Tiga Belas…
“Jangan
ampe ketinggalan jejak, Ri.” Peritah Ricky. Meski terlihat tenang, cowok ini
justru telah menunjukkan kegusaran hatinya
“Woelah…
emang mobil Nicky sengebut apa, sih?” Protes Riyu atas ketidaksabaran Ricky. Karena
Nicky memang sangat santai melajukan kendaraannya.
“Kayaknya
Nicky sengaja nih, biar bisa lebih lama di mobil sama Najwa.” Komentar Vicky
membuat Ricky mematung tak berkutik. Ia memang sengaja meledek kembarannya itu.
“Yaiyalah,
Vick.” Sambar Riyu mendukung Vicky. “Lagian, mau ngapain lagi mereka? Sekarang
aja baru jam…” Riyu baru menyadari kalo hari ini ia tak mengenakan jam.
“Sekarang jam berapa, sayang?” bisik cowok ini sambil menatap cewek yang duduk
di sebelahnya.
“Setengah
tiga.” Jawab Soraya.
Gerbang
utama Senayan sudah terlihat.
“Berarti
selama sejam kedepan, kita nungguin orang pacaran, donk?” Celoteh Vicky membuat
Ricky semakin panas. “Untung gue ngajak pacar juga ke sini.” Liriknya nakal
sambil mencolek pipi Nissa yang langsung bersemu merah.
Ricky
berbalik. Agak janggal kedengerannya Vicky berkata seperti itu. “Kok lo jadi
centil gitu sih sekarang?” protesnya menanggapi perubahan sikap kembarannya
yang selama ini selalu terlihat kalem dan santun.
Vicky
dan Nissa langsung saling menjauhkan badan mereka dan pura-pura sibuk dengan
urusan masing-masing. Nissa pura-pura sibuk dengan poselnya, sedangkan Vicky
langsung membuka kembali buku biologi yang sejak tadi dibawanya.
Ricky
dengan isengnya menurunkan buku yang di pegang Vicky hingga wajah cowok itu
terlihat. “Imej lo udah ancur sekarang.”
“Usil
banget sih lo!” protes Vicky gantian. Ia sedikit terganggu dengan sikap Ricky.
Riyu
dan Soraya kontan tertawa puas. “Udah deh. Berantem mulu lo berdua.” Kata Riyu
menengahi.
“Untung
gak ada Nicky juga di sini.” Ujar Soraya sambil menerawang dan melirik Ivo yang
duduk dalam diam sambil memandang ke luar jendela. “Vo, ajak ngobrol kak Ricky,
donk.” Usulnya.
Ivo
hanya melirik Ricky tanpa arti dan hanya menjawab saran dari Soraya dengan
senyum.
“Eh,
Riyu. Lo mau kemana, sih? Gerbangnya udah kelewat.” Tegur Ricky. Vicky dan
Nissa pun memastikan perkataan Ricky dengan menengok ke belakang. Jelas saja,
gerbang sudah cukup jauh di belakang mereka.
“Eh,
Nicky tuh gak masuk ke gerbang.” Balas Riyu yang tak terima dengan protes dari
Ricky.
Ricky
diam. Entah apa yang terjadi pada cowok itu hari ini. Untuk kesekian kalinya
Ricky menjadi bahan tawa teman-temannya.
@@@
“Harus sampe kapan nih gue terperangkap
sama lo?” tanya Najwa. Meski merasa terperangkap, tapi cewek ini terlihat
santai dan biasa aja menghadapi kenyataan dihadapannya ini. Kenyataan harus
bersama orang yang belum tentu juga ia inginkan dan entah sampai kapan keadaan
ini akan berlangsung. Karena hanya Nicky lah yang tau jawabannya.
“Ini hukuman karena dulu lo pernah
ngerjain gue!” kata Nicky yang sebenarnya juga tak terlihat berkuasa atas diri
Najwa.
“Ya sampe kapan, kak?” Desaknya.
Seharusnya memang hanya Nicky yang tau
jawabannya. Tapi sepertinya cowok ini juga gak menjadwalkan satu tanggal
sebagai hari pembebasan Najwa. Karena memang ia sama sekali tak berniat
membebaskan Najwa. Ia ingin Najwa tetap seperti ini, selalu di sampingnya.
“Kak?” tegur Najwa karena Nicky tak
kunjung memberikan jawabannya.
Nicky tak tau harus berkata apa. Ia
sendiri di buat pusing atas kelakuannya dan hanya sanggup mengacak-ngacak
rambutnya. “Gue juga gak tau tuh.” Katanya polos.
“Hah? Jangan gitu, donk? Lo harus kasih
kepastian.”
“Oke.” Ujar Nicky akhirnya. “Tunggu
sampe gue bosen sama lo.” Kata Nicky sekenanya.
“Kalo lo gak bakal bosen?” serang Najwa
lagi.
“Na, manusia tuh bakal sampai ke titik
jenuh terhadap sesuatu.” Nicky berkata sok bijak. Seperti ia tengah menyamar
sebagai Vicky. Tapi jatuhnya malah terlihat dibuat-buat. Namun sedetik
kemudian, ia menyesali perkataannya.
“Tapi kayaknya masih jauh untuk lo sampe
ke titik jenuh tersebut. Lo aja gak ada bosen-bosennya gangguin gue.” Beruntung
Najwa tak terlalu termakan omongan Nicky barusan.
“Jadi lo ngerasa terganggu?”
Jujur. Jawabannya nggak. Kali ini
gantian Najwa yang mengutuk dirinya karena telah berkata seperti itu.
Nicky tak dapat berfikir jernih saat
ini. “Kalo emang lo ngerasa terganggu, gue bakal mundur. Murni karena
permintaan lo.” Nicky hanya bisa mengalah. “Meski sebenarnya gue gak akan
pernah rela ngelakuin itu.” Katanya lagi, menegaskan.
Najwa masih diam. Ia hanya bisa pasrah
dengan keadaan. Kalo memang Nicky benar-benar serius dengan ucapannya, ya
anggap aja belum jodoh. Najwa menghela napas penuh sesal.
@@@
Pelataran parkir stadion. Ricky membuka
pintu tengah mobil sambil menenteng dua botol air mineral. Hanya ada Ivo di
sana. Vicky, Nissa, Riyu dan Soraya, entah sudah berada di mana mereka sekarang
ini. Ia memberikan salah satu botol ke Ivo dan langsung di terima cewek itu.
“Makasih, kak.” Kata Ivo sambil
tersenyum.
Ricky mengangguk samar. Ia hanya berdiri
dan tak berniat masuk. Cukup lama Ricky dan Ivo terjebak dalam suasana hening.
Satu sisi mereka berharap salah satu dari empat orang—Vicky, Nissa, Riyu dan
Soraya—tersebut datang. Tapi di sisi lain, mereka senang berada dalam suasana
seperti ini. Karena gak akan ada yang usil meledek mereka.
“Vo.” Kata Ricky akhirnya memecah
keheningan.
“Iya, kak.” Ivo melirik, namun Ricky
memandang ke arah lain.
Ricky sempat melirik Ivo melalui ekor
matanya. Tapi sedetik kemudian, ia telah menatap arah lain karena mendapati Ivo
menatapnya. “Lo masih punya perasaan ke gue?”
Ivo menutup botolnya. Entah sudah
keberapa kali Ricky menanyakan hal tersebut. Dan Ivo sendiri sudah sangat
terbiasa menanggapinya.
“Kalo kakak nanyain hal itu lagi, sumpah
aku akan gangguin kakak seperti apa yang dilakuin kak Nicky ke Najwa.” Ancam
Ivo serius. Entah keberanian dari mana yang didapatkan cewek ini hingga sanggup
mengeluarkan kata-kata seperti itu.
“Berani?” Ricky menantang lalu kembali
menenggak minumannya. Ia masih tak berani menatap Ivo, meski hanya melalui
lirikan mata.
“Siapa takut?” Ivo menjawab tantangan
Ricky.
@@@
Najwa dan Nicky bersamaan masuk ke dalam
mobil. Nicky mengikat sabuk pengaman dibadannya. “Cari makan dulu, ya.” Ajak
cowok itu sebelum menyalakan mesin mobilnya.
Najwa hanya mengangguk tanda ia tak
keberatan.
“Mau makan dimana?” Tawar Nicky kemudian
mulai meninggalkan lapangan parkir.
Najwa sedikit berfikir. Apa yang
sekiranya saat ini ia inginkan. “Hmm… pecel lele enak kali yaa?” ujarnya
meminta saran sambil sedikit menerawang.
“Pecel lele?” Nicky mengulangi. “Lo tau
di mana restorannya?”
Najwa mengerutkan dahi. “Restoran? Emang
ada?”
“Kalo gue nanya lo, ngapain lo nanya
balik?” Protes Nicky. “Siapa yang mau jawab?”
Memang tak ada yang bisa menjawabnya. “Ya
kirain. Soalnya setau gue tuh adanya warung tenda pinggir jalan.”
“Terus, lo mau makan di sana, gitu?”
tanya Nicky gak yakin.
“Gapapa, kan?” lagi-lagi Najwa balik
bertanya.
Nicky garuk-garuk kepala dibuatnya. ‘Gak
ada salahnya juga sekali-sekali nurutin permintaannya Najwa’. Pikirnya. Namun
sedetik kemudian, Nicky langsung meralat apa yang dipikirannya dengan sedikit
menggeleng. Beruntung Najwa tak terlalu memperhatikannya. ‘Gak bisa malam ini.’
Tanpa meminta persetujuan Najwa, cowok
itu langsung memarkirkan mobil di pelataran sebuah restoran. Najwa langsung
berdecak kecewa mendapati kenyataan itu.
“Kita makan di tempat yang biasa aja
yuk…” Pinta Najwa setengah merayu sambil mengenggam tangan kiri Nicky.
“Emang kenapa, sih? Ini juga bukan
restoran yang mahal-mahal banget kok.” Nicky tetap pada pendiriannya. Ia
membuka pintu dan siap ke luar. Namun Najwa masih mengenggam tangannya dan
membuat cowok ini membatalkan niat untuk ke luar.
“Feeling
gue gak enak.” Najwa masih berusaha.
“Aduh… udah deh. Buang jauh-jauh pikiran
jelek lo.” Nicky mengajari. Beberapa saat kemudian, cowok ini udah membukakan
pintu untuk Najwa. “Ayo buruan turun.” Kali ini Nicky tak meminta persetujuan
Najwa. Ia langsung menarik cewek itu ke luar dari mobil.
Sejurus kemudian, mereka sudah setengah
jalan menyantap makanan yang semuanya dipesankan oleh Nicky.
“Lo kenapa, sih?” tegur Nicky karena
Najwa terlihat tak selera dengan makanannya. “Gak suka sama makanannya?” Najwa
tak menjawab. Nicky menghela napas lalu menyandarkan badan di kursi. “Gue suruh
pesen, lo malah nyuruh gue yang milihin makanan buat lo.” Kini Nicky malah
menyalahkan Najwa. “Yaudah sana pesen lagi.”
“Ngak usah kak. Ini aja cukup kok.” Kata
Najwa akhirnya. Ia sambil berusaha menghilangkan firasat jeleknya. Namun selalu
saja gagal.
Nicky yang terlihat tak sabar, bergerak
dari posisi duduknya sekarang. “Sini gue suapin.” Ia merapatkan badan ke meja
agar bisa meraih sendok dari tangan Najwa. Cowok itu menyendokkan makanan dari
piring Najwa dan mendekatkannya ke bibir cewek itu. Namun Najwa langsung
menghindar. “Cepet buka mulut lo!” Perintah Nicky.
Najwa masih mati-matian menjauhkan
sendok dari tangan Nicky. “Gak mau!”
“Cepet!” Nicky tak menyerah begitu saja.
“Diliatin!” Najwa melirik sekitar.
“Bodo!”
“Oke! Gue makan sendiri.” Kata Najwa
yang akhirnya menyerah sebelum mereka benar-benar menjadi tontonan gratis.
Nicky langsung melunak. “Gitu donk.” Ia
langsung meletakkan sendok Najwa dan membuat cewek itu jengkel sejengkel
jengkelnya dengan perbuatan cowok ini.
@@@
Vicky dan rombongannya masih setia
mengawasi Nicky dan Najwa. Tak lama Soraya dan Riyu kembali dari
pengintaiannya. Mereka sepakat dua orang itu yang mengawasi Nicky ke dalam
karena akan sangat beresiko jika Vicky atau Ricky yang maju.
Riyu dan Soraya duduk di kursi tengah.
Karena posisi sebagai pengemudi sudah kembali di ambil alih oleh Ricky. Dan Ivo
tak mungkin menolak ketika diperintah untuk duduk di depan menemani Ricky.
“Mereka lagi makan. Gak mungkin Nicky ngelakuin
hal gila di tempat umum kayak gini.” Lapor Riyu.
“Gue juga sempet liat Nicky mau nyuapin
Najwa.” Soraya ikut menambahkan hasil intaiannya bersama Riyu tadi.
Ricky diam sambil memandang keluar
jendela. Hanya itu yang dilakukannya sejak baru sampai di sana. Ia berusaha
menahan diri agar tak terpengaruh dengan semua laporan-laporan Riyu dan Soraya.
Soraya berdesah kecewa. “Tapi sayang,
Najwa nolak di suapin Nicky.” Lanjutnya.
Mendengar
Soraya berkata demikian, tergoreslah senyum tipis di bibir Ricky. Ia masih
memandang keluar jendela. Jadi, bisa dipastikan hanya dia dan Tuhan yang tau
senyum itu telah terukir.
“Gue
sependapat dengan Riyu.” Kata Vicky. “Terus gimana?” ia meminta saran dari
siapa saja. “Apa kita tinggal aja mereka?”
“Gue
sih gak masalah.” Nissa yang pertama mengomentari. “Dari pada Nicky curiga.”
Riyu,
Soraya dan Ivo lanjut memberikan suara yang sama.
Tersisa
Ricky. “Jangan.” Hanya ia yang punya pemikiran berbeda.
“Kenapa?”
Riyu mewakili kebingungan yang lain terhadap pendapat Ricky yang berbeda
seorang diri.
Cowok
ini masih berada di posisi yang sama dengan sebelumnya. Memandang ke luar
jendela. “Nicky pasti bakal butuh bantuan kita. Tungguin aja.” Hanya Ricky yang
mengerti.
@@@
Najwa mengikuti Nicky ke meja kasir.
Setelah mengetahui berapa harga makanan yang harus di bayarnya, Nicky merogoh
saku celana bagian belakang untuk mencari dompet.
“Gak pake bercada ya, kak.” Protes Najwa
sebelum Nicky mengakui dompetnya tak ada. “Lo tau gue gak bawa duit sepeserpun.”
Lanjutnya karena ekspresi wajah Nicky benar-benar penuh kepanikan.
“Gue gak bercanda, Na.” balas Nicky yang
tak terima di tuduh seperti itu. Karena memang ia tak menemukan dompetnya di
sana. “Gue liat ke mobil dulu.” Kata Nicky yang langsung berderap ke luar.
Najwa memberikan senyuman memaksa kepada
sang kasir ketika Nicky meninggalkannya. Kasir itu memandang kesal dan terlihat
jutek.
Tak lama Nicky kembali dan tak
menunjukkan sinyal adanya kabar baik. Cowok itu menarik Najwa sedikit menjauh
dari meja kasir. “Mampus, Na.” Bisiknya. “Dompet gue gak ada.”
Akhirnya firasat jelek Najwa benar-benar
terjadi. “Di kantong celana lo ada duit kan pasti?”
Najwa benar. Nicky pun langsung
menurutinya. Ia menemukan sesuatu di kantong depan celananya. Cowok ini
berdecak kecewa karena jumlah uang yang ia dapat tak sesuai harapan. Hanya
beberapa lembar ribuan sisa uang kembali saat ia membeli tiket nonton voli.
Najwa pun mencoba peruntungan dengan
ikut mencari lembar rupiah yang mungkin saja tertinggal di saku celana jinsnya.
“Ada nih, kak.” Ujarnya memberi pencerahan ketika tangannya menyentuh sesuatu.
Namun sayang, hanya ada selembar sepuluh ribuan.
“Gue juga nemu lagi nih.” Kata Nicky tak
kalah cerah. Meski hanya selembar lima ribuan. Sedetik kemudian Nicky mengacak
rambutnya. “Nyari di mana lagi? Di mobil Vicky juga Cuma sisa recehan buat
parkir doank.” Keluhnya.
“Tuh kan, gue bilang apa? Makan di
warung tenda aja.” Najwa kembali kesal mengingat kejadian beberapa jam yang
lalu. “Duit segini juga udah cukup.”
“Iya maaf.” Kata Nicky penuh penyesalan.
“Lagian, walau makan di pinggir jalan tetep aja kita masih dalam masalah.
Mobilnya Vicky juga butuh makan.”
Najwa meremas kesal lengan Nicky yang
langsung meringis. “Kak Nicky…” Najwa setengah geregetan.
“Sakit, Na.”
Najwa melepaskan cengkeramannya. “Kalo
gini caranya, terpaksa deh.” Cewek ini mengeluarkan ponselnya.
Nicky menutupi layar ponsel Najwa ketika
cewek itu menekan sederatan nomor. “Lo mau telpon siapa?”
Najwa berusaha menyingkirkan tangan Nicky.
“Riyu.” Jawabnya singkat.
“Jangan!” Nicky cepat-cepat merebut
ponsel Najwa. “Gue gak bakal ngebiarin lo nelpon Riyu.”
“Kenapa?”
“Mending gue malu di depan dua kembaran
gue dari pada malu di depan Riyu.” Tegasnya.
@@@
Ricky melirik jam tangan sport berwarna
hitamnya. ‘Udah hampir sejam. Nicky kok masih belum ada kabar sih?’ keluhnya
seorang diri. Ricky bisa mendengar suara Vicky yang berbicara melalui telepon.
Ketika kembarannya itu mengakhiri pembicaraan, Ricky membalikkan badan.
“Kenapa, Vick?” Tegurnya.
“Nicky nelpon gue. Dia bilang dompetnya
ilang dan minta gue nyusul ke sini.” Kata Vicky sesuai dengan yang dikatakan
Nicky padanya tadi.
“Itu dia.” Ricky menjentikkan jari. “Itu
maksud gue kenapa kita harus tetep nunggu dia.” Ricky mengeluarkan sebuah
dompet dari saku celananya. “Pas di stadion, ada cowok yang ngasih dompet ini
ke gue.”
“Itu kayak dompetnya Nicky.” Kata Vicky
yang mengenali dompet hitam dengan aksen merah itu sebagai milik Nicky.
“Tepat. Dan gue yakin orang itu udah
ngeliat foto Nicky di dompet ini dan menyangka itu foto gue.” Lanjut Ricky.
“Berarti Nicky gak ada uang buat bayar
makanan mereka?” tebak Soraya.
Ricky hanya mengangguk. Begitu pula
dengan Vicky. “Kalian langsung pulang aja. Biar gue yang nemuin Nicky.” Kata
Ricky yang langsung membuka pintu mobil.
@@@
Besoknya, pas jam istirahat, Najwa dan
Ivo berjalan berdua menuju kantin. Tak jauh ketika turun tangga, ponsel Najwa
berbunyi dan sesaat membuat cewek ini tenggelam dalam obrolannya.
“Lo masih punya perasaan ke gue?”
seseorang berbisik di telinga Ivo. Suara itu seperti milik Ricky dan terdengar
sangat jelas. Tapi Ivo sama sekali tak terpengaruh. Ia juga tak ingin
mempercayai Ricky benar-benar kembali mengatakan hal itu. “Kenapa diem aja?.”
Tanya suara itu lagi. Ivo melirik Najwa yang masih sibuk sendiri dan tak
merasakan ada yang mengganggunya. “Gue masih nunggu gangguan yang lo ancem
itu.”
Najwa berhenti ketika menyadari temannya
yang satu itu sudah tak berdiri disampingnya. “Kenapa, Vo?” Tanya Najwa ketika
berbalik. Ia mendapati cewek itu seperti mencari-cari sesuatu.
“Gapapa, Na.” kata Ivo sambil
melanjutkan langkah. Baru beberapa meter dari tempatnya berdiri, Ivo merasakan
sebuah sms masuk ke ponselnya. Dari Ricky.
Gak
usah nyari gue. Gue gak akan kabur kok. Gue Cuma mau nagih janji dari lo aja
setelah gue tanya ‘lo masih punya perasaan ke gue?’ lagi.
Ivo tampak tak ingin mempedulikan sms
dari Ricky barusan. Ia memasukkan kembali ponselnya. Belum juga ngegangguin
kakak kelasnya itu, Ricky justru telah mengganggu cewek ini terlebih dahulu.
Tapi setelah itu, Ivo benar-benar
membuktikan ucapannya. Contohnya sore ini, ketika pulang sekolah, Ricky yang
udah kelas tiga masih harus mengikuti pelajaran tambahan. Sebelum masuk kelas,
ia menyempatkan diri untuk mampir sebentar ke kantin. Di sanalah Ivo beraksi.
“Mau nemenin kak Ricky makan dulu
sebelum PM.” Jawab Ivo setelah Ricky bertanya kenapa dirinya belum pulang.
Besok paginya, Ivo yang lebih dulu
sampai, menunggu Ricky di tempat biasa cowok itu memarkirkan mobilnya. Namun
karena Ricky datang bersama Vicky, cowok itu langsung buru-buru mendekati Ivo.
“Lo gak masuk kelas?” tanya Ricky
setengah panic cewek itu ada di sana.
“Nungguin kak Ricky.” jawab Ivo santai.
“Nungguin gue?” Ricky mengulangi
perkataan Ivo. “Ada apa?”
“Cuma pengen mastiin kak Ricky udah
nyampe sekolah dengan selamat.” Ricky tercengang mendengarnya. “Aku duluan ya,
kak.” Kata Ivo yang pergi begitu saja.
Ricky masih sedikit tercengang sambil
mengikuti arah langkah cewek yang memberikannya kejutan yang tak terduga pagi
ini. Hati dan pikirannya berkelahi. Ia tak ingin mempercayai seorang Ivo
benar-benar melakukan apa yang pernah dilakukan Nicky terhadap Najwa. Namun di
sisi lain, ia tenang karena Ivo melakukan itu untuknya. Memperhatikan dengan
cara cewek itu sendiri. Bukan seperti Nicky. Karena Ivo memang bukan Nicky.
@@@
Keesokan paginya, ketika Najwa membuka
pagar, ia menemukan Nicky seorang diri di depan rumahnya. Ia tak membawa motor
atau pun mobil.
“Langsung berangkat, kan?” tanya Nicky
sambil mengeluarkan motor Najwa.
“Kakak ke sini naik apa?” Najwa malah
balik bertanya sambil melihat sampai ke ujung jalan mencari kendaraan yang
mungkin mengantarkan Nicky hingga sampai di rumahnya.
“Naik ojek.” Kata Nicky santai sambil
naik ke atas motor Najwa.
“Naik ojek?” Najwa mengulangi sekaligus
memastikan ia tak salah dengar. “Lo bela-belain naik ojek untuk bisa berangkat
bareng gue?”
“Iya.” Nicky mengangguk. “Kita kan gak
bisa pulang bareng. Jadi, gue gak mau nyia-nyiain kesempatan bareng sama lo
walau Cuma berangkat sekolah aja.”
“Setiap hari bakal kayak gini?”
“Hmm…” Nicky pasang tampang sok mikir.
“Maunya sih gitu. Tapi kan gak mungkin juga. Kalo libur sekolah, yaa gue gak
bakal kayak gini.”
Najwa tak habis pikir dan tak bisa memprediksi
semua yang dilakukan Nicky.
“Sekalian sebagai permintaan maaf gue
karena ngerusak kencan kita.” Lanjut Nicky karena Najwa tak kunjung memberi
respon.
“Kencan?” protes Najwa yang sukses
membuat Nicky semakin merasa bersalah.
“Kenapa? Itu gak bisa di sebut kencan
ya? Apa karena gue kurang romantis?” tanya Nicky merendahkan diri.
‘Mampus!’ pekik Najwa dalam hati sambil
menepuk keningnya.
Entah apa yang membuat mereka memikirkan
hal yang hampir sama. Mereka membayangkan Nicky menyiapkan makan malam special
di tepi kolam renang yang penuh dengan taburan bunga dan lilin yang mengambang
di permukaan kolam. Setelah itu, Nicky mengeluarkan selembar kertas yang penuh
dengan kata-kata manis namun… tiba-tiba berubah menjijikkan. Nicky dan Najwa
menggeleng bersamaan untuk menghilangkan pikiran-pikiran tadi.
“Nggak deh. Jangan sampe!” Najwa
menyesali telah mendapat imajinasi yang … gak bisa diungkapkan dengan kata-kata
karena cewek ini sama sekali tak ingin hal itu benar-benar terjadi.
“Iya jangan sampe.” Nicky menyetujui
perkataan Najwa.
Perlahan Najwa naik ke boncengan motor.
“Mending berangkat sekarang deh.” Ajak Najwa karena ia benar-benar ingin
menghilangkan pikiran tersebut.
@@@
Seperti biasa, sejak jadian, Vicky dan
Nissa memang selalu terlihat pulang bersama. Tak terkecuali hari ini. Mereka
masuk bersama ke dalam mobil Vicky. Sejauh ini berjalan lancar sebagaimana
mestinya. Hingga akhirnya, ketika mobil Vicky mulai meninggalkan gedung
sekolah, ia membuka kacamatanya.
“Kenapa gak di buka dari tadi aja sih.”
“Hah?” balas cowok itu tak percaya. Ia
juga tak bisa terlalu lama bersembunyi di balik tubuh kembarannya. Terutama di
hadapan cewek yang satu ini.
“Gak usah sok kaget gitu deh, Rick?”
ledek Nissa.
“Lo bener. Sekarang udah aman.” Yup,
cowok itu sebenarnya Ricky. Makanya, setelah penyamarannya terbongkar, cowok
ini langsung sedikit mengacaukan penampilan Vicky yang semula rapih hingga ia
kembali ke jatidirinya.
“Vicky udah nyerah sama apa yang terjadi
antara gue dan Nicky.” Kata Ricky yang langsung berterus terang. “Gue emang
belum terlalu lama kenal sama Najwa. Tapi jujur, Najwa cewek kedua yang bikin
perasaan gue kayak gini setelah Jasmin dulu.”
Nissa sesekali mengangguk. Karena ia
memang sangat mengerti masalah percintaan yang tengah di alami cowok yang sudah
ia anggap seperti keluarga sendiri. “Apa yang bisa gue bantu?” tanya cewek ini
yang langsung menawarkan diri.
“Gue Cuma butuh masukan. Apa yang
sebaiknya gue lakuin?” Ricky balik bertanya. Dan Nissa lah harapan terakhirnya
setelah Vicky yang sudah tak bisa membantu apa-apa.
“Apa Ivo bisa gantiin posisi Najwa di
hati lo?”
Deg… ‘Kenapa bisa cewek itu lagi yang
mencuat dipermukaan?’ batih Ricky.
“Gue lihat cewek itu cukup serius sama
lo. Dia bener-bener memandang positif semua kalemahan lo.” Ucap Nissa
sungguh-sungguh.
“Apa gue harus ngalah untuk Nicky?”
tanya Ricky ragu-ragu. Ia tak yakin sanggup melakukan itu.
Beruntung bagi Nissa karena Ricky
mengatakan hal itu. “Tepat… karena Nicky gak bisa terus-terusan mengalah.”
Ricky memegang dada kirinya. Ia tak
percaya harus melakukan itu. ‘Nicky gak bisa terus-terusan mengalah.’ Batin
Ricky yang mengulangi perkataan Nissa tadi. Cowok ini tampak memikirkan apa
yang dikatakan Nissa barusan.
“Hanya untuk Najwa, Nicky gak sanggup
untuk kembali mengalah.”
Setelah sekian lama, Ricky akhirnya
sedikit melirik Nissa.
“Kita bisa berhenti sebentar kalo lo
mau.” Saran cewek itu.
Ricky pun langsung menepikan mobil dan
berhenti di bahu jalan. Ia tak ingin mengambil resiko di tengah suasana hatinya
yang sedang sangat tidak bersahabat.
“Kanapa harus Najwa?” tanya Ricky dengan
suara tertahan. Mati-matian ia menahan emosi akibat rasa sakit di hatinya.
“Itu pilihan hati.” Kata Nissa bijak.
“Iya. Kenapa bukan cewek lain? Ivo,
Viola atau mungkin lo misalnya?”
Nissa harus mengeluarkan kesabaran
ekstra. “Lo pikir, gue gak sakit hati ngeliat kedekatan Nicky dan Najwa?”
Cukup. Ricky menghempaskan badannya ke
sandaran jok mobil. Ricky mengerti. Dan sangat mengerti. Ia, Vicky dan tak
terkecuali Nicky, memang telah menyadari bahwa Nissa memiliki perasaan lebih ke
Nicky.
“Nicky
selalu ingin melihat kebahagiaan lo dan Vicky. Meski harus mengorbankan
perasaannya ke seorang cewek.” Ujar Nissa dengan tatapan menerawang. “Tapi gue
mohon kali ini, lo ngalah untuk Nicky bisa ngedapetin Najwa.” Nissa langsung
menghadapkan badannya ke Ricky sambil merapatkan kedua telapak tangannya.
“Pliss… Hanya untuk kali ini aja.” Lanjutnya.
“Eh, lo apa-apaan sih?” tanya Ricky yang
terkejut dengan apa yang dilakukan cewek di hadapannya ini. “Jangan kayak
gitu.” Ricky melerai tangan Nissa yang saling bertautan.
“Nicky udah beberapa kali ngalah buat lo
mengenai masalah cewek. Apa sekali aja lo gak mau ngelakuin itu untuk Nicky?”
Nissa masih menatap Ricky dengan sorot penuh permohonan. “Lo pasti gak tau,
kan? Vani, Anggi, Retno. Mereka…”
Ricky cukup tercengang mendengarnya.
‘Jadi, selama ini…’ ucapannya tertahan dalam hati.
“Mereka beberapa cewek yang sempet di
taksir Nicky, dan lo yang…”
“Cukup.” Pinta Ricky dengan suara pelan
dan langsung melanjutkan perjalanan mereka yang sempat terhenti sesaat. ‘Iya…
gue inget. Mereka yang telah gue rebut dari tangan Nicky.’ Ujarnya dalam hati
penuh sesal.
@@@
Malam harinya, ketika melawati kamar
Nicky, Ricky tampak sedikit melirik ke dalamnya karena pintu kamar cowok itu
tidak tertutup rapat. Kala itu, Nicky tengah duduk di tepi balkon sambil
memandang hamparan bintang yang bertebaran di langit rumahnya.
Ricky tak berniat pergi dari sana, tapi
ia juga tak ingin masuk untuk menemui Nicky. Hatinya terasa panas, namun ia
juga tenang. Karena jika ia tak bisa menjangkau Najwa, cewek itu tetap akan
jatuh ke tangan orang yang benar. Orang yang benar-benar bisa ia percayai untuk
bisa menjaga Najwa dengan baik.
Di belakangnya, Ricky merasakan helaan
napas seseorang. Ia pun berbalik, dan orang itu adalah Vicky. Kembarannya yang
satu itu berdiri dengan tangan terlipat di depan dada sambil memangdang lurus
ke tempat Nicky berada.
Vicky menghela napas sekali lagi. “Mau
sampe kapan kalian kayak gini?” kata Vicky yang akhirnya menatap mata
kembarannya itu yang tak menyiratkan apa-apa. Namun ia tau, di lubuk hati Ricky
yang paling dalam, cowok itu berusaha menyembuhkan rasa sakit yang tak semua orang sanggup untuk
melakukannya. Bagaimana tidak, Ricky harus perang batin dengan sang kakak,
Nicky.
Ricky sedikit berpaling untuk
menyembunyikan kegusaran hatinya.
“Gue adalah orang yang sangat tak
berguna hari ini.”
Ya. Ricky mengerti apa yang dipikirkan
adik kembarnya itu. “Gue juga juga bakal ngerasain hal yang sama kalo jadi lo.”
Kembali hening.
@@@
Malam ini udara berhembus cukup kencang.
Nicky mengusap kedua lengannya karena merasa cukup dingin. Kemudian Nicky
melepaskan headshet yang sejak tadi menggantung ditelinganya
sebelum ia menyudahi kegiatannya menatap bintang.
Ricky dan Vicky langsung gelagapan
mendapati Nicky yang kini menyadari keberadaan mereka.
“Pinjem charger hape, donk. Punya gue
kebawa Nissa.” Ceplos Vicky yang langsung menengok ke Ricky dengan tatapan ia
meminta maaf karena hanya bisa melindungi dirinya sendiri.
Nicky sendiri tak terlalu ambil pusing
meski sebenarnya ia juga menyadari adanya sedikit kejanggalan atas kehadiran
dua kembarannya itu yang bersamaan di depan kamar. “Kirain kenapa? Ambil aja
sendiri.” Kata Nicky setelah menutup jendela kamarnya, lalu membaringkan diri
di atas kasurnya.
Vicky dan Ricky kembali saling tatap.
Vicky masuk ke kamar Nicky tanpa diikuti Ricky. Vicky langsung menuju meja
belajar Nicky karena ia tau kembarannya pasti menyimpan benda yang ia maksud di
sekitar sana. Sebuah charger hape tergeletak bersebalahan dengan jam tangan
biru yang Nicky dapatkan dari Najwa. Vicky yang terkejut melihatnya, justru
memilih untuk meraih jam tersebut. Diliriknya Ricky yang masih berdiri di
ambang pintu kamar Nicky.
Suasana seperti ini bertahan cukup lama.
Ricky juga tak kalah terkejut melihat benda yang berada dalam genggaman Vicky.
Namun ia juga tak bisa berbuat apa-apa.
Kembali merasakan kejanggalan, Nicky
yang semula telah memejamkan mata, kini perlahan membuka mata dan tujuan
pertamanya adalah Vicky yang masih berdiri di depan meja belajarnya. Nicky
langsung menegakkan badan setelah menyadari bukan charger hape yang ada di
tangan Vicky.
“Ini…?” tanya Vicky yang sangat jelas
meminta penjelasan.
Nicky tersentak. “Itu…” ucapnya terbata.
Ricky yang semula diam, kini menerobos
masuk dan langsung berdiri di samping Vicky. Dengan tegas ia membuka laci meja
tersebut dan mengambil sesuatu di tempat yang cukup dalam. Itu dia, sebuah
kotak yang menyimpan jam tangan yang sama persis seperti jam dalam genggaman
tangan Vicky.
“Ini punya gue kan, Nick?” tanya Vicky
memastikan meski di bagian dalam jam tersebut terukir huruf ‘V’ yang bisa
dipastikan itu adalah inisial namanya.
Nicky menyingkirkan selimut yang
menutupi tubuhnya lalu bangkit dan berdiri dihadapan dua kembarannya.
“Lo nemu jam itu di mana?” Ricky tak
ingin hanya tinggal diam. “Gak mungkin lo diam-diam nyimpennya, kan?”
“Jam itu kebawa Najwa.” Kata Nicky
pelan. Akhir-akhir ini nama Najwa memang cukup sensitive untuk mereka bertiga.
Terutama antara dirinya dan Ricky.
“Kenapa…” Vicky tak melanjutkan
ucapannya.
“Najwa nunggu salah satu dari kita.”
Ricky menatap Nicky tajam. Dan Vicky
menatap Nicky tak percaya. “Bukan berarti itu gue, kan?”
Nicky mengangkat bahunya lemah. Dan
Ricky benar-benar tertunduk. Mereka tak percaya seperti ini kejadiannya.
Vicky sama sekali tak menginginkan ini.
“Kalo emang gini kejadiannya, kita rahasiain dari Najwa. Bilang sama dia kalo
jam itu bukan milik gue.” Kata Vicky yang langsung melempar jam itu ke atas
kasur dan meninggalkan kamar Nicky.
Nicky mengusap wajahnya dengan satu
tangan. Ricky yang ikut lesu menatap raut wajah Nicky. ‘Dia gak kalah kecewa
seperti gue.’ Batin Ricky. Tiga anak kembar ini memang memikirkan hal yang
sama. Tapi Nicky jadi yang paling terpuruk karena ia lah orang pertama yang
menerima jam itu, bahkan langsung dari tangan Najwa.
@@@
Najwa tengah membaca novel di dalam
kamar ketika ponselnya memiliki satu pesan masuk. Dari Nissa.
Na,
aku tau kamu yang nemuin jam triwins. Dan aku boleh tau, dibalik jam itu ada
inisial huruf apa?
Berita itu memang pasti akan cepat
sampai di telinga Nissa. Najwa tertegun. Bagaimana mungkin ia melupakan bagian
pada jam itu. Padahal, cukup sering ia mengamati tiap detailnya. “Bego banget
sih gue! Masa bisa lupa ada huruf apa di jam itu.” Ia memarahi dirinya sendiri.
Najwa berusaha membuka kembali memorinya
tentang jam tersebut. Satu yang ia ingat, huruf terbentuk dari beberapa garis.
Antara huruf N, R, dan V. Bisa dipastikan bukan huruf ‘R’.
Huruf
N, kak.
Pesan
terkirim. Najwa seperti tanpa sadar membalas pesan Nissa. Ia mencoba untuk
membatalkan sms tersebut. Namun pesan sudah terkirim, dan mungkin saja saat ini
Nissa sudah membacanya.
@@@
Tapi bukan Najwa namanya kalo gampang terpengaruh
dengan tampang polos Nicky yang di buat-buat. “Sok melarat tampang lo.” Protes
cewek ini sambil memutar di mobil menuju pintu penumpang.
Nicky hanya tersenyum bangga.
@@@
Lokasi pertama yang dituju Nicky dan
Najwa adalah sebuah café. Ricky yang menyetir, hanya memarkirkan mobilnya di
pinggir jalan.
“Lama deh pasti.” Tebak Nissa sambil
berdecak kesal. Vicky yang duduk di depan, langsung membalikkan badan untuk
bisa melihat ceweknya yang duduk di kursi tengah bersama Riyu.
“Kalian laper kan? Kita bungkus makanan
biar bisa makan di mobil aja gimana?” saran Vicky yang langsung di setujui.
Namun
Ricky berinisiatif untuk pergi memesan makanan. “Gue aja.”
Tak
lama Ricky pun kembali dan ia tercengang karena posisi duduk sudah seratus
persen berubah. “Apa-apaan nih?” Protesnya sambil membuka pintu tengah. Ivo
yang duduk di tengah semakin merapatkan badannya ke pintu seberang.
Ricky
melirik tajam ke Vicky yang duduk di kursi belakang bersama Nissa. Mereka
tengah mendengarkan music di satu handsfree.
Lalu beralih ke Riyu yang asik melihat foto yang ditunjukkan Soraya kepadanya.
“Riyu!
Balik ke tempat semula.” Tegurnya setengah memerintah.
Riyu
menoleh enggan. “Gak ada.” Tolaknya mentah-mentah. “Kalo lo yang nyetir, gue
jamin pulangnya anak-anak langsung kena serangan jantung.”
“Kak
Riyu jangan ngomong gitu, akh.” Protes Ivo terdengar ngeri. Namun lebih
mengerikan baginya adalah tatapan Ricky yang kurang bersahabat.
“Iya
gue cabut omongan gue.” Riyu langsung mengalah. Ia menatap Ricky yang masih
berdiri di luar. “Udeehhh… buruan masuk. Kagak laper, apa? Keburu Nicky keluar
nih.” Protesnya setengah menakut-nakuti.
Dengan
terpaksa Ricky mengorbankan harga dirinya. Selain itu, di luar juga panasnya
gak kira-kira. Dan percuma aja ia meminta posisi duduk kembali seperti semula.
Sampe ngancem mau ngebakar mobil pun, gak akan ada yang ngalah. Kecuali Ivo.
Tapi cewek itu juga gak bisa berbuat banyak.
“Dalam
suasana kayak gini, masih sempetnya pada pacaran.” Gerutu Ricky pelan sebelum
masuk ke dalam mobil.
“Ngomong
apa lo barusan?” tegur Vicky memastikan pendengarannya tak salah. Yang lain
juga pasti mendengarnya, meski hanya Vicky yang berani menyinggung.
Ricky
yang udah duduk, lantas menoleh ke Vicky yang duduk dibelakangnya. “Dalam
suasana kayak gini, masih sempetnya pada pacaran.” Tak di duga Ricky justru
memperjelasnya.
“Tuh
Ivo nganggur.” Vicky menyambar kotak makanan yang disodorkan Ricky kepadanya.
“Ajakin aja pacaran.” Ledeknya.
Riyu,
Soraya dan Nissa sontak tertawa puas atas penindasan mental yang di terima Ricky
dari kembarannya sendiri.
Dua
lawan empat. Bukan, tapi satu lawan empat. Ivo tak mungin membantunya membalas
dendam. Biar gimana pun, Ricky memang tak mungkin untuk membalas dengan cara
apa pun.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar