Enam…
Dalam perjalanan, Riyu terjebak macet. Riyu
memandang keadaan sekitar. Tak sengaja, ketika menoleh ke kanan, ia mendapati
mobil yang cukup familiar dimatanya. Jelas, itu mobil Nissa. Cewek itu tak
sendiri, melainkan bersama beberapa anggota keluarganya. Nissa juga tak
menyetir sendiri, tapi bersama kakaknya.
Riyu
membuka kaca jendela mobilnya dan mengetuk jendela tepat di samping Nissa
duduk. Nissa yang mengenali, langsung membuka kaca jendelanya.
“Riyu?
Lo dari mana?”
“Dari
rumah sepupu gue.” Kata Riyu. Entah kenapa ketika melihat Nissa, tiba-tiba Riyu
teringat Nicky. Karena akhir-akhir ini cowok itu cukup dekat dengan Najwa. “Eh,
gue minta nomornya Nicky donk.”
Nissa
mengangguk, kemudian mencari kontak di ponselnya. “Nih.” Nissa menunjukkan
nomor hape Nicky.
Segera,
Riyu menyalin ke ponselnya. “Thanks.” Ucapnya singkat, kemudian langsung
menelpon nomor yang baru saja ia simpan dengan nama Nicky.
“Halo…”
terdengar sapaan dari dalam ponsel Riyu.
“Nick,
ini gue Riyu.” Kata Riyu cepat-cepat. “Sory gue ganggu lo malam-malam.” Riyu
basa-basi, karena ini memang sudah tengah malam.
“Iya,
gapapa kok.” Balas Nicky santai. Sama sekali gak ngerasa terganggu. “Ada apaan
nih? Kayaknya penting banget.”
“Iya,
Nick. Penting. Lo tau Najwa di mana? Soalnya akhir-akhir ini lo yang deket sama
dia.” Riyu langsung mengatakan ke inti masalah.
Di
rumah sakit, Nicky menoleh kesamping. Ia melihat Najwa dan Vicky yang tertidur.
“Ada kok sama gue. Dia udah tidur.” Jawab Nicky santai.
“Hah!”
Riyu terkejut mendengar pengakuan Nicky. “Maksud lo apa?” Riyu terlanjur
berfikir negative dengan perkataan Nicky.
“Yaa…
Najwa beneran udah tidur. Bisa gue jamin kok gue lagi gak bohong. Soalnya Najwa
ada di samping gue.” Nicky sama sekali tak menyadari bahwa Riyu salah sangka
dengan apa yang ia katakana.
“Brengsek
lo ya, Nick!” Riyu yang kesal karena merasa dipermainkan, hanya bisa memukul
stir mobilnya. “Berani-beraninya lo ngelakuin itu ke Najwa! Emangnya Najwa
salah apa sama lo!” emosi Riyu benar-benar terakumulasi oleh rasa kesalnya ke
Zaquan dan Nicky. Semua jadi satu dan membuatnya harus mengeluarkan kesabaran
ekstra.
“Najwa
gak salah apa-apa kok ke gue.” Kata Nicky dengan polosnya. Ia masih belum
menangkap reaksi negative yang ditunjukkan Riyu.
Riyu
sudah tak sabar. Ia lantas memutuskan teleponnya dengan Nicky. Riyu benar-benar
khawatir dengan kondisi Najwa. Ia juga tak sanggup membayangkan apa yang telah
dilakukan Nicky terhadap sepupunya. ‘Kak Vendi, maafin gue karena gak bisa
ngejagain Najwa seperti apa yang lo minta ke gue.’ Keluhnya dalam hati. Riyu
menyandarkan kepalanya ke sandaran jok. Ia benar-benar merasa bersalah ke Vendi
karena tak bisa menepati janji. Terlebih rasa bersalahnya ke Najwa juga
terhadap perlakuannya ketika di sekolah sore tadi. ‘Maafin gue, Na. Karena udah
ngebentak lo kayak tadi.’
Mobil
Riyu masih terjebak macet. Nissa juga bisa dipastikan masih di sana dan ia mendengar semua ucapan
Riyu kepada Nicky. Sejujurnya Nissa sama sekali tak mempercayai tuduhan Riyu
terhadap Nicky.
“Gue
tau Nicky bukan orang seperti itu.” Kata Nissa membuat Riyu menoleh kepadanya.
Riyu
juga sadar kalo Nissa pasti mendengar obrolannya di telpon tadi. “Tapi
kenyataannya? Najwa tidur sama Nicky. Itu apa namanya kalo Nicky bukan cowok
brengsek?”
Nissa
tak berusaha membela. Tapi ia juga gak percaya dengan semua yang ia dengar dari
mulut Riyu. “Oke. Terserah lo mau ngomong apa. Tapi yang jelas, lo harus cari
tau dulu kebenarannya.” Ia hanya ingin memberi jalan keluar terhadap tuduhan
Riyu.
“Gimana
caranya? Kita kejebak macet di sini? Gue gak bisa nyusulin mereka sekarang
juga.”
Nissa
mengerti saat ini Riyu sama sekali gak bisa berfikir jernih. Ia mengambil
inisiatif menelpon Vicky.
@@@
Nicky
pindah duduk di kursi samping tempat tidur Ricky. Malam ini hanya dia yang
masih terjaga. Ia menatap Ricky penuh kecemasan. Sudah selama empat jam Ricky
tak sadarkan diri. Meski dokter mengatakan Ricky hanya dalam pengaruh obat aja,
tapi Nicky tetap tak bisa tenang.
“Bego
banget sih lo, Rick!” kata Nicky kepada Ricky yang masih terlelap. “Ngapain
juga lo nyakitin diri begini?”
Belum
sempat Nicky kembali berujar, ponsel Vicky yang berada di meja bergetar tanda
ada sebuah panggilan masuk. Nicky melihat Vicky sama sekali tak terganggu
dengan getaran ponselnya.
“Siapa sih yang nelpon
malem-malem?” keluh Nicky. Ia mendekati ponsel Vicky. Tertera nama Nissa di
layarnya. Nicky mengerutkan dahi sebelum menjawab telpon. “Hallo, Nis. Kenapa?”
Bisa dipastikan Nissa
menegtahui siapa yang menjawab telponnya. “Nicky? Mana Vicky? Gue mau ngomong
sama dia.”
“Vicky udah tidur.” Jawab
Nicky sambil membawa ponsel Vicky keluar kamar. Ia tak ingin ada yang terganggu
dengan obrolannya. Terlebih yang menelpon adalah Nissa.
“Tapi kenapa hapenya ada
sama lo?” tanya Nissa curiga sambil menoleh ke Riyu yang menatapnya tak tenang.
“Dimana kalian?”
“Gue dirumah sakit.”
“Siapa yang sakit?” todong
Nissa. Riyu yang menatapnya meminta penjelasan. Tapi Nissa masih ingin tau
lebih lanjut dulu kepada Nicky.
“Ricky. Penyakitnya
kambuh.”
“Terus? Gimana dia
sekarang? Lo dirumah sakit mana? Biar gue nyusul kesana?” Beberapa saat Nissa
diam. “Oke… gue kesana sekarang.” Ujarnya setelah Nicky menyebutkan nama rumah
sakit tempat Ricky dirawat.
“Nis, siapa yang sakit?
Najwa gapapa kan?” tanya Riyu usai Nissa mengakhiri pembicaraan dengan Nicky.
“Apa gue bilang? Lo salah
paham.” Nissa menyalahkan Riyu.
“Oke… gue minta maaf.”
Riyu menyadari kesalahannya. “Tapi tolong jawab pertanyaan gue.”
“Yang sakit Ricky, bukan
Najwa. Nicky sama Vicky ada di sana. Dan gue yakin, Najwa juga berada di antara
mereka.”
Riyu tertunduk. Ia
menyesali perbuatannya yang telah menuduh Nicky.
“Gue mau nyusul mereka ke
sana sekarang.” Kata Nissa karena Riyu tiba-tiba terdiam. “Lo mau ikut atau
nggak?” ujarnya dengan lembut. Dengan suasana hati Riyu yang seperti ini, Nissa
tak tega membentaknya.
“Gue harus minta maaf ke
Nicky.”
Itu artinya Riyu setuju
untuk ikut ke sana. “Tapi lo gak keberatan kan kalo gue ikut mobil lo?”
Pandangan Riyu menembus
kaca jendela mobil Nissa. Ada papa, mama dan adik laki-laki Nissa yang berada
di kursi belakang. “Iya, lo sama gue aja.”
Nissa langsung membisikkan
sesuatu kepada kakaknya. Kemudian ia menoleh ke belakang dan mengatakan sesuatu
ke orang tuanya. Bisa dipastikan Nissa meminta izin untuk menemui Ricky di
rumah sakit. Bukan hal yang sulit meminta izin ke mamanya kalo menyangkut Ricky
dan kedua kembarannya. Tak lama Nissa membuka pintu seiring mamanya yang
membuka kaca jendela.
“Salam buat Ricky ya,
Riyu. Maaf tante belum bisa kesana sekarang.” Pesan mamanya sebelum Nissa masuk
ke dalam mobil Riyu.
“Iya tante, pasti saya
sampaikan.” Kata Riyu. Kemudian ia menoleh ke Nissa yang kini sudah
disampingnya.
“Kenapa? Heran ya?” tebak
Nissa karena melihat wajah Riyu yang menatapnya penuh tanya.
“Nyokap lo gak
nanya-nanya, gitu?”
“Keluarga gue udah kenal
dekat sama keluarganya si tritwins. Jadi nyokap gak bawel kalo gue berurusan
sama mereka.”
@@@
Hari sudah pagi. Bahkan
matahari sudah mulai tinggi. Tapi Najwa baru saja bangun setelah semalaman
terlelap di sofa rumah sakit. Ia mengerjap-ngerjap sambil menyingkirkan
beberapa helai jaket yang menumpuk di badannya. Najwa mengenali salah satunya.
“Riyu?” tanya Najwa
seorang diri sambil mengangkat jaket yang ia ketahui milik Riyu.
“Lo udah bangun, Na?”
Tak ada siapa-siapa di
sana. Kecuali dirinya dan… Najwa langsung menoleh ke tempat tidur pasien. Di
sana Ricky terlihat duduk bersandar sambil menonton tivi, menoleh ke arahnya.
Sontak Najwa pun berdiri.
“Riyu semalem ke sini?” itu hal pertama yang ia tanyakan. “Terus, sekarang dia
di mana?”
“Iya, semalem Riyu datang
sama Nissa. Tapi dia lagi keluar sama Vicky.” Kata Ricky. “Nicky lagi nganter
Nissa pulang.” Jelas Ricky sebelum Najwa menanyakan keberadaan yang lain.
Najwa bergegas ke kamar
mandi untuk membasuh mukanya. Setelah itu ia mendekati Ricky. “Gimana keadaan
kakak?” Tanya Najwa sambil menyomot sehelai tisu di rak samping tempat tidur
Ricky untuk mengeringkan wajahnya dari air.
“Baik. Berkat lo.”
Seketika Najwa
menghentikan aktifitasnya. Ia menatap Ricky bingung.
“Makasih karena lo udah
nolong gue semalem.” Kata Ricky lagi.
Najwa merasa tak enak
hati. “Sama-sama kak.” Hanya itu yang bisa ia katakan. “Kakak pasti belum
makan? Mau aku suapin?” tanya Najwa ketikan melihat jatah makanan Ricky dari
rumah sakit belum tersentuh sedikitpun. Ia segera menarik meja ke hadapan Ricky
untuk mengurangi perasaan canggungnya karena hanya berdua dengan Ricky. Jujur
saja, meski udah pernah ketemu sekali, tapi ini pertama kalinya mereka ngobrol
hanya berdua saja.
“Nicky pasti sering
gangguin lo, ya?” Tanya Ricky iseng ketika Najwa baru duduk di tepi tempat
tidur.
“Kakak pasti udah tau
jawabannya.”
Jawaban Najwa membuat
Ricky tertawa.
“Kok ketawa?” Balas Najwa
sambil membuka plastic penutup makanan Ricky.
“Kamu bener. Gue udah tau
semua jawabannya. Tapi gue seneng, karena Nicky udah gak begitu ngerasa sakit
hati.” Kata Ricky yang kemudian langsung terdiam.
“Apa rasa sakit hatinya
kak Nicky sekarang pindah ke kak Ricky?”
Ricky masih terdiam. Najwa
langsung menatap Ricky. Meski ia sudah tau semua kebenarannya, tapi rasanya ini
bukan saat yang tepat untuk mengatakannya di depan Ricky.
“Maaf kak, aku gak sopan.”
Kata Najwa cepat-cepat. “Pertanyaan yang tadi lupain aja. Anggep aku gak
ngomong apa-apa.” Pintanya.
Ricky hanya tersenyum
menanggapi permintaan Najwa.
“Makasih kak.” Ujar Najwa.
“Sekarang makan, ya.” Najwa mendekatkan sendok berisi makanan ke depan Ricky.
Tak di sangka, Ricky
justru menangkap tangan Najwa. “Gak ada hal penting selain kebahagiaan Nicky,
Vicky, orang tua gue, dan orang-rang yang gue sayang.”
Najwa tertegun mendengar
perkataan Ricky. Sampai-sampai mereka tak menyadari kedatangan Nicky.
@@@
Nicky menutup pintu kamar
rawat Ricky dari luar. Perasaannya campur aduk. Sulit untuk di gambarkan. ‘Apa
ini yang bakal gue rasain juga kalo ngeliat Venda sama Kelvin?’ batinnya.
“Kenapa gak jadi masuk,
Nick?”
Nicky menoleh. Vicky dan
Riyu sudah berada di belakangnya. Tapi ia tak menjawab apa-apa dan hanya pergi
menghindar dari Vicky.
“Nicky kenapa?” tanya
Riyu.
Vicky tak menjawab. Ia
membuka pintu kamar Ricky. Bersama Riyu, Vicky mengintip ke dalamnya. Tapi kali
ini, Najwa dan Ricky menoleh bersamaan. Vicky tak bergegas masuk. Ia justru
kembali menutup pintu dan pergi ke arah Nicky tadi berjalan. Meski sosok Nicky
tak terlihat, Vicky masih terus berjalan menelusuri tiap koridor di rumah sakit
tersebut. Tepat saja, Vicky berhasil menemukan Nicky yang duduk sendiri di
kursi taman rumah sakit.
“Akhirnya Ricky punya
kesempatan buat berdua dengan Najwa.” Kata Nicky tanpa menoleh ketika Vicky
telah duduk di sampingnya.
“Apa lo cemburu liat Najwa
sama Ricky?” pertanyaan Vicky membuat Nicky menoleh kepadanya.
“Gue Cuma pengen kasih
mereka kesempatan aja. Sama gue ngehargain perasaan Ricky.” Ujar Nicky seperti
hanya beralasan. “Biar gimana pun, Najwa tetap menjadi amanat dari Venda.”
“Tapi mata lo gak bisa
bohong.”
Nicky diam. Ia menoleh
dari wajah Vicky.
“Jangan lo sepelein.” Kata
Vicky lagi. “Ini kasus pertama kalinya kalian jatuh cinta ke cewek yang sama.”
Sontak Nicky kembali
menoleh. “Jujur, Najwa cewek yang menyenangkan buat gue. Tapi bukan berarti gue
jatuh cinta juga ke dia.” Nicky menepis pandangan Vicky terhadapnya.
“Kalo gitu buktiin.” Pinta
Vicky setengah menantang.
“Oke.” Nicky berdiri. “Gue
bakal balik ke kamar Ricky, dan buktiin kalo gue gak masalah sama apa yang
mereka lakuin berdua.”
Belum sempat Vicky menahan,
Nicky sudah terlanjur pergi.
@@@
“Aku pulang dulu ya, kak.”
Pamit Najwa setelah membereskan semua barang bawaannya. Riyu sendiri sudah
menunggu di luar.
“Sekali lagi, makasih
banyak ya, Na.” kata Ricky sambil menyambut uluran tangan Najwa.
“Sama-sama. Tapi kakak
janji sesuatu ya.”
Ricky tampak berfikir.
“Hmm… iya deh.”
“Kalo kakak mulai ngerasa
pengen ngerokok lagi, kakak harus segera nemuin aku.”
Ricky melipat tangannya di
depan dada. “Emang kamu tau, cara ampuh ngindarin rokok?” Tanya Ricky dengan
tatapan merendah. Tapi jelas saja apa yang ia lakukan semua tak dari hati.
“Bisa kita buktikan.” Kata
Najwa tegas sebelum benar-benar meninggalkan Ricky di dalam kamarnya.
@@@
Ketika Riyu menunggu Najwa
di luar kamar rawat Ricky. Nicky dan Vicky muncul dan langsung menghampirinya.
Riyu berdiri ketika mereka telah benar-benar berada di hadapannya.
“Sekali lagi gue minta
maaf ya Nick, atas kejadian semalem.” Meski telah minta maaf sebelumnya, Riyu
masih saja merasa tak enak hati dengan Nicky.
“Udahlah, lupain aja.
Semalem juga gue salah ngomong.”
Pintu kamar Ricky terbuka.
Najwa muncul dari baliknya. “Kak Ricky kapan boleh pulang, kak?” Tanya Najwa
kepada Nicky ataupun Vicky.
“Kata dokter sih kemungkinan
besok.” Nicky yang menjawab.
Najwa hanya mengangguk.
“Kalo gitu, gue balik dulu ya.”
“Lo yang nganter kan,
Riyu?” tanya Vicky dan Riyu hanya mengangguk. “Hati-hati ya.”
Nicky dan Vicky masih
berada di luar kamar Ricky hingga sosok Najwa dan Riyu menghilang di belokkan.
“Apa lo cemburu juga liat
Najwa sama Riyu?” ledek Vicky karena Nicky masih menatap arah yang sama meski
Najwa sudah tak terlihat.
Nicky menatap Vicky tajam.
“Maksudnya?”
Vicky tertawa. “Gapapa.
Gue Cuma heran aja liat tampang lo. Kayaknya gak ikhlas banget Najwa pulang
dianter Riyu.” Ledeknya lagi, kemudian menuju pintu kamar Ricky.
“Kayaknya lo seneng banget
kalo gue beneran cemburu?” Nicky menahan tubuh Vicky. “Apa lo mau liat gue
beneran cemburu?”
“No coment.” Ujar Vicky
sambil masuk ke kamar Ricky tanpa menunggu Nicky kembali merespon. Karena bisa
dipastikan, Nicky akan mendaratkan sebuah jitakan padanya.
@@@
Riyu menghentikan mobilnya
tepat di depan rumah Najwa. Ketika Najwa baru turun dari mobil, Zaquan berlari
keluar menghampirinya.
“Kemana lo semalem?” Tanya
Zaquan tajam. “Kalian berdua mau ngerjain gue?” Tanyanya lagi ketika melihat
Riyu juga keluar dari dalam mobilnya.
“Masalah gitu, buat lo?”
balas Najwa sambil menutup pintu mobil Riyu.
“Sejak kapan lo peduli
sama kakak lo?” Riyu ikutan.
“Sini, gue mau ngomong.”
Kata Zaquan sambil menarik paksa tangan Najwa.
“Lo apa-apaan sih?” Najwa
memberontak. “Lepasin gue!” Bentaknya, namun Zaquan tetap menariknya sekuat
tenaga menuju ruang tengah.
Zaquan memaksa Najwa duduk
di salah satu sofa yang berada di sana. Ia meraih sebuah buku tabungan di atas
meja dan menunjukkan isinya tepat di depan wajah Najwa. “Dari mana lo punya
duit sebanyak ini?”
Riyu sendiri ternyata
mengikuti mereka hingga ke dalam rumah. “Dari mana lo dapet buku tabungan
Najwa?” teriaknya.
Zaquan sontak menoleh.
“Bukan urusan, lo!”
“Jelas ini urusan gue
juga.” Riyu tak mau kalah. “Najwa berada dalam pengawasan gue.”
Tapi tampaknya Zaquan sama
sekali tak mempedulikan semua perkataan Riyu. “Jawab pertanyaan gue?” tanya
Zaquan kepada Najwa.
Najwa langsung berdiri dan
menyambar buku tabungan di tangan Zaquan. “Pengen tau urusan orang banget sih
lo!” ujar Najwa ketus sambil pergi menuju kamarnya.
Zaquan menoleh ke Riyu
yang menatapnya penuh senyum kemenangan. Riyu sendiri tak ingin mengejar Najwa.
Ia memilih untuk meninggalkan rumah itu bersama kekesalan Zaquan.
@@@
Najwa begitu masuk kamar
langsung mengunci pintu dan merebahkan badannya di kasur. Ia melirik jam di
tangannya yang menunjukkan pukul 9 pagi.
Najwa langsung teringat
sms dari Dylan semalam. “Anak-anak black inject jadi pada latihan main sepatu
roda gak ya?” Tanya Najwa seorang diri sambil mencari-cari kontak Dylan di
ponselnya. “Astaga!” Najwa menepuk dahi. Ia baru sadar kalau yang berada di
dalam ponselnya adalah simcard milik Ricky.
Najwa loncat dari tempat
tidur bergegas menyambar handuk yang tergatung di balik pintu dan langsung
berlari ke kamar mandi. Setengah jam kemudian, ia telah sampai kembali di rumah
sakit.
@@@
Kamar Ricky penuh dengan
teman-teman sekolah yang datang menjenguknya. Sebut saja Erwan, Juna, Alan,
Viola dan Nissa tentunya, serta dua orang lagi yang juga dekat dengannya di
kelas, Beni dan Yongki.
Pintu menjeblak terbuka.
“Kak Ricky…” teriak Najwa yang tak menyadari ada banyak orang di dalam sana.
Semua orang menoleh. Najwa
langsung diam. Malu lebih tepatnya. Vicky langsung iseng menoleh ke Nicky yang
sekarang sudah duduk di sofa sambil sok sibuk membaca majalah. Vicky hanya
tertawa dalam hati. Karena itu bukan kebiasaan Nicky.
“Maaf kak, kalo aku
ganggu.” Kata Najwa lagi karena tak ada yang bicara setelah ia datang.
“Iya, gapapa kok, Na.”
Balas Ricky akhirnya. “Ada yang ketinggalan?”
Najwa hanya mengangguk
sambil mendekati Ricky. “Semalem aku nuker simcard kita, soalnya hape kakak
lowbath.”
Ricky mengeluarkan
ponselnya dari dalam laci meja yang berada di samping tempat tidurnya. Hapenya
pun sudah nyala kembali. Ada dua pesan. Ricky langsung membukanya.
“Kita tukeran nomor dulu
aja ya sementara.” Kata Ricky iseng.
Najwa menahan napas untuk
itu. ‘Apa-apaan nih?’ pikirnya. ‘Kenapa kak Ricky jadi gak beda jauh sama kak
Nicky.’ Najwa menoleh ke Nicky yang masih pura-pura dengan kehadirannya.
“SMS dari Dylan nih.
Katanya, lo lagi di mana? Semalem kak Vendi dateng ke rumah Aloy.” Ujar Ricky
mengikuti kata-kata dalam pesan itu.
Najwa terbelalak sambil
langsung berusaha merebut ponsel di tangan Ricky. Tapi tentu saja Ricky
menjauhkan posel itu dari jangkauan Najwa.
“Pliss kak. Tolong
balikin.” Pinta Najwa dengan sangat memohon.
“Tadi, gue bilang apa?”
Ricky balik bertanya. “Kita tukeran nomor, tapi kalo butuh kontak seseorang, lo
sms ke gue.”
Najwa masih diam. Ia
serasa di permalukan meski orang-orang di sekitarnya tak memandang merendah.
Tapi tetep aja.
“Udah lah, Rick.” Kata
Nicky masih sambil pura-pura sibuk membaca majalah. “Kasih aja. Kayaknya
penting.” Ujarnya seolah menyindir.
“Kalo Nicky udah ngomong
gitu, nurut aja deh gue.” Kata Ricky akhirnya, membuat teman-temannya saling
pandang. Kecuali Vicky pastinya, hanya ia sendiri yang menahan tawa. “Tapi
nomornya Dylan aja, ya.” Ujar Ricky lagi.
Najwa mengangguk pelan.
Sambil menyodorkan ponselnya ke tangan Ricky yang menengadah. Ricky mengetikkan
deretan nomor di ponsel Najwa.
“Nih…” Ricky mengembalikan
ponsel itu ke Najwa. “Kalo butuh apa-apa, lo sms ya…” ujarnya sedikit menggoda.
Najwa kembali mengangguk.
“Makasih kak, aku permisi dulu.” Kata Najwa cepat-cepat, kemudian langsung
meninggalkan kamar Ricky.
“Kayaknya bakal langsung
sembuh nih, Rick?” ledek Vicky kepada Ricky, tapi matanya melirik ke Nicky. Ia
sadar Nicky bereaksi sesuatu, meski Nicky masih pura-pura dengan majalahnya.
“Iya nih, bilangin ke
dokter donk, Vick. Gue mau pulang sekarang aja.” Ricky menimpali perkataan
Vicky.
“Eh, tunggu deh.” Kata
Viola tiba-tiba. “Maksudnya apaan, nih? Cewek itu ngedeketin lo juga, Rick?”
Tanya Viola dengan tatapan menyelidik.
“Hah? Juga?” Ricky balik
bertanya.
“Iya.” Viola menegaskan.
“Gue udah sering liat tuh cewek jalan bareng Riyu. Terus sekarang, dia
ngedeketin lo bertiga, gitu?” ujarnya sedikit ketus. Menurut informasi, Viola
memiliki perasaan khusus ke salah satu dari tiga anak kembar ini, yaitu Ricky.
Nicky berdiri dengan
tatapan tak terima tas segala tuduhan yang dilontarkan oleh Viola. “Jangan asal
ngomong.” Ujarnya sambil melempar majalah yang sejak tadi dipegangnya ke atas
meja. “Lo gak tau kan, apa hubungan Riyu sama Najwa yang sebenarnya?” balas
Nicky dengan tatapan menusuk.
“Apa lagi kalo bukan
pacaran?” Viola tak mau kalah. “Itu kan yang mau lo bilang?”
Nicky tertawa pahit.
“Mereka sepupuan.” Nissa
yang menjawab. Tapi tak sambil menatap Viola yang berdiri di sampingnya.
Sontak Viola terperangah.
“Lo pasti Cuma ngebela, kan?”
Nissa menoleh tajam.
“Apa-apaan sih lo?” Nissa tak terima dituduh seperti itu.
“STOP!” Teriak Nicky
karena Viola siap buka mulut kembali. “Vio, gue minta sama lo buat berenti
memandang Najwa kayak gitu.”
“Gue tau lo naksir Ricky.”
Sambar Vicky, membuat semua orang terperangah. “Makanya lo cemburu dan berusaha
membuat Najwa jelek di mata Ricky.”
Viola sudah tak bisa
mengelak.
Disaat bersamaan, ponsel
Ricky bergetar. Sebuah pesan masuk dari Riyu. Ricky langsung mengalihkan ke
nomornya yang ada pada Najwa.
@@@
Sms dari Riyu : Dylan bilang semalem kak Vendi ke rumah Aloy.
Ntar sore gue jemput lo jam 4. Kita ke base camp anak-anak black inject.
Begitu mendapat sms dari
Ricky, Najwa langsung menghubungi ponsel Riyu. Jelas saja Riyu membuat
bertanya-tanya karena ponsel Ricky lah yang tertera pada layarnya.
“Riyu, ini gue Najwa.”
Kata Najwa ketika mendengar sapaan dari Riyu. “Motor lo kan masih di bengkel,
jadi ntar sore biar gue yang jemput lo. Oke? Kita pake motor gue.” lanjut Najwa
sebelum Riyu bertanya-tanya lagi perihal dirinya yang menggunakan nomor milik
Ricky. kemudian ia langsung memutuskan telponnya.
@@@
Nicky dan Vicky membantu
Ricky membereskan barang bawaan ketika mereka di rumah sakit. Benar saja apa
yang dikatakan Ricky, sore ini ia sudah diizinkan pulang. Tapi dengan syarat,
tidak ada lagi rokok.
“Mulai hari ini, gak akan ada
lagi yang namanya rokok ya, Rick.” Ujar Vicky yang sedang melipat selimut
ketika Ricky baru saja berganti pakaian di kamar mandi.
“Kalo ampe ketauan satu
batang aja, abis lo sama gue!” Nicky mendukung dengan nada mengancam.
“Lo berdua gak perlu
capek-capek ngancem gue deh.” Balas Ricky yang tak terlalu khawatir dengan
ancaman kedua kembarannya. “Udah ada yang ngejamin kok.”
“Siapa?” tanya Nicky dan
Vicky kompak.
Ricky tak langsung
menjawab. “Pengen banget tau ya kalian?” ledeknya.
“Najwa maksudnya?” Tanya
Nicky dingin.
Vicky menoleh khawatir. Ia
menatap Ricky yang menjawab pertanyaan Nicky dengan mengangguk malu-malu.
“Bagus deh.” Ujar Nicky
masih dengan nada dingin.
Tapi nampaknya Ricky tak
terlalu mempedulikan sikap aneh kembarannya yang satu itu. Ada hal lain yang
lebih penting untuk dikhawatirkan.
“Lo kenapa gak mau balikin
simcardnya Najwa, sih?” Tanya Vicky.
Ini dia yang baru saja
ingin Ricky bahas. Ia tak berkata-kata, hanya menyodorkan ponselnya ke Nicky,
karena Nicky berdiri paling dekat dengannya. Tapi Nicky agak sedikit tak
peduli. Dan Vicky berinisiatif untuk merebutnya.
“Ini serius?” Vicky
menoleh ke Ricky menuntut kejelasan.
“Itu dia. Gue juga gak
tau. Makanya gue nahan simcardnya Najwa.” Jelas Ricky.
“Baca deh.” Perintah Vicky
kepada Nicky yang berat hati meraih ponsel Ricky. Matanya langsung terbelakak
menatap layar ponsel ditangannya. Sebuah pesan dari nomor tanpa nama.
Jauhi Nicky, Ricky dan Vicky. Atau Venda yang terima
akibatnya… (Kelvin)
“Brengsek tuh orang!”
protesnya.
“Sementara, kita harus
jaga jarak sama Najwa.” Kata Vicky memberi saran. “Dan jangan sampai Najwa
tau.”
Nicky menatap Vicky tajam.
“Lo mungkin bisa ngomong gitu! Tapi gue? Harus ngelanggar amanat Venda, gitu?”
ujarnya ketus.
“Heh? Kelvin Cuma
ngelarang Najwa buat deket sama kita, kan? Bukan Riyu atau yang lain.” Balas
Ricky dengan nada sedikit lebih tenang. “Dengan kita ngejauh, bukan berarti
kita harus lepas tangan buat jagain Najwa.”
Nicky diam untuk mencerna
perkataan Ricky.
“Makanya… jangan ngomel
dulu…” Vicky menimpali. “Kita masih bisa minta tolong Riyu.”
@@@
Najwa menghentikan
motornya di depan rumah Riyu. Riyu sendiri sedang berada di teras bersama
Dylan. Cowok itu telah mendahuluinya sampai di rumah Riyu.
“Na, kok lo bisa tukeran
hape gitu sih sama Ricky?” Todong Riyu begitu Najwa telah dihadapannya.
“Bukan hape, Cuma
simcardnya doank.” Balas Najwa sambil terus berjalan masuk ke dalam rumah. Tak
lama ia kembali sambil menenteng segelas air putih dingin. “Bahas kak Vendi
dulu deh.” Najwa mengalihkan. “Lo ketemu dia dimana, Dyl?” kali ini tatapannya
menuju Dylan. Ia sangat berharap banyak pada cowok ini.
“Kemaren, di rumah Aloy.”
Jawab Dylan. “Jujur, gue baru tau kalo sebagian anak-anak black inject masih
berhubungan dengan kak Vendi. Dia gak bener-bener ngilangin diri.”
“Siapa aja yang tau?”
Najwa tak ingin langsung menuduh Dylan. “Rata-rata teman seangkatan sama dia.”
Najwa berusaha sabar, tapi
tetap aja ia tak bisa tahan emosi kalo sudah menyinggung tentang Vendi. “Terus,
lo gak tanya dia di mana sekarang?”
“Gak bisa sefrontal itu,
Na.” Dylan membela diri. “Tapi satu yang gue tau. Kak Vendi berada gak jauh
dari sini.”
“Dia kerja atau apa? Kak
Vendi keluar rumah tanpa uang sepeser pun. Tabungan kita juga masih utuh sampai
sekarang.” Najwa mulai tak sabar.
“Kak Vendi kerja di
bengkel barunya Rama. Letak pastinya gue kurang tau.”
‘Bengkel?’ batin Najwa
berujar. Ia merasa mendapatkan setitik cahaya terang. “Kalo emang gak jauh dari
sini…” Najwa memandang Riyu dan Dylan bergantian. “…kita telusurin
bengkel-bengkel yang ada di sekitar sini.” Kata Najwa sambil meletakkan
gelasnya di atas meja. Tanpa ini itu lagi, ia berlari keluar pagar.
“Udah gue duga.” Keluh
Riyu.
Seolah mengerti dan tanpa
tunggu dikomandoi, Riyu dan Dylan bergegas menyusul Najwa.
@@@
Ketika perjalanan pulang,
Vicky yang mengendarai mobil. Sementara Nicky duduk di samping Vicky, dan Ricky
duduk di kursi belakang.
“Lo niat sampe kapan pake
simcardnya Najwa?” Tanya Vicky ketika mereka dalam perjalanan.
“Belom tau, mungkin sampe
kita buktiin kalo yang sms ini beneran Kelvin, bukan Rio.” Tandas Ricky.
Nicky sendiri tampaknya
tak begitu mempedulikan obrolan dua kembarannya. Terutama perihal Najwa. Ia
sibuk diam sambil memandang hampa keluar jendela.
“Jadi, mending lo sabar
dulu deh. Jangan terlalu frontal ngejagain Najwanya.” Lanjut Vicky. “Nick, lo
denger apa yang gue bilang tadi, kan?” Tanya Vicky ingin memastikan karena
perkataannya sama sekali tak di respon Nicky.
“Vick, stop!” perintah
Nicky tiba-tiba membuat Vicky mendadak menginjak rem. Beruntung jalanan tidak
terlalu ramai, hingga tak ada yang kendaraan lain yang membentak melalui
klakson. Tapi nampaknya ia sama sekali tak peduli dengan teriakan Ricky yang
terbentur jok belakang kursi mobil yang ditempatinya.
“Lo apa-apaan sih, Nick?”
Protes Ricky sambil mengelus-elus kepalanya.
Nicky masih tak peduli,
justru ia malah membuka jendela dan menjulurkan kepalanya keluar. Beberapa
meter dibelakang mobil Vicky berhenti terdapat sebuah bengkel. Nicky mengenali
salah satu motor yang terparkir di depannya milik Najwa.
“Itu motornya Najwa, yang
merah.” Kata Nicky membuat Ricky ikutan membuka jendela dan menjulurkan
kepalanya keluar.
Vicky sendiri hanya bisa
melihat sedikit karena pandangannya terhalang meski sudah mencari celah.
“Yang punya motor kayak gitu
kan gak Cuma Najwa doank, Nick.”
Melalui luar jendela,
Nicky menatap Ricky cukup dalam. “Gue kenal banget sama motor Najwa. Di depan
ada sticker bendera merah putih.”
Perkataan Nicky membuat
Ricky harus menajamkan pandangannya. “Iya, sih. Ada.” kata Ricky setelah
membuktikan kebenaran semua yang dikatakan Nicky.
Sekilas, terlihat dua
orang cowok dan satu cewek keluar dari dalam bengkel. Sontak membuat Nicky dan
Ricky langsung mingslep ke dalam mobil dan menutup jendela. Benar saja apa yang
Nicky katakan. Itu motor Najwa meski Riyu yang mengendarainya. Dylan juga
berada di antara mereka.
Tak lama, motor Najwa dan
Dylan melintas di samping mobil Vicky, membuat ia dan dua kembarannya sedikit
menunduk agar Najwa atau yang lain tidak menyadari keberadaan mereka.
“Cowok yang ngikutin motor
Najwa itu, Dylan kan?” Tanya Ricky ketika motor Najwa sudah sedikit jauh di
depan mereka. “Anak basket dari SMA Priority?” lanjutnya.
“Kejar, Vick!” perintah
Nicky yang langsung dituruti Vicky.
“Gue curiga dia yang jadi
mata-matanya Kelvin.” Kata Ricky lagi karena pertanyaannya yang tadi belum ada
yang merespon.
“Walau sama-sama anak
Priority, blom tentu juga dia yang jadi mata-matanya Kelvin.” Kali ini Nicky
tak sependapat dengan Ricky.
“Gue kan Cuma curiga aja,
apa itu salah?”
“Udah, stop!” ujar Vicky
sebelum terjadi hal-hal yang tak diinginkan dari kedua kembarannya itu.
“Ngapain pake berantem, sih? Najwa udah gak keliatan nih.” Omelnya.
“Siapa yang berantem?”
balas Nicky dan Vicky kompak.
@@@
Najwa sampai di rumahnya
setelah maghrib. Setelah itu ia langsung menuju kamar dan merebahkan badannya.
Di saat yang bersamaan, ponselnya berdering menandakan sebuah panggilan masuk.
Nomor tanpa nama, tapi cukup familiar di mata Najwa. Tanpa pikir panjangm ia
pun langsung menjawabnya.
“Halo…”
“Na, ini gue Rhea.” Teriak Rhea gemas.
“Na, ini gue Rhea.” Teriak Rhea gemas.
Najwa harus sedikit
menjauhkan ponsel dari telinganya. “Iya, kenapa neng?” balasnya.
“Lo lupa ya, kalo Ivo tuh
naksir kak Ricky?”
Najwa diam untuk mengingat
apa yang Rhea katakan. Tapi ia sama sekali tak lupa. “Iya gue inget kok. Terus
kenapa?”
“Terus kenapa?” Rhea
mengulangi perkataan Najwa. “Lo tukeran nomor gini sama kak Ricky tuh maksudnya
apa?” Tanya Rhea ketus. “Mau pamer kalo lo bisa deket ke semua tritwis?
Seenggaknya lo hargain kek perasaan temen lo yang satu itu.” Rhea seolah tak
memberi Najwa kesempatan untuk membela diri.
“Gue tuh…”
“Baru aja semalem dia hepi
karena pulang dianterin kak Ricky, dan sekarang, lo udah ngancurin semuanya.”
Rhea memotong ucapan Najwa. “Gue gak nyangka sama lo!” Rhea benar-benar tak
mengizinkan Najwa membela diri sedikitpun, Karena ia langsung mematikan
telponnya secara sepihak.
“Halo… Rhe… Rhe…” Najwa
hanya bisa menghela napas. “Kasus lagi, nih.” Keluhnya.
@@@
“Eh, gue cari kado dulu ya
sebentar.” Kata Vicky sambil berhenti di depan sebuah toko kado.
Baik Nicky ataupun Ricky,
tak ada yang berkomentar. Jelas saja, karena Vicky langsung kabur sebelum ada
yang mengizinkannya keluar. Tak lama, Vickypun kembali sambil menenteng
bungkusan kado.
“Siapa yang ulang tahun?”
tanya Nicky setelah Vicky mnyodorkan kado itu padanya.
“Ultahnya Winny, masa
kalian lupa?”
Tak ada yang menjawab
pertanyaan Vicky. Nicky dan Ricky hanya melengos.
“Pada sibuk mikirin Najwa
sih.” Vicky menyindir pelan sebelum kembali menjalankan mobilnya.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar