Author :
Annisa Pamungkas
Main Cast : Hyukjae,
Eunhyuk, Sungmin, Leeteuk, Heechul, Jinki
Original cast :
Haesa, Eun Gee, Minjung
Genre : romance,
tragedy
Length : part
(1/2)
@@@
Telah terjadi kecelakaan di sebuah jalan tol. Sebuah mini bus
kehilangan kendali dan menabrak pagar pembatas jalan sebelum akhirnya masuk ke
dalam jurang. Tidak ada satupun korban yang berhasil selamat dalam kecelakaan
tersebut. Hingga saat ini polisi masih menyelidiki penyebab terjadinya
kecelakaan.
@@@
Hyukjae POV
Ku tatap pantulan diriku yang berbalut stelan jas di cermin.
Pakaian ini yang akan ku kenakan di hari pernikahanku besok. Ya, besok aku akan
menikah. Dengan sahabatku sejak sekolah menengah, Eun Gee. Kita memang bersahabat,
tapi kita tidak saling mencintai. Aku memiliki kekasih, begitu pun dengan Eun
Gee.
Kenapa kalian tidak menikah dengan kekasih kalian? Pertanyaan
bagus. Harusnya memang seperti itu. Sebenarnya esok akan menjadi pernikahanku
dengan Minjung, kekasih yang sudah aku pacari hampir dua tahun. Namun takdir
berkata lain. Saat itu Minjung dalam perjalanan pulang dari rumah kakek dan
neneknya. Kecelakaan bus seminggu yang lalu telah merenggut nyawa Minjung dari
sisiku.
Pernikahan sama sekali tidak bisa di batalkan. Dan yang harus
menjadi tumbalnya adalah Eun Gee. Karena orang tua kami cukup dekat, hingga
membuat kami tidak bisa menolak. Dua buah pintu terbuka hampir bersamaan. Satu
dari dalam ruang ganti, dan satu lagi dari arah luar ruangan ini. Eun Gee muncul
dari dalam ruang ganti dan mengenakan gaun putih indah yang akan ia kenakan di
hari pernikahan kami esok.
Kalau seperti ini jadinya, aku lebih memilih mati dari pada
harus menikahi Eun Gee. Kalian tau siapa pria yang muncul dari pintu yang satu
lagi? Dia Sungmin. Sahabatku dari kecil. Dan dia adalah kekasih Eun Gee. Dia
juga kakak dari calon istriku, Minjung. Semakin besar saja dosaku padanya.
Maafkan aku Sungmin.
Aku melepas dengan paksa jas yang melekat dari tubuhku dan ku
lempar sembarangan ke sofa. “Kenapa tidak kau bunuh saja diriku, Sungmin?”
pintaku sambil melangkah mendekati Sungmin. Aku juga melepaskan kancing yang
berada di lengan kemeja yang ku gunakan dan menggulungnya.
“Aku memang sudah berniat melakukan itu.” Kata Sungmin tajam.
Tapi sedetik kemudian, ia tersenyum menandakan ia tak sungguh-sungguh dengan
ucapannya.
Eun Gee menggenggam tangan ku dan Sungmin dengan kedua
tangannya. Sepertinya ada yang ingin ia katakan. Aku menunggu, sampai akhirnya
ia tak sanggup mengatakan apapun hingga Sungmin menarik Eun Gee yang menangis
ke dalam pelukannya.
Aku mengusap kepala Eun Gee yang masih bersandar pada Sungmin
dengan lembut. “Setelah menikah aku janji tidak akan menyentuhmu. Dan segera
mencari cara agar kita bisa bercerai.” Kataku membuat Sungmin dan Eun Gee
menatap heran padaku. Dan aku hanya tersenyum menanggapinya.
@@@
Eun Gee POV
Aku bersiap memasuki Gereja tempat aku akan mengikrarkan
janji suci pernikahan dengan Hyukjae. Seperti yang kalian ketahui, Hyukjae
adalah sahabatku. Dan tak bisa ku bayangkan jika melihat Sungmin berada di
barisan tamu undangan lalu memberikan ucapan selamat untuk ku dan Hyukjae. Aku
berhenti tepat di depan pintu masuk Gereja untuk menunggu ayahku. Tatapan ku
mengedar ke sekeliling. Suasananya sedikit sepi karena para tamu sudah memenuhi
Gereja.
Pandanganku mengarah ke seberang dan berhenti pada seorang
pemuda yang mengenakan stelan jas yang kemarin dipakai Hyukjae ketika mencoba
pakaian pernikahan kami. Apa aku tidak salah lihat? Astaga! Itu benar-benar
Hyukjae. Ia melambaikan tangan padaku seperti sedang berpamitan. Dan wajahnya
terlihat sangat lega seperti telah melakukan sesuatu yang membahagiakan orang
lain.
“Kau sudah siap sayang?” tegur ayahku, dah aku hanya
mengangguk sedikit.
Sebelum memasuki Gereja, aku menoleh sekali lagi ke belakang.
Sosok Hyukjae sudah tidak terlihat. Apa yang baru saja ia lakukan? Kalau
Hyukjae tidak menungguku di dalam? Kenapa suasana begitu tenang seolah tidak
terjadi apa-apa?
@@@
Hyukjae POV
Setelah
melakukan perjalanan yang cukup jauh menggunakan kereta bawah tanah, akhirnya
aku sampai di sebuah daerah yang berada di pinggir kota. Aku menelusuri jalan
yang ramai siang itu. Di sini cukup panas. Dan aku baru menyadari masih
mengenakan stelan jas yang sama ketika kabur dari Gereja tadi. Ku buka jas ku
dan ku sampirkan di tangan. Karena ransel yang kubawa tidak cukup untuk
menampung jas tersebut. Oiya, ransel dan isinya telah disiapkan oleh Leeteuk, kakakku
yang tadi membantu aksi kabur ku dari pernikahan ku sendiri. Sebenarnya Leeteuk
kakak tiriku. Ayahku menikah dengan ibunya Leeteuk. Namun karena telah bersama
sejak kecil, kedekatan kami selayaknya sodara kandung.
Aku sempat istirahat sebentar di sebuah taman setelah hampir
satu jam aku berjalan kaki. Lalu melanjutkan perjalanan. Kota ini cukup indah
meski gedung-gedungnya tak setinggi dan semewah di kota tempat tinggalku. Tapi
aku cukup menikmati.
Sekarang aku baru saja keluar dari sebuah bank untuk memindahkan
isi tabunganku. Kalau masih memakai buku yang lama, bisa-bisa keberadaanku
dapat terlacak dengan cepat oleh ayahku.
Bahagianya. Seperti memulai sebuah babak baru dalam hidup. Aku
kembali berjalan. Hari ini aku berniat hanya mencari kamar atau apapun itu yang
bisa aku sewa sebagai tempat tinggalku dan barulah besok aku akan mencari
pekerjaan. Sebenarnya tabungan yang ku punya bisa untuk biaya hidupku selama
setengah tahun. Tapi tidak mungkin aku hanya berdiam diri di rumah, kan?
Cukup sulit mencari tempat yang bisa di sewakan. Tapi aku
tetap akan mencari. Sampai akhirnya aku mendapati sebuah Gereja yang berdiri
megah di hadapanku. Aku tersenyum geli karena teringat dengan pernikahanku yang
ku rusak sendiri. Sudahlah, aku tak ingin berlama-lama di sana. Ketika aku
berbalik, seorang wanita berbalut gaun pengantin memelukku. Astaga! Kenapa aku masih
saja di hantui dengan bayang-bayang pernikahan? Apa Eun Gee tidak bahagia
karena ku? Tapi aku tak bisa menghubungi temanku itu karena aku pergi tanpa
membawa ponsel.
“Aku tau kau tak akan meninggalkan ku.” Kata wanita yang
memelukku sambil menangis. “Aku tau kau akan kembali, Hyukkie.” Lanjutnya yang
masih terisak.
Hyukkie?
Dari mana ia tau namaku? Tunggu dulu. Suara itu? Kenapa mirip sekali dengan
suara Minjung? Perlahan aku menarik tubuhnya menjauhi tubuhku agar aku bisa
melihat wajahnya.
“Astaga! Minjung? Kau?” tanyaku syok. Karena gadis itu adalah
Minjung.
“Minjung?” gadis itu menatapku bingung dengan mata yang masih
basah.
@@@
Heechul POV
Aku mencari-cari adikku, Haesa. Dan aku terkejut ketika
mendapati Haesa memeluk seorang pria lain. Segera aku mendekati mereka. Ku
lihat pria itu menjauhkan tubuh Haesa yang memeluknya. Dan wajah pria itu
semakin jelas di mataku. Astaga! Eunhyuk? Tak mungkin itu dia? Tapi itu benar
wajah Eunhyuk. Aku tak mungkin salah mengenali.
“Eunhyuk?” tegurku sambil memandangnya intens.
“Siapa Eunhyuk?” Tanya pria itu tak kalah heran dengan ku.
Lalu ia menatap Haesa. “Dan kau siapa?”
“Hyukkie… aku Haesa. Apa kau tak mengenaliku? Kita akan
menikah hari ini. Ayo kita ke Gereja.”
Aku sadar pria itu bukan Eunhyuk. Dan betapa hancurnya hatiku
ketika mendengar Haesa berkata seperti itu. Aku terbelalak melihat Haesa
menarik tangan pria itu.
@@@
Hyukjae POV
“Hyukkie… aku Haesa. Apa kau tak mengenaliku? Kita akan
menikah hari ini. Ayo kita ke Gereja.” Gadis itu menarik tanganku. Apa-apaan
ini? Tapi kenapa aku tak bisa menolak? Jelas-jelas gadis ini memang bukan
Minjung. Karena aku memang telah mengikhlaskan Minjung pergi untuk
selama-lamanya dari hidupku. Atau karena ia memanggilku dengan sebutan
‘Hyukkie’ seperti yang selama ini Minjung gunakan untuk menyebut namaku?
Aku mengganti stelan jasku dengan yang baru. Satu kata yang
tidak bisa terlepas dari diriku hari ini, yaitu ‘pernikahan’. Dan apa yang aku
lakukan? Apa aku akan benar-benar menikah hari ini? Dengan seseorang yang baru
saja aku kenal. Di saksikan dengan orang-orang yang juga tak aku kenal. Tapi
kenapa aku sama sekali tak ingin pergi dari ruangan ini? Lalu pintu terbuka,
dan pria yang tadi memanggilku ‘Eunhyuk’ pun masuk. Kami duduk berhadapan.
“Siapa, kau?” Tanya pria itu yang mengaku bernama Heechul.
“Aku Lee Hyukjae. Aku baru datang dari kota.” Kataku jujur.
“Tapi kenapa kau tak menolak dan pergi saja dari sini?”
Itu memang yang ingin ku lakukan. Tapi seperti yang ku bilang
tadi, aku tak bisa. “Entahlah.” Aku menggeleng.
Heechul menatap kosong ke arah lain. “Hari ini Haesa harusnya
menikah dengan kekasihnya. Tapi itu tidak mungkin. Eunhyuk meninggal seminggu
yang lalu dalam sebuah kecelakaan lalu lintas. Bus yang ditumpanginya masuk ke
dalam jurang.” Ia merogoh lalu mengeluarkan sesuatu dari balik jasnya. Sebuah
foto yang membuat mataku membulat seketika.
Deg! Apa yang sebenarnya terjadi hari ini. Kenapa aku dan Haesa
mengalami nasib yang sama? Dan orang dalam foto itu… kenapa Heechul menyimpan
fotoku bersama Minjung.
“Ini foto Haesa dan Eunhyuk.” Jelasnya seolah tau apa yang ku
pikirkan.
Aku pun melakukan hal yang sama dengan mengeluarkan sebuah
foto dari dalam ransel. Ekspresi yang ditunjukkan Heechul pun ketika melihat
fotoku bersama Minjung ini sama seperti ku tadi.
Semua
ini memang sangat aneh. Wajah ku dan Eunhyuk sangat mirip. Dan kami mencintai
wanita berbeda namun memiliki wajah yang mirip juga. Bahkan kami merencanakan
pernikahan di tanggal yang sama. Hanya saja aku yang ditinggalkan oleh Minjung,
namun Eunhyuk lah yang meninggalkan Haesa.
“Ini Minjung. Kami harusnya menikah hari ini. Tapi Minjung
meninggalkanku untuk selamanya dalam sebuah kecelakaan. Bus yang ditumpanginya
masuk ke dalam jurang.” Jelasku yang semakin membuatnya syok.
Lalu aku menceritakan bagaimana ketika aku terpaksa menikah
dengan wanita yang tidak ku cintai sampai akhirnya aku kabur dari acara
pernikahanku.
@@@
Heechul POV
Ini
sebuah kebetulan yang membingungkan. Pria dihadapanku ini memang tidak sedang
mempermainkanku. Karena aku lah yang menjemput jenazah Eunhyuk dari rumah
sakit. Jadi, Eunhyuk memang tidak mungkin mengerjaiku dengan mengaku sebagai
Hyukjae.
“Aku
sangat sedih karena Haesa tak ingin membatalkan hari bahagianya ini. Dia begitu
yakin bahwa Eunhyuknya akan kembali. Tapi itu tidak mungkin.” Akupun berkata
dengan mata yang mulai berair. Aku menjatuhkan harga diriku dengan berlutut di
hadapan Hyukjae. “Ku mohon tolong menikahlah dengan adikku.” Yang ku fikirkan
saat ini hanyalah kebahagiaan Haesa.
Hyukjae yang terkejut, sontak memegang pundakku dan memaksaku
untuk berdiri. “Jangan bersikap seperti itu.”
“Aku tak tau lagi apa yang harus ku perbuat.” Akupun tak
kuasa menahan air mataku. “Tapi aku janji, setelah acara ini selesai, kau boleh
pergi.” Kataku untuk meyakinkannya.
Anggukan Hyukjae menjadi saat-saat bahagia untukku.
@@@
Hyukjae POV
Aku kembali ke ruang ganti. Semua berjalan lancar. Pernikahan
hanya dihadiri keluarga dan kerabat terdekat saja. Aku kembali teringat seorang
wanita yang menangis sambil memelukku. Ada perasaan aneh kala itu. Wanita yang
selama ini ku panggil ibu memang bukan ibu kandungku. Tapi wanita tadi? Kenapa
rasanya aku seperti memiliki kontak batin dengannya?
Aku membaringkan diri di sofa. Tak lama, terdengar suara
langkah kaki masuk ke ruangan ini.
“Maaf, siapapun kau, aku sangat berterima kasih untuk hari
ini.”
Aku
langsung bangkit mendengar gadis, ah maksudku istriku yang berbicara. Aku
terpaku melihatnya. Sadarlah Hyukjae, walau dia istrimu, tapi dia bukan
Minjung, bukan juga cinta sejatimu. Kalian hanya dua orang tidak saling kenal
yang memiliki kisah sama dan tanpa sengaja ditakdirkan untuk bertemu.
“Kau boleh pergi sekarang.” Katanya sambil memberikan
ponselnya padaku. “Tulis nomor hapemu, dan aku akan segera menghubungimu
setelah mengurus surat perceraian kita.”
Aku menggeleng. “Tidak ada.”
Dia berjalan ke sudut ruangan. Dan aku melihat Heechul
berdiri mengawasi kami dari ambang pintu. Tak lama Haesa kembali dan
menyodorkan sebuah kartu nama padaku.
“Kalau gitu, kau hubungi ku segera.” Ujar Haesa yang seperti
tak ingin berlama-lama lagi di ruangan ini. Ia pun pergi begitu saja.
Aku pun harus segera pergi dari sini. Ku buka jas ku, lalu ku
sambar ranselku dan pergi dari sana. Ternyata Heechul masih berdiri seperti
tadi. Aku pun berhenti tepat di hadapannya.
“Aku bukan tak suka kau menikah dengan adikku. Namun yang ku
sesali, Haesa seperti mempermainkanmu saat ini. Kata maaf saja menurutku tidak
cukup atas perlakuan adikku padamu.”
Aku tersenyum untuk menghilangkan rasa bersalah Heechul
padaku. “Ku rasa ini bukan salah Haesa. Tapi karma karena aku pun meninggalkan
acara pernikahanku.”
“Kalau begitu…” ku lihat Heechul membuka dompetnya dan
mengeluarkan selembar kartu nama yang langsung ia berikan padaku. “…kau terima
ini. Kalau terjadi sesuatu selama kau tinggal di sini, kau bisa segera mencari
bantuan padaku.”
Aku menghela napas kelegaan. Tak ku sangka aku bertemu dengan
orang baik seperti Heechul di hari pertamaku meninggalkan rumah.
Heechul seperti menertawai sesuatu. “Astaga! Betapa anehnya
aku bicara padamu.” Aku menatapnya bingung. “Aku dan Eunhyuk selayaknya teman.
Kita selalu bicara informal.”
“Kalau begitu, mulai saat ini anggap aku temanmu juga. Dan
teman pasti akan dengan senang hati membantu temannya, bukan?”
Tak ku sangka Heechul meresponku sebaik itu. “Apa yang bisa
ku lakukan untukmu?” tawarnya.
“Kalau ada orang yang bertanya tentang diriku, yakinkan
mereka kalau aku adalah Hyukjae, bukan Eunhyuk yang mereka kenal.” Pintaku.
“Akan kulakukan itu untukmu.”
Aku tersenyum lega. “Dan satu hal lagi. Aku butuh tempat
tinggal. Bisa bantu aku mencarikannya?”
“Ayo ikut aku.” Ajaknya.
@@@
Sudah seminggu setelah aku menikah dengan Haesa. Namun aku
masih belum ingin menghubunginya. Karena ia pasti akan memaksa bertemu untuk
menandatangani surat perceraian kita. Bukankah perjanjiannya memang seperti
itu? Tapi kenapa aku tak ingin berpisah dengannya?
Aku telah bekerja di sebuah café tak jauh dari apartmen
sederhana yang dicarikan Heechul untukku waktu itu. Kantor Haesa lumayan dekat
dari café tempatku bekerja. Tiap sore, jadwal pulangku dan Haesa selalu
berbarengan. Aku sering memperhatikannya diam-diam. Kebiasaannya setelah pulang
bekerja adalah mampir ke taman, memperhatikan bahkan mengajak anak-anak kecil
di sana bermain. Dan aku sangat senang melihat senyumnya. Seperti melihat
Minjungku hidup kembali.
Ini sudah memasuki minggu ke empat aku menjadi stalker
istriku sendiri. Ya, Haesa masih istriku. Kami belum bercerai karena aku belum
menghubungi ataupun memunculkan diri di hadapannya. Itu artinya, Haesa tidak
bisa memaksaku menandatangi surat cerai yang ku yakin sudah diurusnya sejak
lama.
Saatnya aku pulang. Setelah mengganti seragam, aku segera
pulang. Untuk melihat Haesa juga sebenarnya. Dan sepertinya, rencana ku hari
ini akan gagal. Karena ku lihat Heechul masuk ke dalam café, lalu ia mengajakku
ke sebuah meja. Kami duduk dekat jendela. Dan saat itu pula, aku melihat Haesa
melintas dari kejauhan.
“Kenapa kau tak menghubungi Haesa?” tegurnya mengalihkan
tatapanku.
“Aku akan menemui Haesa dan menandatangani surat cerai kami
hari ini juga.” Kataku frustasi lalu berdiri. Namun Heechul menahanku untuk
duduk kembali.
“Aku hanya bertanya, bukan memaksamu.” Aku tak bisa membalas
kata-katanya. “Kalau aku ingin kau segera bercerai dengan Haesa, sudah sejak
lama aku datang ke apartmen mu dan memaksamu menandatangani surat cerai saat
itu juga.”
Heechul benar. Aku semakin bingung sekarang.
@@@
Aku berjalan menuju tempat tinggalku. Namun perkataan Heechul
barusan masih menghantui pikiranku. Dia bilang besok Haesa akan ke luar kota.
Dan kota tersebut adalah tempat tinggalku sebelumnya. Tempat aku bertemu hingga
berpisah dengan Minjung. Dengan kesal aku menendang benda yang berada dekat
dengan kakiku. Tadinya ku pikir itu hanya kaleng minuman yang sudah kosong.
Namun rasanya berbeda. Setelah aku menunduk, ternyata sebuah dompet. Aku
memungutnya lalu melihat kesekeliling. Tidak ada siapa-siapa.
Lalu
kuputuskan untuk membukanya hanya untuk melihat identitas pemilik. Karena aku
berniat untuk mengembalikannya. Hal pertama yang menarik perhatianku adalah
sebuah foto. Astaga! Itu wanita yang pernah memelukku saat pernikahanku dengan
Haesa yang ku yakini itu adalah ibunya Eunhyuk.
Aku mencari lebih dalam. Bukannya tidak sopan. Aku hanya
ingin mencari tau alamat wanita itu. Namun yang langsung ku temukan adalah
selembar foto yang membuat dadaku sesak seketika. Foto wanita itu ketika masih
muda, ia menggendong seorang anak laki-laki sekitar umur 1 tahun, dan disampingnya
berdiri seorang pria yang ku yakini adalah suaminya yang juga menggendong anak
laki-laki yang sama. Anak mereka kembar. Dan pria itu adalah ayahku. Aku ingat,
aku juga memiliki foto yang sama, namun yang ku punya hanya bagianku dan ayah.
Jadi, wanita itu… ibuku? Astaga! Kenyataan apa lagi ini?
Kurasakan kakiku lemas seketika. Namun aku harus tetap mencari rumah wanita itu
saat ini juga.
Aku sempat bertanya kepada orang-orang yang ku temui di
jalan. Ternyata rumah itu tidak jauh dari tempat aku menemukan dompet. Kenapa
tak terfikirkan olehku sebelumnya? Dan kenapa ayah seolah menyembunyikan
keberadaan kembaranku? Bahkan tuhanpun sepertinya tak mengizinkan ku bertemu
dengan Eunhyuk.
Dapat. Dan aku semakin gugup ketika menekan bel rumah yang
tadi ku cari-cari. Kurasakan seseorang membuka pintu dari dalam. Jantungku
seakan berhenti berdetak. Aku akan bertemu dengan ibu kandungku?
“Siapa?” wanita itu langsung terpaku melihatku. Badanku pun
menegang seketika. “Hyukkie?” panggilnya.
“Aku ingin mengembalikan dompet anda.” Kataku kemudian sambil
menyodorkan dompet yang kutemukan. Wanita itu diam seketika. Sepertinya ia
memang menyadari bahwa aku bukanlah Eunhyuk seperti yang ia harapkan. Namun aku
langsung merutuki kebodohanku. Kenapa aku bersikap seperti itu?
Betapa bahagianya diriku ketika ibuku tersenyum menerima
dompetnya. Apa aku akan segera diizinkan pulang. Kumohon, persilahkan aku
masuk. Aku ingin bicara banyak denganmu ibu…
“Masuklah. Aku baru saja selesai masak.” Ajaknya.
Benarkah yang aku dengar? Aku tak menyia-nyiakannya dan
langsung mengikuti kemanapun ia pergi. Kami duduk berhadapan di meja makan.
Rumah ini sungguh sepi. Apa ia tinggal sendiri? Apa ia tidak menikah lagi
setelah berpisah dengan ayahku?
“Makanlah dulu.” Katanya sambil menyendokkan beberapa menu
makanan ke dalam piringku.
Rasanya aku ingin sekali menangis mendapati perlakuannya
terhadapku. Aku berdosa karena tidak mencarinya selama ini. Berdosa karena
selama ini aku hanya menganggap ibunya Leeteuklah sebagai ibuku satu-satunya.
Dan diriku semakin merasa berdosa karena tidak pernah mengunjunginya lagi
setelah pernikahanku dengan Haesa.
“Setelah berpisah dengan suamiku, aku pindah ke sini bersama
Eunhyuk.” Ia mulai bercerita, dan aku sedikit menghentikan aktivitas makanku. “Kami
hanya tinggal berdua karena aku tidak menikah lagi saat itu. Sampai akhirnya
Hyukkie meninggalkanku terlebih dulu.” Namun ia masih berusaha tersenyum di
tengah ceritanya. “Saat pertama kali aku bertemu denganmu, aku sangat bahagia
seperti Eunhyuk telah kembali. Tapi aku sadar, bahwa kau bukan Hyukkieku.”
Aku bangkit dan berlutut di hadapannya. Air matanya mengalir
ketika aku menggenggam kedua tangannya. “Apa kau akan bahagia kalau aku berkata
bahwa aku adalah Lee Hyukjae, putra dari tuan Lee Jinki?” lalu aku mengeluarkan
selembar foto dari saku jaketku. Foto ayah yang sedang menggendongku waktu aku
kecil. Foto yang sama seperti yang dimiliki wanita di hadapanku.
Air mata ibuku semakin deras kala meraih foto yang ku
tunjukkan. Lalu, ia pun memelukku sekuat mungkin seolah tak akan membiarkan aku
pergi lagi dari hidupnya.
@@@
Heechul POV
Aku
menuju taman tempat Hyukjae menunggu. Ada apa ia ingin bertemu denganku
malam-malam begini. Seolah tidak ada hari esok saja.
“Apa penting sekali kau ingin bertemu denganku?” keluhku
sambil duduk di sampingnya.
“Maaf kalau aku mengganggu.” Katanya, lalu diam sejenak. “Ibunya
Eunhyuk…”
Aku terbelalak mendengar Hyukjae menyebut ibunya Eunhyuk.
“Ada apa dengan ibunya Eunhyuk?”
“Dia ibuku?”
“Hah?” kejutku. Lalu Hyukjae bercerita tentang pertemuannya
tadi dengan wanita yang ku kenal sebagai ibunya Eunhyuk. Ternyata ia juga baru
saja dari sana.
“Rencananya besok aku ingin pulang. Bersama ibuku. Dan aku
juga akan menemui Haesa di sana. Apapun keputusannya, akan aku terima.”
Haesa? Memang aku yang menyarankannya pergi ke sana. Aku tak
bisa membayangkan apa saja yang akan ditemui oleh adikku itu. Tapi apapun yang
terjadi, sepertinya aku harus ikut bersama Hyukjae ke sana.
@@@
Haesa POV
Aku
berencana menenangkan diri ke luar kota. Surat perceraian telah di urus oleh
Heechul sejak sebulan lalu setelah pernikahanku. Namun hingga detik ini,
Hyukjae belum menghubungiku.
Aku turun di stasiun kereta bawah tanah, lalu menelusuri
kota. Sebenarnya, aku kesini untuk menenangkan diri hanyalah alasan di depan
orang tuaku. Tujuan sebenarnya adalah untuk mencari tau tentang Hyukjae.
Heechul yang menyarankanku. Karena menurutnya, ada sesuatu antara diriku dan
Hyukjae.
Aku juga heran dengan diriku sendiri. Bukankah aku yang
memaksa menikah, lalu bercerai dengan Hyukjae. Aku pula yang meminta bantuan
Heechul mengurus surat perceraianku. Tapi aku sama sekali tidak ingin Hyukjae
menghubungiku kalau untuk membahas perceraian. Apa karena dia adalah suamiku?
Tapi dia bukan Eunhyuk. Dan dia mau melakukan ini pasti karena aku mirip dengan
calon istrinya.
Untuk saat ini aku cukup lelah dan memutuskan untuk sekedar
istirahat di sebuah café.
@@@
Author POV
“Sungmin oppa…” Eun Gee membuka pintu ruang kerja Sungmin.
“Ini sudah siang, apa kau tak lapar?” Tanya Eun Gee lagi.
Sungmin tersenyum sambil membereskan beberapa berkas di atas
mejanya. “Kau mau makan di mana?” Sungmin balik bertanya.
“Hmm…” Eun Gee terlihat berfikir. “Kita ke cafenya Leeteuk
oppa saja bagaimana?” tawarnya.
“Apapun ku lakukan untukmu nyonya Lee.” Goda Sungmin sambil
menggandeng tangan Eun Gee.
Beberapa menit kemudian, mereka akhirnya sampai di tempat
yang diinginkan Eun Gee, café milik Leeteuk. (café yang sama seperti yang
dikunjungi Haesa saat itu). Mereka mengedar pandangan untuk mencari meja. Kali
ini Eun Gee yang bersemangat sambil menarik tangan Sungmin. Sampai akhirnya
mereka melihat Haesa yang tengah menyantap makanannya.
“Minjung?” Tanya Sungmin dan Eun Gee bersamaan.
“Apa kalian tadi menyebut Minjung?” tegur Leeteuk yang
ternyata berada di sekitar sana, lalu mendekati Sungmin dan Eun Gee. “Minjung?
Kau?” Ia pun sama terkejutnya mendapati Haesa duduk di sana.
@_to_be_continue_@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar