Sebelas…
SENIN PAGI.
Seperti
biasa, Najwa di jemput Nicky untuk berangkat sekolah. Termasuk bagian dari
scenario. Sepanjang perjalanan, baik Nicky atau pun Najwa sama sekali tak ada
yang bicara.
Najwa
turun dari boncengan motor Nicky. “Meski Cuma bohongan, status lo tetep cowok
gue kan?” cewek ini berani bertanya seperti itu karena suasana masih cukup
sepi. Jadi, kecil kemungkinan obrolan mereka di dengar orang lain. “Baik di
dalam, maupun di luar sekolah.”
“Ya
iyalah. Biar rencana gak berantakan.”
“Berarti,
termasuk di depan kak Venda, donk?”
Sontak,
Nicky menoleh. Dan cewek itu hanya mengangkat bahunya lalu pergi meninggalkan
Nicky di mulai dengan mundur beberapa langkah.
“Jangan
salahin gue.” Kata Najwa sebelum akhirnya membalikkan badan dan benar-benar
pergi dari sana.
@@@
“Najwa!”
teriak Riyu kala melihat cewek itu yang berjalan menuju lantai atas.
Najwa
pun menghentikan langkah. “Kenapa?” Sekilas ia melihat Nicky yang berada tak
jauh dari tempatnya berdiri.
“Bener,
lo jadian sama Nicky?”
Najwa
hanya mengangguk. “Kalo gak percaya, tanya aja kangsung ke kak Nicky.”
Seolah
mengerti maksud perkataan Najwa, Riyu pun membalikkan badan dan mendapati Nicky
di sana. “Bener gitu, Nick?” tanya Riyu demi memastikan kebenarannya.
Najwa
mendekati Nicky, lalu menggenggam tangan cowok itu. “Kita memang udah jadian
kan, kak?”
Nicky
menoleh, tepat ketika cewek yang diliriknya itu mengedipkan sebelah mata
untuknya.
“Kalo
emang bener, gue gak bakal ngelarang, kali.” Ledek Riyu sebelum ia pergi.
Cepat-cepat
Najwa melepaskan tangannya, namun Nicky langsung menangkapnya kembali. Cowok
itu mendekatkan wajah ke telinga Najwa. “Ini lo yang minta, ya.” Kata Nicky
setengah berbisik sebelum akhirnya ia menarik tangan cewek itu ke arah yang
berlawanan dengan jalan yang menuju tangga.
Ternyata
Ricky berdiri di sana. Dan Nicky berhenti tepat di depan kembarannya yang satu
itu.
“Gue
mau sarapan bareng pacar tercinta nih, Rick. Lo mau gabung?” ajaknya dengan
nada penuh kemenangan.
Najwa
sendiri hanya bisa tertuduk dan mengalihkan pandangan ke tempat lain, karena ia
tau Ricky pasti menatapnya. Dan ia tak kan sanggup menerima kenyataan itu.
Lagi-lagi Nicky dan Ricky bersitegang karenanya.
Ricky
sama sekali tak ingin merespon ucapan Nicky. Setelah menatap Nicky sesaat, ia
pun memutuskan untuk pergi dan membiarkan Najwa bersama Nicky.
Najwa
akhirnya bisa sedikit bernapas lega meski Nicky tak berniat melepaskannya
begitu saja.
@@@
Di
jam istirahat pertama, Ivo terpaksa melangkah sendiri menuju kantin. Karena
ketiga temannya sedang punya kesibukan masing-masing. Rhea, udah terlanjur
janjian ke kantin bareng Agha, pacarnya. Inka, lagi malas ke kantin katanya.
Dan Najwa, cewek itu menjadi yang pertama meninggalkan kelas karena di paksa ke
kantin oleh Nicky yang repot-repot menjemputnya.
Ivo
lagi gak berselera untuk makan, dan ia hanya membeli sebotol air mineral. Itu
juga ia sengaja pergi ke kentin belakang yang jaraknya cukup jauh dari kelasnya
hanya untuk menghabiskan waktu. Cewek itu membuka tutup botol sambil mengedarkan
pandangan. Dan tak di duga, ia menemukan sosok Ricky yang duduk seorang diri.
Tanpa pikir panjang, Ivo langsung menghampiri kakak kelasnya itu.
“Boleh
gabung nggak, kak?” tanya Ivo.
Ricky
menoleh tanpa reaksi. Ricky hanya menggeser tubuhnya menandakan ia memberi
tempat untuk Ivo bergabung dengannya.
Ivo
pun tersenyum. “Makasih kak.” Ucapnya sebelum duduk.
Ada
sebuah kesamaan antara Ricky dan Ivo saat itu. Yaitu, mereka sama-sama hanya
membeli sebotol air mineral tanpa satu jenis makanan pun.
Cukup
lama Ricky mengangguri keberadaan seorang cewek di sampingnya. Ivo sendiri juga
belum terfikirkan pertanyaan apa yang bisa ia lontarkan ke Ricky. Mereka saling
diam.
“Vo.”
Panggil Ricky setelah beberapa saat.
“Kenapa
kak?”
Cowok
itu belum berani menoleh ke Ivo. “Lo suka sama gue?”
“Kalo
gak suka, mungkin aku gak bakal peduli kalo kakak ada di sini duduk sendiri.”
Kata Ivo begitu saja.
“Bukan
itu maksud gue.” Cowok ini cemas sendiri. Ia paksakan untuk menatap Ivo yang
memang sejak awal tak melepas pandangannya ke Ricky. “Lo punya perasaan lebih
ke gue atau hanya sebatas kagum?” kata Ricky lagi. Kali ini ia memperjelas
maksud ucapannya. Lalu cepat-cepat menoleh ke arah lain lagi.
Ivo
terlihat ragu untuk menjawab.
Ricky
mengedarkan pandangan. “Tolong jawab biar gue tenang.” Ucapnya pelan.
Ivo
berusaha mengumpulkan keberaniannya. “Aku punya perasaan lebih ke kakak, bukan
hanya sekedar mengagumi.”
Ricky
tertegun. Ia menghela napas cukup berat. Ini yang dikhawatirkannya. “Kok bisa?
Lo tau sendiri gimana gue?”
“Apa
harus ada alasannya?”
Ricky
kembali di buat tak sanggup untuk menatap cewek itu. “Lo tau kan apa status gue
di sekolah ini? Gak gampang ngilangin imej playboy pada diri gue.”
“Apa
itu kemauan kakak? Kita gak harus sekarang, kak. Masih banyak waktu. Masih
banyak hal juga yang harus dipikirin.” Kata Ivo tegas namun masih terdengar
lembut.
Keadaan
seperti ini harus segera di akhiri. Ricky pun bangkit. “Maafin gue, Vo.”
Ucapnya sebelum meninggalkan cewek itu, tanpa sedikitpun sanggup menatapnya.
@@@
Dua
hari berlalu begitu datar. Tanpa ada sesuatu berarti yang terjadi. Vicky duduk
sendiri di kursinya. Kala itu Riyu tengah keluar sebentar. Tak lama terdengar
bel istirahat kedua berdentang. Vicky segera melangkahkan diri keluar kelas.
Kelas Nicky berada tepat di sebelah kelas Vicky, dan paling ujung adalah kelas
Ricky.
“Vick!”
teriak Ricky dari arah depan kelasnya.
Vicky
pun menghentikan langkah dan berbalik. Meski banyak siswa yang berhamburan di
koridor, tapi Vicky dengan mudah menemukan sosok Nicky yang baru keluar dari
kelasnya. Dan di ujung koridor, Vicky melihat Ricky yang tadi memanggilnya,
berdiri bersama Nissa. Nicky sendiri begitu melirik sesaat ke Ricky dan Nissa,
ia pun berjalan ke arah kelas Vicky. Karena jika ia ingin menuruni tangga,
pasti akan melewati depan kelas 3ipa3 itu.
Ketika
berpapasan dengan Vicky dan Riyu yang juga baru muncul, Nicky hanya
menyunggingkan senyum dan tetap terus berjalan.
Sampai
ketika Ricky dan Nissa bergabung dengan Vicky yang berdiri bersama Riyu.
“Nicky
kenapa?” Tanya Nissa sambil menatap Vicky. “Berantem lagi sama nih orang.”
Nissa menunjuk Ricky dengan lirikan mata.
“Gitu
deh.” Kata Vicky pasrah.
“Kenapa
lagi sih, Rick?” Nissa menuntut penjelasan pada cowok yang juga teman sekelasnya
itu.
“Nanti
aku certain, Nis.” Vicky meraih tangan cewek itu dan membawanya pergi dari
sana. Cowok itu meninggalkan Ricky bersama Riyu dengan beribu pertanyaan besar.
“Jadi,
bener yang dibilang Rio?”
Riyu
menoleh. “Maksudnya?” pertanyaan Ricky masih mengambang ditelinganya.
“Kayaknya
tuh anak dua udah jadian.” Ricky membalas tatapan Riyu. “Ternyata selama ini
Vicky nyimpen rasa ke Nissa.” Kata Ricky sambil melangkah dan diikuti Riyu yang
berjalan disampingnya. “Dan tuh anak sukses berat nyembunyiin dari gue dan
Nicky.”
Riyu
tertawa pelan. Ia tak habis pikir dengan apa yang akhir-akhir ini terjadi
dengan orang-orang disekitarnya.
Di
kejauhan, Riyu dan Ricky menangkap sosok Nicky yang turun dari tangga gedung
kelas dua bersama Najwa. Tapi dua cowok ini tetap melanjutkan langkah.
“Setelah
sekian lama, akhirnya Najwa bisa mendapatkan Nicky.” Kata Riyu di sela-sela
perjalanan mereka. Kali ini Ricky yang di buat bingung olehnya.
“Setelah
sekian lama?” Ricky mengulangi perkataan Riyu. “Bukannya mereka baru kenal pas
Najwa pindah ke sini?”
“Mungkin
kalian lupa kalo pernah ketemu Najwa pas kalian masih kecil. Najwa gak berhenti
nyeritain tentang cowok kembar tiga yang baru dia temuin. Tak lama, salah satu
dari kalian pun muncul. Ternyata Nicky. Tapi bukan untuk Najwa, melainkan
Venda. Najwa kecewa, dan kerap kali bikin berantakan rencana antara Nicky dan
Venda.”
“Kenapa
Najwa tega ngelakuin itu ke kakaknya?”
Riyu
tak langsung menjawab. Ia mencari meja kosong. “Bukannya mau niat jahat, tapi
Venda mau di deketin Nicky karena dia pengen bikin Kelvin cemburu.” Lanjut Riyu
setelah mereka duduk. “Najwa juga dikecewain Venda. Itu alasannya kenapa selalu
saja ada kejadian di luar dugaan tiap kali Venda bersama Nicky.”
“Kelvin?
Tapi kenapa…” ucapan Ricky menggantung.
“Banyak
hal yang gak gue dan Najwa ngerti antara Venda, Kelvin dan Nicky juga.” Kata
Riyu lalu berdiri.
Ricky
tertegun sesaat. Tak lama Riyu kembali membawakan dua kaleng minuman untuk
Ricky dan dirinya.
“Jadi,
Najwa…” Ricky memberi jeda pada ucapannya. “Najwa suka sama… hmm… Nicky?” ia
harus kerja keras untuk mengatakan itu.
“Tepat.”
Jawab Riyu singkat. Ia menengguk minumannya. “Dan gue rasa, kayaknya Nicky
selama ini salah orang. Yang dia maksud mungkin Najwa, bukan Venda. Karena yang
gue liat, Nicky gak begitu frustasi dengan apa yang terjadi pada Venda setelah
dia ketemu Najwa. Dan dia gak bisa nutupin kecemburuannya tiap kali Najwa sama
cowok lain. Terutama lo, Rick.”
Ricky
hanya menatap hampa kaleng minuman dihadapannya. “Ternyata Nicky yang menemukan
Najwa lebih dulu.”
“Terus,
lo sendiri gimana sama Najwa?”
Ricky
memejamkan mata sesaat untuk menenangkan diri. Ia pun menghela napas meski
cukup berat. “Nicky memang terlihat menang. Tapi, mereka jadian Cuma pura-pura
buat ngejebak peneror sms atas nama Kelvin itu.”
“Hah?”
Riyu sedikit tercengang. “Mereka nggak bener-bener jadian?”
Ricky
mengangguk kecil sambil menenggak minumannya.
“Ivo
gimana? Gue denger lo juga deket sama tuh cewek?”
“Ivo.
Hmm… dia suka sama gue.”
“Dia
nembak lo?” Tanya Riyu terdengar histeris dan tak percaya dengan apa yang baru
ia dengar.
“Nggak.”
Ricky menggeleng. “Dia ngaku gitu setelah gue tanya.”
“Dan
lo…?”
“Gue
masih ragu. Dia juga nggak maksa sih. Gue mau ngeyakinin hati Ivo dulu. Gue takut
gak pantes buat cewek baik-baik kayak Ivo. Lo tau sendiri gue gimana?”
“Huh…”
Riyu mengacak-ngacak rambutnya. “Kenapa jadi ruwet gini sih?” Keluhnya.
@@@
Bel
pulang baru saja berbunyi. Dan Ricky langsung melesat keluar. Dengan setengah
berlari, cowok itu menuju bawah tangga gedung kelas dua. Ia menunggu di sana.
Ricky
melihat Viola melintas. Dan ia yakin, Viola pun juga menyadari keberadaannya.
Karena cewek itu sempat berhenti sesaat sebalum akhirnya mempercepat langkah
untuk menghindari Ricky. Cowok itu siap mengejar, namun ia segera mengurungkan
niatnya dan tetap setia berdiri di sana.
“Lo
ngapain, Rick?” Tanya Nicky yang tiba-tiba muncul dan cukup mengejutkan Ricky.
“Tenang
aja, gue gak lagi nunggu ‘pacar’ lo, kok.” Jawab Ricky dengan memberi sedikit
penekanan ketika pengucapkan kata ‘pacar’.
Tanpa
komentar, Nicky meninggalkan Ricky dan menyusuri anak tangga. Ia memaklumi itu,
karena wajar Ricky bersikap demikian padanya. Tak lama, Rhea muncul dan
melambaikan tangan ke arahnya. Ricky yang bingung, langsung membalikkan badan.
Ternyata benar apa yang dipikirkannya, di sana ada Agha yang berdiri sedikit
dibelakangnya. Lambaian tangan Rhea untuk Agha. Mereka berlalu di hadapan Ricky
tanpa menyadari keberadaan cowok itu.
Ricky
menyandarkan badannya di tembok. Lalu, Soraya pun muncul. “Rick, nunggu siapa?”
sapa cewek itu.
“Temen.”
Ricky menjawab singkat.
“Oke.
Gue duluan ya. Riyu udah nunggu.”
Ricky
terpaku dan memperhatikan langkah Soraya yang semakin jauh dilihatnya. Ketika
Nicky dan Najwa muncul dari arah tangga, seseorang yang ditunggunya belum
kunjung datang juga. Dan sebelum Najwa dan Nicky benar-benar sampai, Ricky
memilih meninggalkan tempat itu.
Ketika
di parkiran, Ricky mendapati sosok Vicky yang berjalan menuju mobilnya dan
Nissa berjalan sedikit di belakang Vicky. Nissa pun ikut masuk bersama ke dalam
mobil Vicky.
Rhea
bersama Agha, Soraya dengan Riyu, Nicky tak sedikitpun melepaskan Najwa, dan
terakhir Vicky yang terlihat jalan dengan Nissa. Mereka seolah meninggalkan
Ricky dengan dunia baru mereka yang bernama ‘pacar’. Tersisa Ricky seorang diri
bersama dua cewek yang sama-sama memendam rasa terhadapnya. Yaitu Ivo dan
Viola.
Ricky
menuju mobilnya tanpa berniat meninggalkan sekolah. Ia hanya bersandar di badan
mobil. Secara tak sadar, Ricky merogoh saku celananya seolah mencari kotak
rokok yang sering dibawanya. Tapi belakangan, bukan kotak rokoklah yang ia
simpan di sana, melainkan sekotak permen rasa mint yang pernah Najwa berikan
padanya.
Ricky baru sadar kalau ia
mati-matian tengah berusaha meninggalkan rokok. Di tatapnya kotak permen yang
hanya menyisakan beberapa butir saja. Cowok itu menghela napas cukup panjang.
“Udah mau abis aja.” Keluhnya, tapi sama sekali tak mengurangi minatnya
terhadap permen itu. Ditenggaknya semua permen tanpa sisa.
“Kak Ricky?”
“Hk…” Ricky tersedak
hingga terbatuk-batuk.
Ivo langsung panic. Ia
mencari-cari sesuatu, namun tak ditemukannya. Batuk Ricky pun semakin menjadi.
Ivo hampir menarik tangan Ricky, namun cepat-cepat ia menyambar tas cowok itu
dan menariknya pergi.
@@@
Nicky duduk di atas
motornya sambil menunggu Najwa di seberang mini market. Ia mengeluarkan ponsel
dari saku celana. Tapi bukan miliknya, melainkan milik Najwa. Sebuah pesan
masuk dari ‘playboy gak penting’. Nicky sedikit mengkerutkan dahi ketika
membaca nama kontak pengirim pesan tersebut.
Gue udah tau siapa yang ngirimin lo terror dari sms itu.
Temuin gue di café biasa black inject nongkrong.
Seketika Nicky menegakkan
badannya. Dilihatnya Najwa yang baru keluar dari mini market tersebut. “Na,
cepet kesini.” Teriaknya.
Melihat ada yang aneh
dengan ekspresi Nicky, Najwa pun setengah berlari ketika menyebrang. “Apaan
sih?”
“Ini siapa?” Tanya Nicky
sambil menyodorkan sms tadi.
Najwa meraih ponselnya. “Sms
dari Rio.” Najwa menatap Nicky.
“Kita ke sana sekarang.”
Ajaknya sambil menyalakan mesin motor dan menyuruh Najwa naik. “Gue bakal
ngelindungin lo dari Rio.”
“Tunggu deh, pelaku juga
sms tujuh menit yang lalu.” Najwa menahan tangan Nicky lalu menyodorkan
ponselnya ke cowok itu.
Lo masih mau main-main? Sumpah gue bakal bikin orang2 di
sekitar lo menderita. Termasuk 3twins.
“Akh… stress lama-lama tuh
orang.” Gerutu Nicky sambil mengembalikan ponsel Najwa. “Kita harus nemuin
Rio.”
@@@
Ivo
membimbing Ricky untuk duduk ketika mereka baru sampai kantin. Lalu cewek itu
pergi sebentar dan kembali sambil membawakan sebotol air mineral.
“Minum
dulu kak.”
Ricky
meraih botol dari tangan Ivo masih dengan sedikit terbatuk.
“Kenapa
bisa sampe keselek gitu sih, kak?” tanya Ivo ketika di rasa batuk Ricky cukup
reda.
“Tadi
gue lagi makan permen. Kaget aja lo tiba-tiba dateng.” Kata Ricky yang sesekali
masih sedikit terbatuk. “Lo kenapa mau bantuin gue?”
“Kan
tadi Cuma ada aku di deket kakak. Yaudah, apa salahnya aku yang bantuin kakak.”
Ricky
tertegun. Itu pertanyaan terbodoh yang pernah ia katakan. “Hmm… Makasih ya,
Vo.” Kata Ricky akhirnya.
“Sama-sama.
Yaudah ya, kak. Aku tinggal.” Ivo pun berdiri.
“Tunggu.”
Ricky menahan tangan Ivo, namun segera ia lepaskan. Cowok itu ikut berdiri.
“Gue anter pulang ya.”
“Gak
usah kak. Aku naik angkot aja. Duluan ya, kak.” Ivo langsung pergi seolah
menghindari tawaran Ricky yang ingin mengantarnya pulang.
Ricky
menyusul langkah Ivo yang setengah berlari. “Kalo lo nolak ajakan gue, berarti
lo jahat.” Ricky tetap berusaha.
“Maksud,
kakak?” Tanya Ivo bingung dan masih tetap berjalan.
“Gue
sempet nungguin lo lumayan lama di bawah tangga. Tapi lo nggak nongol-nongol
juga.”
Ricky
menunggu Ivo bereaksi. Dan berhasil. Cewek itu menghentikan langkahnya.
“Kakak
nungguin aku?” Ivo hanya ingin memastikan kebenaran kata-kata Ricky yang baru
saja dikatakan cowok itu. Dan Ricky hanya mengangguk kecil namun berhasil
membuat cewek ini sedikit salah tingkah. “Ada apa, kak?”
“Vo.”
Hanya itu yang dikatakan Ricky. Namun cewek itu tetap sabar menunggu. “Jangan
terlalu berharap sama gue, ya.”
Hati
Ivo mencelos mendengar permintaan Ricky. “Kenapa?”
“Gue
gak pantes buat lo.”
“Cuma
gara-gara kakak playboy dan belum bisa ngilangin kebiasaan itu?” Protes Ivo
yang membuat Ricky bungkam. “Aku tau, banyak cewek yang mau jadi pacar kakak.
Begitu pun dengan aku. Tapi tenang aja. Kalo kak Ricky emang gak bisa nerima
aku, aku gak akan ganggu kakak lagi kok. Udah bisa kenal kakak aja aku udah
seneng banget.”
“Tapi
gue gak mau lo sakit hati.”
“Itu
resiko suka sama cowok kayak kak Ricky. Kakak tenang aja, aku ikhlas kok.
Makasih udah mau kenal sama aku ya, kak.” Kata Ivo dan buru-buru kembali
menjauhi Ricky.
Kali
ini Ricky tak berniat mengejar cewek itu. “Vo. Gue gak sebaik yang lo pikirin.”
Teriaknya. “Gue juga gak mau lo kecewa sama gue.” Ivo terus melangkah dan
langkahnya semakin jauh. “Arrgghh…!!” gerangnya sambil menendang. Meski tak ada
benda apa pun yang bisa ia jadikan korban.
@@@
“Rio,
tolong balikin hape gue.” Pinta Viola selembut mungkin. Namun cowok
dihadapannya malah memasukkan ponsel Viola ke dalam saku celana seragam
sekolahnya.
“Sstt…!”
desis Rio sambil menempelkan salah satu jari telunjuknya ke bibir. Cowok itu
masih mengenakan seragam sekolahnya. Begitu pula dengan Viola. “Jangan berisik.
Mending lo duduk manis, pesen apa aja yang lo mau. Gue yang traktir.” Kata Rio
setengah merayu dengan nada lembut.
“Viola!
Lo janjian sama Rio juga?” tegur seseorang membuat Rio dan Viola langsung
menoleh.
“Aloy.”
Kata Rio santai. “Kebetulan lo ada di sini juga.” Ia menunjuk satu kursi di
seberangnya, menandakan cowok ini menyuruh Aloy untuk duduk.
Aloy
pun menuruti perkataan Rio. “Kamu gak ada apa-apa sama Rio, kan?” tuduhnya pada
Viola yang duduk disampingnya.
Rio
sendiri dapat mendengar ucapan Aloy dengan sangat jelas. Ia pun mengerutkan
dahi karena mencurigai sesuatu. “Loy, maksud lo apaan nih nuduh gue ada apa-apa
sama Viola? Lo cemburu? Lo suka sama Viola?”
Aloy
pun melirik cewek disampingnya. Viola sesekali menunduk dan mengalihkan
pandangannya ke tempat lain.
“Najwa…!”
Rio berteriak ketika melihat cewek itu muncul di pintu masuk. “Gue di sini.”
Ujarnya sambil melambaikan tangan.
“Bilang
sama gue, siapa yang ngelakuin itu?” serang Nicky yang sangat tak sabar. Ia
baru menyadari keberadaan Viola dan Aloy bersama Rio. “Dan kenapa ada mereka
juga di sini?”
“Duduk
dulu, deh.” Kata Rio sambil bergeser satu bangku di sebelahnya. “Kalian juga
bakal tau kenapa mereka ada di sini juga.”
Najwa
langsung duduk begitu Rio menyodorkan ponsel Viola padanya. Nicky pun langsung
mengikuti sambil menarik kursi dari meja lain. Rio sendiri sudah menyiapkan
bagian yang memang ingin ia tunjukkan ke Najwa pada ponsel itu.
“Vio!
Jadi lo yang selama ini neror Najwa?” bentak Nicky yang emosinya sudah tak bisa
di bendung. Viola semakin tertunduk. “Gue gak nyangka ternyata selama ini lo
menyimpan sifat jahat.” Sindirnya. “Kenapa lo tega ngelakuin itu ke Najwa? Dia
nggak salah apa-apa.”
Viola
akhirnya mendongak. “Siapa bilang Najwa nggak salah apa-apa?” protesnya.
“Maksudnya?”
“Najwa
udah ngerebut semua cowok yang gue sayang!” ujar Viola dengan cukup keras
sambil menatap penuh benci ke Najwa. Tak peduli tatapan orang-orang sekitar.
“Gimana
ceritanya? Gue aja nggak kenal sama kakak.” Balas Najwa yang tak ingin
disalahkan.
Viola
tersenyum pahit. Ia pun semakin sinis menatap Najwa. “Lo mau tau?” Viola diam
sejenak. “Pertama, lo ngerebut Dylan dari gue. Terus lo ngerebut Rio. Dan
setelah lo ngedapetin Nicky, lo mau ngerebut Ricky juga dari gue?”
“Heh!”
Najwa berdiri. Namun tangannya dalam genggaman tangan Nicky. “Gue nggak pernah
ngerebut siapapun dari lo. Dan gue jadian sama Rio, itu udah lama setelah lo
putus dari dia.”
Najwa
mengakui pernah jadian dengan Rio. Meski status Rio kala itu adalah bahan
taruhan Najwa dengan temannya. Rio pun perlahan melirik Najwa. Sesaat ia
menemukan setitik kebahagiaan dari cewek itu. Meski rasa sakit yang akhirnya ia
rasakan kembali kala mendapati tangan Nicky yang tak lepas dari tangan Najwa
untuk menenangkan cewek itu.
“Kalian
kenapa sih?” tanya Aloy yang tak mengerti apa-apa.
“Nggak
usah sok polos.” Kata Najwa tak kalah sinisnya. “Aku nggak nyangka kalau kak
Aloy juga terlibat di sini.” Cewek itu masih berdiri.
“Viola
neror Najwa. Dan hampir semua beritanya datang dari lo.” Nicky membela.
“Berita
tentang keberadaan Najwa?” ALoy ingin memastikan.
Tak
ada yang menjawab atau pun mengangguk, namun diamnya Najwa, Nicky dan Rio
membenarkan pertanyaan Aloy.
Rio
menatap penuh benci ke Viola. “Dan brengseknya nih cewek…” cowok ini menunjuk
Viola menggunakan dagu. “…pake nama abang gue yang gak tau apa-apa.”
Nicky
menyodorkan ponsel Viola ke Aloy karena dilihatnya cowok itu masih cukup
bingung. Aloy pun cukup terbelalak membaca pesan-pesan itu dan berusaha
menjauhkan handphone dari tangan Viola yang mulai berusaha merebut.
“Sumpah
demi apapun, Na. Gue gak tau apa-apa tentang sms ini. Dan gue juga minta maaf
ke lo.” Ucap Aloy sungguh-sungguh. Ia menoleh ke Viola. “Gue nggak nyangka, Vi.
Lo bilang ini permintaan ka Venda yang minta tolong lo buat ngawasin Najwa.
Ternyata gue diperalat untuk membalaskan dendam pribadi lo.”
Najwa
yang semula sudah kembali duduk, kini kembali berdiri. Dan Nicky kembali meraih
tangan Najwa. “Lo bawa nama kak Venda juga?”
Viola
menatap Aloy. “Kita putus.” Ucapnya, lalu bangkit dan bersiap untuk pergi. “Brengsek
lo semua!” Makinya. Namun sebelum sempat melangkah, Aloy berhasil menangkap
tangan Viola.
Aloy
pun ikut berdiri. “Mau kemana lo?” tegurnya.
“Apa
urusan lo? Masih belum jelas dengan yang gue bilang tadi?” Viola terdengar
menantang.
“Gue nggak mau lo bilang putus.” Aloy
memprotes. Dan protes dari cowok ini membuat Nicky, Najwa dan Rio saling tukar
pandang. Mereka tak percaya, setelah ketahuan diperalat, Aloy nggak mau Viola
mutusin dirinya.
“Kenapa?”
Tanya Viola dengan tatapan merendahkan Aloy. “Lo gak bisa lepas dari pesona
gue, ya?”
Meski
tak terlalu ditunjukkan, tapi Aloy memang menertawakan Viola yang memuji diri
sendiri. “Nggak usah sok berlagak primadona! Gue bukannya nggak mau putus dari
lo. Tapi gue Cuma nggak mau lo yang bilang putus.”
Nicky,
Najwa dan Rio tampak menahan tawa mereka.
“Masih
belum jelas dengan yang gue bilang tadi?” Balas Aloy yang mengikuti perkataan
Viola sebelumnya. “Gue mau gue yang bilang putus.”
“Lo
nggak akan tega.” Viola tetap tak ingin terlihat kalah.
“Kata
siapa?” Aloy menantang. “Ki-ta pu-tus!” ujar Aloy perlahan. Ia ingin berkata
dengan sangat jelas.
“Tega
lo ya.”
“Lo
sendiri aja bisa tega ke gue. Kenapa gue nggak?”
Viola
menghentakkan kakinya dan pergi dengan membawa rasa malu yang sangat dalam.
Nicky,
Najwa dan Rio pun akhirnya bisa tertawa lepas.
Aloy
kembali duduk. “Makasih ya kalian udah ngungkapin kebenaran ke gue.” Kata Aloy
yang sontak membuat suasana menjadi hening.
“Semua
berkat kak Rio.” Kata Najwa merendah.
“Kalau
udah saatnya, kebenaran pasti akan terungkap.” Kata Rio kemudian berdiri. “Gue
tinggal ya.” Pamitnya lalu pergi tanpa menunggu siapapun meresponnya.
“Sekali
lagi gue minta maaf ya sama kalian.” Ujar Aloy tak lama setelah Rio pergi. “Gue
juga nggak bisa lama-lama di sini sama kalian.” Aloy pun berdiri dan diikuti
Najwa juga Nicky.
“Bukan
salah lo.” Nicky sedikit menepuk pundak ALoy sebelum cowok itu meninggalkannya
bersama Najwa.
@@@
Ricky
berdiri di sebuah gerbang perumahan masih dengan seragam sekolah yang hari ini
ia kenakan. Cowok ini pun menegakkan badan ketika melihat Ivo menuruni angkot
yang ditumpanginya.
“Kok
kakak ada di sini?” Tegur Ivo yang sedikit terkejut mendapati kakak kelasnya itu
berdiri di sana.
“Gue
mau mastiin lo sampai rumah dengan selamat.”
Ivo
sama sekali tak terpengaruh dengan perkataan Ricky yang bisa membuat meleleh
cewek mana pun yang mendengarnya. Cewek ini tetap terus melangkah. Ricky pun
terang-terangan mengikuti Ivo dengan berjalan tepat di samping cewek itu.
Mereka
berjalan tanpa sepatah kata pun. Begitu sampai depan gang, Ricky berhenti.
Sontak, Ivo pun ikut berhenti.
“Gue
liatin lo dari sini.” Ujar Ricky.
Begitu
sadar, Ivo pun langsung meneruskan langkahnya yang sempat terhenti tanpa pamit
sedikit pun ke Ricky. Ia juga mati-matian menahan diri untuk tak menengok ke
belakang.
Ricky
menunggu hingga Ivo berbelok ke rumahnya dan berharap Ivo menoleh untuk sekedar
mengetahui keberadaannya. Namun semua yang diharapkannya hanya lah khayalan
belaka. Cewek itu berhasil menahan diri atas keberadaannya. Ricky tak ingin
semakin kecewa. Ia cepat-cepat pergi dari sana.
Namun kekecewaan justru
terjadi pada diri Ivo. Karena ketika
kembali ke luar rumah, ia tak menemukan sosok Ricky di sana.
@@@
Najwa
dan Nicky masih di café tadi tempat mereka bertemu dengan Rio, Viola dan Aloy.
“Misteri
tentang si pelaku akhirnya sudah terungkap.” Kata Nicky.
“Dan
kita juga harus mengakhiri sandiwara ini.” Balas Najwa sambil melirik cowok
disampingnya.
“Ngapain
juga harus diakhiri? Kita bisa tetep pacaran.”
“Yakin?”
Najwa menantang.
Nicky
menoleh. “Kenapa harus nggak yakin?” balasnya.
“Apa
setelah lo tau kalau gue dalang di balik berantakannya acara date lo sama ka Venda selama ini, lo
masih yakin untuk tetap pacaran sama gue?”
“Hah?”
Nicky terkejut. “Jadi lo yang selama ini…” Cowok ini menggantungkan
kata-katanya.
“Iya.”
Sambar Najwa yang seolah tau dengan apa yang dipikirin Najwa.
“Atas
dasar apa? Kalau emang lo suka sama gue, kenapa lo nggak keliatan cemburu tiap
gue sama Venda?”
“Gue
emang tertarik sama salah satu antara kalian sejak pertama kali ketemu.” Kata
Najwa lembut dan tanpa beban. “Tapi apa gue tau, kalo orang itu adalah kak
Nicky? Bisa jadi malah kak Ricky atau mungkin kak Vicky.”
Nicky
diam. “Terus, kenapa lo ngelakuin itu? Venda kakak lo juga.” Protesnya.
“Kak
Venda nggak bener-bener suka sama lo. Dia mau deket sama lo Cuma buat Kelvin
cemburu.”
Nicky
semakin bingung. “Untuk apa?”
“Mereka
memang jadi nikah, tapi bukan karena kak Venda hamil. Kak Kelvin gak pernah
ngelakuin hal gila seperti apa yang lo bayangin.”
Semua
semakin mengejutkan. Tak ada yang dapat Nicky gambarkan tentang perasaannya
saat ini. Semuanya berantakan. Cowok ini diam sesaat. Ia pun menghela napas
yang sempat terasa sesak mendapati dirinya hanya jadi pelarian dari seorang
cewek yang sempat dikejarnya.
Nicky
menatap Najwa dalam-dalam. “Lalu, atas dasar apa lo berusaha nyelametin gue dari
jurangnya Venda? Bahkan lo sendiri aja gak tau gue siapa? Kalo nyatanya gue
bukan cowok yang lo maksud, apa untungnya buat lo?” kata Nicky dengan tatapan
menusuk. Ia tak ingin diremehkan.
Najwa
tersenyum pahit. Ia pun membalas tatapan Nicky. Tak kalah menusuk.
“Berarti
lo udah kenal gue sebelumnya meski gue gak begitu ngenalin wajah lo?”
“Kak
Venda gak pernah nyebut nama lo, apa lagi untuk cerita. Dia Cuma bilang kalau
cowok yang lagi ngedeketin dia adalah cowok yang akan dia jadikan alat untuk
dia bisa balik dengan kak Kelvin. Jadi, gue gak pernah tau kalau lo itu Nicky.
Dan kenapa gue mau repot-repot nolongin orang yang belum tentu juga cowok yang
gue suka seperti apa yang lo bilang tadi? Itu karena gue gak mau ada cowok lain
lagi yang di sakitin kak Venda. Dia nggak sebaik yang lo pikirin.” Ujar Najwa
panjang lebar.
Perasaan
Nicky semakin hancur mendapati Najwa merendahkan kakaknya sendiri, yang tak
lain adalah seseorang yang juga pernah ada di hatinya. “Cukup, Na!” Nicky
berdiri. “Lo nggak sadar, apa? Venda kakak lo sendiri.”
Najwa
yang merasa tertantang pun ikut berdiri. “Itu kenyataan. Lagian, gue udah nggak
peduli siapa pun orang yang gue maksud itu. Yang ada di depan mata gue tuh lo,
kak Nicky.” Kata Najwa tegas. Ia juga sudah tak bisa membendung lagi apa yang
selama ini tersimpan di hatinya.
“Selama ini yang selalu ada
di samping gue adalah kak Nicky. Bukan kak Ricky, apa lagi kak Vicky. Walau
terkadang lo sedikit memaksa. Lo menghalalkan segala cara agar gue tetep di
samping lo. Apa itu bisa menjamin gue gak bisa suka sama lo. Meski lo ngelakuin
itu karena permintaan kak Venda. Kalau memang karena itu, harusnya lo gak perlu
peduliin. Kita nggak saling kenal. Dan nggak ada untungnya juga buat lo.” Najwa
seolah membalas perkataan Nicky.
Cowok itu masih bungkam.
“Gue bukan anak kecil yang
harus dijagain dengan ketat. Gue juga bukan anak presiden yang keberadaannya
selalu jadi incaran teroris. Gue Cuma anak SMA biasa. Yang hanya cukup diawasin
dari jauh. Seperti apa yang dilakuin Riyu selama ini.”
“Jadi, apa yang gue lakuin
selama ini ke lo, itu Cuma sia-sia?” tanya Nicky masih menatap cewek itu.
“Iya.” Kata Najwa singkat.
‘Ternyata yang gue lakuin
semua sia-sia?’ gumam Nicky dalam hati. ‘Kalu memang seperti ini kenyataannya,
seharusnya dari awal Ricky terima tawaran untuk jadi gue.’ Keluhnya. Jawaban
Najwa benar-benar di luar dugaan.
“Semua memang sangat
sia-sia kalau lo ngelakuin itu atas nama kak Venda. Karena lo nggak akan
mendapat apa-apa dari kakak gue yang satu itu.” Lanjut Najwa. Ia mengeluarkan
sesuatu dari dalam tas. Sebuah jam tangan sport yang di domonasi dengan warna
biru. “Hanya ini yang tersisa dari orang itu. Tapi tetap nggak bisa ngungkapin
apa-apa.” Najwa meletakkan jam itu di atas meja. Kemudian ia menyambar tasnya
dan pergi meninggalkan Nicky.
Nicky jatuh terduduk di
kursi café. Ia sama sekali tak berniat mengejar Najwa. Pikirannya cukup kacau
untuk saat ini. Diraihnya jam yang ditinggalkan Najwa itu dengan dua tangan. Ia
rengkuh dalam genggamannya.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar