pergi, namun Minhyuk
menghalangi jalannya. “Apaan, sih?” ketusnya.
“Eun
Ji…”
“Nggak
tau,” sela Bomi. Bahkan Minhyuk belum sempat menyelesaikan kalimatnya.
***
“Selamat
siang…” kata Jongup ramah pada pelanggan yang baru saja datang. Ia sudah berada
di café milik Eunkwang tempat ia bekerja paruh waktu. Jongup sedikit terkejut
karena yang datang ternyata Namjoo. “Bisa saya bantu? Untuk berapa orang?”
tanya Jongup lagi. Tentu saja itu bagian dari pekerjaannya. Meski dalam hati
nggak bisa dipungkiri kalau cowok itu senang dengan kedatangan Namjoo.
“Untuk
satu orang saja,” balas Namjoo sambil menatap Jongup. Mungkin ia merasa seperti
pernah bertemu dengan cowok itu.
“Mari
saya antar,” kata Jongup lalu mengikuti langkah Namjoo. “Silahkan, mau pesan
apa?” tanyanya dan nggak lupa membukakan buku menu ke hadapan Namjoo.
“Jus
melon dan pan cake,” seru Namjoo.
“Tunggu
sebentar,” ujar Jongup yang kemudian menuju dapur untuk menyiapkan pesanan
Namjoo. Setelah beberapa menit, Jongup kembali. Dan tentu saja membawa serta
pesanan Namjoo. “Selamat menikmati,” serunya sambil meletakkan piring dan gelas
ke hadapan Namjoo.
“Terima
kasih,” balas Namjoo. Jongup hanya mengangguk lalu berniat pergi kembali.
“Tunggu sebentar.” Namun Namjoo buru-buru menahannya. “Kamu temennya Ilhoon
yang di kelab itu, kan?” tanya cewek itu sedikit ragu. Pasalnya ia juga kurang
yakin dengan ingatannya tersebut.
“Akh,
iya. Saya kenal Ilhoon di kelab milik mas Minhyuk,” jelas Jongup. Sesekali ia
melirik ke sekitar. Khawatir jika ada yang mengawasinya mengobrol dengan
pelanggan. Belum lagi, ia masih dalam kondisi bekerja.
“Masih
kerja di sana?” tanya Namjoo lagi. Sedikit penasaran.
“Iya.
Hanya setiap Jum’at dan Sabtu malam,” jelas Jongup dan tampak sedikit terburu-buru.
“Maaf, saya harus kembali bekerja. Jika, ingin memesan kembali, silahkan
panggil saya.” Tanpa menunggu respon dari Namjoo, Jongup segera balik kanan dan
melesat menjauh.
Dari
balik pintu dapur, Jongup memeganggi dada kirinya yang terasa berdegup kencang.
“Kok gue jadi deg-degan gini sih kalo ketemu cewek itu?” kata Jongup polos
untuk dirinya sendiri.
“Ciee…
Jongup lagi jatuh cinta nih ceritanya?”
Jongup
sontak mendongak setelah mendengar suara seseorang bicara padanya. Ternyata itu
Sungjae yang kini bahkan sudah berdiri sambil melipat tangannya di depan dada.
Nggak lupa Sungjae menatap Jongup penuh minat.
“Sejak
kapan lo di situ?” protes Jongup yang memang merasa cukup terkejut dengan
keberadaan Sungjae di sana.
“Pengen
tau aja…” seru Sungjae jahil sambil balik kanan dan pergi menjauh dari Jongup. Jongup
sendiri hanya mampu menghembuskan napas panjangnya.
***
Youngjae
membatalkan niat untuk masuk ke dalam mobil ketika melihat pemandangan yang
sedikit menarik perhatiannya. Eun Ji bersama seorang pemuda yang diketahui
Youngjae seorang pemilik kelam malam. Minhyuk. Cewek itu bersikap hampir mirip
seperti yang dilakukan pada Youngjae tadi. Namun di sana Minhyuk masih tetap
bersikeras mengejar Eun Ji.
Youngjae
memilih menutup kembali pintu mobilnya dan diam-diam mengikuti langkah Minhyuk
juga Eun Ji. Mereka menuju taman kampus yang letaknya di belakang parkiran motor.
Minhyuk dan Eun Ji duduk di sebuah bangku kayu. Sementara Youngjae mengawasi
dari balik pohon yang nggak terlalu jauh dari sana.
Minhyuk
tampak ingin meraih tangan Eun Ji, namun dengan tegas cewek itu menolaknya. Eun
Ji bahkan sudah menggeser posisi duduknya menjadi sedikit lebih menjauh dari
Minhyuk.
“Apa
Eun Ji selalu ketakukan gitu kalo sama cowok?” pikir Youngjae. Tentu saja nggak
ada yang bisa menjawab pertanyaannya. Belum lagi Youngjae memang tengah sendiri
di sana mengawasi Eun Ji dan Minhyuk. “Tapi setau gue kalo sama Daehyun nggak.”
Setelah menyebut nama Daehyun, ia langsung terpikirkan dengan cowok itu. Ia
nggak mungkin menyelamatkan Eun Ji seorang diri. Cewek itu aja bahkan bersikap
hal yang sama seperti ke pada Minhyuk.
***
“Bomi
udah pulang duluan. Kamu pulang sama aku aja, ya?” ajak Daehyun. Tentu saja
untuk pacarnya, Naeun.
“Tapi
temenin ke perpus dulu sebentar. Ada buku yang aku perluin,” kata Naeun.
Daehyun mengangguk cepat. Mereka kemudian berjalan menuju tempat yang ingin di
tuju Naeun. Namun tanpa mereka duga, Youngjae justru menghalangi ke duanya.
“Youngjae?”
gumam Naeun takut-takut. Jika berhadapan dengan cowok itu, ia selalu teringat
Eun Ji. Dan tenju saja teringat kesalahannya yang tidak di sengaja pada
sahabatnya itu.
“Bisa
tolongin Eun Ji?”
Daehyun
dan Naeun saling melempar tatapan bingun dengan pertanyaan Youngjae. Jelas
saja, karena mereka sama sekali nggak pernah mendengar berita Eun Ji dekat
dengan Youngjae hingga membuat cowok itu akhirnya ingin menolong Eun Ji. Belum
lagi nada bicara Youngjae benar-benar menunjukkan kekhawatirannya.
“Memangnya
Eun Ji kenapa?” Naeun balik bertanya. Terdengar sedikit mendesak karena
Youngjae menyinggung masalah Eun Ji.
“Mending
kita langsung ke taman aja,” kata Youngjae buru-buru. “Ayo,” desaknya lagi
karena Daehyun dan Naeun sama sekali belum bereaksi sedikitpun. Youngjae
berjalan lebih dulu sebelum akhirnya Daehyun menyusul dan kemudian Naeun juga
melangkah.
Nggak
lama, mereka tiba di taman. Eun Ji dan Minhyuk juga masih tampak di sana. Namun
dengan kondisi Minhyuk menggenggam ke dua tangan Eun Ji seakan nggak membiarkan
cewek itu lepas. Sementara Eun Ji sendiri berusaha memberontak, ia bahkan sudah
menangis.
“Eun
Ji dengerin aku dulu,” paksa Minhyuk. “Aku ngelakuin itu ke kamu karena aku
sayang kamu.”
“Nggak.
Minhyuk pliss lepasin gue.” Eun Ji semakin deras menangis dan tertunduk.
Melihat
itu, Daehyun melesat lebih dulu lalu menjauhkan tubuh Minhyuk dari Eun Ji.
Naeun juga menyusul Daehyun kemudian memeluk Eun Ji setelah Daehyun sudah
berhasil memaksa Minhyuk melepaskan Eun Ji. Sementara Youngjae, hanya mampu
mengawasi dari sana karena ia merasa Eun Ji seperti menjaga jarak darinya.
“Gue
mau ngomong sama Eun Ji,” kata Minhyuk.
Sebelumnya
Daehyun telah mengisyaratkan Naeun untuk membawa Eun Ji pergi dari sana. Dan
ketika melintas di depan Youngjae, Eun Ji semakin menunduk dalam. Respon yang
hampir sama ketika berhadapan dengan Minhyuk. Youngjae hanya mampu
menghembuskan napasnya dengan kasar. Rasanya nggak nyaman mendapati Eun Ji
bersikap demikian padanya.
“Tapi Eun Jinya belum
siap, Hyuk.” Daehyun berusaha memberi pengertian pada Minhyuk.
“Ya
sampe kapan, Dae?” Minhyuk balik bertanya.
Daehyun
menggeleng. “Kasih Eun Ji waktu, oke?” pinta Daehyun sekali lagi.
Dengan
terpaksa, Minhyuk membalikkan badan. Ia bahkan sempat melempar tatapan tajam
pada Youngjae yang memang nggak berpindah tempat sedikitpun. Setelah itu
Daehyun juga mengambil arah yang berlawanan dengan Minhyuk. Youngjae menahan
pundak Daehyun ketika cowok itu melintas.
“Sebenernya
ada apa sih, Dae?” tanya Youngjae yang nggak bisa menahan rasa penasarannya. Ia
merasa sudah terlibat dengan kehidupan Eun Ji. Terutama sejak kejadian di luar
kendalinya saat di kelas kosong.
“Seperti
yang lo liat. Minhyuk cinta mati sama Eun Ji. Tapi caranya salah dan bikin Eun
Ji ketakutan gitu ke dia,” jelas Daehyun meski sebenarnya belum benar-benar
bisa memuaskan bagi Youngjae. Masih ada hal yang tersembunyi.
“Apa
yang dilakuin Minhyuk?” tanya Youngjae sekali lagi. Kali ini terkesan sedikit
mendesak. Tentu saja karena Eun Ji hampir bersikap serupa padanya. Melihat raut
wajah Daehyun yang tampak nggak sanggup untuk menceritakan, pundak Youngjae
justru terasa merosot. Perasaannya nggak enak. “Minhyuk pernah nyium Eun Ji
dengan paksa?” tebaknya dengan tenggorokan tercekat karena Daehyun nggak juga
bersuara.
Mendengar
itu, Daehyun mendongak cepat. Dari caranya bersikap sudah bisa ditarik
kesimpulan bahwa tebakan Youngjae nyaris tepat sasaran. Daehyun meneguk ludah.
“Berawal dari itu. Dan bahkan Minhyuk nyaris aja me…” Daehyun tiba-tiba
kehilangan kata-kata.
Youngjae
merasakan hatinya mencelos. Meski ucapan Daehyun nggak selesai, namun ia sudah
bisa menarik sedikit kesimpulan. “Jadi
karena itu Eun Ji ketakutan kalo ketemu gue?” Youngjae sibuk dengan
pikirannya sendiri.
Melihat
Youngjae sibuk dengan pikirannya sendiri, Daehyun menatap cowok yang naksir
berat dengan ceweknya itu. Tatapan heran bercampur bingung. Aneh rasanya
tiba-tiba mendapati Youngjae sebegitu pedulinya dengan Eun Ji. “Pernah ada
kejadian apa antara lo sama Eun Ji?” seru Daehyun dengan tatapan menyelidik
membuat Youngjae memucat seketika.
“Nggak
kok, Dae.” Youngjae berkata canggung. Ia bahkan sampai memaksakan senyumnya
terbentuk. “Ya udah, makasih udah nolongin Eun Ji. Gue duluan ya,” serunya
terburu-buru. Youngjae juga lebih memilih meninggalkan Daehyun di sana dari
pada cowok itu mencurigainya sesuatu.
“Apa
lo mulai ngebuka hati buat Eun Ji?” Daehyun bicara sendiri seiring tubuh
Youngjae yang semakin menjauh. “Eh, kok gue jadi sok ngerti Youngjae gini,
sih?” Daehyun justru merespon ucapannya sendiri. Setelah itu ia menyusul Naeun
dan Eun Ji setelah pacarnya mengirimi pesan dan mengatakan bahwa mereka di
kantin.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar