Sembilan…
Nicky, Ricky dan Vicky bersamaan keluar dari
mobil. Mereka menyambut kedatangan mobil yang membawa Juna, Reki, Bayu serta
Rio. Nicky yang sangat tidak sabar membukakan pintu belakang, Bayu yang
terlebih dahulu keluar dan mmebiarkan Nicky menarik paksa Rio keluar dari dalam
mobil.
Nicky
mendorong tubuh Rio yang sebenarnya sudah sedikit limbung ke arah Ricky dan
Vicky yang sigap menangkap tubuh Rio. Tanpa basa basi, Nicky menghadiahi sebuah
pukulan tepat di wajah Rio. “Itu hadiah karena tadi gue belom sempet ngehajar
lo.”
Tubuh
Rio masih ditahan Ricky dan Nicky. Namun ia tetap menunjukkan senyum
merendahkan untuk Nicky. “Kenapa gak dari tadi lo lakuin ini pas ada Najwa?”
Tantangnya. “Gue tau lo ke toilet Cuma alibi di depan Najwa aja, kan? Ketika
Najwa gak ada di sini, baru lo berani ngelawan gue.”
“Ada
atau tanpa Najwa, gak ada bedanya.”
Semua
menoleh ke arah sumber suara. Riyu.
Rio
langsung menatap sinis dua orang yang berjalan sedikit dibelakang Riyu. Dylan
dan Aloy.
“Kalian
ngapain di sini?” tanya Rio jelas tertuju ke Dylan dan Aloy.
“Bukan
urusan lo.” Aloy yang menjawab diiringi senyuman Dylan.
“Udah
deh, gak usah ngalihin pembicaraan.” Riyu melangkah perlahan ke hadapan Rio.
“Lagian, harusnya tuh lo bersyukur Nicky gak ngehajar lo di depan Najwa. Lo
sendiri aja kalah sama Najwa.”
Jelas
terdengar tawa tertahan orang-orang yang mengelilingi Rio.
Tak
lama terdengar suara tawa Dylan yang pecah. “Udah donk, Ri. Jangan bikin gue
sakit perut.” Pinta Dylan sambil memegangi perutnya.
Riyu
tersenyum penuh kemenangan di hadapan Rio. “Lo udah bikin Najwa dikeluarin dari
Priority, apa itu masih kurang? Hah…!” bentaknya tepat di depan wajah Rio.
“Dikeluarin?”
Nicky mewakili kebingungan di mata teman-teman yang tak mengetahui penyebab
pasti Najwa pindah ke SMA Deportivo.
“Bukan
gue penyebab dikeluarinnya Najwa dari Priority.” Rio membela diri.
“Ya
apalah. Terserah lo.” Riyu jelas tak ingin mendengar alasan atau pembelaan
apapun dari Rio.
“Terus,
enaknya diapain nih orang?” celetuk Reki yang membuat Riyu menoleh ke arahnya.
“Gue udah ngantuk.” Melalui ekspresi wajah, Reki sebisa mungkin meyakinkan Riyu
bahwa ia sungguh telah mengantuk.
@@@
Najwa
memarkirkan mobil yang dikendarainya.
Wajah
Nissa berubah panic menatap sekeliling. “Lo ngapain bawa kita ke apartmennya
Nicky? Ntar tuh orang marah sama gue.”
Najwa
menatap cewek di sebelahnya. “Gue tau, kakak yang udah ngerjain motor gue sampe
masuk bengkel. Tapi kakak gak mikirin perasaan gue, kan?”
Tanpa
menunggu Nissa merespon ucapannya, Najwa langsung keluar dari mobil.
Dikejauhan, ia melihat kerumunan orang berjalan masuk menuju lobi. Meski samar,
tapi jelas terlihat siapa-siapa saja mereka itu.
Rio
sengaja dibiarkan berjalan seolah tanpa pengawasan, tapi ia diposisikan tepat
ditengah-tengah kerumunan. Jadi, kalo saja Rio tiba-tiba kabur, pergerakannya
tidak terlalu luas karena di kelilingi beberpa orang.
@@@
Ada
yang mengetuk pintu apartmen. Nicky yang berinisiatif membukakan pintu. Betapa
terkejutnya Nicky ketika mendapati Najwa berdiri dihadapannya. Nicky melirik
Nissa yang berdiri sedikit dibelakang Najwa dengan raut wajah yang sedikit
merasa bersalah. Najwa yang menyadari kekhawatiran Nissa pun ikut menoleh ke
arah cewek dibelakangnya.
“Kak
Nissa gak salah.” Ujar Najwa membela, kemudian kembali menoleh ke Nicky. “Gue
yang maksa dia untuk ikut kesini.”
Nicky
menyuruh Najwa dan Nissa untuk masuk dengan menggunakan isyarat. Ia sedikit
bergeser dari posisinya berdiri sekarang yang seolah memberi jalan. Setelah dua
cewek ini masuk, Nicky menutup pintu dibelakangnya.
Melihat
kedatangan Najwa, Rio langsung berdiri. Sontak, Nicky yang masih berdiri di
depan pintu langsung berdiri sigap mencegah tragedy Rio kabur.
“Lo
ke sini buat nolongin gue kan, Na?” Tanya Rio penuh harapan.
Najwa
justru menatap cowok itu penuh antipati. “Maksud lo apa tadi mau nyulik gue?”
Rio
hampir saja mendekati Najwa kalau saja tak buru-buru di hadang Reki dan Aloy
yang kala itu disampingnya. Masing-masing disebelah kanan dan kiri. Ricky
sendiri langsung memposisikan diri di depan Najwa, seolah ia akan melindungi cewek
dibelakangnya itu.
“Jangan
pernah berani nyentuh Najwa.” Ancam Ricky dengan tatapan serius ke Rio.
Nicky tertegun melihat
perlakuan Ricky terhadap Najwa. Harusnya gue yang ada di posisi Ricky,
pikirnya. Ia merasa kalah.
Nissa menatap Nicky penuh
kengerian ketika cowok itu mengepalkan tangannya. Kemudian ia melirik Vicky yang
justru bersandar di ambang pintu dekat dapur sambil melipat kedua tangannya di
depan dada. Sama sekali tak ada yang harus dikhawatirkan oleh cowok itu.
Reki
mendorong tubuh Rio hingga cowok itu kembali duduk di sofa. Ia dan Aloy pun
ikut kembali duduk dan masih dengan ketat menjaga pergerakan Rio.
“Gue
udah muak sama ancaman lo melalui sms itu.” Ujar Vicky memecah keheningan.
“Ancaman
apa?” Rio balik bertanya.
“Udah
deh. Gak usah sok polos. Kita tau lo yang ngelakuin itu. Gak mungkin Kelvin,
karena gue udah mastiin semua.”
Rio
benar-benar tersudutkan. Tak ada yang dapat membelanya. Diliriknya Najwa yang
terlihat biasa saja. Keadaan seperti ini pun sebisa mungkin dimanfaatkannya.
“Tapi Najwa sendiri gak ngerasa terancam.”
Hampir
semua mata menoleh ke Najwa. Kecuali Nicky, Ricky, Vicky dan Nissa.
“Mungkin
beberapa dari kalian ada yang bertanya-tanya, kenapa Najwa tukeran nomor sama
gue?” beberapa dari mereka memang membenarkan pertanyaan Ricky. Termasuk Najwa.
Kemudian cowok itu mengeluarkan ponselnya. “Beruntung sms itu masuk sebelum gue
sempet balikin nomor Najwa.” Ricky bercerita sambil sedikit memainkan
ponselnya. Lalu ia menyodorkan benda itu ke Riyu dengan sebelumnya dioper
melalui Dylan.
Riyu
yang membaca semua sms yang berisi ancaman untuk Najwa itu hanya menanggapinya
dengan senyum pahit. “Nyali lo Cuma sampe lewat sms doank?” Riyu menatap Rio
sambil menunjukkan ponsel Ricky diiringi dengan tatapan merendahkan.
“Kak
Ricky, sms apaan sih?” Tanya Najwa akhirnya yang sudah tak bisa lagi menahan
rasa penasarannya.
Ricky
pun akhirnya menceritakan semua tentang ancaman-ancaman melalui sms tersebut.
‘Ternyata
ada yang mau bikin nama gue jelek dihadapan Najwa. Gak bisa dibiarin.’ Ujar Rio
dalam hati yang merasa tak terima dengan perbuatan oknum yang mengatas namakan
dirinya.
@@@
Dua
hari berlalu sejak kejadian itu. Atas permintaan Najwa, Rio pun bisa bebas.
Istirahat jam pertama pun berdentang. Najwa langsung membuka ponselnya karena
tadi ia sempat merasakan sebuah sms masuk.
Istirahat pertama temuin gue di kantin
belakang.
Itu
sms dari Nicky. Di saat yang bersamaan, Ivo dan Rhea mendekatinya.
“Kantin
yuk, Na.” ajak Rhea.
Najwa
melirik Inka yang tengah merapikan alat tulisnya. Kemudian kembali menatap Ivo
dan Rhea bergantian. “Kalian duluan aja ya. Gue mau ke toilet dulu.”
“Ya
udah deh.” Ivo yang menjawab. “Kita duluan, yuk In.” Ivo menyodorkan tangannya
tanda ia mengajak Inka pergi bersama.
Begitu
Inka, Ivo dan Rhea pergi, Najwa cepat-cepat membereskan peralatan sekolahnya.
Najwa tak menyadari ketika Inka melewati depan kelas, cewek itu sempat
menatapnya kembali melalui jendela.
@@@
Ketika
melintasi ruang guru, Inka, Ivo dan Rhea berpapasan dengan Nicky yang hendak
masuk ke dalam ruangan.
“Mau
kemana, kak?” Ivo memberanikan diri untuk bertanya.
Nicky
pun menoleh. Ia menunjukkan selembar kertas dan sebuah bolpoin ditangannya.
“Ini, gue ada utang ulangan pas kemaren gak masuk. Kalian bertiga mau kemana?
Kok Najwa gak ikut?”
“Mau
ke kantin, dan kebetulan Najwa lagi ijin ke toilet dulu.” Gantian Rhea yang
menjawab.
“Yaudah,
gue duluan.” Ujar Nicky sambil bergegas masuk.
Tiga
cewek ini pun melanjutkan perjalanan.
“Kalian
ngerasain perubahan dari kak Nicky gak sih? Sejak kenal sama Najwa, dia jadi
lebih ramah. Terutama ke kita.”
“Kalian
juga jadi lebih akrab ya?” Inka yang nyeletuk menanggapi kata-kata Rhea.
“Mungkin
gara-gara ketemu di pestanya kak Winny.”
Sontak
Inka menoleh mendengar Ivo angkat bicara. “Lo ke ulang tahunnya kak Winny
juga?”
“Mendadak.
Itu juga gara-gara kak Ricky yang ngajak.” Ujar Ivo sedikit merasa bersalah
karena belum sempat memberitahukan Inka. Ia merasakan kekecewaan dari temannya
yang satu itu. Karena di antara mereka berempat, hanya Inka yang tak datang.
Mereka
akhirnya sampai di kantin dan langsung mencari meja kosong.
“Tapi
lo masih mending, Vo. Nah kak Nicky, tau-tau nongol di depan rumah Najwa ngajak
pergi.”
“Najwa
juga datang? Sama kak Nicky?” kata Inka yang masih tetap berdiri meski Ivo dan
Rhea sudah ambil posisi duduk di kursi masing-masing. “Kok kalian gak ada yang
cerita sih?”
“Masalahnya
setelah itu lo sempet gak masuk dua hari.” Rhea membela.
“Tapi
besoknya lagi kan gue udah masuk.”
“Keburu
lupa.”
“Ya
udah lah. Tolong pesenin mie ayam ya. Gue mau ke toilet dulu.” Inka langsung
berbalik tanpa menunggu respon dari dua temannya.
“Maaf
ya, In.” ucap Ivo yang merasa bersalah.
Di
luar kantin, Inka menghentikan langkah. Benar dugaannya. Najwa melintas. Tapi
tak ke kantin tempat Ivo dan Rhea berada.
@@@
Begitu
sampai di lokasi tempat yang dijanjikan Nicky, Najwa langsung mencari sosok
cowok itu. Begitu Nicky ketemu, ia cepat-cepat menghampiri dan duduk di depan
Nicky.
“Ada
apaan lo nyariin gue?”
Nicky
mendongak. “Makan dulu, kali. Emang lo gak laper apa?” protesnya sambil
menyodorkan seporsi nasi goreng yang ternyata memang sudah ia pesankan.
Najwa
nyengir. “Perhatian banget sih lo?” Pujinya tapi dengan nada meledek.
Sontak
Nicky jengkel seketika. “Udah untung bisa tinggal makan, gak perlu nunggu
dulu.”
“Iya
iya makasih. Ya udah, sambil jawab pertanyaan gue.” Pinta Najwa sesaat sebelum menyuapkan
sesendok nasi ke dalam mulutnya.
Bukannya
bicara, Nicky justru menyodorkan secarik kertas. Najwa pun segera membuka
lipatannya. Ada sebuah tulisan didalamnya yang sengaja di tulis dengan huruf yang
cukup kecil. Najwa harus menajamkan penglihatannya.
Gue mau buktiin kalo yang ngirim ancaman
itu bukan Rio apalagi Kelvin. Tapi ada orang lain lagi. Semisal memang benar,
dia pasti gak akan ngirim sms lagi karena rahasia sms itu udah terbongkar.
“Gue
dukung niat lo. Tapi gimana caranya?”
Ternyata
Nicky sudah mempersiapkan sedemikian rupa untuk membahas masalah ini agar
pembicaraannya tak di dengar orang lain. Terbukti dengan ia memberikan kertas
kedua kepada Najwa.
Nicky
melihat sosok Inka di kejauhan. Tepat ketika Najwa menerima kertas itu. Nicky
langsung menanamkan sedikit kecurigaan dengan keberadaan Inka. Cewek itu tengah
mengawasi Najwa. Dan ketika tau Nicky menyadari keberadaannya, Inka langsung
menyingkir.
Kita pura-pura pacaran!
Najwa terbelalak membaca tulisan ditangannya. “Gak
ada cara lain?” cewek itu mengembalikan kertas yang baru saja dibacanya.
Nicky
masih tak menjawab. Ia juga tak memberitahukan Najwa perihal keberadaan Inka.
Ini satu-satunya jalan supaya kita tau
seberapa nekat pelaku ngawasin lo. Baru tau lo deket sama gue aja, dia udah
berani ngancem. Apa lagi kalo tau kita pacaran. Otomatis kita bakal bersikap
selayaknya orang pacaran. Gue juga pengen tau, apakah pelaku benar-benar orang
luar, atau bisa jadi anak sini juga yang kemungkinan naksir salah satu dari
kita.
Najwa
menghela napas untuk menenangkan diri dari kertas ke tiga yang diberikan Nicky.
Apa yang baru saja dikatakan Nicky melalui kertas itu sama sekali di luar
dugaan dan hampir saja membuatnya gila.
“Kalo
ada yang nanya, ‘kapan ja…”
Nicky
buru-buru mengeluarkan kertas keempat dari dalam saku kemejanya untuk membuat
Najwa bungkam.
Najwa
meraih kertas tersebut dengan tatapan tak percaya. “Lo masih punya berapa
kertas lagi?”
“Itu yang
terakhir kok.”
Dengan
perasaan lega, Najwa membukanya.
Gue nembak lo malam minggu kemaren pas kita
makan berdua.
Najwa telah selesai membaca dan bersamaan dengan
kedatangan Vicky bersama Nissa. Vicky langsung ambil posisi di samping Nicky.
“Cieee…
yang malam minggu kemaren baru jadian…” Nissa meledek sambil duduk di samping
Najwa dan membuat cewek itu meliriknya tajam. Dengan jahilnya Nissa hanya
membalas lirikan Najwa dengan kedipan sebelah mata menandakan ia telah
mengetahui semua yang direncanakan Nicky.
@@@
Ketika
meninggalkan kantin, Najwa melintas ruang guru. Tepat bersamaan ketika Nicky
keluar dari sana. Sontak, Najwa yang terkejut langsung menghentikan langkah. Ia
sama sekali tak mempercayai apa yang baru saja terjadi padanya. Apa ia benar-benar
sudah gila sekarang? Belum sampai lima menit ia meninggalkan Nicky di kantin
bersama Vicky dan Nissa. Tapi kini ia telah berhadapan kembali dengan Nicky.
“Lho,
Na?” Nicky pun langsung menyadari keberadaan Najwa.
Cewek
itu benar-benar speechless. Kalau
orang yang dihadapannya ini adalah Nicky, lantas siapa yang baru saja ia temui
di kantin.
Nicky
panic tiba-tiba karena katerkejutan Najwa. Sesegera mungkin ia membawa Najwa
menyingkir dari sana. Sampai akhirnya mereka tiba di lapangan parkir mobil.
Suasana di sana memang tak begitu ramai.
“Lo
udah ketemu gue yang di kantin, kan?”
Najwa
yang masih syok hanya mampu mengangguk. “Tolong jangan mempermainkan gue kayak
gini. Siapa lo?”
“Gue
Nicky yang asli kok.”
“Yang
nemuin gue…”
“Kalian
di sini?” Ada orang lain di antara mereka.
Baik
Najwa atau pun Nicky sama-sama menoleh ke arah sumber suara. Itu Ricky.
“Mentang-mentang
baru jadian.”
“Jadi,
yang tadi di kantin itu tuh kak Ricky?”
Ricky
hanya menjawab dengan anggukan.
Najwa
melirik Nicky meminta penjelasan. “Kenapa nggak lo sendiri aja sih yang tadi
nemuin gue?”
“Gue
ada utang ujian Bahasa Indonesia.” Protes Nicky. “Dan kalo digantiin sama Vicky
apalagi Ricky, bisa ketauan. Karena nilai Bahasa Indonesia mereka tuh jauh di
bawah gue.” Lanjutnya.
@@@
Najwa
kembali ke kelas, karena sebentar lagi bel masuk akan berdentang. Ia juga
sempat sms Ivo tidak bisa menyusulnya karena tiba-tiba ada urusan. Dan selama
perjalanan, perasaannya mengatakan ada sesuatu yang aneh. Hampir semua mata
menatap kemanapun cewek ini melangkah. Benar-benar ada yang gak beres. Najwa
secepat mungkin melangkah ke kelasnya.
“Lo
jadian sama kak Nicky? Sejak kapan? Kok nggak pernah cerita?”
Benar
saja, ketika Najwa baru sampai di kelas, ia sudah dihujani pertanyaan dari
teman-temannya yang diwakili oleh Rhea.
‘Akh,
gila. Baru sepuluh menit gue dikabarin rencana itu, sekarang beritanya udah
nyebar cepet banget.’ Keluh Najwa dalam hati.
“Kenapa
nggak jawab? Gue tau, yang lo bilang ada urusan tadi tuh ketemu kak Nicky, kan?”
Najwa
merasakan gelagat mencurigakan dari Inka. ‘kenapa si Inka kesannya gak suka
banget denger gue jadian sama Kak Nicky?’ batinnya. “Gue jadian juga baru malam
Minggu kemaren kok.”
“Oh my good?” seru Rhea yang heboh
sendiri. Matanya terbelalak takjub mendengar cerita Najwa. “Ceritain donk
gimana nembaknya.” Pinta Rhea setengah memaksa. “Duuuhh… pasti romantis banget.
Kak Nicky ternyata bisa juga ya.”
Najwa
malah menjadi jijik sendiri mendengar Rhea begitu memuji Nicky. “Boro-boro
romantis, cowok galak kayak dia mana bisa romantis sih? Marah-marah iya.”
“Cukup
ya. Gue gak mau denger cerita-cerita kalian lagi.”
“Ih,
kenapa sih? Lagi dapet ya?” ledek Ivo dengan nada manja.
‘Inka
bener-bener nggak kayak biasa.’ Ujar Najwa dalam hati. ‘Apa dia cemburu?’
@@@
RUMAH
TRITWINS…
Nicky
memasukkan motornya ke dalam teras rumah. Sore itu ia pulang bersama Najwa.
Nicky mengajak Najwa masuk. Di ruang tengah Ricky, Vicky dan Nissa sudah
menunggu.
“Besok,
kalian harus bener-bener terlihat jalan bareng sesering mungkin.” Ujar Ricky
ketika Nicky dan Najwa muncul. “Karena kemungkinan, pelaku adalah salah satu
siswa Deportivo.” Lanjutnya.
Najwa
duduk di samping Nissa. “Dia sms apaan lagi?”
Ricky
hanya menyodorkan ponselnya.
Hebat lo, sekarang malah jadian sama Nicky!
“Tiap kali gue coba telpon setelah dapat pesan
itu, nomornya langsung nggak aktiv.” Jelas Ricky sebelum yang lain angkat
bicara.
“Sms
terakhir dikirim sekitar jam sepuluh pagi. Itu artinya, pas jam istirahat
pertama.” Najwa menatap sekeliling penuh arti.
Yang
lain ikut saling tatap. “Apa ada yang mencurigakan jam segitu?”
Pertanyaan
Nissa sontak membuat Najwa teringat akan Inka. Sikap cewek itu ada yang berbeda
dari biasanya. Tak luput, Nicky pun mencurigai orang yang sama. Saat ini semua
yang ada di sana saling diam. Tak lama, sebuah pesan masuk ke ponsel Najwa yang
masih menggunakan nomor Ricky. Dari Dylan.
Black inject mau latihan voli nih sekarang
di lapangan deket rumah Pasya, biasalah ada yang ngidam main voli. Dateng yee
semua… ^_^
“Temen-temen gue di ‘black inject’ lagi ada
pertemuan. Bukan acara resmi sih, tapi Cuma sekedar main voli aja. Gue bakal
cari target di sana.” kata Najwa perihal sms Dylan yang baru saja di bacanya.
“Apa
Nicky perlu ikut?” saran Nissa.
“Kagak
akh! Banyak yang nggak gue kenal.” Nicky langsung memprotesnya.
Vicky
mendaratkan sebuah jitakkan di kepala Nicky yang membuat cowok itu meringis
kesakitan. “Seenggaknya kan ada Dylan sama Aloy yang udah lo kenal.” Omel
Vicky.
“Lagian,
‘black inject’ apaan sih, Na?”
“Sebenernya
sih itu klub motornya kak Vendi, tapi belakangan, kegiatannya gak melulu soal
otomotif. Ya, kayak gitu tadi. Suka-suka mereka mau bikin acara apa.” Kata
Najwa menjelaskan.
“Gue
fikir klub voli beneran.” Kata Nicky takjub. “Mau gue ajak sparing, ya gak,
Rick?” Nicky meminta persetujuan salah satu kembarannya itu.
“Yoi.”
Jawab Ricky singkat.
@@@
LAPANGAN VOLI…
“Najwa
sama siapa, tuh?” Tanya Beni kepada Dylan kala mereka tengah berlari
mengelilingi lapangan.
Dylan
menoleh ke arah maksud tujuan Beni. Dilihatnya Najwa baru turun dari boncengan
motor Nicky. Mereka masih mengenakan seragam sekolah hari itu. “Oh, itu
cowoknya Najwa.”
“Yang
bener?” Beni setengah terkejut. “Bukannya dia sama Rio baru putus sebulan?
Cepet banget udah dapet ganti.”
Dylan
hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Beni. Meski ia tau yang sebenarnya antara
Rio dan Najwa, tapi Dylan sama sekali tak berniat cerita sedikitpun.
“Hai,
Na.” Sapa seorang cewek yang diketahui bernama Kenny. Ia menyalami dan memeluk
Najwa. “Kemana aja? Kangen deh.”
“Sibuk
sekolah doank kok kak.”
Kenny
diam ketika ia menyadari kehadiran Nicky. “Siapa nih? Cowok lo?” ledeknya.
“Kenalin
donk.” Hanya itu yang dikatakan Najwa. Ia sama sekali tak membenarkan atau pun
menyangkal pertanyaan Kenny.
“Nicky.”
Ujar cowok itu sambil menyalami Kenny.
“Kenny.”
Balasnya. Kemudian ia langsung kembali ke Najwa. “Ayo donk main.” Ajak Kenny.
“Nggak
akh. Gak bawa baju ganti. Lagian, gue kan bukan anak Priority lagi.” Najwa
menolah dengan lembut.
“Yaelah,
masih kaku aja.” Kenny maraih tangan Najwa dan berniat untuk meraihnya. “Gak
mau tau, lo harus ikut.”
Najwa
melirik Nicky yang tersenyum sambil sedikit mengangguk dan meminta Najwa untuk
melepaskan ranselnya.
Sesaat,
Nicky terhanyut dalam permainan Najwa yang memang tampak lebih terlatih dibanding
teman-teman yang lainnya. Dimulai ketika Najwa melakukan serve atas yang memang jarang dikakukan cewek. Belum lagi ketika ia
berada di posisi tosser,
umpan-umpannya selalu bisa memanjakan pemain yang biasa berposisi sebagai spiker. Terakhir, spike-spike kerasnya pun bisa dengan tajam menghujam lapangan
lawan.
‘Dia bisa jadi saingan gue
nih. Pantes aja si Ricky meleleh. Ternyata ini alasannya.’ Gumam Nicky dalam
hati sambil tersenyum geli membayangkannya.
Saat memblock smash-an Najwa, Dylan salah menjatuhkan
kaki hingga membuatnya sedikit terkilir. Cowok itu pun langsung menyingkir. Dan
otomatis, pemain yang awalnya berjumlah pas, kini berkurang satu karena Dylan
tak mampu meneruskan permainan.
“Gantiin gue donk, Nick.”
Pinta Dylan sambil menahan sakit.
“Nggak deh, Dyl.”
“Ram, tarik aja tuh cowok
gue.” Najwa berteriak dari sebrang lapangan.
Nicky pun langsung
terkejut karena Rama sudah menarik tangannya hingga lapangan dan membuatnya
sama sekali tak bisa menolak.
@@@
Gue pengen ngomong sama kak Ricky donk.
Bisa gak kalian tukeran tempat?
Pesan itu terkirim ke nomor Nicky. Di jam
istiharat pertama saat ini, Najwa sudah menyembunyikan diri di perpustakaan. Ia
memang sedikit menghindari tempat keramaian. Tak lama, Nicky membalas smsnya.
Oke. Sms aja ke Ricky mau ketemuan di mana.
Tak
butuh waktu lama untuk menunggu kehadiran Ricky. Dan kini, cowok itu sudah
duduk di samping Najwa.
“Kenapa
lo nyariin gue?”
Najwa
memperhatikan penampilan Ricky. Benar-benar tak bisa di percaya kalau orang
dihadapannya ini bukanlah Nicky. Tapi Najwa tak kehabisan akal untuk bisa
memastikan bahwa ia tak sedang dikerjai.
“Apa
yang bisa ngebuktiin kalau lo beneran kak Ricky?” tantangnya.
Ricky
tampak meremehkan permintaan Najwa. Ia pun merogoh saku celananya dan
mengeluarkan sekotak kecil permen yang pernah diberikan Najwa beberapa waktu
lalu. Ricky menantang Najwa dengan meletakkan kotak pemen itu di tengah-tangah
antara dirinya dan Najwa.
Najwa
pun tersenyum lega. “Ada sms dari pelaku?”
Ricky
hanya menggeleng.
Najwa
mendesah kecewa. “Berarti bukan anak-anak ‘black inject’.”
“Gue
juga curiga sama siswa Deportivo. Kemungkinan pelaku termasuk orang yang cukup
dekat dengan kita.”
“Bisa
jadi.” Sahut Najwa menyetujui sambil mengeluarkan ponselnya karena ada sebuah
pesan yang masuk.
Kangen kolak biji salak bikinan lo. Tapi
bulan puasa masih lama. Bikinin kek. Sabtu ini kan gue ultah. #ngerayudikit
Najwa tersenyum membaca sms dari Dylan. ‘Ada-ada
aja nih anak.’ Ujarnya dalam hati.
“Sabtu
kita jalan yuk, Na.”
Najwa
melirik tajam ke Ricky. Ia tak habis pikir dengan permintaan cowok disebelahnya
itu. Cewek ini mengawasi sekitar.
“Gue
kan pacaran sama Nicky.” Najwa memperingatkan dengan suara sepelan mungkin.
Ricky
tersenyum. Dengan manisnya, ia meletakkan salah satu tangannya di sandaran
kursi Najwa lalu mendekatkan wajah ke telinga cewek dihadapannya. “Kalian kan Cuma
pura-pura. Jadi, perjanjian itu nggak berlaku di gue.”
Ricky
benar. Najwa hanya pura-pura pacaran dengan Nicky. Tapi, ada sesuatu yang
mengganjal hatinya. Ivo. Ya, cewek itu memendam rasa ke kepada tritwins yang
satu ini. Najwa menyembunyikan senyumnya. Ia tau apa yang bisa ia lakukan untuk
menolak permintaan Ricky. Manfaatin permintaan Dylan.
“Kok
diem sih?” Ricky bertanya dengan sangat lembut. Posisi duduknya pun sudah
seperti semula. Meski tangannya masih berada di belakang punggung Najwa.
“Gue
udah ada janji, kak.”
“Sama
Nicky?” Ricky berdecak kesal karena Najwa tak langsung menjawab pertanyaannya.
“Gue kan bisa nyamar jadi Nicky.” Cowok ini tak kehabisan akal.
“Dengan
atau tanpa lo nyamar pun gue tetep gak mau.” Najwa berusaha menolak sehalus
mungkin.
“Kenapa?”
“Gue udah ada janji sama orang lain. Dan bukan satu di antara kalian.” Jelas Najwa sambil pergi karena urusannya dengan Ricky sudah selesai.
“Gue udah ada janji sama orang lain. Dan bukan satu di antara kalian.” Jelas Najwa sambil pergi karena urusannya dengan Ricky sudah selesai.
Ricky
pun tak serta-merta mengejar cewek itu. Ia justru mengirim sebuah sms ke Nicky.
Najwa sudah beberapa lama meninggalkan perpustakaan. Tapi Ricky masih berdiam
di sana. Di carinya nomor pelaku yang mengiriminya sms berisi ancaman itu.
Entah apa yang membuatnya kepikiran untuk menelpon nomor itu. Dari pengalaman
yang sudah-sudah. Setiap Najwa bersama tritwins, nomor itu hampir selalu
mengirim pesan berupa ancaman.
Panggilan
pertama, nomor tidak aktif. Mungkin pelaku belum mengaktifkan nomor. Ricky
belum menyerah, ditelponnya sekali lagi nomor tersebut. Nyambung. Ricky
menegakkan badannya. Di saat yang bersamaan terdengar bunyi seperti dering handphone. Cowok ini menajamkan
pendengarannya sambil mencari-cari sekitar.
Suara
muncul dari lorong rak buku. Tapi hanya sebentar dan mati sebelum Ricky sempat
bangkit. Viola muncul dari lorong yang dicurigai Ricky. Cewek itu keluar perpus
sambil sibuk menelpon. Sementara Ricky masih menempelkan ponselnya di telinga
karena nada tunggu masih tersambung.
Nomor
itu mengirimi pesan.
Ngapain pake nelpon? Mau pamer kalo lo lagi
pacaran sama Nicky di perpustakaan? Basi cara lo!
@@@
Nicky
yang beratribut seperti Ricky, berjalan menepi dari dalam lapangan basket. Ia
memungut ponselnya yang ia geletakkan di atas bangku. Sebuah pesan dari Ricky
yang masih menggunakan nomor Najwa.
Sabtu ini Najwa ada janji sama orang, tapi
gue gak tau siapa dan mereka janjian kemana?
Nicky
langsung melakukan panggilan ke nomor tersebut.
“Biarin
aja kalo dia punya janji sama orang lain.” Sambar Nicky begitu ada jawaban dari
seberang. “Itu hak dia. Ngapain juga kita harus ngelarang.”
Ricky
keluar dari perpustakaan. “Kalo pelaku bertindak nekat di saat kita gak ada di
samping dia, gimana?”
“Udah
deh. Gak akan terjadi apa-apa. Pelaku Cuma berani meneror via sms aja kok.”
“Oke.
Kalo gitu, gue tetep jadi Nicky.”
“Halo,
Rick… Ricky…” beberapa kali Nicky meneriaki nama Ricky karena cowok itu
memutuskan panggilan secara sepihak.
“Kenapa
sih, Rick? Kayaknya kesel banget.”
Nicky
tersentak. Viola tiba-tiba telah berada di sampingnya sambil menyodorkan sebuah
minuman kaleng.
“Lo
pasti haus, kan?” Ujar Viola sok perhatian.
“Gak
usah sok baik!” protes Nicky sambil meninggalkan cewek itu.
Viola
tak putus asa dengan mengejar Nicky. “Aduh, udah deh. Ikhlasin aja tuh cewek
sama Nicky. Lagian, dia gak pantes buat dapetin cinta lo. Mending lo cari cewek
lain aja.”
Nicky
berhenti. Ia membalikkan badan untuk menghadap Viola. Ketika ia mendekat, Viola
bergerak mundur hingga akhirnya cewek itu tersudutkan di tembok.
“Cari
cewek lain, ya?” Nicky mengulangi kata-kata Viola. “Hmm… Apa lo mau, jadi cewek
gue?” Nicky menggoda Viola dengan bicara sambil mendekatkan wajahnya ke telinga
Viola. “Kesempatan nggak datang dua kali.” Nicky berucap dengan sangat pelan
dan lembut.
Pipi
Viola benar-benar merah padam. Sama sekali tak terbanyangkan Ricky mengatakan
hal yang selama ini ia impikan dari cowok ini.
Belum
sempat Viola menjawab, bel telah berdentang. Dan Nicky langsung pergi
meninggalkan Viola begitu saja.
@@@
Sabtu
itu sekitar jam 9 pagi, Najwa sudah berkutat di dapur. Tak lama, Zaquan muncul
dan menghampirinya. Cowok itu bersandar di meja tempat Najwa membuat sebuah
adonan.
“Masih
aktif di ‘black inject’ lo!” kata Zaquan sambil melirik adonan di tangan Najwa
dengan tatapan meremehkan.
Sesaat,
Najwa berhenti dari aktivitasnya. Lalu tanpa mempedulikan perkataan adiknya, ia
kembali mengolah adonan tersebut.
Zaquan
siap kembali buka mulut, namun suara bel menghalanginya. Ia bergegas pergi
keluar.
“Masih
pagi udah sibuk aja di dapur. Kayaknya mau ada acara nih.”
Najwa
mendongak. Cowok itu sudah berdiri di seberang mejanya.
“Ayo
tebak, gue Nicky, Ricky apa Vicky?” cowok itu menantang.
Najwa
yang semula tengah membentuk adonan menjadi bulatan pun diam sejenak dan di
buat berfikir keras oleh orang di seberangnya ini. Nampaknya cowok itu memang
sudah mempersiapkan diri untuk sedikit mengetes Najwa. Terlihat bahwa ia sama
sekali tak mengenakan benda-benda yang mengidentitaskan dirinya.
Tapi cewek itu tak
kehabisan akal. Ia menekan beberapa tombol di ponselnya tepat ketika cowok itu
menuju wastafel untuk mencuci tangan. Najwa menunggu sambil melanjutkan
aktifitasnya yang sempat terhenti. Tak lama terdengar sebuah dering ponsel.
Najwa tersenyum penuh kemenangan.
“Nicky… Nicky…” Cewek ini
hanya geleng-geleng kepala.
“Kenapa, Nis?” Tapi cowok
itu malah menjauh dari dapur.
Najwa yang tercengang,
sontak langsung melihat ponselnya yang masih melakukan panggilan ke nomor Nicky
lalu menekan tombol loadspeaker.
“Kenapa, Na? Si Ricky
ngisengin lo, ya?”
@@@
Vicky
keluar dari dalam rumah. Di sana ia mendapati Nicky tengah mencuci motor. Dari
raut wajahnya, Nicky sama sekali tak bisa menyembunyikan kegusaran hatinya. Dan
itu bisa langsung ditebak oleh kembarannya yang satu ini.
Vicky mendekati Nicky, kemudian memungut
ujung selang yang masih mengalirkan air. Di siramnya hampir seluruh badan motor
Nicky.
“Kenapa, lo?”
Nicky mendongak dan berdiri. Ia
mengusap-usap bagian motor yang disiram Vicky menggunakan kanebo untuk
menghilangkan sisa busa sabun yang menempel. Tapi cowok ini tak menjawab
pertanyaan Vicky.
Vicky mengedarkan pandangan. “Si Ricky
kemana? Pagi-pagi udah ngilang aja.” Tanya Vicky lagi.
“Ke rumah Najwa.” Jawab Nicky datar.
“Apa? Ke rumah Najwa?” Vicky mengulangi
perkataan Nicky. “Gue gak salah denger?” dilihatnya, mobil Ricky masih
bertengger di tempat biasa. “Dia naik apa? Mobilnya masih ada tuh.”
Nicky hanya mengangkat bahu.
“Lo berdua ada apaan lagi, sih?” Vicky
mulai mencium gelagat mencurigakan.
Nicky berbalik untuk menutup keran air.
“Gak ada apa-apa.” Ujarnya ketika kembali. Ia menyambar selang yang ada di
tangan Vicky lalu menggulungnya.
‘Pasti ada sesuatu. Gak mungkin nggak.’
Ucap Vicky dalam hati. Kemudian ia meninggalkan Nicky yang kali ini tengah
mengeringkan motornya.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar