Empat
Belas…
Sekolah mengadakan pensi perpisahan sekolah. Dan
saat ini, yang tengah mengisi acara adalah bandnya Ricky. Entah apa yang
membuatnya hari ini membawakan lagu mellow. Di samping panggung, Najwa dan Ivo
berdiri berdampingan. Tiba-tiba Ricky mengeluarkan setangkai bunga mawar putih
dari balik kemejanya dan menghampiri dua cewek itu.
Dalam beberapa saat, Ricky
memang menatap dan seolah akan memberikan bunga tersebut untuk Najwa. Namun
cewek itu tetap diam dan menatap datar wajah Ricky yang masih tenggelam dalam
lagu yang dinyanyikannya. Nicky yang melihat kejadian itu dari kejauhan,
langsung berbalik dan meninggalkan tempat ia berdiri tadi sebelum ia melihat
bahwa akhirnya Ricky memberikan bunga tersebut untuk Ivo. Penonton pun bersorak
dan larut dalam suasana romantis yang baru saja dilakukan Ricky. Nicky
tersenyum, namun perlahan senyumnya berubah menjadi senyum kekecewaan.
@@@
Vicky
melewati depan kamar Nicky. Ada yang aneh pada kembarannya itu sejak pulang
duluan dari acara pensi tadi. Tanpa ragu, Vicky menerobos masuk. Nicky tak ada
di sana. Ia mengedarkan pandangan kesekeliling. Matanya langsung terhenti pada
lembaran di atas kasur Nicky. Vicky menyambar kertas itu yang isinya surat
panggilan untuk Nicky bergabung di klub voli provinsi.
“Nicky
gabung ke klub voli? Sejak kapan?”
Satu
lagi yang mengganjal hari ini. Di salah satu sudut kamar Nicky, cowok itu
meletakkan sebuah koper dan ransel yang berukuran cukup besar.
Tanpa
pikir panjang, Vicky langsung melesat keluar kamar dan menemui Nicky yang
berada di dapur.
“Sejak
kapan lo gabung di klub voli provinsi?” sambar Vicky kala ia melihat
kembarannya menuju ruang tivi.
Nicky
meletakkan gelas yang sedari tadi ia pegang di meja. “Sebelum UAN.” Jawabnya
singkat lalu duduk di sofa.
“Dan…”
“Gue
berangkat sore ini.” Sambar Nicky sebelum Vicky menyelesaikan ucapannya.
“Berangkat
ke mana?” Nissa tiba-tiba muncul dari dalam toilet.
Belum
ada yang menjawab, pintu ruang tamu menejblak. Ricky muncul dari ambangnya.
Nicky bangkit sambil tersenyum pahit. Senyum yang sama seperti yang ia
tunjukkan ketika meninggalkan pensi siang tadi. Buru-buru Nicky melesat menaiki
anak tangga.
Ricky
menatap Vicky dan Nissa penuh tanda tanya. Tapi dua orang itu kompak
menggelengkan kepala.
@@@
Nicky
menuruni anak tangga dengan sudah payah sambil menenteng ransel dan koper yang
telah ia siapkan tadi. Diluar rumah terdengar suara mobil berhenti. Itu taksi
yang dipesan Nicky.
“Tunggu,
Nick!” teriak Ricky karena Nicky berniat meninggalkan rumah begitu saja tanpa
berpamitan pada orang-orang yang masih berada di sana.
Nicky
memaksakan dirinya untuk berhenti. Karena yang memanggil adalah kembarannya
sendiri. Kalau saja bukan Ricky, cowok ini tak akan mempedulikannya karena
orang tersebut telah menggoreskan luka di hatinya.
“Lo
mau ninggalin Najwa?” tanya Ricky kemudian setelah berdiri di hadapan Nicky.
Tampaknya
Nicky tak mempedulikan perkataan Ricky. Ia justru melirik ke Vicky yang berdiri
di samping Ricky. “Kalo lo mau pake motor, kunci sama STNKnya ada di kamar gue.
Lo ambil aja.” Pesan Nicky sebelum ia berangkat.
“Mau
gue anter?” Vicky menawarkan diri.
“Gak
perlu. Gue gak mau ngerepotin lo.” Kata Nicky sebelum akhirnya ia melanjutkan
langkah.
“Nick…”
Buru-buru Nissa menahan tangan Ricky dan membiarkan Vicky mengantar Nicky
hingga depan rumah. “Kena…”
“Lo
gak bisa ngerasain apa? Kalo suasana hati Nicky lagi jelek!” sambar Nissa.
“Ngapain malah lo nyindir-nyindir soal Najwa?” omelnya.
“Gue
yakin Nicky pasti salah paham.”
“Ya
udah, sekarang kita cari cara biar Nicky bisa ketemu sama Najwa.”
@@@
Tangan
Nicky sudah menyentuh gagang pintu taksi, namun ia tak buru-buru membukanya.
Perlahan Nicky berbalik hingga akhirnya ia berhadapan dengan Vicky.
“Gue
minta maaf ya, Vick.”
“Minta
maaf buat apa sih?” protes Vicky karena merasa Nicky sedang tidak membuat
kesalahan kepadanya.
“Gapapa.”
Nicky tersenyum. Jelas terlihat sangat berbeda dibandingkan senyumnya untuk
Ricky. “Gue nitip salam buat Najwa ya. Minta tolong juga ke Riyu buat jagain
dia.”
Vicky
menyambar tubuh Nicky untuk dipeluknya. “Jaga diri baik-baik.” Pesan cowok ini
pada kembarannya.
“Apaan
sih lo!” Nicky tertawa sambil menjauhkan badannya dari dekapan Vicky. “Kayak
gue mau kemana aja!”
Vicky
ikutan tertawa sebelum akhirnya Nicky masuk ke dalam taksi. Nicky memang tak
pergi jauh. Tapi, membayangkan Nicky tak berada di rumah saja, sudah membuat
Vicky merasa sepi dan kehilangan. Apalagi Nicky benar-benar meninggalkan rumah
bukan dalam kurun waktu satu atau dua hari saja. Tapi bisa beberapa bulan.
Vicky
menghela napas. “Itu pilihan Nicky.” Cowok itu kemudian berbalik dan masuk ke
dalam rumah. Vicky menyandarkan dirinya di pagar yang masih enggan ia tutup.
Tiin..
tiin..!!
Suara
klakson motor Nicky mengejutkan Vicky. Ia langsung berbalik ke arah sumber suara.
Itu memang motor Nicky, namun yang mengendarainya adalah Ricky. Hubungan dua
kembarannya itu memang agak memanas akhir-akhir ini. Vicky tak ingin ambil
resiko. Karenanya, cowok ini segera menutup rapat-rapat pintu pagar.
Ban
motor berhenti hanya beberapa senti dari kaki Vicky. Ricky langsung membuka
kaca helm. “Lo apa-apaan sih? Buruan minggir!” teriak Ricky sedikit
tergesa-gesa.
“Lo
yang apa-apaan?” balas Vicky. “Mau kemana lo?” tanya Vicky. “Lo gak niat buat
kabur, kan?” sambar Vicky lagi sebelum Ricky sempat menjawab pertanyaan
sebelumnya.
“Gak
ada sedikitpun niat gue buat kabur.” Tandas Ricky menjawab kekhawatiran si
bungsu dari anak kembar tiga ini. “Ini yang bisa gue lakuin buat Nicky dan
Najwa.”
Vicky
diam.
Ricky
langsung gemas melihatnya. “Lo pengen liat kebahagiaan Nicky, kan? Dan salah
satunya ada di Najwa.”
“Terus,
lo sendiri?” tampaknya Vicky terlalu khawatir.
“Gue
udah jadian sama Ivo, tadi siang setelah pensi.”
Vicky
melebarkan mata. “Serius?”
“Dua
rius malah. Udah buruan minggir. Gue mau ke rumah Najwa.” Kata Ricky. Vicky
menurut dan langsung membuka pagar. Ketika berada di tengah pagar, Ricky
berhenti. “Lo coba hubungin Nicky, kemana dia pergi. Setelah itu lo langsung
kabarin gue.” Tanpa menunggu respon dari Vicky, Ricky sudah kembali menutup
kaca helm lalu melajukan motor Nicky meninggalkan rumah.
Vicky
berlari ke dalam rumah. Ia menyambar ponselnya dari tangan Nissa yang tengah
duduk di ruang tivi. Vicky langsung mengontak Nicky.
“Belom
juga ada lima menit gue ninggalin rumah, lo udah nelpon lagi aja.” Ledek Nicky
begitu menjawab telpon dari Vicky.
Vicky
tertawa kaku. “Iya. Kayaknya gue pengen nyusul nih. Lo pergi naik apa? Kereta,
bis atau pesawat?”
“Oh..”
ujar Nicky tanpa rasa curiga. “Gue naik kereta dari stasiun kota.” Lanjutnya.
“Okeh…
gue kesana.” Vicky langsung mematikan telpon. “Tolong smsin Ricky kalo Nicky ke
stasiun kota. Kita nyusul Nicky sekarang.”
Tanpa
protes, Nissa menuruti semua yang dipinta Vicky.
@@@
Najwa
yang baru pulang dari acara pensi sekolah, langsung masuk kamar dan
mengempaskan tubuhnya di kasur. Namun tiba-tiba, Najwa tersentak bangkit.
“Kayak
suara motor kak Nicky.” Tebaknya. “Akh… mana mungkin kak Nicky ke sini.”
Ujarnya kemudian dan kembali merebahkan badannya. “Lagian, ngapain juga gue
mikirin kak Nicky.” Najwa bicara seorang diri.
Tau-tau
pintu kamar Najwa menjeblak dan membuat sang pemilik kamar terlonjak kaget.
“Apa-apaan
sih lo, Zaq?” Protes Najwa ka adiknya.
Zaquan
masuk lalu ambil posisi berdiri di samping tempat tidur Najwa. Tak ada tatapan
permusuhan dari Zaquan hari ini. “Lo suka sama cowok yang pernah deket sama kak
Venda, kan?”
Najwa
membelalakkan mata. “Kenapa lo…”
“Gue
Cuma butuh jawaban ya atau tidak.” Kata Zaquan lembut ketika memotong ucapan
Najwa.
Najwa
menatap ngeri mata adiknya. Tidak biasanya Zaquan berkata demikian.
Zaquan
berdecak. “Lo jangan ngeliatin gue terus. Gue udah gak kayak kemaren-kemaren
yang nyari ribut terus sama lo. Dan gue janji akan selamanya seperti ini. Gue
juga mau nolongin lo buat dapetin Nicky.”
Najwa
masih diam dengan tatapan tak percaya. Ini memang pertama kalinya Zaquan ramah
padanya.
Perlahan
Zaquan duduk di tepi tempat tidur Najwa. Ia tersenyum geli melihat ekspresi
wajah Najwa. “Gue Cuma gak mau ada lagi yang benci sama gue.”
“Gue
gak benci sama lo kok, Zaq.” Kata Najwa buru-buru.
“Apa
setelah lo tau kalo gue adalah anak dari hasil selingkuhan bokap dengan cewek
lain, lo masih gak benci sama gue?” Zaquan bicara tanpa menatap Najwa.
Untuk
kesekian kalinya Najwa kembali menunjukkan ekspresi keterkejutannya. “Gak
mungkin…”
“Nilai
Biologi lo berapa, sih?” Zaquan melirik Najwa dengan tatapan merendahkan.
“Perbedaan umur kita gak lebih dari setengah tahun. Dimana logikanya kalo kita
berasal dari ibu yang sama?”
Sontak
Najwa malah memeluk Zaquan. “Tapi seenggaknya lo gak ikut ninggalin rumah ini.”
Perlahan
Zaquan melepaskan pelukan Najwa dengan tatapan terharu. “Dan sekarang, apa lo
gak mau ngejar cinta lo ke Nicky?”
“Gue
belom yakin kalo kak Nicky juga suka sama gue. Bukannya selama ini…”
“Nicky
mau ke luar kota dalam beberapa bulan untuk ikut klub voli provinsi. Apa lo
juga gak mau untuk sekedar nemuin dia?” Zaquan berusaha meyakinkan Najwa.
Najwa
melompat turun dari tempat tidurnya. “Jadi tadi beneran suara motornya kak
Nicky?”
“Motornya
iya, tapi yang ke sini Ricky. Dia yang ngasih tau ke gue. Kalo Nicky berangkat
satu jam lagi dari stasiun kota. Cepetan lo ganti baju makanya.” Zaquan
memperingkatkan.
“Gak
perlu.” Kata Najwa singkat sambil menyambar tangan Zaquan dan menariknya keluar
dari kamar.
Najwa
bergegas menuju pintu utama. Ketika membuka pintu, cewek itu terkejut mendapati
orang-orang yang sangat dikenalnya. Vendi, Venda dan Kelvin.
“Kak
Venda?” Najwa sedikit histeris dan tak percaya. Namun ia langsung saja menarik
tubuh Venda ke dalam pelukannya. Venda balas memeluk sambil mengusap punggung
adiknya.
Beberapa
detik kemudian, Najwa melepaskan pelukannya. Mata cewek itu mulai berkaca-kaca.
Vendi langsung menyambar tubuh adiknya itu sebelum Najwa benar-benar menangis.
Najwa sudah tak bisa berkata-kata, ia hanya mampu memeluk tubuh kakaknya dengan
erat.
Vendi
menyadari kehadiran Zaquan yang memperhatikan dari dalam ruangan. Begitu
tatapan mereka bertemu, Zaquan terlihat berusaha menghindar. “Zaq!” panggil
Vendi cepat sebelum Zaquan benar-benar pergi dari sana. Perlahan ia melepaskan
pelukannya dari Najwa dan melangkah mendekati Zaquan.
Venda
meraih Najwa kembali ke dalam rangkulannya. Kelvin juga ikut merangkul Najwa
dari sisi yang lain dan sontak membuat Najwa menatap penuh tanya padanya.
Kelvin
hanya tersenyum dan seolah telah mengetahui apa yang tengah dipikirkan Najwa.
“Status gue sekarang juga sebagai kakak lo. Apa gue masih gak boleh buat
ngerangkul lo?”
Najwa
tak menjawab. Namun batinnya membenarkan semua perkataan Kelvin, kakak iparnya.
Di
dalam, keadaan haru mulai terasa. Zaquan juga perlahan menyeret kakinya untuk
mendekati Vendi. Begitu mereka telah dekat, Zaquan yang pertama kali
berinisiatif untuk memeluk. Semuanya bercampur jadi satu. Rasa bahagia, rasa
rindu, penyesalan. Semua ditumpahkan dalam satu pelukan.
“Zaq,
minta maaf, kak. Zaq juga tau, kalo kakak pergi dari rumah sebagian besar
karena kakak gak bisa nerima kehadiran aku yang sebenernya, kalo aku anak…”
“Kalo
lo bahas itu lagi, gue bakal bunuh lo sekarang juga.” Ancam Vendi serius. “Biar
gimanapun, lo adalah anak dari bokap gue. Dan itu artinya lo juga adik gue,
sama seperti Najwa.” Lanjut Vendi membuat Zaquan semakin erat mendekapnya sama
seperti apa yang dilakukan Najwa sebelumnya.
Kelvin
melirik jam ditangannya dengan cukup gelisah. “Ehm!” Suara Kelvin membuyarkan
suasana haru antara Vendi dan Zaquan. Dua kakak beradik itu sontak saling
melepaskan pelukan. “Kayaknya adegan kangen-kangenannya harus ditunda dulu nih
untuk sementara waktu.” Lanjutnya seolah mengingatkan sesuatu.
Najwa melempar pandangan penuh tanya ke
arah Vendi. “Vendi mau ngajak kita ke acara peresmian taman baca yang dia
buat.” Venda yang menjawab. Gantian, Najwa menatap Venda penuh minat. “Kamu gak
lupa sama mimpi kita, kan?”
Najwa
menatap kedua kakaknya bergantian. Matanya berbinar tak percaya. “Kapan?” tanya
Najwa akhirnya sedikit terdengar antusias.
“Sekarang.”
Jawab Vendi tak kalah bersemangat.
Perlahan,
binar di mata Najwapun meredup. Ia teringat akan Nicky. Najwa kini menatap
Zaquan yang juga menatapnya khawatir. Gerakan samar dari mata Najwa menyiratkan
sesuatu yang bisa diartikan: ‘apa yang harus kita lakukan sekarang?’. Tak
satupun dari mereka berdua yang ingin mengecewakan Vendi.
Zaquan
akhirnya tersenyum. “Kak, acaranya gak dihadirin presiden atau mentri gitu,
kan?” tanya Zaquan dengan polosnya.
Vendi
pun tercengang mendengar pertanyaan ajaib yang keluar dari mulut Zaquan. “Ya
nggak lah.” Kata Vendi terdengar frustasi.
Najwa
dan Zaquan saling melempar senyuman nakal. “Oke. Berarti gak harus sekarang
juga donk kita ke sana?”
“Kalo
nggak sekarang, kapan lagi?” Venda menatap kedua adiknya kecewa. “Emangnya
kalian udah punya rencana buat pergi?”
“Hmm…
Emang mendadak sih.” Zaquan perlahan menggeser posisi berdirinya ke arah Najwa
sambil berusaha tak menimbulkan kecurigaan. “Tapi ini bener-bener penting buat
Najwa.” Lanjut Zaquan yang tatapannya harus selalu waspada.
Kedua
kakaknya langsung menatap Najwa menagih penjelasan. Zaquan yang terbelalak
ketika menatap jam tangannya langsung terlihat panic. “Udah gak ada waktu
lagi.” Ujarnya sambil meraih salah satu tangan Najwa. Namun tatapannya justru
menuju sebuah benda yang menggantung di tangan Kelvin. Sontak, ide nakal pun
terlintas dibenak cowok ini. “Kak, ini darurat. Zaq minta maaf ya sebelumnya.”
Kata Zaquan lagi. Kali ini ia sambil menyambar kunci mobil di tangan Kelvin dan
menarik tangan Najwa berlari keluar rumah tanpa memberikan penjelasan
sebelumnya untuk semua yang berada di sana.
“Zaquan!
Kalian mau kemana?” teriak Vendi sambil mengikuti adiknya. Hal yang sama juga
dilakukan Venda dan Kelvin. Namun tak satupun dari mereka yang berhasil
menangkap Zaquan atau Najwa yang sudah melesat bersama mobil Kelvin yang
dikendarain Zaquan.
@@@
“Gue
bakal ngebut, tapi tenang aja, gue udah siapin ransel buat lo peluk.” Ivo
menatap Ricky yang memperingatinya dengan penuh keheranan. Ricky yang mengerti
arti tatapan Ivo, langsung menghela napas. “Lo gak mungkin mau peluk gue, kan?”
Ivo
hanya mengangguk. Kali ini ia menatap Ricky penuh kekaguman.
“Makanya
gue pake ransel sebagai pengganti yang bisa lo peluk.”
Ricky
tak habisnya membuat Ivo kagum. Ia benar-benar menghargai wanita seperti Ivo.
Meski Ivo sendiri tak pernah gamblang mengatakannya, mungkin karena Ivo
mengenakan jilbab sehingga cowok ini memperlakukan Ivo dengan berbeda.
“Heh?
Ayo donk, lo gak mau ketinggalan adegan penting buat Nicky sama Najwa, kan?”
Suara
Ricky membuyarkan lamunan Ivo. “Iya, kak. Maaf.” Kata Ivo yang langsung naik ke
boncengan motor Ricky.
@@@
Macet.
Sudah bukan pamandangan langka di kota ini. Dan beruntung bagi Najwa yang
melihat motor Ricky berhenti di samping mobilnya. Najwa buru-buru membuka kaca
mobil. “Kak Ricky.”
Secepat
mungkin mereka bertukar tempat, Najwa bersama Ricky, dan Ivo bersama Zaquan
menggunakan mobil.
Ricky
dan Najwa bertemu dengan Vicky dan Nissa di depan pintu masuk utama. Mereka
bersama-sama mencari Nicky. Dan disanalah Nicky berada. Ia duduk seorang diri.
Dan saat itu, teriakan Najwa semakin kencang. Nickypun menoleh mendapati cewek
itu setengah berlari ke arahnya. Seketika sudut bibir Nicky tertarik hingga
membentuk sebuah senyum. Namun senyum itu langsung lenyap ketika Nicky melihat
Ricky berada sedikit dibelakang Najwa.
“Selamat
ya buat kalian.” Kata Nicky dan berusaha terlihat tegar di mata Najwa. Tapi ia
bertekad tidak akan mengucapkan selamat untuk Ricky sampai rasa sakit hatinya
hilang.
Najwa
tersenyum pahit karena Nicky pasti mengira dirinya berpacaran dengan Ricky. “Gak
nyangka, ya. Ternyata lo Cuma segitu memperjuangin gue.” Najwa meremehkan
Nicky.
Nicky
mengepalkan tangan untuk meredam emosinya. “Terus, lo mau liat gue ngehajar
Ricky? Biar lo tahu seberapa dalamnya perasaan gue ke lo.”
Najwa
tampak tak terpengaruh dengan apa yang dikatakan Nicky.
“Aku
belum ketinggalan, kan?” celoteh Ivo yang tiba-tiba muncul. “Ya ampun, kak.
Jalanan tuh macet banget.” Curhat Ivo kepada Ricky.
Ricky
tersenyum. “Maaf ya tadi gue ninggalin lo sama Zaq.”
Nicky
melirik Vicky, Najwa dan Nissa bergantian dengan tatapan penuh tanda tanya.
Mereka kompak mengangkat bahu. Sedangkan Ricky sibuk merespon curahan hati
pacarnya itu dengan antusias.
@@@
“Maafin
sikap gue yang tadi ya, Na.” suara Nicky benar-benar terdengar penuh rasa bersalah.
Kini Nicky dibiarkan
berbicara berdua saja dengan Najwa. Sedangkan cewek yang duduk disampingnya
hanya tertawa menanggapi permintaan maaf dari Nicky.
“Kenapa ketawa?”
“Lucu aja.” Kata Najwa
santai dan membuat Nicky semakin salah tingkah. “Kak Nicky lupa kalo tadi siang
kak Ricky ngasih bungan ke Ivo, bukan ke gue.”
Nicky menggeleng. “Gue gak
liat.”
“Astaga.” Najwa menepuk
jidat. “Kak, tadi siang tuh bukan aku yang dapet bunga dari Ivo. Anak-anak satu
sekolah pun tau. Dan kalo sekarang malah aku yang jadian sama kak Ricky, gimana
sama Ivo?”
Nicky mengela napas dalam
untuk menyembunyikan perasaan bersalahnya saat ini. “Sebenernya gue bukan gak
liat.” Nicky menggacak sedikit belakang rambutnya. “Tapi sengaja gak mau liat.”
“Lho, emang kenapa?”
Nicky tak menjawab. Ia
sibuk dengan pikirannya sendiri. “Hmm… karena…” cowok ini sedikit member jeda
dalam ucapannya. Dan Najwa sendiri terlihat santai saja untuk menunggu apa yang
ingin Nicky katakan. “Karena… gue cemburu…”
“Oh…”
kata Najwa singkat.
“Lo
gak ngetawain gue?” Tanya Nicky dengan tatapan heran ke Najwa.
Cewek
itu balas menatap Nicky. “Apa yang harus diketawain? Cemburu bukan sesuatu yang
lucu kan, kak? Apa lo maunya gue ketawain?”
“Nggak.”
Nicky tersenyum lega. Ia mengacak rambut Najwa dengan gemasnya. “Gue sayang
sama lo.”
“Itu
ceritanya nembak?” Ledek Najwa dengan tatapan polosnya membuat senyum Nicky
justru perlahan memudar.
Nicky
diam untuk mengatur suasana hatinya. Lalu ia menoleh ke Najwa dengan tatapan
tegas. “Kalo emang lo gak punya perasaan apapun ke gue, untuk apa lo
repot-repot nyusulin gue ke sini? Kalo tau gitu, lo biarin aja gue tanpa harus
tau kebenaran siapa cewek yang di kasih bunga sama Ricky.”
Gantian
Najwa yang diam seolah merasa bersalah.
“Sorry
kalo gue galak.” Lanjut Nicky. “Gue emang seperti ini. Gak kayak cowok lain
yang bisa ngasih pacarnya sesuatu yang romantis.” Hening sesaat. “Tapi satu
yang perlu lo tau. Selama ini gue sering ngalah buat Ricky untuk urusan cewek.
Tapi buat lo, gak ada kata ngalah lagi meski gue harus saingan sama sodara
kembar gue sendiri.” Nicky masih menatap lekat wajah Najwa, tapi cewek itu
masih menatap kosong ke arah lain.
Nicky
menghela napas cukup panjang untuk menenangkan diri. “Gue harus berangkat
sebentar lagi. Dan lo bisa ninggalin gue di sini.” Pintanya tanpa sedikitpun
menatap Najwa. Dan tak di sangka, cewek itu pun menuruti perkataan Nicky.
Setelah
memastikan Najwa benar-benar tidak ada di sampingnya, Nicky menghempaskan badan
ke sandaran kursi dengan cukup frustasi. Hatinya benar-benar hancur sekarang.
Benar apa yang tadi sempat ia katakan. Lebih baik tidak mengetahui sama sekali
kebenaran cewek yang diberikan bunga oleh Ricky, dari pada ia harus melihat
Najwa menjauh dengan sendirinya. Tak lama, Nicky merasakan seseorang duduk
disampingnya. Tapi ia tak peduli.
“Ternyata
lo ada benernya juga.”
Suara
itu… Nicky buru-buru menoleh. Najwa duduk menghadapnya. “Setelah beberapa saat gue berdiri di situ…” Najwa menunjuk
arah belakang Nicky. “…Gue pikir lo ada benernya juga.”
“Jadi,
tadi lo gak bener-bener pergi?” Tanya Nicky untuk memastikan.
Najwa
seolah tak mempedulikan perkataan Nicky. Ia mengubah posisi duduknya tidak lagi
mengarah ke Nicky. Tapi tiba-tiba saja Najwa tajam melirik Nicky. “Lo pikir gue
terpengaruh sama apa yang lo ucapin tadi? Mau lo galak atau tukang berantem,
gue gak peduli. Karena itu memang benar-benar jati diri lo yang sebenarnya. Dan
gue lebih suka sama seorang Nicky Airlangga yang galak.”
Nicky
tercengang mendengar apa yang dikatakan Najwa. Ada setetes kebahagiaan yang
mengalir di hatinya. “Jadi, tadi lo sempet mempermainkan gue?” Tanya Nicky
ketus tanpa menatap ke Najwa. Satu detik… dua detik… tiga detik… tidak ada
respon dari Najwa. Nicky merasakan sesuatu yang janggal. Perlahan ia
menggerakkan wajahnya untuk menatap Najwa. Tapi apa yang ia dapat? Chu! Najwa
mencium kilat pipi Nicky yang sukses membuat cowok itu syok dan hanya mampu
memegangi pipinya yang seolah masih bisa merasakan lembutnya bibir Najwa yang
mendarat di sana.
“Lo
udah punya pacar masih aja galak sih, kak!” protes Najwa.
“Pacar…?”
Tanya Nicky yang masih gugup akibat tragedy barusan. “Siapa…?”
“Udah
deh, gak usah pake becanda.” Najwa berdiri. “Gue juga tau kalo lo gak berangkat
hari ini, tapi besok.” Cewek ini meraih tangan Nicky. “Sebagai gantinya, kak
Nicky harus traktir gue makan. Abis itu kita nonton. Pokoknya, gue mau ngabisin
uangnya kak Nicky.”
Nicky
malah tertawa menanggapi ucapan Najwa. Perlahan ia berdiri dan pasrah saja
mengikuti arah Najwa menarik tangannya.
“Nick,
gue tau lo udah jadian, tapi jangan lupain kembaran sendiri, donk!”
Nicky
dan Najwa berhenti lalu berbalik. Di sana berdiri Vicky, Ricky, Nissa dan Ivo
dengan tatapan kecewa.
“Berasa
dunia milik berdua.” Sindir Nissa.
“Terus,
kita ngontrak gitu, Nis?” Tanya Vicky dengan tatapan sok polos hingga membuat
Nissa tertawa.
“Kalo
kita jangan mau ngontrak ya, Vo.” Kali ini giliran Ricky yang menggoda Ivo.
“Kita nyicil rumah aja.”
Ivo
tersenyum. “Terserah kak Ricky aja. Yang penting cintanya kak Ricky gak nyicil
ya ke aku.” Balasnya untuk menggoda Ricky yang sukses jadi bahan tertawaan yang
lain.
“Playboy di gombalin
pacarnya.” Kata Nicky puas.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar