Tujuh…
Ricky membuka pintu kamar Vicky. “Ada Nicky…” ia
menggantungkan kata-katanya ketika melihat Nicky berbaring di atas kasur Vicky.
Sang pemilik kamar sendiri tengah sibuk di depan cermin merapihkan kemejanya.
Nicky
tampak asik berkutat dengan ponsel di tangannya. “Napa lo nyariin gue?” Tanya
Nicky tanpa melirik ke Ricky sedikitpun.
Ricky
masuk ke dalam kamar dan langsung ambil tempat duduk di tepi tempat tidur. “Lo
serius mau ngajak Najwa?” tanya Ricky sambil menatap Nicky. “Venda yang jadi taruhannya.”
Bukannya menakut-nakuti, Ricky hanya ingin mengingatkan.
Nicky
bangkit dari posisi berbaring. “Kita gak bakal tau kalo belom nyoba.” Balasnya
meyakinkan.
Ricky
diam.
Vicky
sendiri nampaknya tak begitu memperhatikan apa yang sedang dibicarakan kedua
kembarannya itu.
“Atau…
lo cemburu kalo gue yang pergi sama Najwa?” Ledek Nicky dengan tatapan penuh
kemenangan. Salah satu tangannya menyodorkan ponsel ke depan wajah Ricky. Di
saat yang bersamaan pula, muncul pemberitahuan berita terkirimnya sebuah pesan
ke kontak dengan nama Ricky.
“Lo
ngapain sms gue?” Tanya Ricky dengan tampang polosnya. Ia langsung memeriksa
ponselnya. Tak ada berita apapun, baik panggilan tak terjawab ataupun sms
masuk. Sadar akan apa yang terjadi, Ricky menatap Nicky yang juga masih
menatapnya.
Nicky
berdiri. “Gue tunggu lo lima menit buat lo bisa berubah pikiran.” Ucap Nicky
yang kemudian pergi tanpa menunggu respon.
Ricky
sendiri tak buru-buru bertindak. Ia melirik Vicky yang kali ini tengah
menatapnya penuh khawatir.
“Lo
tau sendiri kalo Nicky orangnya suka nekat?” Vicky hanya mengingatkan.
Vicky
kembali berkutat dengan aktiivtas yang sebelumnya sedikit terhenti. Namun ia
kembali khawatir karena Ricky tak merespon ucapannya. Begitu berbalik, ia
mendapati Ricky yang telah berdiri.
Ricky
mengetikkan sesuatu di ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan itu ke salah satu
nomor di kontaknya. Ricky berjalan keluar. Namun ketika sampai di ambang pintu,
ia berhenti dan membalikkan badan seraya menatap Vicky. Kali ini dari ujung rambut
hingga ujung kaki kembarannya yang satu itu.
“Lo
bakal pergi sama siapa?”
Vicky
tak menjawab. “Lo sendiri?” ia malah balik bertanya.
Ricky
juga tak memberikan jawaban. Ia malah benar-benar meninggalkan kamar vicky.
“Ricky
ngerencanain apa nih?” tanya Vicky seorang diri. Ia berjalan ke arah pintu dan
memperhatikan kemana langkah Ricky menuju. Dilihatnya kembarannya itu telah
berjalan melewati depan kamar Nicky. “Lo rela kalo Nicky beneran pergi sama
Najwa?” Vicky berteriak.
“Liat
aja nanti.” Balas Ricky juga dengan teriakan, namun ia tetap sambil berjalan
tanpa berhenti ataupun berbalik.
@@@
Sebuah
pesan masuk ke ponsel Najwa. Dari Nicky.
Malam ini lo free kan? Temenin gue ke ultah
temen. Gue jemput jam 7 pas.
Abis
membaca pesan tersebut, Najwa langsung melirik jam tangannya. Ia terbelalak
mendapati jamnya yang telah menunjukkan pukul 7 tepat.
“Gila
apa tuh orang?” komentarnya.
Tiba-tiba
pintu kamar Najwa menjeblak terbuka. Zaquan yang berdiri diambangnya. “Ada
temen lo di bawah.” Hanya itu yang dikatakannya.
Begitu
Zaquan meninggalkan kamarnya, Najwa bergegas menuju luar rumahnya. Sebuah mobil
berwarna merah terparkir tepat di depan pagar.
“Siapa
sih?” Najwa bertanya sendiri. Ia mendekati mobil itu.
Perlahan
kaca mobil terbuka. “Lo udah baca sms gue kan?” Tanya Nicky yang ternyata duduk
dibelakang kemudi.
“Sms
lo masuk dua menit yang lalu.”
Nicky
berdecak kesal. “Provider yang dipake Ricky payah nih!” omelnya. “Padahal gue
tuh udah ngirim setengah jam yang lalu.”
Najwa
sama sekali tak minat dengan apa yang dikatakan Nicky. “Terus?”
Nicky
memperhatikan pakaian yang dikenakan Najwa. Cewek itu masih mengenakan kaos
putih polos dan celana trening pendek. “Yaudah sana siap-siap. Ikut gue.”
Perintah Nicky.
“Walau
lo diminta ka Venda buat jagain gue, tapi bukan berarti lo bisa perintah gue
seenak jidat lo!” Kata Najwa jutek, kemudian pergi.
Nicky
keluar dari mobil dan mengejar Najwa hingga depan pintu rumah. “Dengerin gue
dulu.” Teriak Nicky sambil menahan tangan Najwa. Nicky meletakkan kedua
tangannya di bahu Najwa sambil menatap cewek itu penuh kesungguhan. “Lo gak tau
kan, sebesar apa cinta gue ke kakak lo itu?”
Hening
sejenak.
“Ada
sesuatu yang ngeharusin gue ngelakuin ini. Jadi gue mohon lo mau nurutin gue.
Malam ini aja.” Pintanya penuh permohonan.
Najwa
mengacak-ngacak poninya. “Gue ngantuk nih.”
Sebenarnya
Nicky juga gak tega buat maksa Najwa. Tapi ia benar-benar harus berhasil
mengajak Najwa. “Oke, gini aja.” Usaha Nicky untuk yang terakhir kali. “Kalo lo
gak suka sama acaranya, kita pergi dari sana.”
“Kemana?”
Tanya Najwa iseng.
“Kemanapun
yang lo mau.” Nicky sudah tak tau harus berkata apa lagi. “Tapi yang penting
sekarang, kita harus pergi kesana dulu.”
“Oke!
Tunggu sepuluh menit.” Najwa bergegas masuk dan membiarkan Nicky seorang diri
di teras rumahnya.
@@@
Tanpa
sengaja, Ricky melintas di depan rumah Nissa. Di saat yang bersamaan, di sana
terparkir mobil Vicky. Ricky sengaja memelankan laju mobil yang dikendarainya.
Ia melihat Vicky dan Nissa sedikit berbincang di depan pagar. Ricky segera
menepikan mobil. Tak lama, ia keluar dan mendekati mobil Vicky.
“Nis.”
Teriak Ricky ketika Nissa baru masuk ke dalam mobil Vicky. Ricky menarik keluar
cewek itu.
“Apaan
sih, Rick?” keluh Nissa sambil melepaskan genggaman tangan Ricky.
“Lo
yang apa-apaan?” Balas Ricky. Ia menatap cewek itu dari atas hingga bawah.
Nissa mengenakan gaun terusan seatas lutut berwarna hijau toska yang terbuka di
bagian dada. “Lo juga, Vick.” Ricky menoleh ke Vicky yang kini berdiri di
sampingnya. “Kenapa lo ngizinin Nissa pergi pake gaun kayak gitu.”
“Lo
pikir gue gak berusaha bujuk Nissa?” Vicky membela diri.
“Kenapa
lo malah nyalahin Vicky?” Nissa membela Vicky. “Emang apanya yang salah sama
baju gue?” Tanya Nissa yang tak terima sikap Ricky.
Ricky
menatap Nissa tajam. “Lo pikir, di acara itu Cuma ada gue, Vicky dan Nicky
doank? Gue gak suka liat lo pake baju terbuka kayak gitu!” komentar Ricky terus
terang.
“Jangan
coba-coba jadi Nicky!”
“Sekarang
ikut gue.” Ricky seenaknya menarik tangan Nissa dan membawa cewek itu masuk ke
dalam rumah.
Nissa
berusaha memberontak. “Lepasin gue. Kita udah telat.”
“Gue
gak akan ngebiarin lo pergi dengan pakaian kayak gitu.” Kata Ricky sambil tetap
menarik tangan Nissa. Ia membawa cewek itu hingga ke dalam kamarnya.
“Lo
mau ngapain sih, Rick?”
Ricky
melepaskan tangan Nissa. Ia mengunci pintu dibelakangnya dari dalam.
“Apa-apaan
lo!” Nissa berusaha merampas kunci kamarnya yang kini sudah tenggelam ke dalam
saku celana Ricky.
Ricky
sendiri seenaknya membuka salah satu pintu lemari Nissa. Di sana ia menemukan
sebuah cardigan berlengan panjang berwarna senada dengan gaun yang dikenakan
Nissa. “Lo bisa pake ini.” Ricky melempar baju itu tepat dipelukan Nissa
kemudian membuka jendela kamar Nissa yang berada di lantai dua rumahnya dan
duduk di ambangnya.
Nissa
heran menatap cardigan yang telah ada ditangannya.
“Kenapa?”
Tanya Ricky. “Bingung karena gue tau letak pakaian lo?”
Nissa
tak menjawab.
“Gak
usah takut. Gue juga udah tau kok, lemari mana aja yang isinya gak boleh gue
liat.” Kata Ricky lagi.
Nissa
menatap Ricky tajam. Ia merasa dipermalukan oleh musuh di wilayahnya sendiri.
“Gue
kenal lo dari kita baru lahir.” Ujar Ricky dengan suara lembut.
Cewek ini masih diam
ditempat.
“Kita
gak akan pergi kalo lo gak mau pake baju itu.” Ancam Ricky.
“Bagus
deh kalo gitu.” Sikap Nissa diluar dugaan. “Gue juga males buat pergi.” Ujar
Nissa sambil membaringkan tubuhnya di atas kasur.
Ricky
melirik ke Nissa. “Padahal gue pengen benget liat Nicky dateng sama Najwa.”
Kata Ricky dengan nada yang sengaja dibuat seolah-olah ia kecewa. Sebenernya
sih, Cuma iseng.
Nissa
langsung bangkit. Nampaknya ucapan Ricky cukup manjur. “Tapi gue juga gak enak
sama Winny.” Ujar Nissa berusaha tak terlihat kalah.
Ricky
hampir saja tak bisa menahan tawanya.
Cewek
itu melempar cardigan yang diberikan Ricky ke atas kasur. Ia kembali membuka
lemarinya dan mengeluarkan cardigan lain dengan warna hampir sama dengan yang
sebelumnya.
Ricky
masih diposisi yang sama ketika Nissa telah memakai cardigan pilihannya.
“Belom
mau pergi juga?”
@@@
Pesta…
Suasana
megah langsung dapat dirasaka ketika memasuki ruang acara yang diselenggarakan
di sebuah gedung. Dominasi tamu undangan adalah siswa SMA Deportivo. Nissa yang
datang bersama Vicky, langsung disambut oleh pemilik acara, Winny.
“Happy
birthday, cantik.” Gumam Nissa sambil memeluk Winny.
“Makasih
ya.” Winny balas memeluk Nissa. Cewek ini langsung terpaku menyadari bahwa
Nissa datang bersama Vicky.
“Selamat
ya.” Vicky menyalami Winny ketika cewek itu melepas pelukannya terhadap Nissa.
Lantas ia membisikan sesuatu ke telinga Nissa. “Lo pergi sama tritwins yang
mana, nih?” Tanya Winny dengan tatapan menyelidik.
“Vicky.”
Jawab Nissa pelan dengan bisikan juga.
Winny
sendiri cukup terkejut mendengarnya. Dan bertambah terkejutnya ketika Winny
mendapati Ricky yang muncul dikejauhan bersama cewek berjilbab yang tak lain
adalah Ivo. Meski tak bergandengan tangan, tapi jelas terlihat bahwa Ricky
datang bersama Ivo.
Sementara
Nissa nampaknya focus ke sisi lain ruangan. Meski dari jarak yang cukup jauh,
Nissa masih bisa mengenali sosok yang satu itu. Siapa lagi kalau bukan Nicky?
Cowok itu bersama seorang cewek, tapi Nissa tidak begitu mengenali.
“Itu
pacar barunya Ricky?” tanya Winny sambil menoleh ke Nissa.
Sadar
bahwa Winny bicara padanya, Nissa menoleh dan balas menoleh ke Winny dengan
tatapan bingung. “Itu Nicky, bukan Ricky.” jawab Nissa yang tampaknya tidak tau
arah bicara Winny.
Winny
akhirnya sadar kemana arah pandangan Nissa ketika berpaling darinya. “Yang di
dalam emang beneran Nicky. Tapi coba lo liat …” Winny tidak menyelesaikan
kalimatnya.
“Hai…”
Sapa Ricky yang sudah berdiri di depan Winny. “Happy birthday ya.” Ucapnya
sambil menyalami tangan Winny. Dan tak tanggung-tanggung, Ricky berani
cipika-cipiki ke Winny yang hanya bisa membalas canggung.
Nissa,
Vicky dan beberapa tamu undangan disekitar mereka tercengang menatap Ricky dan
cewek disampingnya itu. Terutama Vicky. Ricky pasti memberi taunya jika ada cewek
yang ingin didekati oleh playboy yang satu itu. Tapi kali ini tidak. Datangnya
Ricky bersama Ivo sangat mengejutkan siapa saja yang mengenal Ricky.
“Lo
dateng sama siapa, Rick?” Tanya Winny mencairkan suasana.
“Dia
adik kelas kita.” Kata Ricky mengenalkan. “Namanya Ivo.”
Winny
membalas uluran tangan Ivo. “Yaudah, kalian silahkan masuk ke dalam.” Kata
Winny yang langsung diturutin Ricky, Vicky, Nissa dan Ivo.
@@@
Bersama
Ivo, Ricky menghampiri Nicky. Ricky langsung terpesona kepada sosok yang bersandar
di pundak Nicky. Siapa lagi kalo bukan Najwa? Cewek itu terlihat memejamkan
mata.
“Jangan
di ganggu.” Tegur Nicky.
Ricky
tersentak. ‘Siapa juga yang mau ganggu?’ batin Ricky. “Lo udah nyampe dari tadi?”
tanya Ricky.
“Belom
lama.” Jawab Nicky enteng.
“Najwa.”
Teriak Rhea yang tiba-tiba muncul.
Nicky
melotot. “Ssttt…” desisnya.
“Lo apa-apaan sih?” Tegur
Ricky.
Perlahan Najwa membuka
matanya.
“Maaf, kak. Gue ada urusan
sama Najwa dan Ivo.” Balas Rhea tanpa menatap Ricky ataupun Nicky. “Ayo lo berdua
ikut gue.” Kata Rhea lagi sambil menarik paksa tangan Najwa dan Ivo.
Nicky berdiri dan hendak
menyusul Rhea. Seorang cowok yang muncul bersama Rhea tadi menghalangi tubuh
Nicky dan Ricky. “Itu masalah mereka bertiga.” Kata Aga.
@@@
Rhea membawa Ivo dan Najwa
keluar gedung. Ia menghela napas kemudian melirik Ivo. “Vo… gue gak tau harus
ngomong apa lagi ke Najwa. Dan lo…” kali ini giliran Najwa yang mendapat
tatapan sinis dari Rhea. “Entah apa yang ada dipikiran lo sampe-sampe lo beneran
dateng ke acara ini sama kak Ricky.” Tuduhnya.
“Gue…”
“Ricky gak dateng sama
Najwa.” Nissa yang tiba-tiba muncul memotong perkataan Najwa yang ingin membela
diri.
“Dari mana kakak bisa
yakin?” tanya Rhea dengan tatapan merendah.
Nissa berdecak. “Hey… Lo
gak tau siapa gue?” Balas Nissa. “Gue kenal tritwins lebih lama dibanding
kalian.”
“Iya , Rhe.” Kata Ivo yang
akhirnya buka mulut. “Yang dateng sama kak Ricky tuh bukan Najwa, tapi gue.”
Pernyataan Ivo membuat
Rhea tecengang.
@@@
Ricky, Nicky dan Vicky berdiri
di depan meja minuman. Masing-masing dari mereka menenteng sebuah gelas.
Nicky mengedarkan
pandangan. ‘Soraya?’ gumam Nicky dalam hati. Ia melihat sosok Soraya berjalan
seorang diri ke arah Winny. ‘Gue mau ngomong apaan ya sama Soraya?’ Pikir Nicky
sambil menyeruput minumannya.
Ricky merogoh saku celana
dan mengeluarkan ponselnya. Sebuah pesan masuk. Dari Riyu. Ricky berdecak.
“Akh, Riyu gimana sih? Udah gue bilang kalo mau sms Najwa tuh ke nomor gue!”
omelnya.
Nicky melirik ke Ricky.
‘Riyu?’
Vicky tertawa. “Lagi galau
kali tuh si Riyu.”
Nicky berdecak karena baru
teringat sesuatu. Lantas ia menyodorkan paksa gelasnya ke tangan Vicky,
kemudian pergi. Namun ketika baru beberapa langkah, ia berbalik dan kembali ke
tempat semula. “Gue jadi lo sebentar.” Kata Nicky sambil melepaskan jam
tangannya.
Tanpa pikir panjang, Ricky
langsung mengerti apa yang diinginkan Nicky. “Berarti, gue boleh ngedeketin
Najwa donk?” bisik Ricky yang juga melepaskan jam tangannya.
Nicky terdiam. “Jaga
perasaan cewek yang lo ajak ke sini.” Balas Nicky tak mau kalah. Ia menukar jam
tangannya dengan Ricky. “Gue gak akan lama.” Nicky tersenyum, kemudian menepuk
pelan pundak Ricky dan pergi.
Setiap Nicky dan Ricky
bersitegang, Vicky selalu menjadi yang paling khawatir dan tak bisa menjadi
penengah.
Beruntung suasana seperti
ini tak berlangsung lama. Karena Nissa dan Ivo muncul.
Ricky memasukan jam tangan
Nicky ke dalam saku celananya, setelah itu nyaris saja menggandeng tangan Ivo.
“Ayo ikut gue, lo pasti belom makan.” Ajak Ricky sambil berjalan.
Ivo sendiri hanya bisa
menurut tanpa bisa berkomentar.
“Najwa mana?” tanya Vicky
ketika ia hanya bersama Nissa.
“Dia nunggu diluar.”
@@@
Nicky hanya tinggal
beberapa langkah lagi dari posisi Soraya yang berdiri di samping Winny.
“Soraya, boleh gue ngomong
sebentar.” Pintanya berterus terang.
Soraya hanya mengangguk
sambil mengikuti langkah Nicky yang menuju luar gedung. Nicky masih tetap
mengawasi sekitar.
“Ada apaan, Rick?” tanya
Soraya ketika Nicky menghentikan langkahnya.
@@@
Najwa masih diluar bersama
Rhea.
“Maafin gue ya, Na.” Kata
Rhe penuh penyesalan.
“Gapapa.” Balas Najwa.
“Gue juga gak cepet-cepet bilang ke kalian kalo nomor gue di pake kak Ricky.”
“Lagian, kok bisa sih?”
Najwa mengangkat bahu.
“Kak Ricky Cuma gak mau balikin nomor gue. Tapi dia bakal sms balik kalo ada
yang sms ke nomor gue.”
“Tapi kenapa lo bisa
dateng sama kak Nicky?”
“Lo tau sendiri kak Nicky
kayak gimana sikapnya ke gue?” Najwa terdengar seolah tak ingin membahas Nicky.
Jelas Rhea tertawa karena
ia sudah tau masalah yang menimpa temannya yang satu ini. Namun perlahan
tawanya memudar kala melihat Nicky bersama Soraya berdiri tak jauh dari
tempatnya berada.
Najwa yang mencurigai
perubahan sikap Rhea, melihat ke arah mata Rhea menatap. Dan ia terbelalak
mendapati apa yang ditangkap matanya. “Itu kan ceweknya Riyu.”
“Kak Soraya maksud lo?”
@@@
Nicky menggenggam kedua
tangan Soraya dengan penuh kesungguhan. Trik seperti ini yang biasa dilakukan
Ricky. Namun sial untuk Nicky kali ini. Belum sempat berkata sesuatu, Najwa
keburu datang dan melabrak mereka berdua.
“Kak Nicky!”
Nicky langsung menoleh dan
melepaskan tangan Soraya.
“Heh! Lo cewek yang
kemaren dipeluk Riyu kan? Ngapain lo di sini?” tegur Soraya.
Najwa tak mempedulikan
omelan Soraya terhadapnya. Yang kini ia tatap dalam-dalam adalah Nicky. “Lo
apa-apaan sih, kak?”
Nicky yang panic, tak bisa
membela diri.
“Kemaren lo bilang mau
bantuin Riyu! Tapi kenapa sekarang lo malah sama cewek ini?” Najwa menunjuk
Soraya, tapi ia tak menatap cewek itu.
“Heh!” Soraya yang tak
terima ditunjuk seperti itu, memaksa badan Najwa untuk mengarah padanya. “Yang
sopan ya, lo! Punya masalah apa lo sama Ricky? Dan lo siapanya Riyu?”
Najwa menatap Soraya
dengan pandangan meremehkan. “Ricky? Lo kira dia Ricky?” Najwa tersenyum pahit
sambil menunjuk Nicky. “Liat tuh sepatu nih orang!” kata Najwa lagi sebelum ia
pergi menuju pintu gerbang.
‘Merah?’ Soraya salah
menyangka.
Nicky mengejar Najwa. Tak
perlu waktu lama, ia sudah bisa menguasai tangan cewek itu.
Najwa memberontak, namun
matanya menatap Nicky penuh ketenangan. “Tolong lepasin gue.” Pinta Najwa
lembut.
“Gak akan, sebelum lo
denger semua penjelasan gue.”
“Gak perlu. Gue kecewa
sama lo.”
Bbuuukkk…!! Sebuah tinjuan
mendarat di pipi kiri Nicky yang menyebabkannya sedikit terjungkal.
Najwa menoleh. Ricky yang
melakukan hal itu ke Nicky. “Apa yang lo lakuin ke Najwa?” tuduh Ricky ketika
Nicky masih terjerembab ke aspal.
Insiden ini memancing
kerumunan. Meski terjadi di luar gedung, berita tentang tritwins langsung bisa
cepat menyebar. Semakin banyak orang bermunculan dan mengerumun. Suasana ini
langsung dimanfaatkan Najwa untuk kabur.
Nicky tersenyum. Ia masih
di posisi sama dan tak berniat untuk membalas pukulan Ricky. “Lo gak tau yang
sebenarnya terjadi.” Nicky tampak tak mempedulikan tatapan orang-orang yang
menatapnya. “Dan gara-gara lo, Najwa pergi.”
Ricky menatap
sekelilingnya. Benar saja, Najwa sudah tak berada di sana.
@@@
Senin pagi. Najwa baru
saja memarkirkan motornya. Tak lama, Nicky muncul bersama motornya. Riyu juga
melintas di depan parkiran motor. Ia mengenakan jaket yang kupluknya menutupi
kepala.
“Riyu!” Najwa berteriak
sambil berusaha menghindari Nicky. Namun cowok itu berhasil menangkap
tangannya. “Lupain cewek yang kemaren. Nanti lo gue kenalin sama temen-temen
gue di SMA Priority.” Kata Najwa lagi tanpa mempedulikan tatapan Nicky yang
menusuknya.
Bukan saatnya bicara
dengan Najwa sekarang. Nicky melepaskan tangan Najwa dan meninggalkan cewek
itu.
Najwa tersenyum penuh
kemenangan sambil menatap punggung Nicky yang berjalan menjauhinya. Kemudian ia
mendekati Riyu. Ketika Najwa sampai dihadapannya, Riyu membuka kupluk jaket.
“Lo tadi ngomong apaan?”
Tanya Riyu sambil melepaskan headshet yang menggantung ditelinganya.
Najwa tertunduk lesu
mendengar pertanyaan Riyu. Tapi seenggaknya bisa dipastikan Nicky mendengar
semua ucapannya untuk Riyu.
@@@
Ini peringatan terakhir untuk lo. Jauhin Nicky, Ricky dan
Vicky. Atau lo bakal nyesel!
Ricky meletakkan ponselnya
di atas meja kemudian menyandarkan badannya ke kursi. Nissa yang baru sampai,
langsung duduk di samping Ricky.
“Dapet sms dari kakak
iparnya Najwa?”
Pertanyaan Nissa
mengundang kecurigaan di mata Ricky yang langsung menoleh pada cewek itu.
Nissa sudah menyiapkan
jawaban atas tatapan Ricky terhadapnya. “Setelah lo ngacak-ngacak penampilan
gue kemaren malem, sekarang gue gak boleh tau urusan lo? Jahat banget lo.”
Ricky terdiam. Ia menatap
lurus ponselnya. Sedetik kemudian, Ricky berdiri sambil menyembar ponselnya.
“Mau kemana lo?” Nissa
ikutan berdiri dan mengikuti langkah Ricky yang keluar kelas.
“Gue harus ke Bandung.”
Kata Ricky sambil berjalan.
“Vick, Ricky niat ke
Bandung. Sekarang dia menuju tangga ke bawah.”
Ricky menoleh ketika Nissa
baru saja mengakhiri pembicaraannya melalui telpon. Mereka masih tetap dalam
keadaan melangkah. Dan tiba-tiba saja Ricky dan Nissa menghentikan langkah.
Vicky berdiri tepat di
depan tangga dan menghalangi langkah mereka. “Lo jangan ngelangkahin Nicky.”
Vicky mengingatkan.
“Kelvin sms gue lagi.”
Ricky berusaha menahan emosinya. “Najwa juga lagi kesel sama Nicky.”
“Najwa udah tau kalo
Kelvin ngancem dia?” tanya Nissa yang disambut gelengan kepala dari Ricky dan
Vicky.
@@@
“Vo, liat kunci motor gue
gak?” tanya Najwa sambil membongkar isi tasnya.
Dengan santainya Ivo
menoleh. “Nggak. Tadi lo taro di mana?”
Belum sempat Najwa
menjawab, Rhea datang membawa berita. “Buat kelas 2ipa1, kalo ada yang ngerasa
kehilangan kunci motor, temuin kak Nissa di meja piket.” Teriak Rhea dari depan
kelasnya.
Usai Rhea berbicara, Najwa
bergegas keluar dari dalam kelasnya. Dari kejauhan, Ivo tersenyum kepada Rhea
yang langsung membalas senyumannya.
@@@
“Kakak nemuin di deket
parkiran.” Nissa menyerahkan kunci di tangannya ke Najwa. “Lain kali hati-hati
ya, dek.” Nissa memperingatkan sebelum meninggalkan Najwa.
Nissa mengedipkan sebelah
matanya ke Ricky dan Vicky yang sudah menunggunya di ujung koridor.
“Ada manfaatnya juga lo
ngajak temen sekelasnya Najwa itu ke pesta Winny.” Puji Nissa kepada Ricky yang
hanya tersenyum menanggapinya.
Ketika menaikin tangga,
Ricky, Nissa dan Vicky berpapasan dengan Nicky yang mengenakan seragam olahraga
mengarah turun ke bawah.
Nicky melirik ke Nissa dan
dua kembarannya dengan tatapan mengintai. Ricky yang berjalan paling dekat
dengan Nicky, menepuk pundaknya sambil berbisik. “Satu masalah akan segera
selesai.”
Nicky berhenti dan
menoleh. Tapi dari tiga orang tadi, tak ada satupun yang berhenti, atau sekedar
menoleh. Nicky semakin mencurigai sesuatu.
@@@
Bel pulang sekolah. Ketika
Najwa keluar kelas, ia mendapati Ricky yang telah berdiri di depannya. Najwa
berfikir Ricky tak mencarinya. Maka dari itu ia hanya tersenyum sambil melengos
pergi. Namun, Ricky menahan tangan Najwa dan menarik cewek itu ke tepi balkon.
Kejadian itu menarik perhatian siswa yang lain.
“Ada apa, kak?” tanya
Najwa sambil melirik ketiga temannya yang menunggu tak jauh dari sana. “Kalo
ngebahas kak Nicky, jangan sekarang ya.” Kata Najwa enggan, sambil berusaha
menghindar.
Lagi-lagi Ricky menarik
tangan Najwa hingga cewek itu menabrak tubuhnya. Satu detik… dua detik… tiga
detik… Najwa langsung tersadar dan menjauhkan tubuhnya. Beruntung kala itu
hanya Ivo, Rhea dan Inka yang menyaksikan kejadian barusan. Meski demikian,
Najwa cukup merasa malu. Dan Ivo sesekali tertunduk menyaksikan temannya
bersama Ricky.
Ricky tersenyum. “Lo
pernah janji ke gue.” Kata Ricky sambil menatap mata Najwa lembut. “Kalo gue
mulai ngerasa pengen ngerokok, gue harus nemuin lo. Dan sekarang gue mau nagih
janji itu.”
Astaga. Ricky nyaris
membuat jantung Najwa copot. “Cuma hal kecil kok kak.”
Ricky membuka tangannya
kehadapan Najwa tanpa berkata apa-apa. Menandakan ia meminta sesuatu.
Najwa membuka tasnya lalu
mengeluarkan sekotak kecil permen dengan rasa mint dan meletakkannya di atas
tangan Ricky. “Itu yang sering dimakan ka Vendi buat ngindarin rokok.”
Ricky hanya mengeluarkan
beberapa butir yang sedetik kemudian telah berada di dalam mulutnya. Setelah
itu, ia mengembalikan sisanya ke Najwa. Cewek itu tak buru-buru meraihnya.
Najwa menatap Ricky penuh
tanya. “Kok dibalikin?”
Ricky tersenyum. “Ini kan
punya kakak kamu.” Kata Ricky sambil tetap menyodorkan kotak permen itu ke
hadapan Najwa. Berharap cewek yang dihadapannya meraih kotak itu.
“Gak perlu.” Kata Najwa.
“Ka Vendi gak tau di mana sekarang.” Ia menatap Ricky sambil berusaha
tersenyum. “Buat kakak aja.” Ujar Najwa sambil pergi bersama tiga temannya.
Ricky masih di sana sambil
menatap kepergian Najwa dan kawan-kawan. Ia menggenggam erat kotak permen
pemberian Najwa. Hanya Ivo yang diam-diam menoleh ke arah Ricky. Tapi bersamaan
ketika Ricky menoleh ke arah lain.
Dibalkon sebrang, Nissa
dan Vicky berada. Mereka mengacungkan jempol untuk Ricky. Dan Ricky membalas
dengan senyuman sebelum akhirnya meninggalkan tempat itu.
@@@
Sekali lagi, Najwa mencoba
menstater motornya. Namun mesin tetap tak menyala. Najwa mengedarkan pandangan.
Sekolah sudah sepi. Tiap Senin seluruh ekskul memang ditiadakan. Terpaksa Najwa
harus mendorong motornya hingga menemukan bengkel. Namun ketika baru beberapa
langkah, ia menemukan sesuatu di dekat ban motornya. Sebuah jam tangan berwarna
merah. Najwa langsung meraih dan memperhatikan tiap sisinya.
“Nicky?” Najwa mengedarkan
pandangan.
“Lo belom pulang?”
Najwa terlonjak mendapati
Nicky yang kini telah berada di belakangnya.
Nicky menatap jam yang
berada dalam genggaman Najwa. “Itu kan jam tangan gue. Kenapa bisa ada di lo?”
ujar Nicky sambil merebut jam itu. “Gue pikir ilang pas olahraga tadi.”
Gumamnya.
Najwa mencurigai sesuatu.
“Berarti lo yang ngerjain motor gue lagi?” tuduhnya.
“Motor?” Nicky balik
bertanya sambil melihat motor Najwa. Ia sama sekali tak tau apa-apa.
‘Terserah.’ Najwa sudah
tak ingin mempedulikan Nicky lagi. Ia bersiap pergi dari sana. Tapi Nicky
menahan motor Najwa. Cewek itu berbalik dan menatap kesal ke arah Nicky. “Mau
lo apa sih?” bentaknya.
Tanpa bersuara, Nicky
mengambil alih motor Najwa dan mendorongnya keluar gerbang.
Sekuat tenaga Najwa
menghalangin. “Gak perlu repot-repot. Gue bisa urus diri gue sendiri. Dan lo
gak perlu ngerasa besalah karena udah ngerusakin motor gue.”
Nicky berhenti dan setelah
sekian saat, akhirnya cowok itu menoleh ke Najwa. “Satu hal yang harus lo tau!
Gue gak ngerusakin ataupun ngerjain motor lo kayak dulu.” Tanpa minta
persetujuan sang pemilik, Nicky kembali mendorong motor Najwa.
“Lo ngelakuin ini karena
mau minta maaf ke gue kan? Udahlah ngaku aja.” Tanya Najwa selama perjalanan.
Cewek ini mengikuti Nicky dari belakang. “Inget ya, gak segampang itu.”
Entah sadar atau tidak,
Nicky telah melewati sebuah bengkel.
“Eh, itu tadi ada
bengkel.” Kata Najwa memberitau.
Nicky tetap cuek. “Jangan
di sana, tempat lain aja.”
“Mau ke bengkel yang
dimana lagi? Di Papua? Udah sih di bengkel yang tadi aja. Lagian, ini kan motor
gue.” Omel Najwa.
Nicky berhenti. “Udah deh,
lo diem aja. Di depan sana juga ada bengkel. Gue juga udah kenal sama
karyawannya. Kalo gak mau capek, yaudah pulang aja naik taksi. Motor lo biar
gue yang urus.” Nicky balas ngomelin Najwa. Malah terdengar lebih galak.
Najwa langsung mingslep.
Nicky kembali mendorong motor Najwa. Memang benar apa yang dikatakannya. Tak
jauh dari sana terdapat sebuah bengkel. Kedatangan Nicky langsung disambut oleh
salah satu karyawan di sana.
“Mas Vendi ada?” tanya
Nicky.
“Ada. Tapi udah mau
pulang.” Kata karyawan berseragam bengkel sana bernama Ibenk. Ia menoleh
kebelakang. “Tuh dia.” Tunjuknya kepada seseorang yang baru keluar dari sebuah
ruangan. “Mas Vendi.” Teriak Ibenk sambil mengisyaratkan orang itu untuk
mendekat.
“Hei Nick.” Sapanya.
“Kenapa lagi?”
“Biasa mas, ada yang
iseng.”
Vendi melirik motor yang
berada di dekat Nicky. “Ganti motor? yang kemaren kenapa?”
Nicky tertawa. “Bukan.
Tapi, punya pacar gue.”
“Pacar?” pekik Najwa yang
tiba-tiba sudah berada di belakang Nicky. “Gue bukan pa…” kata-kata Najwa
terhenti ketika pandangannya sampai pada wajah Vendi.
Sedetik kemudian sikap
Najwa berubah. “Bawa keluar motor gue.” Perintah Najwa pada Nicky. “Atau…” Ia
ganti melirik Vendi dengan tatapan sinis. “Jangan harap lo bisa kenal lagi sama
gue.” Kemudian pergi.
“Na…” Nicky yang berniat
menyusul Najwa, dihalangin oleh Vendi yang kini mengejar Najwa.
Vendi berhasil mendapatkan
kedua tangan Najwa dan merengkuh tangan itu ke dalam dadanya.
Najwa berusaha memberontak
dan tak ingin menatap mata Vendi. “Tolong lepasin gue.” Kata Najwa dengan nada
pelan.
“Gak akan.”
“Buat apa?” Najwa menoleh
ke kakaknya. “Setelah sekian lama lo gak ada kabar. Apa lo udah gak sayang lagi
sama gue? Kalo gitu yaudah. Jangan pernah berusaha ketemu gue lagi.”
“Lo gak tau yang
sebenernya terjadi.”
“Itu karna lo gak pernah
mau ngasih tau.” Sambar Najwa. Ia menghentakkan tangan hingga berhasi terlepas
dari genggaman Vendi. Najwa berlari ke arah jalan dan di sana ia hampir saja
tertabrak mobil jika sang pengendara tidak menginjak rem.
Najwa tersentak. Beberapa
detik kemudian, ia sudah bisa menghela napas. Sang pemilik mobil tidak keluar
untuk melihat keadaan Najwa. Yang ada justru Najwa yang masuk ke dalam mobil
itu.
“Najwa…” Teriak Nicky
hendak mengejar mobil itu.
Vendi sendiri sama sekali
tak merasa khawatir dengan perginya Najwa. Ia kembali ke dalam untuk mengambil
tas nya yang tertinggal tak jauh dari motor Najwa. Ketika berjalan keluar,
Nicky menghalangi langkahnya.
“Kenapa lo gak ngalangin
Najwa pergi sama orang asing itu?” Tanya Nicky sambil berusaha menahan emosinya.
“Siapa lo sebenarnya?” tanya Nicky lagi karena Vendi tak juga memberikan
jawaban. “Ada hubungan apa lo sama Najwa?”
Vendi tersenyum. Orang
yang bisa ia andalkan untuk menjaga Najwa bertambah satu lagi. “Lo gak perlu
khawatir. Lagian, tadi itu bukan orang asing. Tapi Riyu. Dan gue, kakak
kandungnya Najwa.” Kata Vendi akhirnya sambil pergi meninggalkan Nikcy yang
terpaku ditempatnya.
Tak lama, Vendi kembali
ketempat Nicky berada. “Satu lagi.” Ucapnya pelan. “Tadi lo bilang apa, Najwa
itu cewek lo?”
Nicky merasa mukanya
merah. Ia telah berbohong di depan kakaknya Najwa. Tapi ia juga tak bisa
meralat ucapannya ataupun membenarkan perkataannya.
Vendi tersenyum karena
Nicky tak kunjung menjawab. “Siapapun lo untuk Najwa, gue minta lo jagain dia.
Oke?” pinta Vendi sambil memukul pelan pundak Nicky.
Dengan sangat terpaksa
Nicky mengangguk. Satu sisi ia senang karena Vendi bisa bersikap adil padanya,
tapi di sisi lain batinnya memberontak. Karena artinya, pertanggungjawabannya
bukan hanya dimata Venda, tapi di mata Vendi juga. Belum lagi Najwa yang masih
marah padanya.
Ingin rasanya ia menjerit.
Tapi bukan itu jalan keluarnya.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar