Delapan…
Riyu sama sekali tak berani menegur Najwa kalo
tampang cewek itu lagi jutek plus cemberut. Hasilnya, kini mereka saling diam
di dalam mobil yang dikendarai Riyu. Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Riyu.
Dari Dylan.
Gue udah nemuin bengkel tempat ka Vendi
kerja. Gak jauh dari sekolah lo. Tepatnya di jalan raya deket gado-gado
langganan anak-anak black inject.
“Nih, sms dari Dylan.” Riyu menyodorkan ponselnya.
Dengan
enggan Najwa meraih dan membaca sms yang ditunjukkan Riyu. “Iya gue udah tau.”
Kata Najwa dengan nada datar sambil mengembalikan ponsel Riyu.
“Kapan?”
“Tadi…”
Riyu
diam, bingung lebih tepatnya.
“Bengkel
yang tadi lo hampir nabrak gue.” Lanjut Najwa.
Riyu
memutar otaknya untuk mengingat kembali kejadian beberapa menit yang lalu. Dari
dalam mobil sekilas Riyu memang melihat seseorang yang berdiri tak jauh dari
depan bengkel. Dan ia tak menyangka kalau itu Vendi. Orang akhir-akhir ini
dicari Najwa.
“Terus,
ka Vendi ngomong apa aja?”
“Gak
ada, karena gue keburu kabur.” Jawab Najwa enteng.
Riyu
terbelalak menatap sepupunya itu. “Lo gimana sih? Udah capek-capek nyari ampe
frustasi. Sekarang, ka Vendi udah di depan mata, lo malah kabur. Mau lo apa
sih?” tanya Riyu yang tiba-tiba berubah galak.
Najwa
diam. Ia sadar telah melakukan hal yang salah.
“Lo
tau sendiri gimana ka Vendi. Dia gak bakal ngelakuin hal gila tanpa alasan. Lo
ngerasa ka Vendi yang jahat udah ninggalin lo. Tapi sekarang, lo juga ninggalin
ka Vendi sebelum dia ngejelasin semua. Apa bedanya lo sama ka Vendi?”
“Maaf.”
Hanya itu yang saat ini bisa dikatakan Najwa.
“Lo
gak perlu minta maaf sama gue.” Kata Riyu yang kini sudah bisa terdengar
lembut. “Terus, motor lo mana? Bukannya lo tadi pagi naik motor?”
“Di
bengkel yang tadi. Ada yang ngerjain motor gue.”
“Hah?
Siapa? Soraya?”
Najwa
menoleh terbelalak. “Walau tuh cewek benci sama gue, tapi gue yakin bukan dia
yang ngelakuin.” Kata Najwa membela.
“Terus,
siapa?”
“Gue
curiga itu Nicky. Soalnya Cuma dia yang rese sama gue. Dan dia juga pernah
terang-terangan nyabut busi motor gue.”
‘Kayaknya ada yang aneh.’
Batin Riyu yang mencurigai sesuatu.
@@@
Keesokan
harinya ketika Nicky berlari menaiki anak tangga. Niatnya ingin segera ke
kelas, namun ditengah perjalanan, ia bertemu dengan Soraya yang berjalan ke
arah berlawanan dengannya.
“Ra.”
Kata Nicky sambil menahan tangan cewek itu.
“Mau
ngapain lagi lo?” tanya Soraya jutek.
“Terserah
lo mau marah atau apa ke gue.” Ujar Nicky berusaha tegas. “Tapi jangan pernah
lo marah ke Najwa.”
“Ceweknya
Riyu maksud lo?” Soraya menunjukkan rasa tidak sukanya ke Najwa.
Nicky
tersenyum sinis. “Makanya, jangan suka sok tau!” kata Nicky dengan sedikit
membentak. “Najwa bukan ceweknya Riyu.”
“Kalo
bukan pacar, terus apa namanya mereka pelukan gitu?” Sambar Soraya. “Di depan
mata lo juga, kan?”
“Itu
karena gue tau apa hubungan mereka.”
“Ah..
udah deh. Gue males ngomongin Riyu.” Kata Soraya sambil pergi. Namun Nicky
kembali berhasil menahannya.
“Riyu
sama Najwa tuh sepupuan. Jadi wajar aja kalo mereka deket bahkan sampe pelukan.”
Soraya
diam mendengar perkataan Najwa. Selama ini ia salah sangka. Ia juga menyesal
tak mendengarkan perkataan Riyu meski cowok itu telah mengatakan yang
sebenarnya. Tapi melalui mulut Nicky lah cewek ini bisa membuka hatinya.
Nicky
berdiri ke belakang punggung Soraya. “Sekarang gue minta sama lo buat jelasin
semua ke Najwa kalo kita gak ada hubungan apa-apa.” Bisiknya di telinga Soraya
dengan nada mengancam. “Dan lo juga harus minta maaf ke Riyu karena udah salah
paham sama dia.” Tanpa menunggu Soraya merespon, Nicky pergi meninggalkan cewek
itu yang masih terdiam.
@@@
Sepulang
sekolah, Najwa menunggu di depan mobil Riyu. Tak lama sang pemilik pun muncul.
Mereka segera masuk ke dalamnya.
“Cepet
ya. Gue gak mau Nicky rese lagi ke gue.” Pinta Najwa.
Riyu
hanya mengangguk menanggapi permintaan sepupunya yang satu itu. Belum sempat
Riyu menginjak gas, pintu belakang mobilnya terbuka dan seseorang masuk ke
dalamnya. Sontak Riyu dan Najwa menoleh kebelakang.
“Gue
nebeng sampe depan sekalian gue mau jelasin sesuatu ke kalian.”
Riyu
tak berkomentar apa-apa Karena yang baru saja masuk ke mobilnya adalah Soraya.
“Na,
gue mau ngejelasin kalo diantara gue dan Nicky gak ada apa-apa.” Kata Soraya
yang langsung disambar oleh Najwa.
“Santai
aja kak.” Ujar Najwa sambil menoleh ke arah Soraya. “Gue juga bukan
siapa-siapanya Nicky kok.” Lanjutnya.
Soraya
menghela napas. “Bukan itu maksud gue. Nicky kemaren Cuma pengen ngejelasin ke
gue kalo kalian sepupuan. Mungkin cara sama waktunya aja yang gak tepat.”
Najwa
melirik ke Riyu tanpa arti.
“Jadi
gue minta lo tolong maafin Nicky ya.”
“Kak Nicky gak salah kok,
kak.” Kata Najwa cepat-cepat, sedikit merasa tidak enak. “Kemaren Cuma sedikit
kecewa aja. Soalnya kak Nicky janji mau bantu ngejelasin ke kakak. Tapi
endingnya malah kayak gitu.”
Hening
sejenak. Riyu menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
“Udah
nyampe, ya?” tanya Soraya yang tiba-tiba tersadar kalau ia awalnya hanya ingin
menumpang sampai depan. “Maaf ya, ampe gak sadar.” Ujarnya lagi, kali ini
sambil membuka pintu. Tapi ia kalah cepat dengan pergerakan tangan Riyu yang
menahannya untuk tetap di sana.
“Gue
anter lo sampe rumah.” Kata Riyu sungguh-sungguh.
“Tapi
kan tadi gue…”
Najwa
menyambar perkataan Soraya. “Kak Riyu berhenti buat nurunin aku kok, bukan
kakak.” Kata Najwa.
Dua
cewek ini sama-sama turun dari mobil Riyu.
“Kok
kamu malah turun di sini?” tanya Soraya.
“Aku
mau ngambil motor yang kemaren diisengin kak Nicky.” Ujar Najwa sambil menunjuk
ke arah bengkel dibelakangnya.
“Nicky?”
Soraya mengulangi perkataan Najwa.
“Iya
kak, kemaren ada yang iseng ngerjain motor aku.”
“Oohh…
jadi tuh…” Soraya teringat sesuatu. “Tapi bukan Nicky loh yang ngerusakin motor
kamu.”
“Kalo
bukan kak Nicky, terus siapa?”
“Aduh…
Aku gak bisa bilang. Tapi intinya bukan Nicky kok yang ngelakuin.”
Najwa
berusaha mempercayai perkataan Soraya.
Soraya
meletakkan salah satu tangannya di pundak Najwa. “Percaya deh. Insiden ini
bukan alat balas dendam ke kamu.” Ujarnya berusaha meyakinkan Najwa.
Meski
masih terlihat ragu, Najwa akhirnya mengangguk. “Yaudah kak. Kasian tuh
supirnya nungguin.” Ledeknya ke Riyu.
“Heh!
Gak sopan lo ya!” teriak Riyu dari dalam mobil.
Soraya
tertawa mendengar Najwa mengatakan Riyu seorang supir. “Yaudah, aku pulang
dulu. Kamu hati-hati ya.” Kata Soraya sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil
Riyu.
Najwa
masih berdiri memandang mobil Riyu yang melaju. Satu masalah telah
terselesaikan. Ia ikut senang melihat kebahagiaan Riyu. Sampai akhirnya, suara
seseorang dibelakangnya mengagetkan cewek itu.
“Tadi
itu ceweknya Riyu?”
Najwa
hampir terlonjak. Begitu berbalik, ia mendapai Vendi yang tersenyum padanya.
@@@
Nicky
baru sampai di rumah hampir maghrib. Ia langsung menuju kamar tanpa
mempedulikan siapa saja yang berada di ruang tivi.
“Tumben
baru balik?”
Nicky
berhenti, karena seseorang yang menegurnya bukanlah Ricky apalagi Vicky. Ketika
menoleh, Nicky mendapati Nissa berada bersama dua kembarannya itu.
“Masih
galau gara-gara Najwa?” ledek Vicky karena Nicky tak menjawab pertanyaan Nissa.
“Galau
kenapa?” Nicky balik bertanya.
“Cewek
itu belom maafin lo?” Kali ini Nissa yang bertanya.
Nicky
menggeleng. “Gue Cuma berharap Soraya udah ngejelasin semuanya ke Najwa.” Kata
Nicky.
“Kayaknya
lo udah gak begitu frustasi gara-gara Venda ya?” Tanya Vicky mengintai. “Tapi
itu bagus.”
“Bagus
sih, asal beralih ke Najwanya bukan karena tuh cewek adenya Venda aja.” Vicky
yang semula sibuk dengan ponselnya, ikut nyeletuk menudutkan Nicky.
“Gue
gak akan ngeduluin lo kok, Rick.” Kata Nicky yang santai menanggapi perkataan
Ricky.
Ricky
menoleh ke Nicky. “Kalo lo emang punya perasaan ke dia, kejar aja. Gue gak bisa
ngelarang.” Ujar Ricky berusaha bersikap dewasa di hadapan kedua kembarannya
dan Nissa.
Nicky
tersenyum. “Tapi lo jangan banyak komentar ya kalo gue mulai ngisengin Najwa.”
Pinta Nicky.
“Iya.”
Jawab Ricky singkat, menimbulkan sedikit kecurigaan.
“Lo
udah gak minat ngejar Najwa?” Tanya Nissa.
“Bukan
gak minat, tapi lebih…” Ricky mengambangkan kata-katanya.
“Apa
karena udah ada inceran baru?” sambar Vicky. Ia agak sedikit sensitive mengenai
Ricky yang mulai membahas cewek.
Ricky
diam. Ia berusaha mendapatkan jawaban yang tidak menjatuhkan imejnya.
“Akh
gila!” gumam Nicky. “Cepet banget sih lo ganti target? Siapa? Cewek yang
kemaren lo ajak ke ultahnya Winny ya?” tanya Nicky penuh semangat mengorek
informasi dari Ricky.
Ricky
semakin tak bisa bersuara. Raut wajahnya pun kian berubah. Seketika tawa Vicky,
Nicky dan Nissa pun pecah.
“Apaan
sih? Emang salah kalo gue suka sama Ivo?” Ricky tersentak dengan ucapannya
sendiri. Ia sadar telah membongkar rahasia pribadinya. Padahal kan diantara
Nicky, Vicky, dan Nissa belum ada yang berani menyindir lebih dalam.
@@@
Malam
ini, Nissa berniat menginap di rumah si tritwins. Meski Nicky, Ricky dan Vicky
cowok, gak masalah buat mereka yang memang sudah kenal dekat sejak lama. Kini
mereka berempat duduk di teras rumah sambil ngobrol dan dengan didampingin
minuman dan makanan ringan.
Tawa
mereka mereda ketika sebuah mobil berhenti tepat di depan rumah mereka. Kala
itu Nicky tengah masuk ke dalam rumah. Ricky yang berinisiatif untuk
menghampiri tamu itu. Najwalah yang keluar dari dalam mobil itu.
“Kak
Nicky, gue mau minta maaf.” Sambar Najwa yang terlalu takut Nicky juga marah
padanya.
Ricky
yang tampak bingung menoleh ke arah Vicky dan Nissa berada. Nicky tak ada di
sana. Jelas saja Najwa salah paham padanya.
“Sebagai
permintaan maafnya, gue mau ngajak kakak makan di luar.” Kata Najwa lagi karena
Ricky tak kunjung memberikan jawaban.
Ricky
tiba-tiba serasa tersambar kebahagiaan. Najwa mengajaknya makan malam diluar
dan hanya berdua. Tapi cepat-cepat ia menepiskan semua khayalannya. Karena yang
saat itu ada dipikiran Najwa, ia adalah Nicky. Dan bisa dipastikan ajakan itu
bukan untuknya.
“Kenapa?
Kakak gak mau ya?” Tanya Najwa sekali lagi karena Ricky sama sekali tak
bersuara sepatah katapun.
Semula
Ricky ragu. Semisal Nicky tak mau, ia bisa menggantikan kembarannya itu demi
tak mengecewakan cewek yang kini berada dihadapannya ini. “Tunggu lima menit
ya. Duduk aja dulu sama Vicky dan Nissa.” Kata Ricky akhirnya sambil mengajak
Najwa masuk.
@@@
“Nick…”
Teriak Ricky.
“Gue
di dapur.” Terdengar suara orang menyahut.
Ricky
menyusul ke tempat Nicky berada. Ketika ia datang, kembarannya itu baru saja
menuangkan minuman ke gelasnya. “Di luar ada Najwa.”
“Hk…”
Nicky sontak tersedak dan memuncratkan air yang belum sempat mengalir ke dalam
tenggorokannya.
Melihat
kembarannya kelabakan, Ricky justru hanya melihat dan diiringi tawa jahilnya.
“Lebay lo!” ledek Ricky yang masih saja tak membantu.
“Ngapain
dia?” Tanya Nicky akhirnya setelah bisa mengendalikan keadaan.
“Nyariin
lo. Katanya mau ngajak lo makan diluar.” Kata Ricky bersamaan ketika Nicky
menenggak minumannya.
Untuk
kedua kalinya Nicky tersedak.
“Bisa
gak sih lo gak pake keselek tiap ngebahas Najwa?” Omel Ricky.
“Lo
juga liat-liat dulu donk gue lagi ngapain?” Balas Nicky tak kalah galak sambil
pergi meninggalkan Ricky di dapur. Ia menuju pintu keluar untuk memastikan
kebenaran perkataan Ricky. Dengan penuh semangat 45’, Nicky membuka pintu
hingga sedikit mengagetkan Vicky, Nissa dan Najwa yang berada di luar.
Sontak
Najwa berdiri ketika sosok Ricky muncul tepat dibelakang posisi Nicky berdiri.
“Kak Nicky?”
“Lo
serius, ngajak gue makan malam diluar?” Tanya Nicky yang hanya ingin memastikan
meski raut wajah bahagianya tak bisa terbilang dibuat-buat.
Najwa
melirik Vicky dan Nissa di sampingnya. Sadar sebenarnya ia lah yang salah
menyangka kalau yang ditemuinya adalah Ricky, bukan Nicky, hanya sanggup
mengangguk pelan.
Najwa
mengangguk pelan, bahkan sangat pelan dan bisa diartikan seperti isyarat. Namun
itu sudah cukup bagi Nicky bahwa apa yang didapatnya malam ini bukanlah
khayalan semata.
“Tunggu
bentar ya.” Pinta Nicky dan segera masuk ke dalam karena tak ingin Najwa lama
menunggunya.
Buuukkk…!!
“Sory,
Rick!” teriak Nicky karena terlalu semangat hingga menubruk tubuh Ricky yang
sejak tadi berdiri dibelakangnya.
@@@
Nicky
membuka lebar semua pintu lemarinya. Memandang tiap sudut ruang lemari yang
menyimpan tumpukan pakaiannya. Ia mengacak-ngacak rambut dan memaki dirinya
sendiri karena tak bisa menentukan pilihan dengan cepat.
Entah
mengapa, Nicky justru kembali diingatkan oleh sosok Venda hampir setengah tahun
yang lalu.
Malam itu adalah pertama kalinya Nicky mengajak Venda jalan.
Ia menjemput cewek itu di rumahnya. Tapi orang pertama yang menemuinya justru
Najwa. Cewek itu menatap Nicky yang berpakaian sangat rapih, mulai dari ujung
rambut sampe ujung kaki.
Belum sempat berkata apa-apa, dua buah
motor sport berhenti di depan rumah Najwa. Itu Dylan dan Aloy.
“Akhirnya ya, Na. Lo ada yang mau
ngapelin juga.” Ledek Dylan diiringi tawa oleh Aloy.
“Enak aja!” Balas Najwa. “Selera gue
sama kak Venda tuh beda.” Lanjut Najwa yang dengan cueknya meninggalkan ketiga
cowok itu di luar rumah.
“Ade gue kenapa tuh?” Tegur Venda yang
tiba-tiba muncul. Cewek itu berpenampilan feminim namun tetap casual.
“Dylan ngeledekin Najwa, kirain dia..”
Aloy menunjuk Nicky. “..cowoknya Najwa.”
Venda tersenyum geli mendengar pengakuan
Aloy. “Najwa gak mungkin suka sama cowok yang penampilannya rapih kayak gini.”
“Iya sih, kak.” Kata Dylan menyetujui.
“Yaudah, aku jalan dulu ya.” Venda
berpamitan.
Untuk beberapa saat, Nicky menatap ke
arah dalam rumah. Ia seolah mengharapkan seseorang muncul dari dalamnya.
@@@
“Ternyata
gue salah orang ya, kak?” tanya Najwa dengan sedikit malu-malu ketika Ricky
duduk di sampingnya.
Vicky,
Nissa dan Ricky hanya menanggapinya dengan tawa.
Tak
lama, Nicky muncul. Tak ada yang berubah dari penampilan sebelumnya. Ia hanya
mengganti celana pendeknya dengan celana jins panjang.
“Gue
pikir bakal ada yang berubah, ternyata sama aja? Ngapain doank lo lama di
kamar?” celetuk Vicky.
“Mau
tau aja lo.” Balas Nicky. “Ayo, Na.” ajak Nicky kepada Najwa.
“Kita
pamit ya, kak.” Kata Najwa seraya berdiri.
Setelah
Najwa dan Nicky beranjak dari sana, Vicky dan Nissa kembali sibuk dengan
obrolan seru mereka. Merasa dicuekin, Ricky bangkit dan masuk meninggalkan
Nissa dan Vicky yang asik berdua.
@@@
“Sejak
kapan kakak suka sama kak Venda?” todong Najwa di sela-sela makan malam mereka.
Nicky
terkejut dan hanya bisa diam mendengar perkataan Najwa yang tiba-tiba. Ia hanya
mampu melirik sekelilingnya. Malam itu Najwa mengajaknya makan di sebuah café
yang berada dalam sebuah pusat perbelanjaan.
Lima tahun yang lalu. Dimana Nicky masih duduk di bangku SMP. Ketika
orang tua mereka tak berada di rumah, Nicky dan kedua kembarannya seolah
mendapat kebebasan yang luar biasa. Itu dimanfaatkan ketiganya untuk bersepeda
hingga tempat yang bisa dibilang cukup jauh, yakni hingga perumahan tempat
tinggal Najwa.
Karena perjalanan yang cukup jauh,
Nicky, Vicky dan Ricky kecil berteduh dibawah sebuah pohon yang tak jauh dari
lapangan basket di dalam perumahan tersebut. Sesekali mereka melihat suasana
lapangan yang mulai dipenuhi anak-anak bermain.
Belum berapa lama beristirahat, ketiga
saudara kembar ini disambangi beberapa anak seumuran dengan mereka.
“Heh! Siapa kalian?” Tegur salah satu
diantara mereka yang bertindak seperti seorang pemimpin. “Berani-beraninya
masuk wilayah kita.” Lanjut anak itu.
“Kita Cuma istirahat sebentar. Lagi
pula, kita kan gak ganggu kenyamanan kalian.” Ricky yang membela kedua
kembarannya.
“Yaudah, kalo gitu, kalian bayar pajak
sewa tempat buat istirahat.” Kata anak itu lagi, kali ini sambil menyodorkan
tangan kanannya seolah meminta sasuatu.
Perbincangan yang terjadi antara
tritwins dan anak itu ternyata menyita perhatian dari seorang anak perempuan
yang sebelumnya tengah bermain sepakbola di lapangan.
“Zaq…!” teriak anak perempuan itu sambil melangkah mendekat
meninggalkan teman-temannya di lapangan.
“Apaan sih!” Balas anak yang dipanggil
Zaq itu. “Ganggu aja.”
Anak perempuan itu menatap cowok kembar
tiga dengan tatapan sedikit tak percaya, lalu kembali menatap anak tadi.
“Ngapain kamu? Mau palakin anak-anak ini?” ujarnya sambil menunjuk Vicky dan kembarannya dengan lirikan
mata.
“Siapa yang malak!” anak itu berusaha.
“Kamu pikir aku gak tau kelakuan
kalian!” Balas cewek ini tegas.
“Zaq, kakakmu kok galak banget sih?”
Tanya teman anak itu dengan polosnya.
Cewek ini melotot ke teman adiknya.
“Memangnya kenapa kalo galak? Masalah buat kalian? Pulang sana!” perintahnya
dan langsung dituruti adik dan teman-teman adiknya.
“Makasih ya.” Ujar Vicky sebelum cewek
itu meninggalkan mereka.
Nicky sendiri tak bisa sedikitpun
berpaling dari cewek yang berdiri dihadapannya ini.
“Sama-sama.” Balas cewek itu. “Maaf ya,
Zaq suka rese kalo ketemu orang yang belum dikenalnya. Oiya, kalian siapa?
Kayaknya bukan anak sini?”
“Kita memang bukan anak sini.” Sambar
Nicky yang tak ingin ketinggalan ambil bagian. “Aku…” Nicky berdiri hendak
memperkenalkan dirinya.
Dug… “Aw…” cewek itu meringis kesakitan
karena sebuah bola mendarat tepat di kepalanya. Semua itu perbuatan
teman-temannya yang berada di lapangan. Karena ketika menoleh, anak-anak itu
hanya memberikan isyarat agar cewek itu segera kembali bergabung dengan mereka.
“Aku duluan ya.” Setelah memungut bola yang jatuh tak jauh dari kakinya, cewek
itu langsung pergi tanpa menunggu respon apapun dari anak kembar ini.
“Nama kamu siapa?” Teriak Nicky sebelum
cewek itu pergi semakin jauh.
Cewek itu menoleh kebelakang.
“Venda…!” terdengar teriakan seseorang.
Cewek tadi membatalkan niat untuk
menjawab pertanyaan Nicky tadi. Ia justru berlari ke arah lapangan dan
menyembunyikan diri di punggung teman-temannya.
Nicky tersenyum teringat kenangan terakhir dari
ingatannya tadi ketika cewek itu ketakutan dan bersembunyi di belakang punggung
teman-temannya.
“Heh!
Ngebayangin apa lo, kak?” tegur Najwa mencurigai Nicky.
Bukannya
menjawab, Nicky malah tertawa. “Kayaknya selama ini gue salah orang.” Ujarnya sambil
menggeleng.
Najwa
mengernyitkan dahi menandakan ia tak mengerti perkataan Nicky. Namun Nicky
hanya meresponnya dengan senyuman.
“Udahlah
gak usah dipikirin.” Ujar Nicky yang dengan gemasnya mengusap kepala Najwa. “Kita
pulang sekarang ya.” Lanjut Nicky sambil berdiri.
“Iya
iya…” Najwa buru-buru menyeruput minumannya karena takut ditinggal oleh Nicky.
@@@
Ricky,
Vicky dan Nissa sudah berpindah lokasi, dari sebelumnya di lantai teras, kini
mereka berada di ruang tivi sambil menyaksikan pertandingan sepakbola.
“Kayaknya
akhir-akhir ini lo lagi free ya, Rick?” Tegur Nissa.
“Lagi
sepi kompetisi nih, cariin donk. Jenuh juga Cuma diem di rumah.” Keluhnya.
“Mau
kompetisi apaan? Dance mau?” ledek Nissa.
“Yeee…
Cumi!” Ricky kesal karena Nissa mempermainkannya. “Gue serius.”
“Iya
iya apaan?”
“Apaan
kek gitu. Basket atau music lah.”
“Temen
gue di SMA Rosengard nyari lawan buat sparing voli sama bola tuh.” Ujar Vicky
yang ikut nimbrung.
“Kalo
itu sih lo ajak aja si atlit sinting Nicky Airlangga.” Gumam Nissa.
“Hahaha…”
Ricky terbahak. “Lo bilang Nicky apa? Atlit sinting?”
Nissa
membenarkan perkataan Ricky. “Iya.”
“Dari
hati banget ngomongnya.” Celetuk Vicky.
“Terus,
julukan buat Vicky, apa?” Tanya Ricky iseng.
“Yeee…!!
Apaan sih lo berdua?” Vicky terdengar sewot.
“Dih,
belom juga disebut! Udah bawel aja.”
“Tau
nih. Nyantai aja kali.” Nissa menimpali.
“Udah
deh, hape lo bunyi tuh, Ric.” Vicky mengingatkan.
“Dia
udah tukeran nomor sama cewek itu?” Bisik Nissa ke Vicky, kala Ricky beranjak
untuk meraih ponselnya di atas meja.
“Belom.”
Jawab Vicky namun matanya mengawasi perubahan raut wajah Ricky. “SMS dari
Kelvin lagi?” tebaknya.
Ricky
menoleh dan hanya menyodorkan ponselnya ke arah Vicky dan Nissa.
Gue tau di mana posisi lo sama Nicky
sekarang! Lo masih berani main-main sama gue!
Ricky berdiri. “Lo kabarin
Nicky, biar gue panasin mobil dulu.”
Nissa
mengikuti arah langkah Ricky ketika pergi. “Panasin mobil buat apa?” cewek ini
bertanya pada Vicky yang langsung mengikuti perintah kembarannya tadi. “Emang
Ricky mau kemana? Ini udah jam setengah sepuluh.”
Vicky
tak menjawab. Ia justru berdiri. “Ikutin aja apa yang Ricky minta. Bentar lagi
kita pasti pergi. Jadi, kalo lo mau ikut, lo ganti baju sekarang.” Tanpa
menunggu Nissa menyetujui kata-katanya, Vicky beranjak dari sana.
@@@
Nicky
dan Najwa berjalan menuju lapangan parkir. Nicky merasakan ponselnya bergetar.
Satu pesan masuk dari Vicky. Usai membaca sms tersebut, Nicky langsung
memasukkan ponselnya dan waspada mengawasi sekitar.
“Kenapa,
kak?” tanya Najwa curiga.
Nicky
berusaha mencari alasan. “Tiba-tiba gue kebelet nih. Lo jangan kemana-mana ya.”
Tanpa menunggu persetujuan Najwa, Nicky berlari menjauh dari cewek itu.
Dengan
terpaksa, Najwa menunggu Nicky di tempat tadi. Tak lama, seseorang muncul dan
menghampirinya.
“Lo pikir anceman gue
selama ini Cuma lelucon?”
Najwa menoleh. Sangat
terkejutnya cewek ini karena pemuda yang berdiri dibelakangnya adalah Rio.
“Anceman apa?” Najwa balik
bertanya.
Rio merasa sedikit dipermainkan.
“Gak usah sok polos lo!”
“Bukannya sok polos.
Beneran gue gak tau apa-apa. Ketemu lo aja gak pernah!” Balas Najwa membela
diri.
“Alah…! Udah deh. Mana
Nicky?”
“Toilet.” Ujar Najwa
seperlunya.
Rio mengawasi sekitar.
Suasana memang sudah tak begitu ramai. Ia melirik Najwa yang berdiri seolah tak
ada siapa-siapa lagi selain dirinya. “Ikut gue!” Rio menarik paksa tangan
Najwa.
Nicky sendiri sebenarnya
bukan pergi ke toilet. Ia hanya menyingkir dari sana dan mengawasi Najwa dari
tempat yang sedikit tersembunyi. Ketika Rio mulai melancarkan aksinya, Nicky
segera menghubungi seseorang. “Lakuin sekarang sesuai rencana.” Hanya itu yang
dikatakannya melalui handphone nya.
“Apa-apaan sih lo?” Najwa
yang terlihat sedikit panic, berusaha memberontak dan menyembunyikan
kepanikannya.
Rio hanya berhasil menarik
Najwa dalam beberapa langkah sebelum akhirnya muncul tiga orang cowok yang
menghalangi mereka. Meski tak menunjukkan ancaman, kedatangan tiga pemuda
itu—yang diketahui Najwa, mereka teman-teman sekelas Nicky—cukup membuat Rio
panic dan merasa terancam.
“Siapa kalian?” Tanya Rio
ditengah ketakutannya.
“Lepasin Najwa.” Sebut
salah seorang dari mereka.
Najwa semakin tenang dan
yakin mereka teman Nicky begitu Juna menyebutkan namanya.
Rio melirik Najwa. Semakin
mengerikan baginya ketika cewek itu mengedipkan sebelah matanya. Tak ingin
terlihat kalah, Rio melepas tangan Najwa dan menyerang Juna.
Selagi Juna dan Rio
berseteru, dua orang lainnya menghampiri Najwa. Salah satu dari mereka
menyodorkan tangannya. “Gue Reki.” Ucap cowok itu.
Dengan canggung, Najwa pun
membalas uluran tangan Reki.
“Gantian.” Cowok satu lagi
melerai tangan Reki yang masih terkait dengan tangan Najwa. “Gue Bayu.”
Perlahan Najwa pun kembali
mengulurkan tangan kanannya. Namun bukan Bayu yang menyambar tangannya,
melainkan Rio yang langsung kembali berhasil membawanya lari. Reki yang berdiri
tak jauh dari sana, dapat berekasi dengan cepat. Ia menjukurkan kakinya hingga
berhasil mengganjal kaki Rio dan menyebabkan cowok itu terjerembab.
“Lo berdua ngapain aja
sih!” Omel Juna sambil menangkap tangan Najwa dan langsung membawa Najwa lari
ke arah berbeda. “Urusin tuh anak!” Perintahnya.
Rio pun kembali bangkit
dan berusaha mengejar Juna yang membawa Najwa lari. “Balikin Najwa!” teriaknya.
Namun pergerakannya berhasil dihalangin Reki dan Bayu. Semakin dirinya
memberontak, semakin kuat pula Reki dan Bayu menahan tubuhnya.
“Diam lo!” bentak Reki.
Di saat terjepit pun, Rio
masih berusaha melepaskan diri. Bayu yang terlihat tak sabar, melancarkan
tinjuan yang tepat mengenai perut Rio.
“Mampus lo!”
@@@
Juna yang masih
menggenggam tangan Najwa membawa cewek itu mengelilingi lapangan parkir. Juna
tampak mencari-cari sesuatu. Ketika berhasil mendapatkan apa yang sejak tadi
dicarinya, Juna sedikit berlari. Begitu sampai, ia membuka pintu mobil di
samping pengemudi dan memaksa Najwa masuk kedalamnya.
Semula Najwa menolak. “Gue
mau di bawa kemana, kak?”
“Stttt…! Cepet masuk.”
Pinta seseorang di dalam. Suasana dalam mobil yang gelap, menyebabkan wajah
orang tersebut tak bisa terlihat. “Ini gue Nicky.” Ujar orang itu akhirnya
sambil menyorotkan lampu yang ditimbulkan layar ponselnya ke wajah. “Percaya,
kan?”
“Iya, tapi ini mobil
siapa?” Tanya Najwa yang masih sangat ragu.
“Mobil lo aman kok,
sekarang ikut gue dulu.” Nicky berkata sambil mengulurkan tangannya untuk
menarik Najwa masuk. Sedangkan Juna mendorong Najwa dari arah luar.
“Lo udah ngehubungin
Vicky, kan?” Tanya Juna sebelum ia menutup pintu di samping Najwa.
“Udah, mereka juga udah
siap. Kalo urusan lo sama orang itu selesai, segera cabut ke tempat yang tadi
gue bilang ya.” Nicky memperingatkan.
Begitu Juna menutup pintu,
Nicky langsung tancap gas.
@@@
Nicky menepikan mobil yang
dikendarainya. “Lo jangan kemana-mana.” Perintahnya kepada Najwa sambil
mematikan mesin mobil, lalu ia pun keluar menuju mobil yang berhenti beberapa
meter dibelakangnya.
Ricky, Vicky dan Nissa
keluar dari dalam mobil tersebut.
“Bawa Najwa kerumah gue.”
Nicky menyodorkan kunci mobil ke Nissa yang langsung diterimanya. Lalu cewek
itu bergegas menuju mobil yang sebelumnya dikendarain Nicky.
“Ternyata bener feeling
gue.” Ujar Nicky kepada dua kembarannya setelah terdiam beberapa saat. “Mobil
yang dari tadi ngikutin gue dari rumah tuh mobilnya Rio. Corak api di tiap sisi
mobil itu gak bisa dibohongin.”
Beberapa jam yang lalu
sebelum ia dan Najwa pergi, Nicky melihat sebuah mobil di kejauhan yang
terparkir cukup mencurigakan. Dan selama perjalanan, tiap Nicky melirik spion,
mobil dengan corak api tersebut kerap kali terlihat membuntuti.
“Bener-bener kurang ajar
tuh si Rio.” Ricky mengepalkan tangan dengan sangat gemas.
“Barusan Juna sms, dia
udah jalan.” Sambung Vicky yang langsung ditanggapi Nicky dan Ricky dengan
masuk ke dalam mobil.
Vicky yang menyetir, Nicky
duduk disampingnya, sedangkan Ricky duduk di kursi belakang. Ketika melihat
mobil yang dikendarai Nissa mulai bergerak, Vicky pun menyalakan mesin dan
memutar balik ke arah yang berlawanan.
@@@
Selama di perjalanan
bersama Nissa, Najwa sama sekali tak menyinggung mengapa Nissa menggantikan
posisi Nicky saat ini. Ia juga tak bertanya Nissa mau membawanya kemana setelah
ini. Sejak Nicky keluar dari mobil, tangan Najwa memang sibuk sendiri dengan
ponselnya.
Tak lama, Najwa memutuskan
untuk menghubungi Riyu. “Dimana, lo?”
Nissa hanya sanggup
mengawasi Najwa melalui ekor matanya.
“Gila…! Maunya apa sih tuh
orang? Belom puas apa gue hajar sampe bikin gue dikeluarin dari sekolah?
Pantesan aja selama makan, ka Nicky sibuk sama hape juga.”
Tak lama, Najwa memutuskan
sambungan teleponnya. Ia melirik Nissa yang tampak terlihat waspada
mengawasinya.
“Nicky pergi kemana?”
“Hah?” Nissa cukup
terkejut dengan pertanyaan Najwa yang tiba-tiba. “Maksudnya?”
“Bilang sama Nicky, jangan
ke arah SMA Rosengard. Tempat itu udah di sterilkan sama anak buahnya Rio.”
“Hah?” untuk kesekian
kalinya Nissa terkejut hingga membuka lebar matanya, kali ini sambil
menghentikan mendadak mobilnya yang mengakibatkan klakson bersautan dibelakang
mereka.
Tapi Najwa masih
menanggapinya dengan tenang. Ia sama sekali tak menyalahkan Nissa meski
kepalanya nyaris membentur dasbor mobil karena ia tak mengenakan sabuk
pengaman.
Nissa mulai terlihat
panic. “Terus, kita harus ngapain?” ia sampai tak sanggup melajukan mobil.
“Gue yang nyetir.” Najwa
langsung keluar dan mengitari depan mobil. Ia langsung membuka pintu Nissa yang
menyebabkan cewek itu berpindah ke jok disebelahnya.
“Terus, gue harus bilang
apa sama Nicky?” Nissa masih belum bisa menguasai kepanikkannya.
Mobil yang dikenadarai Najwa
mulai melaju, “lo telpon Juna, gue telpon Nicky, sekarang.” Perintah Najwa, di
saat yang bersamaan, tangan kirinya bergerak di atas keypad dan tangan kanannya
menggenggam setir.
Juna dan Nicky menjawab
telpon masing-masing dari Najwa dan Nissa di waktu yang hampir bersamaan. Nissa
yang bicara dengan Juna mengikuti hampir semua yang Najwa katakan kepada Nicky.
“Sebenernya, apa sih
rencananya Nicky?” Tanya Najwa ketika dua cewek itu sama-sama mengakhiri
pembicaan di telepon.
Nissa menggeleng.
Najwa menunjukkan ekspresi
ketidakpercayaannya. “Terus, dia mau bawa Rio kemana?”
“Apartemen mereka.”
“Dimana?”
“Apartmen ‘Blue Flowers’,
deket kantor walikota.”
“Yakin? Bukan ke lapangan
basket indoor GOR kota?”
“Lho, bukannya lapangan
basket itu lagi direnovasi? Yang ada penuh sama bahan bangunan isinya.”
Najwa terlihat berfikir.
Tanpa merespon ucapan Nissa, ia mengeluarkan ponsel lalu menekan sederetan
angka. Tak lama, Najwa menempelkan ponselnya ke telinga.
“Eh, cumi! Nicky tuh nggak
ke lapangan basket, tapi ke apartemen pribadinya dia.” Omel Najwa kepada
seseorang yang diseberang ponselnya. “Akh! Payah nih punya mata-mata kayak lo!”
Najwa langsung memutuskan sambungan telepon.
“Siapa? Riyu?”
“Siapa lagi?” Najwa balik
bertanya dengan sedikit sewot.
“Lagian, nyuruh Riyu jadi
mata-mata. Kagak beres kerjaannya.”
“Iya bener. Setuju.”
Mereka malah tertawa
bersama.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar