Kamis, 21 Februari 2013

3twins (part 8)


Delapan…

Riyu sama sekali tak berani menegur Najwa kalo tampang cewek itu lagi jutek plus cemberut. Hasilnya, kini mereka saling diam di dalam mobil yang dikendarai Riyu. Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Riyu. Dari Dylan.

        Gue udah nemuin bengkel tempat ka Vendi kerja. Gak jauh dari sekolah lo. Tepatnya di jalan raya deket gado-gado langganan anak-anak black inject.

      “Nih, sms dari Dylan.” Riyu menyodorkan ponselnya.
        Dengan enggan Najwa meraih dan membaca sms yang ditunjukkan Riyu. “Iya gue udah tau.” Kata Najwa dengan nada datar sambil mengembalikan ponsel Riyu.
        “Kapan?”
        “Tadi…”
        Riyu diam, bingung lebih tepatnya.
        “Bengkel yang tadi lo hampir nabrak gue.” Lanjut Najwa.
        Riyu memutar otaknya untuk mengingat kembali kejadian beberapa menit yang lalu. Dari dalam mobil sekilas Riyu memang melihat seseorang yang berdiri tak jauh dari depan bengkel. Dan ia tak menyangka kalau itu Vendi. Orang akhir-akhir ini dicari Najwa.
        “Terus, ka Vendi ngomong apa aja?”
        “Gak ada, karena gue keburu kabur.” Jawab Najwa enteng.
        Riyu terbelalak menatap sepupunya itu. “Lo gimana sih? Udah capek-capek nyari ampe frustasi. Sekarang, ka Vendi udah di depan mata, lo malah kabur. Mau lo apa sih?” tanya Riyu yang tiba-tiba berubah galak.
        Najwa diam. Ia sadar telah melakukan hal yang salah.
        “Lo tau sendiri gimana ka Vendi. Dia gak bakal ngelakuin hal gila tanpa alasan. Lo ngerasa ka Vendi yang jahat udah ninggalin lo. Tapi sekarang, lo juga ninggalin ka Vendi sebelum dia ngejelasin semua. Apa bedanya lo sama ka Vendi?”
        “Maaf.” Hanya itu yang saat ini bisa dikatakan Najwa.
        “Lo gak perlu minta maaf sama gue.” Kata Riyu yang kini sudah bisa terdengar lembut. “Terus, motor lo mana? Bukannya lo tadi pagi naik motor?”
        “Di bengkel yang tadi. Ada yang ngerjain motor gue.”
        “Hah? Siapa? Soraya?”
        Najwa menoleh terbelalak. “Walau tuh cewek benci sama gue, tapi gue yakin bukan dia yang ngelakuin.” Kata Najwa membela.
        “Terus, siapa?”
        “Gue curiga itu Nicky. Soalnya Cuma dia yang rese sama gue. Dan dia juga pernah terang-terangan nyabut busi motor gue.”
‘Kayaknya ada yang aneh.’ Batin Riyu yang mencurigai sesuatu.

@@@

        Keesokan harinya ketika Nicky berlari menaiki anak tangga. Niatnya ingin segera ke kelas, namun ditengah perjalanan, ia bertemu dengan Soraya yang berjalan ke arah berlawanan dengannya.
        “Ra.” Kata Nicky sambil menahan tangan cewek itu.
        “Mau ngapain lagi lo?” tanya Soraya jutek.
        “Terserah lo mau marah atau apa ke gue.” Ujar Nicky berusaha tegas. “Tapi jangan pernah lo marah ke Najwa.”
        “Ceweknya Riyu maksud lo?” Soraya menunjukkan rasa tidak sukanya ke Najwa.
        Nicky tersenyum sinis. “Makanya, jangan suka sok tau!” kata Nicky dengan sedikit membentak. “Najwa bukan ceweknya Riyu.”
        “Kalo bukan pacar, terus apa namanya mereka pelukan gitu?” Sambar Soraya. “Di depan mata lo juga, kan?”
        “Itu karena gue tau apa hubungan mereka.”
        “Ah.. udah deh. Gue males ngomongin Riyu.” Kata Soraya sambil pergi. Namun Nicky kembali berhasil menahannya.
        “Riyu sama Najwa tuh sepupuan. Jadi wajar aja kalo mereka deket bahkan sampe pelukan.”
        Soraya diam mendengar perkataan Najwa. Selama ini ia salah sangka. Ia juga menyesal tak mendengarkan perkataan Riyu meski cowok itu telah mengatakan yang sebenarnya. Tapi melalui mulut Nicky lah cewek ini bisa membuka hatinya.
        Nicky berdiri ke belakang punggung Soraya. “Sekarang gue minta sama lo buat jelasin semua ke Najwa kalo kita gak ada hubungan apa-apa.” Bisiknya di telinga Soraya dengan nada mengancam. “Dan lo juga harus minta maaf ke Riyu karena udah salah paham sama dia.” Tanpa menunggu Soraya merespon, Nicky pergi meninggalkan cewek itu yang masih terdiam.

@@@

        Sepulang sekolah, Najwa menunggu di depan mobil Riyu. Tak lama sang pemilik pun muncul. Mereka segera masuk ke dalamnya.
        “Cepet ya. Gue gak mau Nicky rese lagi ke gue.” Pinta Najwa.
        Riyu hanya mengangguk menanggapi permintaan sepupunya yang satu itu. Belum sempat Riyu menginjak gas, pintu belakang mobilnya terbuka dan seseorang masuk ke dalamnya. Sontak Riyu dan Najwa menoleh kebelakang.
        “Gue nebeng sampe depan sekalian gue mau jelasin sesuatu ke kalian.”
        Riyu tak berkomentar apa-apa Karena yang baru saja masuk ke mobilnya adalah Soraya.
        “Na, gue mau ngejelasin kalo diantara gue dan Nicky gak ada apa-apa.” Kata Soraya yang langsung disambar oleh Najwa.
        “Santai aja kak.” Ujar Najwa sambil menoleh ke arah Soraya. “Gue juga bukan siapa-siapanya Nicky kok.” Lanjutnya.
        Soraya menghela napas. “Bukan itu maksud gue. Nicky kemaren Cuma pengen ngejelasin ke gue kalo kalian sepupuan. Mungkin cara sama waktunya aja yang gak tepat.”
        Najwa melirik ke Riyu tanpa arti.
        “Jadi gue minta lo tolong maafin Nicky ya.”
“Kak Nicky gak salah kok, kak.” Kata Najwa cepat-cepat, sedikit merasa tidak enak. “Kemaren Cuma sedikit kecewa aja. Soalnya kak Nicky janji mau bantu ngejelasin ke kakak. Tapi endingnya malah kayak gitu.”
        Hening sejenak. Riyu menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
        “Udah nyampe, ya?” tanya Soraya yang tiba-tiba tersadar kalau ia awalnya hanya ingin menumpang sampai depan. “Maaf ya, ampe gak sadar.” Ujarnya lagi, kali ini sambil membuka pintu. Tapi ia kalah cepat dengan pergerakan tangan Riyu yang menahannya untuk tetap di sana.
        “Gue anter lo sampe rumah.” Kata Riyu sungguh-sungguh.
        “Tapi kan tadi gue…”
        Najwa menyambar perkataan Soraya. “Kak Riyu berhenti buat nurunin aku kok, bukan kakak.” Kata Najwa.
        Dua cewek ini sama-sama turun dari mobil Riyu.
        “Kok kamu malah turun di sini?” tanya Soraya.
        “Aku mau ngambil motor yang kemaren diisengin kak Nicky.” Ujar Najwa sambil menunjuk ke arah bengkel dibelakangnya.
        “Nicky?” Soraya mengulangi perkataan Najwa.
        “Iya kak, kemaren ada yang iseng ngerjain motor aku.”
        “Oohh… jadi tuh…” Soraya teringat sesuatu. “Tapi bukan Nicky loh yang ngerusakin motor kamu.”
        “Kalo bukan kak Nicky, terus siapa?”
        “Aduh… Aku gak bisa bilang. Tapi intinya bukan Nicky kok yang ngelakuin.”
        Najwa berusaha mempercayai perkataan Soraya.
        Soraya meletakkan salah satu tangannya di pundak Najwa. “Percaya deh. Insiden ini bukan alat balas dendam ke kamu.” Ujarnya berusaha meyakinkan Najwa.
        Meski masih terlihat ragu, Najwa akhirnya mengangguk. “Yaudah kak. Kasian tuh supirnya nungguin.” Ledeknya ke Riyu.
        “Heh! Gak sopan lo ya!” teriak Riyu dari dalam mobil.
        Soraya tertawa mendengar Najwa mengatakan Riyu seorang supir. “Yaudah, aku pulang dulu. Kamu hati-hati ya.” Kata Soraya sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil Riyu.
        Najwa masih berdiri memandang mobil Riyu yang melaju. Satu masalah telah terselesaikan. Ia ikut senang melihat kebahagiaan Riyu. Sampai akhirnya, suara seseorang dibelakangnya mengagetkan cewek itu.
        “Tadi itu ceweknya Riyu?”
        Najwa hampir terlonjak. Begitu berbalik, ia mendapai Vendi yang tersenyum padanya.

@@@

        Nicky baru sampai di rumah hampir maghrib. Ia langsung menuju kamar tanpa mempedulikan siapa saja yang berada di ruang tivi.
        “Tumben baru balik?”
        Nicky berhenti, karena seseorang yang menegurnya bukanlah Ricky apalagi Vicky. Ketika menoleh, Nicky mendapati Nissa berada bersama dua kembarannya itu.
        “Masih galau gara-gara Najwa?” ledek Vicky karena Nicky tak menjawab pertanyaan Nissa.
        “Galau kenapa?” Nicky balik bertanya.
        “Cewek itu belom maafin lo?” Kali ini Nissa yang bertanya.
        Nicky menggeleng. “Gue Cuma berharap Soraya udah ngejelasin semuanya ke Najwa.” Kata Nicky.
        “Kayaknya lo udah gak begitu frustasi gara-gara Venda ya?” Tanya Vicky mengintai. “Tapi itu bagus.”
        “Bagus sih, asal beralih ke Najwanya bukan karena tuh cewek adenya Venda aja.” Vicky yang semula sibuk dengan ponselnya, ikut nyeletuk menudutkan Nicky.
        “Gue gak akan ngeduluin lo kok, Rick.” Kata Nicky yang santai menanggapi perkataan Ricky.
        Ricky menoleh ke Nicky. “Kalo lo emang punya perasaan ke dia, kejar aja. Gue gak bisa ngelarang.” Ujar Ricky berusaha bersikap dewasa di hadapan kedua kembarannya dan Nissa.
        Nicky tersenyum. “Tapi lo jangan banyak komentar ya kalo gue mulai ngisengin Najwa.” Pinta Nicky.
        “Iya.” Jawab Ricky singkat, menimbulkan sedikit kecurigaan.
        “Lo udah gak minat ngejar Najwa?” Tanya Nissa.
        “Bukan gak minat, tapi lebih…” Ricky mengambangkan kata-katanya.
        “Apa karena udah ada inceran baru?” sambar Vicky. Ia agak sedikit sensitive mengenai Ricky yang mulai membahas cewek.
        Ricky diam. Ia berusaha mendapatkan jawaban yang tidak menjatuhkan imejnya.
        “Akh gila!” gumam Nicky. “Cepet banget sih lo ganti target? Siapa? Cewek yang kemaren lo ajak ke ultahnya Winny ya?” tanya Nicky penuh semangat mengorek informasi dari Ricky.
        Ricky semakin tak bisa bersuara. Raut wajahnya pun kian berubah. Seketika tawa Vicky, Nicky dan Nissa pun pecah.
        “Apaan sih? Emang salah kalo gue suka sama Ivo?” Ricky tersentak dengan ucapannya sendiri. Ia sadar telah membongkar rahasia pribadinya. Padahal kan diantara Nicky, Vicky, dan Nissa belum ada yang berani menyindir lebih dalam.
       
@@@

        Malam ini, Nissa berniat menginap di rumah si tritwins. Meski Nicky, Ricky dan Vicky cowok, gak masalah buat mereka yang memang sudah kenal dekat sejak lama. Kini mereka berempat duduk di teras rumah sambil ngobrol dan dengan didampingin minuman dan makanan ringan.
        Tawa mereka mereda ketika sebuah mobil berhenti tepat di depan rumah mereka. Kala itu Nicky tengah masuk ke dalam rumah. Ricky yang berinisiatif untuk menghampiri tamu itu. Najwalah yang keluar dari dalam mobil itu.
        “Kak Nicky, gue mau minta maaf.” Sambar Najwa yang terlalu takut Nicky juga marah padanya.
        Ricky yang tampak bingung menoleh ke arah Vicky dan Nissa berada. Nicky tak ada di sana. Jelas saja Najwa salah paham padanya.
        “Sebagai permintaan maafnya, gue mau ngajak kakak makan di luar.” Kata Najwa lagi karena Ricky tak kunjung memberikan jawaban.
        Ricky tiba-tiba serasa tersambar kebahagiaan. Najwa mengajaknya makan malam diluar dan hanya berdua. Tapi cepat-cepat ia menepiskan semua khayalannya. Karena yang saat itu ada dipikiran Najwa, ia adalah Nicky. Dan bisa dipastikan ajakan itu bukan untuknya.
        “Kenapa? Kakak gak mau ya?” Tanya Najwa sekali lagi karena Ricky sama sekali tak bersuara sepatah katapun.
        Semula Ricky ragu. Semisal Nicky tak mau, ia bisa menggantikan kembarannya itu demi tak mengecewakan cewek yang kini berada dihadapannya ini. “Tunggu lima menit ya. Duduk aja dulu sama Vicky dan Nissa.” Kata Ricky akhirnya sambil mengajak Najwa masuk.
       
@@@

        “Nick…” Teriak Ricky.
        “Gue di dapur.” Terdengar suara orang menyahut.
        Ricky menyusul ke tempat Nicky berada. Ketika ia datang, kembarannya itu baru saja menuangkan minuman ke gelasnya. “Di luar ada Najwa.”
        “Hk…” Nicky sontak tersedak dan memuncratkan air yang belum sempat mengalir ke dalam tenggorokannya.
        Melihat kembarannya kelabakan, Ricky justru hanya melihat dan diiringi tawa jahilnya. “Lebay lo!” ledek Ricky yang masih saja tak membantu.
        “Ngapain dia?” Tanya Nicky akhirnya setelah bisa mengendalikan keadaan.
        “Nyariin lo. Katanya mau ngajak lo makan diluar.” Kata Ricky bersamaan ketika Nicky menenggak minumannya.
        Untuk kedua kalinya Nicky tersedak.
        “Bisa gak sih lo gak pake keselek tiap ngebahas Najwa?” Omel Ricky.
        “Lo juga liat-liat dulu donk gue lagi ngapain?” Balas Nicky tak kalah galak sambil pergi meninggalkan Ricky di dapur. Ia menuju pintu keluar untuk memastikan kebenaran perkataan Ricky. Dengan penuh semangat 45’, Nicky membuka pintu hingga sedikit mengagetkan Vicky, Nissa dan Najwa yang berada di luar.
        Sontak Najwa berdiri ketika sosok Ricky muncul tepat dibelakang posisi Nicky berdiri. “Kak Nicky?”
        “Lo serius, ngajak gue makan malam diluar?” Tanya Nicky yang hanya ingin memastikan meski raut wajah bahagianya tak bisa terbilang dibuat-buat.
        Najwa melirik Vicky dan Nissa di sampingnya. Sadar sebenarnya ia lah yang salah menyangka kalau yang ditemuinya adalah Ricky, bukan Nicky, hanya sanggup mengangguk pelan.
        Najwa mengangguk pelan, bahkan sangat pelan dan bisa diartikan seperti isyarat. Namun itu sudah cukup bagi Nicky bahwa apa yang didapatnya malam ini bukanlah khayalan semata.
        “Tunggu bentar ya.” Pinta Nicky dan segera masuk ke dalam karena tak ingin Najwa lama menunggunya.
        Buuukkk…!!
        “Sory, Rick!” teriak Nicky karena terlalu semangat hingga menubruk tubuh Ricky yang sejak tadi berdiri dibelakangnya.
       
@@@

        Nicky membuka lebar semua pintu lemarinya. Memandang tiap sudut ruang lemari yang menyimpan tumpukan pakaiannya. Ia mengacak-ngacak rambut dan memaki dirinya sendiri karena tak bisa menentukan pilihan dengan cepat.
        Entah mengapa, Nicky justru kembali diingatkan oleh sosok Venda hampir setengah tahun yang lalu.
       
Malam itu adalah pertama kalinya Nicky mengajak Venda jalan. Ia menjemput cewek itu di rumahnya. Tapi orang pertama yang menemuinya justru Najwa. Cewek itu menatap Nicky yang berpakaian sangat rapih, mulai dari ujung rambut sampe ujung kaki.
        Belum sempat berkata apa-apa, dua buah motor sport berhenti di depan rumah Najwa. Itu Dylan dan Aloy.
        “Akhirnya ya, Na. Lo ada yang mau ngapelin juga.” Ledek Dylan diiringi tawa oleh Aloy.
        “Enak aja!” Balas Najwa. “Selera gue sama kak Venda tuh beda.” Lanjut Najwa yang dengan cueknya meninggalkan ketiga cowok itu di luar rumah.
        “Ade gue kenapa tuh?” Tegur Venda yang tiba-tiba muncul. Cewek itu berpenampilan feminim namun tetap casual.
        “Dylan ngeledekin Najwa, kirain dia..” Aloy menunjuk Nicky. “..cowoknya Najwa.”
        Venda tersenyum geli mendengar pengakuan Aloy. “Najwa gak mungkin suka sama cowok yang penampilannya rapih kayak gini.”
        “Iya sih, kak.” Kata Dylan menyetujui.
        “Yaudah, aku jalan dulu ya.” Venda berpamitan.
        Untuk beberapa saat, Nicky menatap ke arah dalam rumah. Ia seolah mengharapkan seseorang muncul dari dalamnya.

@@@

        “Ternyata gue salah orang ya, kak?” tanya Najwa dengan sedikit malu-malu ketika Ricky duduk di sampingnya.
        Vicky, Nissa dan Ricky hanya menanggapinya dengan tawa.
        Tak lama, Nicky muncul. Tak ada yang berubah dari penampilan sebelumnya. Ia hanya mengganti celana pendeknya dengan celana jins panjang.
        “Gue pikir bakal ada yang berubah, ternyata sama aja? Ngapain doank lo lama di kamar?” celetuk Vicky.
        “Mau tau aja lo.” Balas Nicky. “Ayo, Na.” ajak Nicky kepada Najwa.
        “Kita pamit ya, kak.” Kata Najwa seraya berdiri.
        Setelah Najwa dan Nicky beranjak dari sana, Vicky dan Nissa kembali sibuk dengan obrolan seru mereka. Merasa dicuekin, Ricky bangkit dan masuk meninggalkan Nissa dan Vicky yang asik berdua.

@@@

        “Sejak kapan kakak suka sama kak Venda?” todong Najwa di sela-sela makan malam mereka.
        Nicky terkejut dan hanya bisa diam mendengar perkataan Najwa yang tiba-tiba. Ia hanya mampu melirik sekelilingnya. Malam itu Najwa mengajaknya makan di sebuah café yang berada dalam sebuah pusat perbelanjaan.
       
Lima tahun yang lalu. Dimana Nicky masih duduk di bangku SMP. Ketika orang tua mereka tak berada di rumah, Nicky dan kedua kembarannya seolah mendapat kebebasan yang luar biasa. Itu dimanfaatkan ketiganya untuk bersepeda hingga tempat yang bisa dibilang cukup jauh, yakni hingga perumahan tempat tinggal Najwa.
        Karena perjalanan yang cukup jauh, Nicky, Vicky dan Ricky kecil berteduh dibawah sebuah pohon yang tak jauh dari lapangan basket di dalam perumahan tersebut. Sesekali mereka melihat suasana lapangan yang mulai dipenuhi anak-anak bermain.
        Belum berapa lama beristirahat, ketiga saudara kembar ini disambangi beberapa anak seumuran dengan mereka.
        “Heh! Siapa kalian?” Tegur salah satu diantara mereka yang bertindak seperti seorang pemimpin. “Berani-beraninya masuk wilayah kita.” Lanjut anak itu.
        “Kita Cuma istirahat sebentar. Lagi pula, kita kan gak ganggu kenyamanan kalian.” Ricky yang membela kedua kembarannya.
        “Yaudah, kalo gitu, kalian bayar pajak sewa tempat buat istirahat.” Kata anak itu lagi, kali ini sambil menyodorkan tangan kanannya seolah meminta sasuatu.
        Perbincangan yang terjadi antara tritwins dan anak itu ternyata menyita perhatian dari seorang anak perempuan yang sebelumnya tengah bermain sepakbola di lapangan.
“Zaq…!” teriak anak perempuan itu sambil melangkah mendekat meninggalkan teman-temannya di lapangan.
        “Apaan sih!” Balas anak yang dipanggil Zaq itu. “Ganggu aja.”
        Anak perempuan itu menatap cowok kembar tiga dengan tatapan sedikit tak percaya, lalu kembali menatap anak tadi. “Ngapain kamu? Mau palakin anak-anak ini?” ujarnya sambil  menunjuk Vicky dan kembarannya dengan lirikan mata.
        “Siapa yang malak!” anak itu berusaha.
        “Kamu pikir aku gak tau kelakuan kalian!” Balas cewek ini tegas.
        “Zaq, kakakmu kok galak banget sih?” Tanya teman anak itu dengan polosnya.
        Cewek ini melotot ke teman adiknya. “Memangnya kenapa kalo galak? Masalah buat kalian? Pulang sana!” perintahnya dan langsung dituruti adik dan teman-teman adiknya.
        “Makasih ya.” Ujar Vicky sebelum cewek itu meninggalkan mereka.
        Nicky sendiri tak bisa sedikitpun berpaling dari cewek yang berdiri dihadapannya ini.
        “Sama-sama.” Balas cewek itu. “Maaf ya, Zaq suka rese kalo ketemu orang yang belum dikenalnya. Oiya, kalian siapa? Kayaknya bukan anak sini?”
        “Kita memang bukan anak sini.” Sambar Nicky yang tak ingin ketinggalan ambil bagian. “Aku…” Nicky berdiri hendak memperkenalkan dirinya.
        Dug… “Aw…” cewek itu meringis kesakitan karena sebuah bola mendarat tepat di kepalanya. Semua itu perbuatan teman-temannya yang berada di lapangan. Karena ketika menoleh, anak-anak itu hanya memberikan isyarat agar cewek itu segera kembali bergabung dengan mereka. “Aku duluan ya.” Setelah memungut bola yang jatuh tak jauh dari kakinya, cewek itu langsung pergi tanpa menunggu respon apapun dari anak kembar ini.
        “Nama kamu siapa?” Teriak Nicky sebelum cewek itu pergi semakin jauh.     
Cewek itu menoleh kebelakang.
        “Venda…!” terdengar teriakan seseorang.
        Cewek tadi membatalkan niat untuk menjawab pertanyaan Nicky tadi. Ia justru berlari ke arah lapangan dan menyembunyikan diri di punggung teman-temannya.
        Nicky tersenyum teringat kenangan terakhir dari ingatannya tadi ketika cewek itu ketakutan dan bersembunyi di belakang punggung teman-temannya.
        “Heh! Ngebayangin apa lo, kak?” tegur Najwa mencurigai Nicky.
        Bukannya menjawab, Nicky malah tertawa. “Kayaknya selama ini gue salah orang.” Ujarnya sambil menggeleng.
        Najwa mengernyitkan dahi menandakan ia tak mengerti perkataan Nicky. Namun Nicky hanya meresponnya dengan senyuman.
        “Udahlah gak usah dipikirin.” Ujar Nicky yang dengan gemasnya mengusap kepala Najwa. “Kita pulang sekarang ya.” Lanjut Nicky sambil berdiri.
        “Iya iya…” Najwa buru-buru menyeruput minumannya karena takut ditinggal oleh Nicky.

@@@

        Ricky, Vicky dan Nissa sudah berpindah lokasi, dari sebelumnya di lantai teras, kini mereka berada di ruang tivi sambil menyaksikan pertandingan sepakbola.
        “Kayaknya akhir-akhir ini lo lagi free ya, Rick?” Tegur Nissa.
        “Lagi sepi kompetisi nih, cariin donk. Jenuh juga Cuma diem di rumah.” Keluhnya.
        “Mau kompetisi apaan? Dance mau?” ledek Nissa.
        “Yeee… Cumi!” Ricky kesal karena Nissa mempermainkannya. “Gue serius.”
        “Iya iya apaan?”
        “Apaan kek gitu. Basket atau music lah.”
        “Temen gue di SMA Rosengard nyari lawan buat sparing voli sama bola tuh.” Ujar Vicky yang ikut nimbrung.
        “Kalo itu sih lo ajak aja si atlit sinting Nicky Airlangga.” Gumam Nissa.
        “Hahaha…” Ricky terbahak. “Lo bilang Nicky apa? Atlit sinting?”
        Nissa membenarkan perkataan Ricky. “Iya.”
        “Dari hati banget ngomongnya.” Celetuk Vicky.
        “Terus, julukan buat Vicky, apa?” Tanya Ricky iseng.
        “Yeee…!! Apaan sih lo berdua?” Vicky terdengar sewot.
        “Dih, belom juga disebut! Udah bawel aja.”
        “Tau nih. Nyantai aja kali.” Nissa menimpali.
        “Udah deh, hape lo bunyi tuh, Ric.” Vicky mengingatkan.
        “Dia udah tukeran nomor sama cewek itu?” Bisik Nissa ke Vicky, kala Ricky beranjak untuk meraih ponselnya di atas meja.
        “Belom.” Jawab Vicky namun matanya mengawasi perubahan raut wajah Ricky. “SMS dari Kelvin lagi?” tebaknya.
        Ricky menoleh dan hanya menyodorkan ponselnya ke arah Vicky dan Nissa.
       
        Gue tau di mana posisi lo sama Nicky sekarang! Lo masih berani main-main sama gue!

Ricky berdiri. “Lo kabarin Nicky, biar gue panasin mobil dulu.”
        Nissa mengikuti arah langkah Ricky ketika pergi. “Panasin mobil buat apa?” cewek ini bertanya pada Vicky yang langsung mengikuti perintah kembarannya tadi. “Emang Ricky mau kemana? Ini udah jam setengah sepuluh.”
        Vicky tak menjawab. Ia justru berdiri. “Ikutin aja apa yang Ricky minta. Bentar lagi kita pasti pergi. Jadi, kalo lo mau ikut, lo ganti baju sekarang.” Tanpa menunggu Nissa menyetujui kata-katanya, Vicky beranjak dari sana.
       
@@@

        Nicky dan Najwa berjalan menuju lapangan parkir. Nicky merasakan ponselnya bergetar. Satu pesan masuk dari Vicky. Usai membaca sms tersebut, Nicky langsung memasukkan ponselnya dan waspada mengawasi sekitar.
        “Kenapa, kak?” tanya Najwa curiga.
        Nicky berusaha mencari alasan. “Tiba-tiba gue kebelet nih. Lo jangan kemana-mana ya.” Tanpa menunggu persetujuan Najwa, Nicky berlari menjauh dari cewek itu.
        Dengan terpaksa, Najwa menunggu Nicky di tempat tadi. Tak lama, seseorang muncul dan menghampirinya.
“Lo pikir anceman gue selama ini Cuma lelucon?”
Najwa menoleh. Sangat terkejutnya cewek ini karena pemuda yang berdiri dibelakangnya adalah Rio.
“Anceman apa?” Najwa balik bertanya.
Rio merasa sedikit dipermainkan. “Gak usah sok polos lo!”
“Bukannya sok polos. Beneran gue gak tau apa-apa. Ketemu lo aja gak pernah!” Balas Najwa membela diri.
“Alah…! Udah deh. Mana Nicky?”
“Toilet.” Ujar Najwa seperlunya.
Rio mengawasi sekitar. Suasana memang sudah tak begitu ramai. Ia melirik Najwa yang berdiri seolah tak ada siapa-siapa lagi selain dirinya. “Ikut gue!” Rio menarik paksa tangan Najwa.
Nicky sendiri sebenarnya bukan pergi ke toilet. Ia hanya menyingkir dari sana dan mengawasi Najwa dari tempat yang sedikit tersembunyi. Ketika Rio mulai melancarkan aksinya, Nicky segera menghubungi seseorang. “Lakuin sekarang sesuai rencana.” Hanya itu yang dikatakannya melalui handphone nya.
“Apa-apaan sih lo?” Najwa yang terlihat sedikit panic, berusaha memberontak dan menyembunyikan kepanikannya.
Rio hanya berhasil menarik Najwa dalam beberapa langkah sebelum akhirnya muncul tiga orang cowok yang menghalangi mereka. Meski tak menunjukkan ancaman, kedatangan tiga pemuda itu—yang diketahui Najwa, mereka teman-teman sekelas Nicky—cukup membuat Rio panic dan merasa terancam.
“Siapa kalian?” Tanya Rio ditengah ketakutannya.
“Lepasin Najwa.” Sebut salah seorang dari mereka.
Najwa semakin tenang dan yakin mereka teman Nicky begitu Juna menyebutkan namanya.
Rio melirik Najwa. Semakin mengerikan baginya ketika cewek itu mengedipkan sebelah matanya. Tak ingin terlihat kalah, Rio melepas tangan Najwa dan menyerang Juna.
Selagi Juna dan Rio berseteru, dua orang lainnya menghampiri Najwa. Salah satu dari mereka menyodorkan tangannya. “Gue Reki.” Ucap cowok itu.
Dengan canggung, Najwa pun membalas uluran tangan Reki.
“Gantian.” Cowok satu lagi melerai tangan Reki yang masih terkait dengan tangan Najwa. “Gue Bayu.”
Perlahan Najwa pun kembali mengulurkan tangan kanannya. Namun bukan Bayu yang menyambar tangannya, melainkan Rio yang langsung kembali berhasil membawanya lari. Reki yang berdiri tak jauh dari sana, dapat berekasi dengan cepat. Ia menjukurkan kakinya hingga berhasil mengganjal kaki Rio dan menyebabkan cowok itu terjerembab.
“Lo berdua ngapain aja sih!” Omel Juna sambil menangkap tangan Najwa dan langsung membawa Najwa lari ke arah berbeda. “Urusin tuh anak!” Perintahnya.
Rio pun kembali bangkit dan berusaha mengejar Juna yang membawa Najwa lari. “Balikin Najwa!” teriaknya. Namun pergerakannya berhasil dihalangin Reki dan Bayu. Semakin dirinya memberontak, semakin kuat pula Reki dan Bayu menahan tubuhnya.
“Diam lo!” bentak Reki.
Di saat terjepit pun, Rio masih berusaha melepaskan diri. Bayu yang terlihat tak sabar, melancarkan tinjuan yang tepat mengenai perut Rio.
“Mampus lo!”

@@@

Juna yang masih menggenggam tangan Najwa membawa cewek itu mengelilingi lapangan parkir. Juna tampak mencari-cari sesuatu. Ketika berhasil mendapatkan apa yang sejak tadi dicarinya, Juna sedikit berlari. Begitu sampai, ia membuka pintu mobil di samping pengemudi dan memaksa Najwa masuk kedalamnya.
Semula Najwa menolak. “Gue mau di bawa kemana, kak?”
“Stttt…! Cepet masuk.” Pinta seseorang di dalam. Suasana dalam mobil yang gelap, menyebabkan wajah orang tersebut tak bisa terlihat. “Ini gue Nicky.” Ujar orang itu akhirnya sambil menyorotkan lampu yang ditimbulkan layar ponselnya ke wajah. “Percaya, kan?”
“Iya, tapi ini mobil siapa?” Tanya Najwa yang masih sangat ragu.
“Mobil lo aman kok, sekarang ikut gue dulu.” Nicky berkata sambil mengulurkan tangannya untuk menarik Najwa masuk. Sedangkan Juna mendorong Najwa dari arah luar.
“Lo udah ngehubungin Vicky, kan?” Tanya Juna sebelum ia menutup pintu di samping Najwa.
“Udah, mereka juga udah siap. Kalo urusan lo sama orang itu selesai, segera cabut ke tempat yang tadi gue bilang ya.” Nicky memperingatkan.
Begitu Juna menutup pintu, Nicky langsung tancap gas.

@@@

Nicky menepikan mobil yang dikendarainya. “Lo jangan kemana-mana.” Perintahnya kepada Najwa sambil mematikan mesin mobil, lalu ia pun keluar menuju mobil yang berhenti beberapa meter dibelakangnya.
Ricky, Vicky dan Nissa keluar dari dalam mobil tersebut.
“Bawa Najwa kerumah gue.” Nicky menyodorkan kunci mobil ke Nissa yang langsung diterimanya. Lalu cewek itu bergegas menuju mobil yang sebelumnya dikendarain Nicky.
“Ternyata bener feeling gue.” Ujar Nicky kepada dua kembarannya setelah terdiam beberapa saat. “Mobil yang dari tadi ngikutin gue dari rumah tuh mobilnya Rio. Corak api di tiap sisi mobil itu gak bisa dibohongin.”
Beberapa jam yang lalu sebelum ia dan Najwa pergi, Nicky melihat sebuah mobil di kejauhan yang terparkir cukup mencurigakan. Dan selama perjalanan, tiap Nicky melirik spion, mobil dengan corak api tersebut kerap kali terlihat membuntuti.
“Bener-bener kurang ajar tuh si Rio.” Ricky mengepalkan tangan dengan sangat gemas.
“Barusan Juna sms, dia udah jalan.” Sambung Vicky yang langsung ditanggapi Nicky dan Ricky dengan masuk ke dalam mobil.
Vicky yang menyetir, Nicky duduk disampingnya, sedangkan Ricky duduk di kursi belakang. Ketika melihat mobil yang dikendarai Nissa mulai bergerak, Vicky pun menyalakan mesin dan memutar balik ke arah yang berlawanan.

@@@

Selama di perjalanan bersama Nissa, Najwa sama sekali tak menyinggung mengapa Nissa menggantikan posisi Nicky saat ini. Ia juga tak bertanya Nissa mau membawanya kemana setelah ini. Sejak Nicky keluar dari mobil, tangan Najwa memang sibuk sendiri dengan ponselnya.
Tak lama, Najwa memutuskan untuk menghubungi Riyu. “Dimana, lo?”
Nissa hanya sanggup mengawasi Najwa melalui ekor matanya.
“Gila…! Maunya apa sih tuh orang? Belom puas apa gue hajar sampe bikin gue dikeluarin dari sekolah? Pantesan aja selama makan, ka Nicky sibuk sama hape juga.”
Tak lama, Najwa memutuskan sambungan teleponnya. Ia melirik Nissa yang tampak terlihat waspada mengawasinya.
“Nicky pergi kemana?”
“Hah?” Nissa cukup terkejut dengan pertanyaan Najwa yang tiba-tiba. “Maksudnya?”
“Bilang sama Nicky, jangan ke arah SMA Rosengard. Tempat itu udah di sterilkan sama anak buahnya Rio.”
“Hah?” untuk kesekian kalinya Nissa terkejut hingga membuka lebar matanya, kali ini sambil menghentikan mendadak mobilnya yang mengakibatkan klakson bersautan dibelakang mereka.
Tapi Najwa masih menanggapinya dengan tenang. Ia sama sekali tak menyalahkan Nissa meski kepalanya nyaris membentur dasbor mobil karena ia tak mengenakan sabuk pengaman.
Nissa mulai terlihat panic. “Terus, kita harus ngapain?” ia sampai tak sanggup melajukan mobil.
“Gue yang nyetir.” Najwa langsung keluar dan mengitari depan mobil. Ia langsung membuka pintu Nissa yang menyebabkan cewek itu berpindah ke jok disebelahnya.
“Terus, gue harus bilang apa sama Nicky?” Nissa masih belum bisa menguasai kepanikkannya.
Mobil yang dikenadarai Najwa mulai melaju, “lo telpon Juna, gue telpon Nicky, sekarang.” Perintah Najwa, di saat yang bersamaan, tangan kirinya bergerak di atas keypad dan tangan kanannya menggenggam setir.
Juna dan Nicky menjawab telpon masing-masing dari Najwa dan Nissa di waktu yang hampir bersamaan. Nissa yang bicara dengan Juna mengikuti hampir semua yang Najwa katakan kepada Nicky.
“Sebenernya, apa sih rencananya Nicky?” Tanya Najwa ketika dua cewek itu sama-sama mengakhiri pembicaan di telepon.
Nissa menggeleng.
Najwa menunjukkan ekspresi ketidakpercayaannya. “Terus, dia mau bawa Rio kemana?”
“Apartemen mereka.”
“Dimana?”
“Apartmen ‘Blue Flowers’, deket kantor walikota.”
“Yakin? Bukan ke lapangan basket indoor GOR kota?”
“Lho, bukannya lapangan basket itu lagi direnovasi? Yang ada penuh sama bahan bangunan isinya.”
Najwa terlihat berfikir. Tanpa merespon ucapan Nissa, ia mengeluarkan ponsel lalu menekan sederetan angka. Tak lama, Najwa menempelkan ponselnya ke telinga.
“Eh, cumi! Nicky tuh nggak ke lapangan basket, tapi ke apartemen pribadinya dia.” Omel Najwa kepada seseorang yang diseberang ponselnya. “Akh! Payah nih punya mata-mata kayak lo!” Najwa langsung memutuskan sambungan telepon.
“Siapa? Riyu?”
“Siapa lagi?” Najwa balik bertanya dengan sedikit sewot.
“Lagian, nyuruh Riyu jadi mata-mata. Kagak beres kerjaannya.”
“Iya bener. Setuju.”
Mereka malah tertawa bersama.

@@@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar